Anda di halaman 1dari 18

BELAJAR SAMBIL BERMAIN DALAM

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM


Disampaikan dalam
PELATIHAN PENGEMBANGAN KURIKULUM MIN 3 BANDA ACEH
Tanggal 19 Oktober 2018

Oleh
Nirwani Jumala
Widyaiswara Muda BDK Aceh
No. HP. 085260314499
HASIL YANG DIHARAPKAN DARI PESERTA
DIKLAT :

Pengetahuan:
-Memahami konsep belajar sambil bermain
-Menganalisis hadist pendidikan yang berhubungan dengan konsep belajar sambil
bermain

Keterampilan:
Menerapkan belajar sambil bermain sesuai konsep pendidikan Nabi
‫ َو َللَّد اُر‬ ۖ ‫َو َم ا اْلَح َي اُة الُّد ْن َي ا ِإاَّل َلِع ٌب َو َلْهٌو‬
‫ َأَفاَل َت ْع ِقُلوَن‬ ۗ ‫اآْل ِخ َر ُة َخ ْيٌر ِّلَّلِذ يَن َي َّتُقوَن‬
]٦:٣٢[

d un ia in i se la in d ar i main-main dan
an
Dan tiadalah kehidup a m p u n g a k h ir at it ulebih baik bagi
ngguh k
senda-gurau. Dan su a k a tidakkah kamu
y an g ta k wa , M
orang-orang
memahaminya?)
‫اْع َلُموا َأَّن َم ا اْلَح َي اُة الُّد ْن َي ا َلِع ٌب َو َلْهٌو َو ِز يَن ٌة‬
 ۖ ‫َو َتَفاُخ ٌر َب ْي َن ُك ْم َو َتَك اُثٌر ِفي اَأْلْم َو اِل َو اَأْلْو اَل ِد‬
‫َك َم َث ِل َغ ْيٍث َأْع َج َب اْلُكَّفاَر َن َب اُتُه ُثَّم َي ِه يُج َفَت َر اُه‬
‫ َو ِفي اآْل ِخ َر ِة َع َذ اٌب‬ ۖ‫ُمْص َفًّر ا ُثَّم َي ُك وُن ُح َط اًم ا‬
‫ َو َم ا اْلَح َي اُة‬ ۚ ‫َش ِد يٌد َو َم ْغ ِفَر ٌة ِّم َن ِهَّللا َو ِر ْض َو اٌن‬
]٥٧:٢٠[ ِ‫الُّد ْن َي ا ِإاَّل َم َت اُع اْلُغ ُرور‬
Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda
gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam
kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam tanamannya
mengagumkan para petani, kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu
lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan akhirat nanti ada azab
yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaanNya. Dan kehidupan dunia
tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
‫َلِع ٌب‬
Artinya
Suatu perbuatan yang dilakukan oleh pelakunya bukan untuk suatu tujuan yang wajar (mengakibatkan
manfaat dan mencegah mudharat)

‫َلْه ٌو‬
Artinya
Suatu perbuatan yang mengakibatkan lengahnya seseorang dari pekerjaan yang lebih bermanfaat dan penting

Segala sesuatu yang mengakibatkan kesenangan

Ar Raghib al Asfahani “ lahwun jika disebutkan tanpa dibarengi dengan suatu kata maka berarti segala sesuatu yang
menyibukkan seseorang dari kesulitan-kesulitanyang dihadapinya atau kesedihan-kesedihan. Kesibukan tersebut dapat
berupan PERMAINAN, nyanyian atau apa saja yang mendatangkan kegembiraan
DEFINISI dan TEORI BERMAIN dalam Pendidikan MENURUT PAKAR

1. Menurut Piaget (1951)


2. Joan Freeman
3. Elizabeth Hurlock
4. Hughes (Children, Play dan Development
5. Friedrich Froebel (1782-1852)” konsep bermain adalah proses belajar bagi anak usia dini. Anak diajak bekerja di
kebun, bermain dengan pimpinan, bernyanyi, pekerjaan tangan, ketrampilan, bersosialisasi, berfantasi adalah proses
belajar sambil bekerja”.
6. Hans Daeng “ Bermain adalah bagian mutlak dari kehidupan anak dan permainan merupakan bagian integral dari
proses pembentukan kepribadian anak”.

Penelitian bidang Psikologi dari Boston College dalam situs health today
“ anak-anak yg kekurangan waktu bermain lebih mungkin mengalami kelellahan,
depresi, perasaan tidak berdaya”.
Mengapa bermain penting dikembangkan dan dilakukan dalam pendidikan??
PERSPEKTIF PSIKOLOGI

1.Psiko analisa (Sigmund Freud)


perkembangan masa dini kanak-kanan, khususnya rentang 5 tahunpertama memiliki pengaruh kuat terhadap kepribadian di masa
dewasa. Oleh karena itu pada awal kehidupan manusia perlu dikembangkan kepribadiannya secara optimal
Peran bermain dalam perkembangan sosial adalah Untuk mengatasi pengalaman traumatik dan keluar dari rasa frustasi

2. Neurologi (Benyamin Bloom)


bahwa pertumbuhan jaringan otakpada anak usia 0-4 tahun mencapai 50 % hingga usia 8 tahun mncapai 80 %. Artinya apanila pada
saat tersebut otak tidak mendapat rangsangan secara optimal maka perkembangan otak anak tidak akan berkembang secara maksimal.semakin
dini rangsangan dalam bentuk rangsangan yang dilakukan oleh orang tua/guru terhadap anakmaka hasilnya akan semakin baik. Sebaliknya
semakin lama (lambat) anak mendapatkan penanganan dan bentuk bentuk rangsangan yang baik maka semakin buruk hasilnya.

3. Psikologi Kognitif (Piaget)


perkembangan kepribadian anak lebih cocok dikembangkan melalui aktivitas bermain. Anak usia 2-7 tahun berada pada fase
praererasional yang ditandai dengan pemikiran sbb:
a.Berpikir konkrit dimana anak belum dapat memahami dan memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak (cinta, keadilan)
b.Realisme, kecenderungan yang kuat menanggappi segala sesuatu sebagai hal yang ril atau nyata
c.Egosentris, melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandangnya sendiri dan tidak mudah menerima penjelasan dari sisi lain
d.Kecenderungan untuk berpikir sederhana dan tidak mudah menerima sesuatu yang majemuk
e.Animisme, kecenderungan utk berpikir bahwa semua objekyg ada di lingkungan memiliki kualitas kemanusiaan sebagaimana yang dimiliki
anak.
f.Sentrasi, kecenderungan untuk mengkonsentrasikan dirinya pada satu aspek dari suatu situasi
g.Memiliki kaya imajinasi sebagai bibit awal kreatifitas.

4.Psikolog (Erick Erikson)


bermain berfungsi memelihara ego secara proporsional, sehingga menimbulkan rasionalitas dan tenggang rasa bagi anak lain.
Konsep bermain banyak dicontohkan para sahabat dan langsung disaksikan Nabi.
Dari Anas bin Malik “ Sungguh Nabi sering berkumpul dengan kami sehingga mengatakan kepada adik kecil saya”
wahai abu Umair, apakah gerangan yang sedang dikerjakan burung kecil itu? (Muttafaqun alaih)

Bermakna Rasulullah menunjukkan pengakuan terhadap kebutuhan anak kecil terhadap mainan atau hiburan.
PERMAINAN ANAK-ANAK YANG DIANJURKAN DALAM
ISLAM SERTA BATASAN BERMAIN
. krn permainan adalah dunia
Anak harus disediakan waktu bermain,
mereka.
Tujuan bermain :
Merehatkan sejenak pikiran anak dari kejenuhan belajar.
Syarat bermain:
1.Membantu pertumbuhan fisik, seluruh tubuh dapat bergerak aktif
2.Membantu perkembangan akal dan jiwa
3.Tidak melalaikan dan tidak berlebihan
4.Tidak mengganggu orang lain
5.Tidak membahayakan
IMAM GHAZALI DALAM IHYA ULUMUDDIN
“ sebaiknya anak diberi kesempatan untuk bermain setelah mereka selesai belajar di
sekolah-sekolah untuk melepaskan kelelahan dan ketegangannya ketika belajar
dengan batasan, permainan yang dilakukan tidak melelahkannya. Karena melarang
dan mencegah anak dari bermain dan menenggelamkannya terus menerus belajar
akan mematikan hatinya, memandulkan kecerdasannya, dan kehidupan terasa
sempit baginya. Hal itu akan menyebabkannya mencari berbagai cara untuk
terbebas dari kekangan”.
NABI BERMAIN DENGAN CUCU
Nabi sering bercanda dan bermain dengan cucu, Beliau sering
menggendong Hasan dan Husein di atas punggung Beliau, kemudian
bermain kuda-kudaan. Beliau sering memasukkan sedikit air ke mulut
Beliau, lalu menyemprotkan ke wajah hasan, hingga Hasan tertawa.

Dari Abdullah bin Harits ra, Rasulullah pernah menyuruh Abdullah ,


Ubaidillah dan Katsir yang merupakan putra-putra Abbas berbaris, lalu
Beliau bersabda “ barangsiapa yang lebih cepat sampai kepadaku maka
dia akan mendapatkan ini”. Merekapun berlomba-lomba untuk segera
sampai ke tempat Rasulullah, lalu diantara mereka ada yang menempel
di punggung Beliau dan ada pula yang di dada Beliau. Beliaupun
mencium dan memeluk mereka ( HR Ahmad)
Dari Jabir ra. Dia berkata” aku pernah menemui Nabi Saw, lalu kami
mendapatkan undangan jamuan makan, di tengah perjalanan, kami mendapati
Husein sedang bermain di jalan bersama beberapa anak kecilmaka Nabi
bersegera menuju ke depan rombongan, lalu membentangkan kedua tangan
Beliau untuk menangkap Husein. Huseinpun berlari-lari ke sana kemari.
Rasulullah melakukan hal seperti itu dengan maksud mencandainya, hingga
akhirnya Beliau dapat menangkapnya. Lalu beliau meletakkan salah satu
tangan ke dagu Husein dan tangan Beliau yang lain di tengkuk kemudian
Beliau memeluk dan menciumnya. Dan bersabda “ Husein adalah bagian
darikudan aku adalah bagian darinya. Semoga Allah mencintai orang-orang
yang mencintainya. Husein adalah salah seorang dari cucu-cucuku (HR
Thabrani)
Bagaimanakah pandangan pendidikan Islam terkait
bermain bagi anak usia dini?

Sistem mengaji dan murajaah sambil bermain?


Bermain memang dunia anak-anak
Lantas.....
Apakah anak-anak harus bermain saat belajar?
IBNU JAUZI

Masa kecil Ibnu Jauzi diceritakan sendiri dalam kitab “ al Muntadzam fi tarikh al
Umam wa al Muluk.

“ sesungguhnya kebanyakan nikmat dari ku bukan karena usahaku, akan tetapi


karena anugerah dari Yang Maha Lembut. Aku ingat bahwa aku ini adalah orang
yang memiliki tekad tinggi. Aku berada di Kuttab pada usia 6 tahun”
Aku ini berteman dekat dengan anak-anak yang sudah besar. Sehingga aku
dianugerahi akal yang besar di masa kecilku. Bahkan seingatku saya tidak pernah
bermain dengan anak-anak di jalan.

Anak-anak dahulu bermain dengan cara turun ke sungai dan menikmati


pemandangan di atas jembatan. Sedangkan aku di usia tersebut mengambil sebuah
juz al Qur’an dan aku duduk menjauh dari manusia untuk menyembunyikan diri
dengan ilmu”
IMAM NAWAWI

Masa kecil Imam Nawawi diceritakan oleh gurunya Syeikh


Yasin bin Yusuf az Zarkasyi
“ Aku melihat Muhyiddin an Nawawi saat berusia 10 tahun di
Nawa. Saat itu anak-anak kecil lain memaksanya bermain
bersama. Tapi an Nawawi menjauhi sambil menangis karena
tidak suka di paksa.
Dia kemudian mengambil al Qura’an dan membacanya di
situasi tersebut. Anak kecil ini kelak diharapkan menjadi orang
paling berilmu di zamannya. Kemudian menjadi orang yeng
paling zuhud dan bermanfaat bagi seluruh manusia
(Tsabaqat asy Syafi’iyah)
(Hai Yahya! Ambillah Kitab itu ( kitab Taurat) secara sungguh-sungguh. (Dan
Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak) sewaktu
berumur tiga tahun.

Anda mungkin juga menyukai