Anda di halaman 1dari 6

19 AGUSTUS 2022

ZAHERMANN MUABEZI
PLT. KEPALA BIRO HUKUM, ORGANISASI, DAN KERJA SAMA

BADAN NASIONAL 1
Dasar Hukum Existing kelembagaan
PB di daerah
UU 24/2007
UU 23/2014
PP 21/2008
PP 18/2016
Perka BNPB 3/2008
Permendagri 46/2008

BADAN NASIONAL 2
Tugas BNPB
a. memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha PB yang mencakup pencegahan bencana,
penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara;
b. menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan PB berdasarkan PUU;
c. menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat;
d. melaporkan penyelenggaraan PB kepada Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan pada
setiap saat dalam kondisi darurat bencana;
e. menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan internasional;
f. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari APBN;
g. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan PUU; dan
h. menyusun pedoman pembentukan BPBD.

BADAN NASIONAL 3
Permasalahan di daerah
Kelembagaan masih memperhatikan rank, belum fungsional. Sehingga, BPBD tidak dapat berfungsi sebagai koordinator karena
typology yang lebih rendah dibandingkan dengan Perangkat Daerah yang dikoordinasikan.
Eselonisasi tidak sesuai Pasal 18 UU 24/2007, Kepala BPBD ex-officio Sekda, BPBD dipimpin oleh Kepala Pelaksana.
Mayoritas tidak memiliki Unsur Pengarah. Khusus untuk Unsur Pengarah dari masy profesional, pelibatannya hanya jika terdapat
urgensi dalam kegiatan.
Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi tidak dapat berfungsi secara maksimal karena penganggaran minim (terdapat di Perangkat
Daerah lain sesuai dengan PP 2/2018 SPM).
Penganggaran yang tidak memadai karena PB secara umum belum menjadi prioritas dalam perencanaan pembangunan daerah oleh
Pemda.
Minimnya kemandirian penganggaran, terlalu mudah untuk mengajukan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan PB di daerah.
Mutasi yang terlampau cepat dan tidak mempertimbangkan kompetensi yang sudah ditanamkan melalui pelatihan yang diberikan
oleh Pemerintah Pusat (BNPB). Pejabat baru tidak memiliki pengetahuan dan kompetensi terhadap PB.
Konsep PB dan Damkar bertabrakan .
a) Terdapat irisan pekerjaan yang serumpun (Pemadaman Kebakaran), Secara konsep PB lingkupnya lebih luas dari pada Damkar.
b) Pemadaman kebakaran juga merupakan salah satu kegiatan dipenanganan darurat bencana, contoh; pemadaman kebakan
Kahutla terhadap pemadaman kebakaran pemukiman hanya memiliki perbedaan pada lokus dan objek

BADAN NASIONAL 4
Saran
Seluruh BPBD wajib diberikan Tipologi yang sama (Eselon 2), dengan bidang minimal berjumlah 3 dengan 1
sekretariat.
Eselonisasi kepala BPBD disesuaikan dengan Pasal 18 UU No 24 Tahun 2007. apabila tidak dimungkinkan, maka
seluruh kepala pelaksana selevel dengan kepala dinas. (eselon 2a untuk Provinsi, eselon 2b untuk kabuapten/kota).
Perlu mewajibkan keberadaan unsur pengarah di BPBD sesuai dengan UU No 24 Tahun 2007.
Perlu pembuatan klasifikasi/nomenklatur anggaran untuk bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Terhadap
pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya fisik, penganggaran dan pelaksanaan pekerjaan tetap dilaksanakan oleh dinas
PUPR dengan mewajibkan koordinasi dengan BPBD sehingga pelaksanaan pekerjaan RR sesuai dengan R3P yang
disusun BPBD.
Terhadap daerah yang memiliki indeks risiko bencana tinggi/memiliki Sebagian wilayah dengan tingkat risiko
bencana yang tinggi, maka urusan penanggulangan bencana wajib menjadi prioritas dalam perencanaan
pembangunan daerah.
Pelaksanaan Kepala BPBD/Kepala Pelaksana BPBD terpilih wajib diberikan pelatihan PB oleh pusdiklat PB
sebelum/pada awal menjalankan tugas. Hal tersebut hanya dapat diundur apabila setelah dinyatakan terpilih terjadi
kondisi darurat bencana di Daerahnya.
Perlu dibuat kajian agar damkar menjadi unsur kegiatan yang ditangani oleh BPBD
BADAN NASIONAL 5
TERIMA KASIH

BADAN NASIONAL 6

Anda mungkin juga menyukai