Anda di halaman 1dari 57

Konsep dan Prinsip

Pengendalian Infeksi

Rita Ismail
Maret 2024, UPNVJ
Pendahuluan
Komplikasi/insiden yang
Healthcare paling sering terjadi di
Associated pelayanan kesehatan
Infections
(HAIs)
CDC: 1.7 million /th,
Kematian 99.000/th
PerMen Kes No 27 Th 2017
Ttg Pedoman Pencegahan
Dan Pengendalian Infeksi Setiap saat 1.4 juta
First Global Patient orang di dunia
Safety Challenge terpapar HAIs
(2004)
Dasar Hukum
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Your Text Here Your Text Here Your Text Here Your Text Here

Pencegahan dan Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan


Pengendalian Infeksi (PPI) (Health Care Associated Infections)
adalah upaya untuk mencegah HAIs adalah infeksi yang terjadi pada
dan meminimalkan terjadinya pasien selama perawatan di rumah
infeksi pada pasien, petugas, sakit dan fasilitas pelayanan
pengunjung, dan masyarakat kesehatan lainnya
sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan.
PPI sebagaimana dimaksud
Add Text Here
pada ayat (1) dilaksanakan
Add Text Here
melalui
Add Text Here
penerapan: a. prinsip kewaspadaan standar dan berdasarkan
transmisi; b. penggunaan antimikroba secara bijak; dan c. bundles.
WHO menganjurkan strategi-strategi Pencegahan Pengendalian
Infeksi (PPI) untuk mencegah atau membatasi penyebaran COVID-
19
1. Menjalankan langkah-langkah kewaspadaan standar untuk semua pasien.
2. Memastikan dilakukannya triase, identifikasi awal, dan pengendalian
sumber.
3. Menerapkan langkah-langkah pencegahan tambahan empiris atas kasus-
kasus suspek infeksi COVID-19.
4. Menerapkan pengendalian administrasi.
5. Menggunakan pengendalian lingkungan dan rekayasa.
Konsep Dasar PPI
PPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
penerapan:

a. prinsip kewaspadaan standar dan


berdasarkan transmisi;

b. penggunaan antimikroba
secara bijak

c. bundles

Bundles merupakan sekumpulan praktik berbasis bukti sahih


yang menghasilkan perbaikan keluaran proses pelayanan
kesehatan bila dilakukan secara kolektif dan konsisten (PMK
27 Th 2017)
Mengapa PPI Penting ?

01 (JCI, 2007), memandang bahwa


Perawat beresiko terpapar HAIs merupakan insiden dan
infeksi akibat kontak dengan masalah keamanan bagi klien
darah klien, cairan tubuh, 0505
peralatan dan permukaan 02
yang terkontaminasi.
PPI Penting untuk menciptakan
lingkungan Yankes yang aman
bagi klian dan staf.
Klien pada semua Yankes 04
beresiko tinggi terkena infeksi 03
karena daya tahan tubuhnya Perawat memiliki peran primer
rendah & banyak terpapar dalam semua tatanan Yankes.
prosedur invasif.
Dimana Resiko Infeksi bisa terjadi ?

Tenaga Kesehatan yang tidak 05 01 Pada semua tatanan Yankes baik rawat
melindungi dirinya sendiri dari kontak jalan maupun rawat inap.
dengan benda-benda yang infeksius.

02 Klien yang resisten terhadap


Antibiotika.
04
Klien dan keluarga
Perawat yang tidak mempraktekkan
Harus mengenali sumber-sumber 03 tehnik Pencegahan dan pengendalian
infeksi dan Tindakan penyegahannya .
infeksi dengan baik, saat memberikan
pelayanan langsung kepada klien.

www.free-powerpoint-templates-design.com
Dimana PPI diterapkan?
COVID-19
Virus Disinfection
Penerapan PPI diterapkan terhadap infeksi terkait
pelayanan HAIs dan infeksi yang bersumber dari
masyarakat
Dalam pelaksanaan PPI pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan harus melakukan:;

a. surveilans.

b. pendidikan dan pelatihan PPI


PPI bertujuan untuk memutus
Rantai Penularan Infeksi
• Agen infeksi: virus corona
• Reservoir: manusia terinfeksi
• Tempat keluar: saluran nafas
• Cara penularan: kontak dan droplet atau
aerosol sewaktu melakukan prosedur
• Tempat masuk: saluran nafas
• Pejamu: manusia rentan

• Agar infeksi dapat menyebar, setiap


mata rantai harus tersambung
• Memutuskan sambungan mana pun
akan menghentikan penularan!
Tahun Teknik Perlakuan
Isolasi
1985 Universal Epidemik HIV  petugas kesehatan
Precaution waspada terhadap darah dan cairan
tubuh, tangani dengan menggunakan
SEJARAH sarung tangan, gaun,masker , pelindung
PERKEMBAN mata
GAN 1988 Universal Darah , cairan tubuh sumber HIV, HBV,
KEWASPADA Precaution waspada terhadap darah , cairan tubuh
(semen, vagina, peritonial, perikardial
AN ISOLASI sinovial, cairan amnion, cerebrospinal),
#1 bukan feces, urine, muntah, sputum,
sekret hidung, keringat, kecuali terkena
darah.
Setelah melepas sarung tangan harus
cuci tangan
Tahun Teknik Isolasi Perlakuan
1987 Body Substance Waspada terhadap darah,
Isolation (BSI) di feses, urin, sputum, saliva,
Seatle, Washington, drainase luka, cairan tubuh
San Diego, lainnya, permukaan tubuh yang
California basah dan lembab. Gunakan
SEJARAH sarung tangan, setelah melepas
PERKEMBAN tidak perlu cuci tangan
GAN
KEWASPADA
AN ISOLASI 1990 A new Terdiri atas 2 lapis:
#2 Isolation • Kewaspadaan
Guideline Standar dan
• Kewaspadaan
Berdasarkan
Transmisi
Tahun Teknik Isolasi Perlakuan

1996 Isolation Kewaspadaan Standar : ditujukan


Precaution kepada semua pasien tanpa
memandang apakah infeksi atau
SEJARAH tidak, waspada terhadap darah dan
cairan tubuh, sekresi, ekskresi ,
PERKEMBAN kecuali keringat. Gunakan APD jika
GAN tindakan terkena atau
memungkinkan terkena darah,
KEWASPADA cairan, sekresi, ekskresi.
AN ISOLASI Kewaspadaan Berdasarkan
Transmisi :
#3 Airborne, droplet, kontak 
diterapkan pada pasien yang sudah
terinfeksi atau di duga infeksi
SEJARAH PERKEMBANGAN
KEWASPADAAN ISOLASI #4
Tahun Teknik Isolasi Perlakuan
1996 Isolation Precaution Kewaspadaan Standar meliputi :
1.Kebersihan tangan
2.Penggunaan APD (sarung tangan, masker
pelindung mata /wajah, gaun/apron)
3.Peralatan perawatan pasien
4.Pengendalian lingkungan
5.Penanganan limbah benda tajam
6.Penempatan pasien
7.Penanganan linen
8.Keamanan tenaga kesehatan
SEJARAH PERKEMBANGAN
KEWASPADAAN ISOLASI #5
Tahun Teknik Isolasi Perlakuan
2007 Isolation Precaution A. Kewaspadaan Standar ditambah:
1. Hygiene respirasi/Etika batuk
2. Praktek menyuntik yang aman
3. Praktek prosedur lumbal punksi

B. Hospital Acquired Infection (HAI)


menjadi Healthcare Associated
Infections ( HAIs)
C. Cuci tangan menjadi kebersihan tangan
(handwash  handhygiene)
Strategi-strategi PPI apa yang
dianjurkan oleh WHO untuk
COVID-19?
WHO menganjurkan strategi-strategi Pencegahan
Pengendalian Infeksi (PPI) untuk mencegah atau
membatasi penyebaran COVID-19
1. Menjalankan langkah-langkah kewaspadaan standar untuk semua
pasien.
2. Memastikan dilakukannya triase, identifikasi awal, dan
pengendalian sumber.
3. Menerapkan langkah-langkah pencegahan tambahan empiris atas
kasus-kasus suspek infeksi COVID-19.
4. Menerapkan pengendalian administrasi.
5. Menggunakan pengendalian lingkungan dan rekayasa.
Rekomendasi 1.
Menjalankan langkah- langkah Kewaspadaan Standar
untuk semua pasien
Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan tangan
2. Kebersihan pernapasan (etika batuk/bersin)
3. APD sesuai risiko (TRANSMISI KONTAK DAN
DROPLET)
4. Praktik suntikan, manajemen benda tajam dan
pencegahan luka dengan aman
5. Pengelolaan limbah
6. Penanganan dan pencucian linen yang sudah dipakai
dengan aman
7. Kebersihan lingkungn
8. Penanganan, pembersihan dan disinfeksi peralatan
perawatan pasien
Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan tangan
2. Kebersihan pernapasan (etika batuk/bersin)
3. APD sesuai risiko (TRANSMISI KONTAK DAN DROPLET)
4. Praktik suntikan, manajemen benda tajam dan pencegahan luka dengan aman
5. Pengelolaan limbah
6. Penanganan dan pencucian linen yang sudah dipakai dengan aman
7. Kebersihan lingkungn
8. Penanganan, pembersihan dan disinfeksi peralatan perawatan pasien
1.Kebersihan tangan
• Cara terbaik mencegah
penyebaran kuman di tempat
layanan kesehatan dan di Gagang pintu Peralatan
tengah masyarakat

• Tangan adalah alat utama bagi Medication Jabat tangan


pekerjaan tenaga kesehatan –
dan tangan menjadi mata
rantai kunci dalam rantai
penularan
Ponsel
Pemberi perawatan
Kapan melakukan Kebersihan tangan?
5 Momen WHO
APAKAH SARUNG TANGAN DIANJURKAN UNTUK
DIPAKAI SECARA REGULER DI MASYARAKAT ?

• Tidak
• karena:
• akan meningkatkan terjadinya risiko self-contamination
atau
• terjadinya penularan infeksi terhadap orang lain akibat
terkontaminasinya permukaan lingkungan karena tidak
dibukanya sarung tangan dan tidak dilakukannya
kebersihan tangan.
• Oleh karena itu, pada area publik, selain physical distancing, WHO
merekomendasikan penempatan sarana kebersihan tangan pada
pintu masuk dan keluar.
Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan tangan
2. Kebersihan pernapasan (etika batuk/bersin)
3. APD sesuai risiko (TRANSMISI KONTAK DAN DROPLET)
4. Praktik suntikan, manajemen benda tajam dan pencegahan luka dengan aman
5. Pengelolaan limbah
6. Penanganan dan pencucian linen yang sudah dipakai dengan aman
7. Kebersihan lingkungn
8. Penanganan, pembersihan dan disinfeksi peralatan perawatan pasien
KEWASPADAAN STANDAR 2
Kebersihan pernapasan
(etika batuk/bersin)

Orang yang menunjukkan gejala


infeksi pernapasan akut harus
mengikuti etika batuk/bersin,
mengenakan masker medis dan
mencari perawatan medis jika
mengalami kesulitan bernapas
Kenapa kita harus menghindari kontak jarak dekat (1M) dengan orang yang menderita infeksi

pernapasan akut serta harus sering membersihkan tangan, terutama setelah kontak langsung

dengan orang sakit atau lingkungannya

Karena kita harus mengurangi kemungkinan kita

terinfeksi atau menjadi sumber penyebaran

COVID-19, dengan cara mencuci tangan sesering

mungkin dan menjaga jarak dengan orang lain,

serta menghindari kerumunan.

Bila tidak, maka anda bisa tidak beruntung

menjadi pasien covid-19 dan menderita sakit berat

atau bahkan kematian atau menularkan kerpada

orang lain, termasuk anggauta keluarga sendiri.


PEMAKAIAN MASKER

BENAR SALAH
• Masyarakat jangan
menggunakan masker yang
diperuntukkan bagi tenaga
kesehatan
• Nakes tidak perlu menggunakan
masker yang diperuntukkan
untuk pekerja industri
PEMAKAIAN MASKER

SALAH BENAR
Jangan Mengalungkan masker
Jangan Menempatkan masker di dahi
Jangan Menempatkan di bawah hidung
Jangan Menempatkan hanya pada hidung
Jangan Menempatkan pada dagu
Jangan Menggantungkan pada telinga
Jangan Meletakan pada lengan
APA BUKTI
PENYEBARAN
MELALUI
KERUMUNAN ?
Kewaspadaan
standar 3:
Alat Pelindung Diri
(APD)
Apakah WHO atau CDC telah merubah moda
transmisi penularan pada buku pedoman ?
• Tidak!
• Sampai saat ini WHO dan CDC masih
merekomendasikan Kewaspadaan Standar
dan Kewaspadaan berdasar transmisi
Droplet/Kontak
• Kewaspadaan Airborne diterapkan hanya
saat melakukan prosedur yang
menghasilkan aerosol atau dalam keadaan
tertentu, seperti ruangan tertutup atau
sirkulasi udara buruk, kontak erat: jarak
< 1meter, dan > 15 menit
Airborne transmission – belum cukup bukti sebagai moda utama

 Analisis 75,465 COVID-19 kasus di China: tidak ada laporan airborne transmission.
Yang ada, akibat aerosol generating procedures (AGPs): tracheal intubation, non-invasive ventilation,
tracheotomy, cardiopulmonary resuscitation, manual ventilation before intubation, bronchoscopy.
 Beberapa publikasi deteksi of COVID-19 RNA pada sampel udara
• Studi eksperimen tidak menemukan aerosol saat pasien batuk (e.g. van Doremalen N et al, NEJM 2020)
• Laporan dari pasien simtomatik COVID-19 yang dirawat yang tidak dilakukan AGPs
o Sample udara positif berisi fragmen virus terdeteksi dengn RT-PCR dalam bentuk microdroplets: Liu
Y et al, 2020, bioRxiv preprint; Santarpia JL et al, 2020, medRxiv preprint;
• Deteksi COVID-19 RNA dalam konsentrasi sangat rendah (sehingga dianggap dibawah ambang
infectious inoculum)
• Deteksi RNA pada sampel udara berdasarkan pemeriksaan PCR tidak mengindikasikan kemampuan virus
untuk di transmisikan (Wölfel R, Nature 2020)
Minimalisir paparan langsung tanpa
perlindungan dengan darah dan cairan tubuh
SKENARIO KEBERSIHAN SARUNG JUBAH MASKER PERLINDUNGAN
TANGAN TANGAN MEDIS MATA
Selalu sebelum dan setelah
kontak pasien, dan setelah X
lingkungan terkontaminasi
Jika kontak langsung dengan
darah dan cairan tubuh, X X
sekresi, ekskresi, selaput
mukosa, kulit terbuka
Jika ada risiko percikan ke
tubuh tenaga kesehatan X X X

Jika ada risiko percikan ke


tubuh dan wajah X X X X X
APAKAH ADA TRANSMISI MELALUI
TINJA ?
• Ada beberapa bukti menunjukkan bahwa infeksi COVID-19
dapat mengakibatkan infeksi saluran cerna sehingga dapat
ditemukan di tinja. Namun, sampai saat ini baru satu studi yang
menunjukkan adanaya hasil biakan virus COVID-19 dari satu
spesimen tinja. Belum ada laporan transmisi COVID-19 melalui
faecal-oral sampai saat ini.

WHO: Modes of transmission of virus causing COVID-19: implications for IPC precaution recommendations Scientific brief 29 March 2020
Faktor yang harus dipertimbangkan pada indikasi penggunaan APD

1. APD yang digunakan antara lain :


• APD digunakan oleh yg berisiko terpajan dgn a) Gaun/gown,
b) Sarung tangan,
Risiko pasien / material infeksius
• Seperti; nakes, petugas kebersihan, petugas c) Masker N95/bedah,

terpapar instalasi sterilisasi, petugas laundry & petugas


ambulans di Fasyankes
d) Pelindung kepala
e) Pelindung mata(goggles)

let
f) Sepatu pelindung

op
dr
Catatan: APD di atas bisa ditambah dengan penggunaan

&
ak
pelindung wajah (face shield)

nt
Ko
1.Transmisi penularan COVID-19 : droplet &
kontak
2.Transmisi airbone bisa digunakan pada 2. APD yang digunakan antara lain:
tindakan yg memicu terjadinya aerosol air a) Gaun/gown,
b
Dinamika - intubasi trakea, ventilasi non invasive,
trakeostomi, resusitasi jantung paru, ventilasi
or
ne b) Sarung tangan,
c) Masker N95,
transmisi manual sebeulm intubasi, nebulasi &
broskopi, pemerikasaan gigi seperti scaler
d) Pelindung kepala,
e) Pelindung mata(goggles)
ultrasonic & high & high-speed air driven, f) Pelindung wajah (face shield)
pemeriksaan hdung & tenggorokan, g) Sepatu pelindung
pengambilan swab Catatan: APD di atas bisa ditambah dengan
penggunaan apron
• Ventilasi yang baik, penggunaan dan disinfeksi toilet yang baik, dapat secara efektif
membatasi transmisi aerosol SARS-CoV-2.
• Kerumunan karier asimtomatik merupakan sumber potensi SARS-CoV-2.
• Aerosol virus di deposisi di APD dan lantai serta merupakan cara transmisi potensial,
untuk itu sanitasi yang efektif sangat penting untuk meminimalisir transmisi aerosol
SARS-CoV-2.
Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan tangan
2. Kebersihan pernapasan (etika batuk/bersin)
3. APD sesuai risiko (TRANSMISI KONTAK DAN DROPLET)
4. Praktik suntikan, manajemen benda tajam dan pencegahan luka dengan aman
5. Penanganan, pembersihan dan disinfeksi peralatan perawatan pasien dengan
aman
6. Membersihkan lingkungan
7. Penanganan dan pencucian linen yang sudah dipakai dengan aman
8. Pengelolaan limbah
9. Health-care worker safety
Apa itu dekontaminasi?
Dekontaminasi
Melepaskan kotoran dan mikroorganisme patogen dari
benda-benda sehingga aman dipegang, untuk diproses
lebih lanjut, digunakan atau dibuang.

Pembersihan Disinfeksi Sterilisasi

Sumber: World Health Organization. 2016. Decontamination and reprocessing of medical devices
for health-care facilities. World Health Organization. Diakses dari: https://www.who.int/infection-
prevention/publications/decontamination/en/
Apa itu dekontaminasi?
Pada langkah pertama, kontaminasi material asing dilepaskan
secara fisik, seperti debu, kotoran. Langkah ini juga akan
Pembersihan melepaskan material, seperti darah, sekresi, ekskresi dan
mikroorganisme, untuk mempersiapkan alat medis untuk
didisinfeksi atau disterilisasi.

Proses mengurangi jumlah kemungkinan mikroorganisme ke


Disinfeksi tingkat bahaya yang lebih rendah. Proses ini mungkin
menonaktifkan spora bakteri, prion dan beberapa virus.

Proses validasi yang digunakan untuk membuat suatu benda


Sterilisasi bebas dari kemungkinan mikroorganisme, termasuk virus dan
spora bakteri, tetapi tidak termasuk prion.
Spraying disinfektan
Disinfeksi spraying individual (seperti terowongan, mebel, kamar/
chamber) tidak direkomendasikan dalam keadaan apapun.

Berbahaya baik secara fisik dan psikologik dan

tidak mengurangi kemampuan menginfeksi

seseorang dalam menyebarkan virus melalui

droplet atau kontak.

• Spraying dengan klorin atau kimiawi toksik

dapat berakibat iritasi mata dan kulit,

penyempitan saluran nafas karena inhalasi

dan efek saluran cerna seperti mual dan

muntah.
WHO: Cleaning and disinfection of environmental COVID-19 Interim guidance 14 May 2020
Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien

• Pada tahun 1968 Spaulding Kategori Spaulding adalah sebagai


berikut:
mengusulkan tiga kategori risiko
berpotensi infeksi, yaitu: a) Kritikal
a. Kritikal Bahan dan praktik ini berkaitan
dengan jaringan steril atau sistem
b. Semi Kritikal
darah, yang beresiko infeksi tingkat
c. Non- Kritikal tertinggi. Kegagalan manajemen
sterilisasi dapat mengakibatkan infeksi
yang serius dan fatal.
Alat-Alat Kritikal Alat-Alat Semi Kritikal
• Alat kritikal adalah Alat-alat yang • Alat semikritikal adalah alat-alat yang
digunakan untuk Tindakan invasive, bersentuhan dengan mukosa atau jaringan
yang tidak utuh (luka), spt:
spt:
 Peralatan Anestesi dan pernafasan
 Instumen Bedah
 Endoskopi
 Kateter Jantung atau  Selang Endotraheal
intravaskuler.  Endoskopi gastrointestinal
 Kateter Urine  Cincin diafragma
 Implan Alat-alat semikritikal harus didesinfeksi
Alat-alat ini harus disterilkan dan tingkat tinggi atau di sterilkan.
bebas dari spora, karena Tindakan Setelah dicuci dikeringkan dan disimpan
invasive beresiko tinggi, terjadi infeksi. dalam suatu tempat untuk melindungi
kontaminasi sebelum di sterilkan.
b) Semikritikal c) Non-kritikal
• Bahan dan praktik ini berkaitan • Pengelolaan peralatan/ bahan dan
dengan mukosa dan area kecil di praktik yang berhubungan dengan kulit
kulit yang lecet. utuh yang merupakan risiko terendah.
• Pengelola perlu mengetahui dan • Pengelolaan yang buruk pada bahan
memiliki keterampilan dalam dan peralatan non-kritikal akan dapat
penanganan peralatan invasif, menghabiskan sumber daya dengan
pemrosesan alat, Disinfeksi Tingkat manfaat yang terbatas (contohnya
Tinggi (DTT), pemakaian sarung sarung tangan steril digunakan untuk
setiap kali memegang tempat sampah
tangan bagi petugas yang
atau memindahkan sampah)
menyentuh mukosa atau kulit tidak
utuh
Alat-Alat Non Kritikal

• Alat Non kritikal adalah Alat-alat yang


bersentuhan dengan kulit yang utuh. Alat-
alat tersebut, a.l:
 Pispot
 Manset Tensimeter
 Stetoskop
 Tempat Tidur pasien
 Alat Satri
 Lemari pasien ( Naghas)
 Peralatan makan
Alat-alat non kritikal ini harus dicuci bersih
dan didesinfeksi.
Dalam proses dekontaminasi peralatan perawatan pasien dilakukan penatalaksanaan
peralatan bekas pakai yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh, melalui (pre-cleaning,
cleaning, disinfeksi, dan sterilisasi) sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO) sebagai
berikut:

a). Rendam peralatan bekas pakai dalam air dan detergen atau enzyme lalu dibersihkan
dengan menggunakan spons sebelum dilakukan Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau
sterilisasi.

b) Peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius harus didekontaminasi terlebih dulu
sebelum digunakan untuk pasien lainnya.

c) Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan sesuai prinsip -35-
pembuangan sampah dan limbah yang benar. Hal ini juga berlaku untuk alat yang dipakai
berulang, jika akan dibuang.
d) Untuk alat bekas pakai yang akan di pakai ulang, setelah dibersihkan dengan
menggunakan spons, di DTT dengan klorin 0,5% selama 10 menit.

e) Peralatan nonkritikal yang terkontaminasi, dapat didisinfeksi menggunakan alkohol 70%.


Peralatan semikritikal didisinfeksi atau disterilisasi, sedangkan peralatan kritikal harus
didisinfeksi dan disterilisasi.

f) Untuk peralatan yang besar seperti USG dan X-Ray, dapat didekontaminasi
permukaannya setelah digunakan di ruangan isolasi.
Gambar 20. Alur Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan tangan
2. Kebersihan pernapasan (etika batuk/bersin)
3. APD sesuai risiko (TRANSMISI KONTAK DAN DROPLET)
4. Praktik suntikan, manajemen benda tajam dan pencegahan luka dengan aman
5. Penanganan, pembersihan dan disinfeksi peralatan perawatan pasien dengan
aman
6. Membersihkan lingkungan
7. Penanganan dan pencucian linen yang sudah dipakai dengan aman
8. Pengelolaan limbah
9. Health-care worker safety
Pembersihan lingkungan di ruang/area isolasi

• Tingkatkan frekuensi pembersihan oleh petugas kebersihan di area perawatan pasien


• Area isolasi harus diberi persediaan pembersihannya sendiri yang terpisah dari area
perawatan pasien bersih
• Semua limbah dari area isolasi dianggap terkontaminasi dan harus dibuang sesuai
metode limbah terkontaminasi di fasilitas kesehatan
• Petugas kebersihan harus memastikan bahwa APD yang sesuai sudah dikenakan
ketika membersihkan ruang atau area isolasi
• Persediaan pembersihan untuk isolasi harus disimpan dan digunakan hanya di
area/ruang isolasi
Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan tangan
2. Kebersihan pernapasan (etika batuk/bersin)
3. APD sesuai risiko (TRANSMISI KONTAK DAN DROPLET)
4. Praktik suntikan, manajemen benda tajam dan pencegahan luka dengan aman
5. Penanganan, pembersihan dan disinfeksi peralatan perawatan pasien dengan
aman
6. Membersihkan lingkungan
7. Penanganan dan pencucian linen yang sudah dipakai dengan aman
8. Pengelolaan limbah
Mengelola linen yang sudah digunakan di bangsal

• Kenakan APD sesuai risiko ketika menangani linen terpakai atau kotor
• Pegang linen kotor dengan gerakan seminimal mungkin untuk
menghindari kontaminasi
• Tempatkan linen kotor di kantong/wadah di tempat perawatan
• Jika linen sangat kotor
• Bersihkan kotoran (seperti feses, muntahan) dengan sarung tangan serta
menggunakan benda yang datar dan keras
• Buang material padat ke toilet siram dan buang alat lap ke tempat sampah
• Tempatkan linen kotor ke wadah antibocor yang diberi label jelas (seperti
kantong dan wadah tertutup) di area perawatan pasien.
Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan tangan
2. Kebersihan pernapasan (etika batuk/bersin)
3. APD sesuai risiko (TRANSMISI KONTAK DAN DROPLET)
4. Praktik suntikan, manajemen benda tajam dan pencegahan luka dengan aman
5. Penanganan, pembersihan dan disinfeksi peralatan perawatan pasien dengan
aman
6. Membersihkan lingkungan
7. Penanganan dan pencucian linen yang sudah dipakai dengan aman
8. Pengelolaan limbah
9. Health-care worker safety
PEMBERSIHAN DAN DISINFEKSI PERMUKAAAN LINGKUNGAN TERKAIT
COVID-19

spraying atau fogging (fumigation/misting) dalam


• Penggunaan disinfeksi pada permukaan menggunakan

ruangan (indoor), tidak direkomendasikan berkaitan dengan COVID-19


• Spraying tidak efektif dalam melepaskan kontaminan di zona arah penyemprotan.
• Spraying berisiko mengiritasi kulit dan saluran pernafasan.
formaldehid, bahan berbasis klorin, atau komponen
• Spraying atau fogging zat kimia, seperti

quartenary ammonium, tidak direkomendasikan karena mempunyai efek simpang pada tenaga kesehatan
• Spraying permukaaan lingkungan baik di fasilitas perawatan kesehatan dan non-kesehatan, seperti peralatan rumah tangga dengan
disinfeksi tidak efektif dalam melepaskan material organik dan mungkin tidak menjangkau permukaaan yang terhalang obyek, linen
yang terlipat atau permukaan yang mempunyai rancangan rumit. Bila disinfeksi semacam ini tetap harus digunakan, maka harus
dilakukan dengan lap atau digosok dengan menggunakan kain yang sudah direndam disinfektan.

• Beberapa negara menyetujui aplikasi fogging sebagai Teknik no-touch untuk penggunaan disinfeksi kimiawi (a.l. uap hydrogen
perioksid).
WHO: Cleaning and disinfection of environmental COVID-19 Interim guidance 14 May 2020
• Spraying permukaan berpori, seperti trotoar
Spraying disinfektan dan dan tepi jalan tanpa aspal, juga kurang efektif.
Meski tidak ada bahan organik, spraying
no-touch methods lain kimiawi tidak mungkin menjangkau seluruh
permukaan dengan jangka waktu yang cukup
untuk menginaktivasi patogen.
Spraying atau fumigation ruang • Jalan dan tepi jalan bukan merupakan
outdoor, seperti jalan atau sumber infeksi COVID-19. Oleh karena itu,
pasar, tidak spraying desinfektan, meski outdoor,
berbahaya bagi kesehatan masyarakat.
direkomendasikan untuk
membunuh virus COVID-
19 atau patogen lain,
karena disinfektan akan
diinaktivasi oleh kotoran dan
debu, dan tidak mungkin untuk
membersihkan dan
menyingkirkan senyawa organik
pada keadaan ruang seperti ini.
WHO: Cleaning and disinfection of environmental COVID-19 Interim guidance 14 May 2020
Iradiasi ultraviolet (UV)
Teknologi ini digunakan saat terminal cleaning, jadi tidak
menggantikan kebutuhan prosedur pembersihan secara manual,
untuk itu apabila menggunakan no-touch disinfection technology,
lingkungan harus dibersihkan secara manual terlebih dahulu
dengan menggosok atau menyikat untuk melepas bahan organik.
Faktor faktor yang memengaruhi efikasi alat UV
1.Jarak dari alat UV
2.Dosis radiasi
3.Panjang gelombang
4.Waktu paparan
5.Penempatan
6.Lama penggunaan
7.Arah secara direk atau indirek
8.Luas dan bentuk ruang
9.Intensitas
10.Refleksi
WHO: Cleaning and disinfection of environmental COVID-19 Interim guidance 14 May 2020
Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan tangan
2. Kebersihan pernapasan (etika batuk/bersin)
3. APD sesuai risiko (TRANSMISI KONTAK DAN DROPLET)
4. Praktik suntikan, manajemen benda tajam dan pencegahan luka dengan aman
5. Penanganan, pembersihan dan disinfeksi peralatan perawatan pasien dengan
aman
6. Membersihkan lingkungan
7. Penanganan dan pencucian linen yang sudah dipakai dengan aman
8. Pengelolaan limbah
Proses pengelolaan limbah

Mengelola limbah kegiatan perawatan dengan aman adalah tanggung jawab semua
staf
KESIMPULAN

Strategi utama PPI utama dalam


upaya mengendalikan penyebaran
infeksi adalah menjalankan langkah-
langkah Kewaspadaan Isolasi yaitu
kewaspadaan standar berdasar
transmisi

Anda mungkin juga menyukai