Oleh:
Nurussakinah
Interaksi Tubuh - Obat
Terikat Protein Plasma
Obat
Bebas
ABSORPSI Farmakokinetik
Konsentrasi Obat Dalam (Perjalanan Obat
Obat Dalam Jaringan
sirkulasi sistemik dalam Tubuh)
DISTRIBUSI
Toksisitas Efikasi
KONSEP THERAPEUTIK WINDOW
TOKSIK
KONSENTRASI OBAT
DALAM PLASMA THERAPEUTIK
ATAU TEMPAT KERJA TERAPI OPTIMAL WINDOW
OBAT
INEFECTIVE
K
O
N
S KEGAGALAN TERAPI REGIMEN B
E
N
T
MINIMUM TOXIC CONCENTRATION
R
S
I
TERAPI SUKSES REGIMEN A
O
B
A MINIMUM EFFECTIV CONCENTRATION
T KEGAGALAN TERAPI
P
L
A
S WAKTU PEMBERIAN OBAT
M
A
K AREA UNDER CURVE = AUC
O
N
S
E
N
T
MINIMUM TOXIC CONCENTRATION
R
S
I
O
B
A MINIMUM EFFECTIV CONCENTRATION
T
P AUC AUC
L
A
S
M AREA UNDER CURVE PEMBERIAN DOSIS BERULANG
A
Apa Yang terjadi setelah Obat
DIBERIKAN?????
Drug at site
of administration
1. Absorption
Drug in plasma
2. Distribution
Drug/metabolites
3. Metabolism
in tissues
4. Elimination
Drug/metabolites
in urine, feces, bile
Modified from Mycek et al. (1997)
Faktor Utama Farmakologi
OBAT TUBUH
(Sistem Biologi)
(Bahan Kimia)
Farmakodinamika Farmakokinetika
TUJUAN TEURAPEUTIK
Transdermal
Parenteral
Topical (SC, IM)
Rectal
AUC ORAL
Serum Concentration
particular route of admin’n
Fraksi obat yang mencapai sirkulasi
sistemik setelah rute tertentu
Injected Dose
Affected by:
1st pass metabolism
(eg: Lidocaine, propranolol)
Solubility
Instability
(eg: Penicillin G, insulin) Oral Dose
Time
Bioavaibility : Ketersediaan hayati, yaitu persentase obat
secara utuh mencapai sirkulasi umum untuk melakukan
kerjanya.
Obat akan berkurang kadarnya melalui mekanisme:
i) Gangguan atau ketidaksempurnaan proses absorpsi di
dalam sistem saluran cerna
ii) proses metabolisme tahap pertama. (Metabolisme First
Pass). Obat yang diabsorpsi usus dibawa oleh darah
menuju ke hati dan mengalami metabolisme
Pharmacokinetics: Absorption
Faktor yang mempengaruhi absorpsi Obat:
Administration route of the drug (rute pemberian obat)
Food or fluids administered with the drug (ada tidaknya
makanan dan minuman yang diberikan bersamaan
obat)
Dosage formulation (Formulasi sedian obat)
Status of the absorptive surface ( Keberadaan
permukaan absorpsi)
Rate of blood flow to the small intestine (kecepatan
Aliran darah di USUS Halus)
Acidity of the stomach (Keasaman lambung)
Status of GI motility ( Keadaan motilitas GI)
Pharmacokinetics: Absorption
Routes
• (rute pemberian obat mempengaruhi laju
dan tingkat penyerapan obat itu):
– Enteral
– Parenteral
– Topical
Pharmacokinetics: Absorption
Enteral Route
• Obat diserap ke dalam sirkulasi sistemik
melalui mulut atau mukosa lambung, usus
halus, atau dubur.
– Oral
– Sublingual
– Buccal
– Rectal
Buccal/Sublingual
Obat Terikat
Metabolit
Biotransformasi
Distribusi : Pendistribusian obat ke sistem peredaran
darah.
Obat akan didistribusikan dan diikat oleh protein plasma
(Albumin, Globulin, dll) dan diikat secara REVERSIBEL.
Berbagai Proses farmakokinetik SEPERTI DI ATAS
Volume of Drug Distribution
– Intracellular Fluid
It takes time for a drug to distribute in the body
Drug distribution is affected by elimination
Serum Concentration
1.5
0.5
2. Faktor penderita
- bayi & anak →sirup, pulveres (p.o)
- tidak sadar/pingsan, tidak kooperatif/gila →parenteral, rektal
(suppositoria, enema).
- tingkat ekonomi →harga tablet/kapsul berbeda dg sirup.
3. Faktor penyakit
- gawat/emergency →parenteral, aerosol, nebulizer.
- letak penyakit →mis : mata (TT, ZM), telinga (TT).
- penyakit kronis & frekuensi pemakaian yg sering →mis: peny. Jantung (SR,
oros, CR).
Fungsi BSO dari sisi biofarmasetika
1. Melindungi agar zat aktif tidak rusak oleh udara,
kelembaban/cahaya →tablet salut.
2. Melindungi zat aktif tidak dirusak asam lambung jk digunakan per
oral →tablet salut enterik, tab.sub lingual, tab.buccal.
3. Menutupi / menghilangkan rasa pahit, rasa & bau yg tidak enak
dari obat →kapsul, tablet salut, sirup.
4. membuat serbuk yg tidak larut / tdk stabil dalam larutan dibuat
serbuk yg tidak larut & terdispersi dalam air (suspensi).
5. mencampur cairan seperti minyak agar terdispersi dalam larutan
air menjadi emulsi, melindungi rasa & bau tak enak dari minyak
(emulsi minyak ikan).
6. Memudahkan penggunaan obat untuk pengobatan setempat shg
diperoleh efek maksimal di tempat yg diobati →TM/ZM, TT, tetes
hidung, salep/cream untuk kulit.
• Lanj…
7. Agar obat mudah masuk dalam lubang badan, yaitu :
- rektum →suppositoria, enema.
- vaginal →insert/suppositoria vaginal, douche
- mata →TM,ZM, dll.
8. Mengatur pelepasan obat yg teliti, tepat, aman shg diperoleh efek
yg lama & teratur (tab/kaps SR, CR, Oros).
9. agar obat dapat segera masuk dalam peredaran darah / jaringan
badan (injeksi i.v. ; i.m.)
10. memperoleh aksi obat yg optimal dalam saluran pernapasan
(inhalasi / aerosol)
11. membuat sediaan obat yg berupa larutan, dimana obatnya larut
dalam zat pembawa yg dinginkan.
Klasifikasi BSO berdasarkan konsistensinya
1. BSO Padat
pulvis, pulveres, tablet, tab.salut (gula, film,enteric), tab.lepas
lambat, tab. Effervescent, tab.sublingual. Tab. Bukal, tab. Kunyah,
tab. Hisap, kapsul, tab. Vaginal, suppositoria, ovula, pil, implan.
3. BSO Cair
larutan, eliksir, sirup, suspensi, emulsi, obat tetes, infusa,
kolutorium, gargarisma, lotio, enema, vaginal douche, vaksin,
imunoserum, infus i.v., injeksi, inhalasi, aerosol.
BSO PADAT
1. PULVIS (serbuk tidak terbagi)
• Campuran homogen & kering bahan obat yg dihaluskan, untuk
pemakaian dalam/p.o.
• Con : lacto-b, smecta.
4. TABLET (compressi)
sediaan padat, mengandung 1jenis obat/>, dg / tanpa zat
tambahan.
9. Tablet effervescent
• Tablet berbuih yg dibuat dg cara kompresi granul yg mengandung
garam effervescent (Na-bikarbonat & asam organik : sitrat, tartrat)
atau bahan lain yg mampu melepaskan gas CO2 ketika bercampur dg
air.
10. Tablet vaginal / vaginal insert /
suppositoria vaginal
• Tablet yg dimasukkan dalam vagina dg alat penyisip khusus, di dalam
vagina obat dilepaskan & berefek lokal.
• Ex : flagystatin tablet vaginal.
16. OVULA
• sediaan padat yg digunakan melalui vagina , umumnya berbentuk
telur , dapat melarut, melunak / meleleh pada suhu tubuh. Ex :
Vagistin ovula.
17. SUPPOSITORIA
• Bentuk sediaan padat yg digunakan dg cara dimasukkan melalui
lubang / celah pd tubuh (rektum, vagina, saluran urin), umumnya
berbentuk terpedo, dapat melarut, melunak / meleleh pd suhu
tubuh, memberikan efek lokal / sistemik.
2. krim / cremores
• sediaan setengah padat, berupa emulsi, mengandung 1 / > bahan
obat terlarut / terdispersi dalam bahan dasar yg sesuai , digunakan
sebagai emolien / untuk pemakain luar pd kulit.
3. jelly / gel
• salep yg lebih halus, umumnya cair, mengandung sedikit lilin / tanpa
lilin, digunakan pada membran mukosa, sebagai pelicin / dasar salep
campuran sederhana minyak & lemak dg titik lebur rendah.
4. pasta
1. sediaan berupa massa lembek , untuk pemakaian luar, digunakan
sebagai antiseptic / pelindung kulit, cara pakai : dioleskan lebih dulu
pada kain kasa.
2. Sediaan semi padat yg mengandung 1 / > bahan obat, untuk
pemakaian topikal (kulit luar). Perbedaan dg salep : persentase bahan
padat pd pasta > besar shg pasta > kaku dp salep.
ex : pasta Zink oksida.
6. linimenta
• sediaan yg dipakai dg dioles & digosok dg penekanan agar bahan obat
menembus kulit.
7. Sabun
• Sediaan setengah padat yg diperoleh melalui reaksi saponifikasi
(reaksi penyabunan alkali dg asam lemak rantai panjang).
• Konsistensi sabun tergantung dari alkali yg digunakan : KOH (lunak),
NaOH (keras).
BSO CAIR
2. ELIKSIR
larutan yg mempunyai rasa & bau sedap, selain mengandung obat
juga zat tambahan seperti : gula (sirup gula, sorbitol, gliserin,
sakarin), zat warna, zat pewangi, zat pengawet; untuk obat dalam;
pelarut utama : etanol (5 – 10%) untuk mempertinggi kelarutan
obat.
3. SIRUP
sediaan cair berupa larutan , mengandung sakarosa dg kadar tidak
kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66,0%.
ex : sirup simpleks (sirup bukan obat)
4. SUSPENSI
• sediaan yg mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus &
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
• Syarat suspensi :
- zat yg terdispersi halus tidak boleh cepat mengendap.
- suspensi tidak boleh terlalu kental, shg mudah dikocok,
endapan cepat terdispersi kembali & mudah dituang.
- mengandung suspending agent sbg stabilisator.
• Suspensi digunakan sbg :
- suspensi oral, con : amoxicilin dry sirup.
- suspensi tetes telinga (bagian luar).
- suspensi steril untuk injeksi, con : suspensi kortison asetat steril,
ampisilin steril untuk suspensi.
5. EMULSI
• sediaan yg mengandung bahan obat cair / larutan obat, terdispersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi /
surfaktan yg cocok.
12. INFUSA
• sediaan cair yg dibuat dg cara menyari/mengekstraksi simplisia
nabati dg air pada T=90°C selama 15 menit.
20. IMUNOSERUM
• sediaan cair / kering beku,mengandung immunoglobulin khas dari
pemurnian serum hewan yg telah dikebalkan, khasiat : menetralkan
toksin kuman / bisa ular / mengikat kuman / virus / antigen lain yg
sama dg yg digunakan pada pembuatannya.
22. INJEKSI
• Sediaan steril yg disuntikkan dg cara merobek jaringan ke dalam kulit
/ melalui selaput lendir.
Sediaan steril (mnrt F.I.), untuk parenteral dapat berupa :
1. Larutan / emulsi yg dapat langsung diinjeksikan.
Con : injeksi aminofilin.
2. Serbuk steril / cairan pekat yg tidak mengandung dapar, pengencer
/ bahan tambahan lain shg harus diencerkan dulu dg pelarut yg
sesuai persyaratan injeksi.
Con : ampicillin Na-steril.
3. Sediaan spt.no.2. mengandung 1 / > dapar, pengencer & bahan
tambahan lain shg dapat langsung digunakan.
con : siklofosfamid untuk injeksi.
4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yg sesuai, tidak
disuntikkan i.v. atau ke dalam saluran spinal.
ex : suspensi kortison asetat steril.
5. Sediaan serbuk steril yg harus disuspensikan lebih dulu dg bahan
pembawa yg sesuai untuk injeksi.
con : ampicillin steril untuk suspensi.
23. INHALASI
• sediaan obat / larutan / suspensi terdiri dari 1 / > bahan obat yg
diberikan melalui saluran nafas hidung (mulut), disedot dg memakai
alat semprot mekanik, untuk memperoleh efek lokal / sistemik.
Sediaan obat biasanya dalam bentuk butiran kabut yg sangat halus &
seragam shg dapat mencapai bronkioli. Ex : ventolin nebules
24. AEROSOL
• sediaan yg mengandung 1 / > zat berkhasiat dalam wadah
bertekanan, berisi propelan / campuran yg cukup untuk
memancarkan isinya hingga habis, dapat untuk obat luar / untuk obat
dalam. jika untuk obat dalam / inhalasi aerosol dilengkapi dg
pengatur dosis.
ex : kenalog spray (untuk obat luar, anti-inflamasi topikal).
25. Bentuk sediaan lainnya : PLESTER
bahan yg digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan yg
dapat melekat pd kulit & menempel pd pembalut. Tujuan :
melindungi & menyangga / memberikan daya perekat & daya
maserasi & memberikan pengobatan jika melekat pd kulit.
ex : plester estraderm TTS 50.
TTS = transdermal terapeutic system
Aplikasi farmakokinetika
Di bidang farmasi – kedokteran
• Menaksirkan kecepatan absorpsi, metabolisme,
ekskresi obat kedalam urine
• Menaksirkan ketersediaan hayati obat yaitu kecepatan
dan jumlah obat yang masuk dalam sirkulasi sistemik
• Memperkirakan kadar obat dosis ganda dari hasil
pengukuran kadar obat dosis tunggal
• Pengaturan dan regimen dosis obat bagi pasien
• Optimalisasi dosis obat secara spesifik
• Mengaitkan respon farmakologik obat terhadap kadar
obat plasma, jaringan maupun cairan tubuh lainnya
• Merancang penyempurnaan obat
• Membantu diagnose suatu penyakit tertentu
Toksikologi Forensik
• Penetapan penyebab toksisitas obat dan
membantu mengurangi atau menghindari
toksisitas obat
1. Bidang farmakologi
a. Mekanisme kerja obat dalam tubuh,
khususnya untuk mengetahui senyawa yang
mana yang sebenarnya bekerja dalam
tubuh; apakah senyawa asalnya,
metabolitnya atau kedua-duanya.
b. Hubungan antara kadar/jumlah obat
dalam tubuh dengan intensitas efek yg
ditimbulkannya.
2. Bidang farmasi klinik
a) Memilih route pemberian obat yang paling
tepat.
b) Menghitung aturan dosis yang tepat untuk
setiap individu (dosage regimen
individualization).
c) Menyusunan aturan dosis yang rasional.
d) Menerangkan mekanisme interaksi obat,
3. Bidang toksikologi