Anda di halaman 1dari 40

SITUASI STUNTING

DI KALIMANTAN SELATAN
Stunting ?

Kerdil (stunting) pada anak mencerminkan kondisi


gagal tumbuh pada anak Balita (Bawah 5 Tahun)
akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak
menjadi terlalu pendek untuk usianya.
Stunting ?

Kemenkes (2010) “anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari


-2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely
stunted) menurut panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U)
menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-
MGRS 2006
Bagaimana Situasi Stunting ?
Tren Prevalensi Balita Pendek di Dunia Tahun 2000-2017
Rata-rata Prevalensi Balita Pendek di Regional Asia Tenggara Tahun 2005-2017
Sumber : data Riskesdas 2013

Sumber : data Riskesdas 2018


Sumber : data Riskesdas 2007-2018
Sumber : data Riskesdas 2007-2018
Apa penyebab Stunting ?
Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
(WHA Global Nutrition Targets 2025: Stunting Policy Brief)

Apa penyebab Stunting ?

• Status Gizi dan kesehatan ibu sebelum, selama dan setelah kehamilan
----- ibu hamil kurang gizi --- gangguan pertubuhan janin --- lahir BBLR
---accounts for 20% of childhood stunting
• Ibu yang pendek (TB < 150 cm), jarak kelahiran dan kehamilan diusia
remaja
• Praktik pemberian makanan bayi dan anak yang tidak baik, termasuk
pemberian ASI dan makanan Pelengkap yang kualitas, kuantitas dan
variasinya yang rendah
• Infeksi
Situasi ibu dan calon ibu
a. Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah persalinan
mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting.
b. Faktor lainnya pada ibu yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan
yang terlalu dekat, ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan.
c. Usia kehamilan ibu yang terlalu muda (di bawah 20 tahun) berisiko melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah (BBLR). Bayi BBLR mempengaruhi sekitar 20% dari terjadinya stunting.
Pemantauan Status Gizi 2017 Susenas, Badan Pusat Statistik, 2017
Rikesdas 2018
Sumber Pemantauan Status Gizi 2016
Situasi Bayi dan balita

Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir tentunya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya termasuk
risiko terjadinya stunting.
• Tidak terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD),
• gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan
• proses penyapihan dini dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting.
• pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) meliputi kuantitas, kualitas, dan keamanan
Rikesdas 2018
Pemantauan Status Gizi 2017
Situasi sosial ekonomi dan lingkungan

• Kondisi sosial ekonomi dan sanitasi tempat tinggal juga berkaitan dengan terjadinya stunting.
Kondisi ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan dalam memenuhi asupan yang bergizi dan
pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita.
• Sedangkan sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi.
Riskesdas 2013
Susenas, Badan Pusat Statistik, 2017
Proses Terjadinya Stunting
Pra konsepsi Masa Kehamilan Setelah Lahir Stunting

Calon ibu (Remaja • 45,99% usia < 20 tahun • 6,5% BBLR


Putri 15-19 tahun) • 41,8% Anemia • 15,9% IMD > 1 jam
• 46,6% KEK • 17,3 KEK • 35,7% Asi Eksklusif
• 22,8% Pendek • 30,5% Pendek (<150 cm) • 71,7% Defisit energi
• 22,7% Anemia • 67% Defisit Energi • 46,6% Defisit protein
• 77,7% Defisist Protein

Sosial ekonomi dan lingkungan


Impaired Increased
Lifecycle: the causal links of undernutrition Higher mental
mortality risk of adult
development chronic
rate
disease
Untimely / inadequate
weaning
Baby Frequent
Elderly infections
Low Birth
Undernutrition
Weight Inadequate Inadequate
catch up food, health &
Inadequate growth care
food, Inadequate
health & foetal
care nutrition Child
Stunted
Reduced
Woman mental
Pregnancy
Malnourished capacity
Low Weight Gain
Adolescent Inadequate
Stunted food, health &
care

Higher
maternal Inadequate Reduced
mortality food, health & mental
care capacity
Dampak ?
DAMPAK KURANG
GIZI

Gizi kurang & infeksi Gizi cukup & sehat

“Otak Kosong” bersifat Anak cerdas


permanen dan produktif
Tak terpulihkan

MUTU RENDAH MUTU SDM TINGGI

BEBAN ASET
Sumber : Unicef, 2002
7 years 7 years
Tren Penyakit Tidak Menular Tahun 2007-2013
Upaya Pencegahan
Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.

Upaya pencegahan stunting harus dilakukan secara terintegrasi dan


konvergen dengan pendekatan multi sektor
14 INTERVENSI GIZI BERDAMPAK BESAR MENGURANGI STUNTING SEBESAR 20% APABILA
CAKUPANNYA MENCAPAI 90%

I. Intervensi dengan Sasaran Ibu Hamil


1. Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil
untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis
2. Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat
3. Mengatasi kekurangan iodium
4. Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil
5. Melindungi ibu hamil dari malaria. III. Intervensi dengan Sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia
7-23 bulan
II. Intervensi dengan Sasaran Ibu Menyusui 1. Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan
dan Anak Usia 0-6 Bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI
1. Mendorong inisiasi menyusui dini 2. Menyediakan obat cacing
(pemberian ASI jolong/colostrum) 3. Menyediakan suplementasi zink
2. Mendorong pemberian ASI Eksklusif 4. Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan
5. Memberikan perlindungan terhadap malaria
6. Memberikan imunisasi lengkap
7. Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
Upaya Pencegahan
Permenkes Nomor 39 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan


Keluarga terdiri atas 4 (empat) area prioritas yang
meliputi:
a. penurunan angka kematian ibu dan bayi;
b. penurunan prevalensi balita pendek (stunting);
c. penanggulangan penyakit menular; dan
d. penanggulangan penyakit tidak menular
Upaya Pencegahan
Permenkes Nomor 39 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Ibu Hamil dan Bersalin

a. Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan;


b. Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu;
c. Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan;
d. Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan mikronutrien (TKPM);
e. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular);
f. Pemberantasan kecacingan;
g. Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku KIA;
h. Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif; dan
i. Penyuluhan dan pelayanan KB.
Upaya Pencegahan
Permenkes Nomor 39 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Balita
a. Pemantauan pertumbuhan balita;
b. Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk
balita;
c. Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak; dan
d. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
Upaya Pencegahan
Permenkes Nomor 39 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Anak Usia Sekolah

a. Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS);


b. Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS;
c. Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS); dan
d. Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba
Upaya Pencegahan
Permenkes Nomor 39 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Remaja
a. Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok, dan
mengonsumsi narkoba; dan
b. Pendidikan kesehatan reproduksi
Dewasa Muda
a. Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB);
b. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular); dan
c. Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang,
tidak merokok/mengonsumsi narkoba.

Anda mungkin juga menyukai