KELOMPOK 5
Alfina Damayanti 4401418038
Sugiyanti 4401418042
Nur’Athia Azmi 4401418043
HESTI SUCI M. 4401418044
Mahasti Wiandita 4401418047
Aliyah Indah 4401418048
“Apa itu
Sistem Sistem Eksresi Adalah Proses pengeluaran zat sisa metabolism yang sudah
Ekskresi???!! terakumulasi dalam tubuh agar kesetimbangan tubuh tetap terjaga.
”
Organ Eksresi manusia ;
Ginjal, Hati, Paru-Paru, dan Kulit
◦ Setelah melewati uretra posterior, uretra berjalan melalui diafragma urogenital, yang
mengandung suatu lapisan otot yang disebut sfingter eksterna kandung kemih. Otot ini
merupakan otot rangka volunter, berbeda dengan otot pada bagian korpus dan leher
kandung kemih, yang seluruhnya merupakan otot polos. Otot sfingter eksterna berada di
bawah kendali volunter sistem saraf dan dapat digunakan untuk mencegah miksi secara
sadar bahkan ketika kendali involunter berusaha untuk mengosongkan kandung kemih
Persarafan Kandung Kemih
◦ Kandung kemih mendapat
persarafan utama dari
nervus pelvikus, yang
berhubungan dengan
medula spinalis melalui
pleksus sakralis, terutama
dengan segmen S-2 dan S-
3 medula spinalis.
Persarafan Kandung Kemih
◦ Serat sensorik pada nervus pelvikus mendeteksi derajat regangan dalam dinding kandung
kemih. Sinyal-sinyal regangan berperan untuk memicu refleks pengosongan kandung kemih.
◦ Persarafan motorik yang dibawa dalam nervus pelvikus merupakan serat parasimpatis.
Saraf ini berakhir di sel ganglion yang terletak di dalam dinding kandung kemih. Saraf-
saraf postganglionik yang pendek akan mempersarafi otot detrusor.
◦ Selain saraf pelvis, terdapat persarafan lain yang mengatur fungsi kandung kemih yaitu
serat motorik skeletal yang dibawa melalui nervus pudendus ke sfingter eksterna kandung
kemih. Saraf ini merupakan serat saraf somatik yang mempersarafi dan mengatur otot
rangka volunter sfingter.
◦ Kandung kemih juga mendapatkan persarafan simpatis dari rangkaian simpatis melalui
nervus hipogastrik, yang terutama berhubungan dengan segmen L-2 medula spinalis.
Serat simpatis ini terutama merangsang pembuluh darah dan memberi sedikit efek
terhadap proses kontraksi kandung kemih.
Transpor Urine dari Ginjal Menuju
Kandung Kemih Melalui Ureter
◦ Urine mengalir dari duktus koligens menuju kalises ginjal. Urine meregangkan kalises
dan meningkatkan aktivitas pacemaker yang ada, yang kemudian akan memicu kontraksi
peristaltik yang menyebar ke pelvis ginjal dan ke arah bawah di sepanjang ureter,
dengan demikian memaksa urine mengalir dari pelvis ginjal ke arah kandung kemih.
◦ Peristaltik pada ureter diperkuat oleh rangsang parasimpatis dan dihambat oleh rangsang
simpatis.
◦ Tonus normal otot detrusor di dalam kandung kemih cenderung akan menekan ureter, dengan
demikian mencegah aliran balik (refluks) urine dan kandung kemih ketika tekanan di
dalam kandung kemih meningkat selama miksi atau selama kompresi kandung kemih.
◦ Setiap gelombang peristaltik di sepanjang ureter meningkatkan tekanan di dalam ureter
sehingga daerah yang menuju kandung kemih membuka dan memungkinkan aliran urine
ke dalam kandung kemih.
Refleks Miksi
Kontraksi Reseptor
kandung kemih regang aktif
Peningkatan refleks
Peningkatan
kontraksi di siklus
impuls sensorik berikutnya
Siklus Kontraksi
berulang kuat
Refleks Refleks
Refleks Miksi
◦ Refleks miksi adalah refleks medula spinalis yang bersifat otonom, tetapi dapat dihambat atau
difasilitasi oleh pusat di otak. Pusat ini meliputi
1. Pusat fasilitasi dan inhibisi kuat di batang otak, terutama terletak di pons
2. Beberapa pusat yang terletak di korteks serebri yang terutama bersifat inhibisi tetapi dapat berubah
menjadi eksitasi.
◦ Refleks miksi merupakan penyebab dasar berkemih, tetapi biasanya pusat yang lebih tinggi yang
akan melakukan kendali akhir untuk proses miksi sebagai berikut.
1. Pusat yang lebih tinggi menjaga agar refleks miksi tetap terhambat sebagian, kecuali bila miksi
diinginkan.
2. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah miksi, bahkan jikaterjadi refleks miksi, dengan cara
sfingter kandung kemiheksterna melakukan kontraksi tonik hingga saat yang tepatdatang.
3. Jika waktu berkemih tiba, pusat kortikal dapat memfasilitasipusat miksi sakral untuk membantu
memulai refleks miksidan pada saat yang sama menghambat sfingter eksterna sehingga
pengeluaran urine dapat terjadi.
KELAINAN PADA SISTEM
EKSKRESI
Kelainan Pada Sistem Ekskresi
1. Diabetes insipidus adalah gangguan yang menyerang salah satu organ terpenting dalam sistem ekskresi,
yaitu ginjal. Penderita diabetes insipidus mengeluarkan urine terlalu banyak karena kekurangan hormon
ADH (Anti Diuretic Hormone). ADH adalah sejenis hormon yang mengatur proses reabsorpsi cairan
pada ginjal. Kekurangan hormon ini dapat menyebabkan jumlah urine meningkat hingga 30 kali lipat.
2. Uretris adalah peradangan pada ureter yang disebabkan oleh infeksi bakteri maupun virus. Gejalanya
berbeda bagi penderita pria dan wanita. Pada pria, gejala uretris adalah adanya darah pada urine dan air
mani. Selain itu terdapat rasa terbakar ketika buang air kecil. Pada wanita, gejalanya adalah sakit perut,
nyeri ketika buang air kecil, dan demam.
3. Albuminuria adalah kelainan pada ginjal karena terdapat albumin dan protein di dalam urine. Hal ini
merupakan suatu gejala kerusakan alat filtrasi pada ginjal. Albumin merupakan protein yang
bermanfaat bagi manusia karena berfungsi untuk mencegah agar cairan tidak terlalu banyak keluar dari
darah. Penyebab albuminuria di antaranya adalah kekurangan protein, penyakit ginjal, dan penyakit
hati.
Kelainan Pada Sistem Ekskresi
4. Diabetes melitus adalah kelainan pada ginjal karena adanya
gula (glukosa) dalam urine yang disebabkan oleh kekurangan
hormon insulin. Hal ini disebabkan karena proses
perombakan glukosa menjadi glikogen terganggu sehingga
glukosa darah meningkat.
5. Nefritis adalah penyakit pada ginjal karena kerusakan pada
glomerulus yang disebabkan oleh infeksi kuman. Penyakit ini
dapat menyebabkan uremia (urea dan asam urin masuk
kembali ke darah) sehingga kemampuan penyerapan air
terganggu.
Batu Ginjal
Penyakit batu ginjal adalah pembentukan materi keras
menyerupai batu yang berasal dari mineral dan garam di
dalam ginjal. Batu ginjal dapat terjadi di sepanjang
saluran urine, dari ginjal, ureter (saluran kemih
membawa urine dari ginjal menuju kandung kemih),
kandung kemih, serta uretra (saluran kemih yang
membawa urine ke luar tubuh).
Gejala batu ginjal seringkali baru muncul apabila batu
ginjal sudah berukuran besar. Gejala itu meliputi:
Sering buang air kecil.
Sakit saat buang air kecil.
Jumlah urine yang keluar sedikit.
Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis (GGK) adalah kondisi saat fungsi ginjal
mulai menurun secara bertahap. Gagal ginjal kronis disebut
juga sebagai kerusakan ginjal dapat berupa kelainan jaringan,
komposisi darah, dan urine atau tes pencitraan ginjal, yang
dialami lebih dari tiga bulan.
Gagal ginjal kronis apabila tidak ditangai dapat menjadi gagal
ginjal akhir (ESRD), yakni setelah terjadinya penumpukan
limbah tubuh, cairan, dan elektrolit yang bisa membahayakan
Gagal
tubuh jika tanpa dilakukan penyaringan buatan (dialisis/cuci
Gagal darah) atau transplantasi ginjal.
Normal Ginjal
Ginjal Kronis
Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronis
Terdapat beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseroang mengalami penyakit gagal
ginjal kronis, antara lain:
1. Usia.
2. Jenis Kelamin.
3. Riwayat Keluarga.
4. Sering Konsumsi Makanan Tinggi Protein dan Lemak.
5. Penggunaan Jenis Obat Tertentu.
Pengobatan Gagal Ginjal Kronis
Pengobatan gagal ginjal kronis dapat dilakukan dengan transplantasi ginjal dan cuci
darah. Selain itu pola hidup sehat bagi pengidapnya juga harus dijalani. Pengidap dapat rutin
berolahraga dan juga menjaga pola makan sehari-hari.