Anda di halaman 1dari 114

FARMAKOKINETIK

FARMAKODINAMIK

dr. Zakiah, MKM


akuinizakiah@gmail.com

Mata Kuliah Farmakologi


OUTLINE

1.FARMAKOKINETIK
2.FARMAKODINAMIK
3.EFEK SAMPING OBAT
4.TOKSIKOLOGI
Dari skala 1 s.d 5
tuliskan mood kamu hari ini

1 2 3 4 5
FARMAKOKINETIK
FARMAKODINAMIK
APAKAH OBAT ITU
BERMANFAAT ???

YES / NO
“Racun dalam dosis kecil adalah obat yang
paling terbaik; dan penggunaan obat-
obatan yang berlebihan adalah racun ”

(William Withering 1789)


Obat Bahan
Obat

Sediaan
Farmasi

Kosmet
Batra
ika
APA ITU
OBAT?
Obat adalah suatu senyawa yang beraksi di dalam tubuh,
berinteraksi dengan molekul target didalam tubuh,
menstimulasi datau menghambat proses fisiologi
normal
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk
produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia
(UU 36/2009 tentang Kesehatan)
PROSES
PERJALANA
N OBAT
PROSES PERJALANAN
OBAT
Administrasi A-D-M-E Efek Klinis
ADMINISTRASI-
Pelepasan Zat ABSORBSI-

Aktif
METABOLISME- Efek Toksik
EKSKRESI
PROSES PERJALANAN OBAT DI DALAM TUBUH
Tablet pecah menjadi
granul Ketersediaan
Zat aktif terlepas dan farmasi Obat utk
larut diabsorbsi

bentuk sediaan obat FASE FARMASETIKA Pecah


dengan zat aktif
Tablet Granul

Terlepas Zat
Aktifnya
EFEK
OBAT
Zat Aktif
Terlarut

Terjadi Zat aktif mengalami


INTERAKSI OBAT Bioavabilitas ABSORBSI
DENGAN RESEPTOR DI DSITRIBUSI
TEMPAT KERJA Obat Memberikan Efek METABOLISME
ESKRESI

FASE FASE
FARMAKODINAMIKA FARMAKOKINETIKA
PROSES PERJALANAN OBAT DI DALAM TUBUH
/ Fase Farmaseutik

/ Fase Farmakokinetik
Farmasetik
Proses Pelepasan Zat Aktif dari sediaan obat

DISOLUSI DISINTEGRASI
Tablet dipecah ke dalam Pemecahan tablet atau
partikel-partikel kecil pil menjadi partikel-
supaya dapat larut ke partikel yang lebih
dalam cairan kecil

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by


Flaticon, and infographics & images by Freepik
Farmakokinetik
Mempelajari proses perjalanan obat di dalam tubuh,
Fokus objeknya adalah OBAT
ABSORB DISTRIBU METABOLIS
EKSKRESI
SI SI ME
ELIMINASI

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by


Flaticon, and infographics .& images by Freepik
TAHAPAN
FARMAKOKINETIK
TAHAPAN
FARMAKOKINETIK

ABSORBSI
ADALAH PERGERAKAN
PARTIKEL OBAT DARI
SALURAN PENCERNAAN
KE DALAM CAIRAN
TUBUH MELALUI
ABSORPSI PASIF ATAU
PINOSITOSIS

Tempat terjadinya : saluran


cerna, saluran pernafasan, dan
kulit/mukosa.
ABSORBSI
SIRKULASI
OBAT BIOAVABILITAS
SISTEMIK

yaitu Persentase jumlah obat dalam


Absorbsi melalui bentuk utuh yang mencapai sirkulasi
membrane dengan berbagai sistemik
cara :
• Difusi Pasif
• Difusi Terfasilitasi
• Transport Aktif
• Pinositosis

Membran Biologis
Tidak membutuhkan energi; dari konsentrasi lebih
DIFUSI PASIF
tinggi ke konsentrasi lebih rendah

DIFUSI Membutuhkan carrier; dari konsentrasi lebih


TERFASILITASI rendah ke konsentrasi lebih tinggi

TRANSPORT Membutuhkan energi; dari konsentrasi lebih


AKTIF rendah ke konsentrasi lebih tinggi

Mekanisme membrane sel menyelimuti partikel


PINOSITOSIS
obat, untuk selanjutnya membentuk vesikel yang
berisi partikel obat di dalam sel
Lintas
Membran Biologis
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI ABSORBSI
LARUTAN, PADAT KELARUTAN DALAM LEMAK
KADAR KEASAMAN OBAT
BENTUK OBAT
FAKTOR YANG
SIFAT FISIKO
MEMPENGARUHI
KIMIA
OBSORBSI
CARA
PEMBERIAN
OBAT UKURAN PARTIKEL
DERAJAT IONISASI OBAT
ENTERAL, PARENTERAL,
TOPIKAL PERMUKAAN ABSORBSI
OBAT
KENALI
OBAT/MEDICINE/DRUGS
Sifat Ukuran Bentuk
alami Obat obat

Ada yang padat/cair/gas


Bervariasi dari yang sangat Bervariasi, harus fit seperti
Ada yang bersifat asam kecil s.d sangat besar kunci dan gembok
lemah/basa
Tablets
Aerosol Capsule
BENTUK
SEDIAAN OBATInjection
Suspension

Cream Infusion

Solution
KECEPATAN PENYERAPAN OBAT DENGAN
BERBAGAI JENIS SEDIAAN

Pemberian Oral
Cair, elixir, syrup Tercepat
Suspensi ê
Serbuk ê
Kapsul ê
Tablet ê
Tablet Salut ê
Tablet Enterik Terlambat
RUTE PEMBERIAN OBAT

EKSTRA VASKULER INTRA VASKULER


1. Oral 1. Intra venous
2. Sublingual 2. Intra arteri
3. Rectal 3. Intra Cardiac
4. Intracutan
5. Intramuscular
6. Subcutaneus
7. Intraperitoneal
RUTE PEMBERIAN OBAT

ENTERAL TOPICAL PARENTERAL


1. Oral 1. Intra nasal 1. Intra venous
2. Sublingual 2. Inhalation 2. Intra muscular
3. Rectal 3. Intravaginal 3. Subcutaneus
RUTE PEMBERIAN OBAT
ENTERAL PARENTERAL

Melalui saluran pencernaan  pembuluh darah Langsung melalui pembuluh darah


KEUNGGULAN DAN KERUGIAN DARI
PEMBERIAN SECARA ORAL, IV, IM DAN SC.

Keamanan
Tinggi Oral > SC > IM > IV Rendah

Kenyamanan
Tinggi Oral > SC > IM > IV Rendah

Biaya
Tinggi IV > IM > SC > ORAL Rendah
KEUNGGULAN DAN KERUGIAN DARI
PEMBERIAN SECARA ORAL, IV, IM DAN SC.

BIOAVAILABILITAS
Rendah & / atau Variabel
Tinggi dan Kuat IV > IM = SC > ORAL

Mula Kerja
Segera IV > IM > SC > Oral Terlambat

Kepatuhan Pasien
Tinggi Oral > SC > IM > IV Rendah
TAHAPAN FARMAKOKINETIK

DISTRIBUSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISTRIBUSI


ADALAH PROSES DIMANA
OBAT MENCAPAI KARAKTERISTIK
SIRKULASI SISTEMIK, PATOLOGI
JARINGAN
CAIRAN TUBUH DAN
JARINGAN TUBUH
IKATAN OBAT- PROTEIN AFINITS TERHADAP
SETELAH DI ABSORBSI
(PLASMA/OTOT/JARINGAN ORGAN/JARINGAN
)
OBAT DIDISTRIBUSIKAN
MELALUI ALIRAN DARAH
DISTRIBUS
I
Obat diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh, ke jaringan
tubuh, otak, hati, dll, kemudian berikatan dengan
“SEL TARGET” pada reseptor jaringan yang dituju
→ ini yang memberikan respon obat terhadap tubuh.
Interaksi Obat-Reseptor :
D + R → DR → E
Ket : D = Drugs
R = Reseptor
E = Efek
MEKANISME DISTRIBUSI
MEKANISME DISTRIBUSI
VOLUME DISTRIBUSI
TAHAPAN FARMAKOKINETIK

ELIMINASI
proses eliminasi adalah TERDIRI DARI
semua proses yang
menyebabkan penurunan
kadar obat dalam sistem METABOLISME/
biologi/ tubuh EKSKRESI
BIOTRANSFORMASI
organisme.
TAHAPAN FARMAKOKINETIK

METABOLISME/ FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISTRIBUSI


BIOTRANSFORMASI
ADALAH UPAYA TUBUH GENETIKA FISIOLOGIS
MENGUBAH BENTUK
DARI SENYAWA OBAT KE
DALAM BENTUK LAIN KARAKTERISTIK OBAT, STATUS PENYAKIT;
SECARA KIMIA DENGAN INTERAKSI OBAT USIA & POLA HIDUP
TUJUAN TERTENTU (YANG
UTAMA AGAR DAPAT DI
EKSKRESI MELALUI
URINE)

METABOLISME
MEMPENGARUHI WAKTU
PARUH OBAT
METABOLISM

E
Melalui metabolisme/biotransformasi; Efek Obat dalam bentuk:
• Efek terapi → efek yg diharapkan
• Efek samping → efek yg tidak diharapkan muncul pd pemberian dosis terapi
• Efek toksis → efek keracunan pd pemberian dosis tinggi
• Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar artinya lebih mudah larut
dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekskresikan melalui
ginjal
• Obat pada umumnya menjadi inaktif, sehingga biotransformasi sangat berperan dalam
mengakhiri kerja obat. Tetapi ada juga obat yang metabolitnya menjadi lebih aktif, lebih
toksik atau tetap sama aktifnya
• Obat dapat dimetabolisir secara cepat atau lambat, dan hal ini akan berpengaruh terhadap
dosis yang diberikan.
• Obat yang dimetabolisir secara cepat akan kehilangan aktifitasnya lebih cepat, sehingga
dosis obat yang diberikan harus lebih tinggi dan sebaliknya.
METABOLISME DI HEPAR

TOKSIK

Ket : Cyp : Cytochrome P450


Yaitu keluarga besar enzim berjenis hemeprotein yang berfungsi sebagai katalis oksidator
pada lintasan metabolisme steroid, asam lemak, xenobiotik, termasuk obat, racun dan
karsinogen
BIOTRANSFORMASI/
METABOLISME
Metabolit Fase I
Metabolit Fase II

REAKSI FASE II
Konjugasi dengan:
Obat - Asam glukoronat
- Sulfat
REAKSI FASE I : - Asetat
- Oksidasi - Glutation
- Reduksi
- Hidrolisis
BIOTRANSFORMASI/ METABOLISME
PERUBAHAN PADA BIOTRANSFORMASI OBAT

 Zat aktif Tidak aktif


Acetaminofen Acetaminofen sulfate
Aspirin Salysilate glucuronide

Zat aktif Aktif


Phenylbutazon Oxiphenbutazon
Primidone Phenobarbital
Codein Morphine
Diazepam Desmethyl diazepam
methyl oxazepam

Zat tidak aktif Aktif


Talampicillin Ampicillin
Benorylate Paracetamol + acetosal
TAHAPAN FARMAKOKINETIK

EKSKRESI
ADALAH PROSES
PENGELUARAN ZAT
AKTIF/METABOLIT DARI
TUBUH UNTUK
MENURUNKAN
KONSENTRASI ZAT
TERSEBUT AGAR TIDAK
MENYEBABKAN
AKUMULASI (TOKSIK)
EKSKRESI DI GINJAL
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EKSRESI DI GINJAL
HEMODINAMIKA GINJAL

USIA

PH URINE

IKATAN DENGAN
PROTEIN PLASMA
KETERGANTUNGAN
DOSIS

FORCED DIURESIS
KLIRENS GINJAL
UKURAN YANG MENGGAMBARKAN KEMAMPUAN GINJAL MENGELUARKAN OBAT DARI
TUBUH
MERUPAKAN HASIL FILTRASI GLOMERULUS, SEKRESI/REABSORBSI DI SEPANJANG
TUBULUS GINJAL
SIMPULAN
Distribusi obat adalah proses distribusi senyawa obat dalam aliran darah
menuju tempat proses berikutnya di seluruh tubuh

Obat dalam tubuh dapat terikat protein & berupa obat bebas

Obat bebas lebih cepat masuk ke target organ disbanding dengan


obat yang terikat protein

Tubuh memiliki beberapa sawar khusus

Metabolisme obat terjadi Sebagian di hati & organ


ekstra hepatik
Metabolisme merubah obat aktif menjadi tidak
aktif, lebih aktif, kurang aktif maupun toksik

Enzim berperan dalam proses Metabolisme

Tujuan Metabolisme umumnya agar obat mudah


diekskresikan
SIMPULAN
Ekskresi obat dapat terjadi di beberapa organ tubuh,
terutama di ginjal dan system hepatik

Ekskresi obat merupakan proses eliminasi obat dari


dalam tubuh

Dalam pemberian obat perlu dipertimbangkan


keadaan fisiologis organ-organ ekskresi utk
menghindari terjadinya efek toksik

Proses farmakokinetik mempengaruhi


bioavailabilitas, onset of action, dan duration
od action
Farmakodinamik
Mempelajari pengaruh/ efek obat terhadap tubuh;
Obat mencapai tempat kerjanya  EFEK OBAT

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by


Flaticon, and infographics .& images by Freepik
Tujuan Mempelajari Farmakodimanik
1. Meneliti efek utama dari suatu obat
2. Mengetahui interaksi obat dengan sel
3. Mengetahui urutan peristiwa serta efek dan respon yang terjadi

Dasar terapi obat yang rasional, yaitu:


1. Tepat Penderita
2. Tepat obat
3. Tepat diagnosis
4. Tepat indikasi
5. Tepat dosis, pemberian dan lamanya terapi
6. Tepat informasi
7. Tepat evaluasi
INTERAKSI OBAT-RESEPTOR
RESEPTOR
Reseptor adalah makromolekul (protein) di permukaan / di
dalam sitoplasma sel yg mengenal & mengikat molekul spesifik,
menghasilkan efek khusus pada sel.

INTERAKSI OBAT-RESEPTOR
 Persyaratan untuk interaksi obat-reseptor adalah terbentuknya kompleks obat-
reseptor.
 Pembentukan kompleks obat dengan reseptor tergantung pada afinitas obat
(kemampuan obat berikatan dengan reseptor)
 Kemampuan suatu obat untuk menimbulkan suatu efek disebut aktivitas instrisik.
 Ikatan obat dg reseptor →ikatan ion, hidrogen, hidrofobik, van der Walls, kovalen,
atau campuran →reversibel.
INTERAKSI OBAT-RESEPTOR
AGONIS ANTAGONIS
JIKA IKATAN ANTARA OBAT- JIKA IKATAN ANTARA OBAT-RESEPTOR
RESEPTOR DAPAT TIDAK MENIMBULKAN EFEK
MENSTIMULASI RESEPTOR FARMAKOLOGI
SEHINGGA TIMBUL EFEK
FARMAKOLOGI
EFEK UTAMA
EFEK TERAPEUTIK

EFEK SAMPING

EFEK PENGGUNAAN EFEK TOKSISITAS


OBAT

ALERGI

TERATOGENIK
EFEK UTAMA (EFEK TERAPEUTIK)
• Efek yang diharapkan : Hilangkan penyebab penyakit, Hilangkan gejala penyakit dan
Terapi untuk gantikan /menambah zat yang hilang/kurang
• Tidak semua obat betul2 menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya yg meniadakan /
meringankan gejalanya saja.

Dari hal tsb dikenal 3 Jenis Terapi :


• Terapi Kausal  Penyebab penyakit ditiadakan, ditiadakan (pemusnahan kuman, virus,
parasit). Ex : antibiotika, fungisida, dll.
• Terapi simptomatis  meringankan gejala, penyebab tidak dipengaruhi (mis : kerusakan
organ / saraf). Ex : analgetika, antihipertensi.
• Terapi subsitusi  menggantikan zat tubuh yang lazimnya diproduksi oleh organ yg
sakit. Ex : insulin (DM), karena produksi insulin oleh sel β pd pankreas berkurang.
EFEK TERAPEUTIS OBAT TERGANTUNG
FAKTOR :
 Cara & bentuk pemberian obat

 Farmakokinetik (A,D,M,E)

 Kondisi fisiologi pasien (fungsi hati, ginjal, usus, peredaran darah)

 Faktor individual (ras, kelamin, luas permukaan tubuh).


MULA, PUNCAK & LAMA KERJA OBAT
Mula kerja obat dimulai pada
waktu obat memasuki plasma dan
berakhir sampai konsentrasi efektif
minimum (MEC = minimum
effective concertration)

Puncak kerja obat terjadi pada


saat obat mencapai konsentrasi
tertinggi dalam darah atau plasma.

Lama kerja obat adalah lamanya


obat mempunyai efek farmakologis
DOSIS & KEAMANAN OBAT
INDEKS TERAPI
Menunjukkan margin keamanan obat

Lethal Dose (LD) 50 yaitu dosis yang


menyebabkan kematian pada 50% hewan
percobaan;

Effective Dose (ED) 50 yaitu dosis yang


menyebabkan efek pada 50% hewan
percobaan

Makin lebar gap nya, makin aman obatnya


Interaksi Farmaseutik
Interaksi farmaseutik/inkompatabilitas

Terjadi diluar tubuh


Obat saling tidak tercampur
Interaksi secara fisika/kimia
Kadang dapat diamati [endapan, perubahan warna, timbul gas, lembab pada serbuk dll.]
 Lebih sering menyebabkan in aktivasi obat
interaksi antar obat suntik [obat/vehicle]
interaksi obat suntik dgn cairan infus

Obat A Obat B Efek


Gentamisin Karbenisilin Inaktif
Penisilin G vitamin C Inaktif
Amfoterisin B garam fisiologis/ringer Endapan
Fenitoin dekstrosa 5 % Endapan
Interaksi Farmakokinetik
Terjadi jika salah satu obat mempengaruhi ADME obat kedua, sehingga
kadar plasma obat kedua meningkat atau menurun → toksisitas ↑ dan
efektivitas ↓

Interaksi Farmakokinetik dibagi dalam :

a. Interaksi dalam Absorbsi


b. Interaksi dalam Distribusi
c. Interaksi dalam Metabolisme
d. Interaksi dalam Eksresi
● Interaksi dalam Absorbsi
a. Interaksi langsung
Interaksi fisika atau kimia antar obat dlm lumen GI sebelum abs dpt mengganggu
proses penyerapan obat
(Umumnya abs obat akan menurun)
Ini dpt diatasi dgn mengatur jarak pemberian ke dua obat

Contoh :
Tetrasiklin dgn kation polivalen (Ca, Mg, Al, Fe)→komplek
Digoksin, digitoksin dgn Adsorbensia (carb adsorben, kaolin)
b. Perubahan pH cairan GI
● Cairan GI yang alkalis (akibat antasida, H2 Bloker atau penghambat
pompa Proton→ ↑kelarutan obat brsft asam dan ↓kelarutan obat brsft
basa.

Obat A Obat B Efek


Antasid, H2 Bloker Aspirin, Glibenklamid, Kelarutan obat B
Pnghmbt pompa proton Gliplizid, Tolbutamid Absorbsi obat B
Antasid Fe pH lambung Abs obat B
Vitamin C Fe pH lambung Abs obat B
c. Perubahan wkt pengosongan lambung dan transit usus

 Semakin cepat obat sampai di usus (cpt pengosongan lambung)


Semakin cepat pula obat di absorbsi sehingga kdr dlm darah cpt meningkat
Demikian sebaliknya……

 Obat yang memperpendek waktu transit usus (WTU) akan mengurangi jumlah
absorbsi obat (biovavailabilitas menurun)
Demikian sebaliknya……

Obat A Obat B Efek


Metoklopramid, laksan, Parasetamol, Diazepam, Obat A memperpendek PL
Mg(OH)2 dlm antasid Propanolol Mempercpat absobsi obat B
sda Digoksin, Prednison, Obat A memperpendek
Dikumarol WTU
Bioavailabilitas obat B
d. Efek toksik pada saluran GI
 Terapi dengan Asam mefenamat, Neomisin dan Kolkisin menyebabkan sindrom
malabsorbsi sehingga absorbsi obat lain terganggu

Obat A Obat B Efek


Neomisin Vitamin B12, Penisilin V, Obat A me – i absorb obat B
Digoksin
• Interaksi dalam distribusi
● Interaksi Dengan Ikatan Protein Plasma
 Terjadi kompetisi obat untuk berikatan dengan protein yang sama karena jumlah protein darah
terbatas

 Tergantung kadar dan afinitas obat, maka ikatan obat A dg protein dapat digeser oleh obat B sehingga
efek/toksisitas obat A.

Obat A Obat B Efek


Warfarin Fenilbutazon, Salisilat, Pendarahan
Fenitoin, as. Mefenamat,
Sulfinpirazol dll
Tolbutamid, Klorpropamid Fenilbutazon, Salisilat Hipoglikemik
Fenitoin Fenilbutazon, Salisilat, valproat Toksisitas Fenitoin
• Interaksi dalam metabolisme
1. Hambatan Metabolisme
SUBSTRAT PENGHAMBAT EFEK
Siklosporin Ketokonazol, Ertromisin, Kadar siklosporin
Verapamil Dosis
Metoprolol Quinidin Kadar Metoprolol ,
Bradikardia
Fenitoin Simetidin Kadar Fenitoin

2. Induksi Metabolisme
SUBSTRAT PENGINDUKSI EFEK
Siklosporin Rifampisin Kadar siklosporin
Imunosupresi
Teofilin Fenobarbital, Merokok Kadar Teofilin , Dosis
Parasetamol Etanol, INH Hepatotoksisik
3. Gangguan Eksresi empedu dan Sirkulasi Enterohepatik

SUBSTRAT PENGHAMBAT EFEK


Rifampisin Probenesid Ekskresi rifampisin

Estogen (Kontrasepsi oral) Antibiotik Spektrum luas Daya reabsorbsi


• Interaksi dalam eksresi

1. Obat-obat yang dapat merusak ginjal, jika diberikan bersama obat lain
yang eliminasinya terutama melalui ginjal akumulasi akan meningkat
→ toksik

Obat A Obat B Efek


Amfoterisin B flusitosin Kadar flusitosin
Depresi sumsum tulang
Aminoglikosida ,siklosporin digoksin Kadar digoksin dan Efek toksik
2. Kompetisi untuk sekresi aktif di tubulus ginjal

3. Perubahan pH urin

4. Perubahan kesetimbangan Na tubuh total

Obat A Obat B Efek


2. Digoksin Kuinidin,Verapamil, sekresi digoksin di tub ginjal
dan abs di usus halus
3. Salisilat Na bic Nabic membasakan urin
Ionisasi dan Eksresi salisilat
4. Diuretik, AINS litium Keracunan litium
SIMPULAN
Farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari
respon tubuh terhadap obat

Obat untuk menunjukkan funsginya, Sebagian besar


berikatan dengan reseptor obat

Efek obat dapat berupa agonis atau antagonis dari


efek fisiologi normal

Sebagian obat bekerja tanpa terikat dengan reseptor


EFEK SAMPING
OBAT
Efek yang tidak diinginkan
akibat pemakaian obat dengan dosis lazim
( adverse event ).

Biasanya berhubungan dengan efek


farmakodinamik. tidak dikehendaki,
merugikan, membahayakan pasien.
Tidak ada obat yang bebas efek samping.

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by


Flaticon, and infographics & images by Freepik

EFEK SAMPING OBAT


CONTOH EFEK SAMPING
OBAT
Contoh : Antihistamin (dipendhidramin)

efek sedative
● Efek samping tidak mungkin dihilangkan sama sekali
● RIsiko efek samping merupakan konsekuensi pemakaian obat
● Dapat dihindari/ditekan seminimal mungkin dengan menghindari faktor-
faktor risiko/penyebabnya, melalui :
○ Mengetahui secara seksama pengaruh-pengaruh farmakologis obat
○ Cara pemakaian
○ Aturan dosis
○ Penelaahan manfaat dan resiko pemakaian suatu obat
EFEK SAMPING OBAT (ESO)

ESO TIPE A (80 %) ESO TIPE B (10-15 %)


HIPERSENSITIVITAS

ESO yg bukan efek ESO akibat Respons akibat ESO akibat


utama obat dosis tinggi penghentian obat interaksi obat

ESO akibat ESO akibat ESO akibat ESO akibat


hipersensitif intoleransi pseudoalergi idiosinkrasi
obat obat obat

TIPE I TIPE II TIPE III TIPE IV


Hipersensitivitas Reaksi sitotoksik Reaksi Immun Hipersensitivitas
segera/langsung antibodi kompleks tertunda
EFEK SAMPING OBAT TIPE A
Adalah reaksi berlawanan yang merupakan suatu konsekuensi dari efek
farmakologis normal obat sehingga kemunculannya bisa diprediksi.
Reaksi berlawanan ini disebabkan oleh dosis yang tidak tepat (terlalu
banyak atau terlalu lama) dan karena farmakokinetik yang tidak teratur
(biasanya karena kegagalan eliminasi).
EFEK SAMPING OBAT TIPE B
Adalah ESO yang tidak dapat diprediksi dari aksi obat, tidak berkaitan
dengan dosis, dan memiliki angka mortalitas yang tinggi.

Fatofisiologi dasar reaksi sangat buruk, memiliki basis genetik dan


imunologi.

Sangat jarang terjadi.


ESO AKIBAT HIPERSENSITIF OBAT

Type Reaksi Imunologik Antibodi/agen Manifestasi klinik Obat penyebab

Reaksi Segera
I Anafilaktik IgE Syok Anafilaktik, urtikaria, Asetosal, Penisilin
udema angioneurotik

II Sitotoksik IgG, IgM Anemia Hemolitik, Metildopa, Penisilin,


Trombositopenia, dan Sulfonamida, Tiourasil
Agranulositosis
III Pembentukan kompleks IgG, IgM Glomerulonefritis, eksantema, Penisilamin, Penisilin
immun sindrom serum sickness

Reaksi lambat
IV Limfosit R.Kulit diperlambat Ampisilin, Aurum (emas),
Tipe Tuberkulin, foto alergi Sulfonamida
Zat warna ttt.
TINDAKAN PENCEGAHAN ALERGI OBAT

Tidak ada pengobatan lokal


Indikasi yang jelas untuk obat, Meningkatkan anamesis
dengan obat yang
sedapat mungkin terapi terhadap reaksi alergi
menyebabkan alergi kuat
tunggal sebelumnya
(Penisilin, Sulfonamida).

Penjelasan pada pasien


Pengawasan pasien dengan tentang bahaya pemakaian
ketat pada setiap pengobatan obat yang tidak diawasi
jangka panjang terutama dalam rangka
pengobatan sendiri.
PRINSIP PEMBERIAN
OBAT KEPADA PASIEN

BENAR BENAR
BENAR BENAR BENAR BENAR
BENAR DOSIS RUTE DOKUMEN
PASIEN OBAT WAKTU INFORMASI
PEMBERIAN TASI

79
1. BENAR PASIEN

Benar pasien dipastikan dengan memeriksa identitas pasien, pasien diminta untuk
menyebutkan namanya sendiri atau ditanyakan keluarga pasien.

Bagaimana jika terdapat pasien dengan dua nama yang sama?

Cek gelang identitas

80
2. BENAR OBAT
Pastikan obat yang diberikan adalah benar. Setiap obat memiliki nama dagang dan
nama generik. Obat ada yang memiliki nama yang mirip. Contoh: digoksin dan
digitoksin. Selain itu pastikan mengapa pasien mendapat terapi tersebut dan apakah
perintah pengobatan lengkap dan sah.

Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, label harus dibaca tiga kali:
1. Pada saat melihat botol atau kemasan obat
2. Sebelum menuang/mengisap obat
3. Setelah menuang/mengisap obat
3. BENAR DOSIS
Sebelum memberikan obat, harus dipasikan dosisnya. Jika ragu tanyakan kepada dokter
atau apoteker. Jika ragu, dosis dihitung oleh perawat lain. Jika pasien meragukan dosisnya,
perawat harus memeriksanya lagi.

Beberapa obat memiliki kandungan dosis yang berbeda. Pastikan dosis yang akan
diberikan sesuai dengan terapi yang dibutuhkan.
4. BENAR RUTE PEMBERIAN
Oral (p.o, sublingual;, bukal)
Ekonomis, aman, nyaman. Obat yang dapat menyebabkan iritasi lambung dan
menyebabkan muntah diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet salut. Kapsul tidak boleh
dibuka, obat tidak boleh dikunyah, tidak minum antasida atau susu sekurang-kurangnya
satu jam setelah minum obat.

Parenteral (i.c., s.c., i.m., i.v.)


Di luar usus atau saluran cerna. Diperhatikan pada pasien anak-anak yang biasanya takut
jarum suntik
4. BENAR RUTE PEMBERIAN
Topikal
Melalui kulit atau membrane mukosa. Misal salep, lotion, krim, spray, tetes mata.

Rektal
Berupa enema atau supositoria yang akan mencari pada suhu badan. Pemberian rektal
untuk memperoleh efek local seperti konstipasi, hemoroid, pasien yang tidak sadar/kejang.
Efek lebih cepat dari oral, tetapi tidak semua obat tersedia dalam bentuk supositoria.

Inhalasi
Melalui saluran pernafasan. Pemberian obat lokal salbutamol (Ventolin), Combivent,
berotek untuk asma atau dalam keadaan darurat misal terapi oksigen.
4. BENAR RUTE PEMBERIAN

Hal yang perlu diperhatikan:


a. Kemampuan klien untuk menelan obat sebelum memberikan obat per oral.
b. Teknik aseptic dalam pemberian rute parenteral
c. Berikan obat pada tempat yang sesuai
d. Tetap bersama pasien sampai obat oral telah ditelan
5. BENAR WAKTU
Benar waktu mencakup kapan obat harus diberikan. Contoh: b.i.d., t.i.d., dst. Sehingga
kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan.

Beberapa obat sebelum makan, bersama makan dan setelah makan


Contoh: pemberian antibiotik yang tidak boleh bersama susu atau obat yang diminum
setelah makan seperti asam mefenamat.
6. BENAR DOKUMENTASI
Dokumentasi berguna sebagai media komunikasi yang efektif antar profesi dalam suatu
pelayanan kesehatan pasien.
Dokumentasi merupakan tulisan dan pencatatan suatu kegiatan/aktivitas tertentu secara
sah/legal termasuk di dalamnya data pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi dan
evaluasi keperawatan.

Obat diberikan harus didokumentasikan dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat diberikan.
Jika pasien menolak juga harus dicatat dan dilapporkan.
7. BENAR INFORMASI
Pasien harus mendapatkan informasi yang benar tentang obat sehingga tidak ada kesalahan
pemberian obat.
Perawat mempunyai tanggung jawab untuk memberikan edukasi kepada pasien, keluarga
dan masyarakat luas terutama berkaitan dengan manfaat obat secara umum, penggunaan
obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang
diharapkan setelah pemberian obat, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat,
interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, perubahan yang diperlukan dalam
aktivitas sehari-hari selama sakit.
TOKSIKOLOGI
Asal Kata
racun : “toxic”  Yunani “tox” :
Panah
panah pada saat itu digunakan sebagai senjata dalam
peperangan, yang selalu pada anak panahnya terdapat
racun.

racun : berbagai bahan ”zat kimia” yang dengan jelas


berbahaya bagi tubuh.
Konsep Dasar
Paracelcius • Philippus Aureolus Theophratus Bombast von
Hohenheim (1493-1541)

All substances are poisons; there is none that is not poison. The right dose
differentiates a poison and a remedy”

“Semua zat adalah racun dan tidak ada zat yang tidak
beracun, hanya dosis yang membuatnya menjadi tidak
beracun”

• konsep hubungan dosis reseptor


dan indeks terapi
Definisi
toksikologi
kajian tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya
(efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk
hidup dan sistem biologik lainnya.

toksisitas
sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya
menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan
mekanisme biologi pada suatu organisme.
Sifat toksik

Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh:

dosis
konsentrasi racun di reseptor “tempat kerja”,
sifat zat
kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme,
paparan terhadap organisme
bentuk efek yang ditimbulkan.
Risiko Keracunan

Mekanisme kerja

Tergantung pada : frekuensi kerja

waktu kerja.
Hubungan ilmu dasar dan terapan dengan cabang
toksikologi
Ruang Lingkup Berdasarkan Aplikasi
Toksikologi Lingkungan Toksikologi Ekonomi Toksikologi Forensik

• menguraikan pemejanan • Menguraikan pengaruh • menekankan diri pada


(exposure) zat kimia berbahaya zat kimia yg aplikasi ilmu
(pencemar lingkungan, sengaja diberikan pd toksikologi untuk
makanan dan air) yg tdk jaringan biologi dgn kepentingan peradilan.
disengaja pd jaringan maksud utk mdpatkan Kerja utama dari
biologi (lebih khusus pengaruh/efek toksikologi forensik
manusia) bermanfaat yg khas adalah analisis racun
(mis. Obat, zat baik kualitatif maupun
makanan, pestisida) kuantitatif sebagai bukti
dalam tindak kriminal
(forensik) di pengadilan.
Bidang pengelompokan Toksikologi (LU, 1995)
Bidang Kedokteran •untuk tujuan diagnostik, pencegahan, dan terapeutik,

Bidang Industri •sebagai zat tambahan baik langsung maupun tidak langsung,
Makanan

Bidang Pertanian •sebagai pestisida zat pengatur pertumbuhan, peyerbuk bantuan, dan zat tambahan pada
makanan hewan

Bidang Industri •sebagai pelarut, komponen, dan bahan antara bagi plastik, pengaruh logam (misal dalam
dalam pertambangan dan tempat peleburan), produk minyak bumi, kertas dan pulpa,
Kimia tumbuhan beracun, dan racun hewan terhadap kesehatan.
Subdisiplin Toksikologi
Analisis toksikologi Keracunan yang terjadi Mencoba melindungi

toksikologi klinik

Toksikologi hukum
Toksikologi kerja
klinik dapat berupa akibat pejanan tokson di masyarakat umum dari
analisis kualitatif tempat kerja. Hal ini efek berbahaya tokson
maupun kuantitatif. mungkin dapat dengan membuat undang-
Untuk mengetahui mengkibatkan efek buruk undang, peraturan, dan
yang akut maupun kronik. standar yang membatasi
tepatnya tingkat atau melarang
toksisitas pasien, Efek toksik yang
ditimbulkan oleh penggunaan zat kimia
biasanya diperlukan yang sangat beracun, juga
kesehatan dan
analisis tokson yang dengan menentukan
keselamatan kerja
berulang baik dari darah merupakan masalah syarat penggunaan zat
maupun urin. . bidang toksikologi kerja. kimia lainnya.
Subdisiplin Ilmu Toksikologi

Toksikologi Toksikologi Toksikologi


Analisis klinik kerja

Toksikologi Toksikologi
Hukum mekanistik
Perkembangan Mutakhir Toksikologi
● Dalam perkembangan beradaban modern, masyarakat
menuntut perbaikan kondisi kesehatan dan kehidupan,
diantaranya makanan bergizi, mutu kesehatan yang tinggi,
pakaian, dan transportasi.
● Meningkatnya jumlah penduduk dunia menuntut, salah
satunya meningkatnya jumlah produksi pangan. Dalam hal ini
diperlukan bahan kimia, seperti pupuk, pestisida, dan herbisida
Fase Kerja Tokson
Efek Kerja Tokson

EFEK EFEK YANG EFEK TOKSIK


TERAPEUTIS TIDAK • Efek yang membahayakan
• Efek hasil interaksi DIINGINKAN atau merugikan organisme
xenobiotika dan reseptor itu sendiri
• Efek yang tidak
yang diinginkan untuk diinginkan pada dosis
tujuan terapeutis yang dianjurkan
Interaksi
dengan sistem
enzim

Inhibisi pada
Toksisitas transpor O2
pada jaringan karena

Mekanisme
gangguan Hb

Kerja
Iritasi kimia Interkasi

Efek Toksik
Mekanisme
langsung pada dengan fungsi
Kerja
jaringan sel umum

Gangguan
Gangguan
pada sintesis
sistem umum
DNA & RNA

Kerja
Teratogen
Perkembangan Mutakhir Toksikologi
Modernisasi
Peningkatan mutu
Tuntutan perbaikan
kondisi kesehatan & PeningkatanProduksi
Kehidupan Makanan
Kesehatan Bahan kimia secara besar-
Pakaian besaran
transportasi 
Pupuk
Pestisida
Herbisida
Kasus Keracunan Masif
Kontaminasi Ginger jake oleh Tri-o-kresil
(Detroit, 1930)

Kontaminasi udara oleh SO2 & Partikel tersuspensi


(London, 1952)

Tragedi Minamata krn limbah merkuri


(Minamata, 1950-an)
Kerja Teratogenik
● Adalah suatu keabnormalan yang terjadi pada janin yang timbul selama
fase perkembangan embrio (fetus) atau bisa diartikan dengan
pembentukan cacat bawaan.
● Hal ini mulai menarik dunia setelah terjadi bencana talidomid yang
terjadi pada akhir 1950-an sampai awal tahun 1960-an, efek yang terjadi
adalah terlahir janin dengan pertumbuhan organ tubuh yang tidak
lengkap.
Thalidomide merupakan suatu obat sedative hipnotik yang dikembangkan di
Jerman Barat sekitar tahun 1954 untuk mengatasi insomnia. Namun dalam
perjalanannya obat ini banyak disalahresepkan pada ibu hamil untuk mengatasi
gejala mual dan muntah. Karena popularitasnya, dalam waktu 3 tahun setelah
dipasarkan obat tersebut telah dikonsumsi secara besar-besaran di 46 negara di
dunia. Belum genap 6 tahun menguasai pasar obat dunia, kisah tragis dan pilu
muncul bersamaan.

Yang paling tragis, untuk menghentikan tragedi obat ini diperlukan waktu yang
amat panjang, yaitu 8 tahun dengan korban lebih dari 10.000 bayi cacat di seluruh
dunia. Kasus ini menjadi "salah satu tragedi medis terbesar di masa modern".
Bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pada saat hamil mengkonsumsi
thalidomide ditemukan cacat dalam bentuk :
• Amelia (tidak memiliki tangan dan kaki),
• Fokomelia (lengan dan kaki tidak lengkap),
• Labioschisis (Bibir sumbing ),
• Palatoschisis (Tanpa langit-langit ),
• Anophtalmus (Tanpa mata )
• Anotia (Tanpa telinga),
• Anencephali (Tanpa tempurung kepala ), hingga abnormalitas
berbagai organ tubuh.

• Pada pertengahan tahun 1962, Thalidomide dinyatakan ditarik dari


peredaran di seluruh dunia
Bayi korban Thalidomide
PENDALAMAN MATERI
KULIAH
Cari 1 (satu) jenis obat yang biasa
digunakan dan identifikasi sediaan,
farmakokinetik dan
farmakodinamik nya serta Efek
Samping yang sering terjadi
PENDALAMAN MATERI
KULIAH
1. Cari obat-obatan yang sering
menyebabkan syok anafilaktik dan
bagaimana penanganannya
2. Jelaskan obat-obatan yang sering
menyebabkan toksisitas dan
bagaimana penangananannya
Daftar Rujukan:
 Aschenbrenner, DS. & Venable, S.J. (2012). Drug therapy
in nursing. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins
 Bullock, B.A. (2000). Focus on pathophisiology.
Philadelphia: JB.Lippincott
 Burton, GRW. & Engelkirk, PG. (2004). Microbiology for
the health sciences. 7 th ed. Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins.
 Copstead, L.C. and Banasik, J.L. (2000).
Pathophysiology : Biological and behaviour
perspectives. Philadelphia : W.B. Saunders Company.
 Gandasoebrata, S., Henrry D., Wita P. (2004).
Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI
 Greenwood, D., Slack, RCB., Peutheren, J. (2002).
Medical microbiology: a guide to microbial infections:
pathogenesis, immunity, laboratory, diagnosis, and
control. (edisi 16). New York: Churchill Livingstone.
THANKS!!
Do you have any questions?

akuinizakiah@gmail.com
081802062152

Anda mungkin juga menyukai