Anda di halaman 1dari 5

ANATOMI FISIOLOGI GINJAL

A. Anatomi Ginjal
1. Posisi Ginjal :
a. Organ ginjal berbentuk seperti kacang (bean)
b. Terletak retroperitoneal
c. Ginjal kiri lebih tinggi dibandingkan ginjal kanan
d. Berat setiap ginjal ± 150 gram dengan panjang 10-12 cm
e. Ginjal menerima 20 – 25% dari CO melalui arteri renalis yang berasal dari Aorta
abdominalis
f. Ginjal terdiri dari 400 ribu- 1,2 juta unit fungsi yang disebut nefron
g. Anterior :
- ginjal kanan → liver, duodenum, colon
- ginjal kiri → lambung, pankreas, limpa,yeyunum & colon descendens
h. Posterior : diafragma, m. quadrus lumborum, psoas, rusuk 12 & 3 syaraf (subcostal,
iliohypogastric, ilioinguinal)
i. Medial : hilum ( tempat arteri & vena renalis, syaraf, saluran limfe serta pelvis ginjal)
j. Superior : kelenjar adrenal
k. Norfologi ginjal dibagi menjadi bagian luar (kortek) dan bagian dalam (medula)

2. Bagian dari Ginjal:


a. Korteks Ginjal
Korteks ginjal atau korteks renalis merupakan bagian ginjal yang paling luar. Bagian ini
dikelilingi oleh lapisan jaringan lemak yang berfungsi untuk melindungi bagian dalam
ginjal.
b. Medula Ginjal
Bagian ini merupakan jaringan halus yang terdapat di dalam ginjal. Struktur medula
terdiri atas piramida ginjal yang meliputi nefron dan tubulus, serta saluran medula.
Tubulus berfungsi untuk mengangkut cairan tubuh dan darah menuju ginjal.
Setelah cairan zat limbah dan racun di dalam darah disaring, maka ginjal akan
mengeluarkan zat-zat tersebut melalui urine. Urine ini kemudian akan dialirkan menuju
saluran ureter di bagian pelvis ginjal.
c. Pelvis Ginjal
Pelvis ginjal merupakan bagian ginjal yang terletak di lapisan paling dalam. Bagian
ginjal ini berbentuk seperti corong yang berfungsi sebagai saluran yang
menghubungkan ginjal dan kandung kemih.
Pada pelvis ginjal, terdapat bagian yang disebut calyces atau kaliks ginjal. Bagian ini
berfungsi untuk mengumpulkan cairan tubuh sebelum disalurkan ke kandung kemih.

Kelebihan sisa cairan tubuh, racun, dan limbah yang tidak diperlukan tubuh akan
terkumpul menjadi urine di bagian nefron lalu dialirkan menuju kaliks ginjal.
Urine ini kemudian akan dibuang melalui bagian pelvis ginjal yang disebut hilum. Pada
bagian ini, ginjal terhubung ke kandung kemih melalui saluran ureter. Saluran inilah
yang membawa urine untuk ditampung di kandung kemih untuk kemudian dibuang
keluar dari tubuh.
d. Nefron
Selain ketiga bagian di atas, bagian penting lain dari ginjal adalah nefron. Nefron
terletak di sepanjang korteks hingga medula.
Bagian ini berfungsi untuk mengambil nutrisi dan cairan di dalam darah agar tidak
terbuang, serta menyaring dan membuang limbah hasil metabolisme serta racun di
dalam darah agar tidak menumpuk di dalam tubuh.
Dua tipe nefron , tergantung dari panjangnya loop of Henle :
1) Cortical nephrons (85%) → bagian luar cortex, dengan loop of Henle yang pendek
2) Juxtamedullary nephrons (15%) → 1/3 bagian dalam dari cortex dengan loops of
Henle yang memanjang sampai ke medulla
Nefron sebagai unit fungsional ginjal yang terkecil terdiri dari:
1) Korpus (kapsula bowman& glomerulus)
2) Tubulus (proximal, loop of henle, distal, collecting duct)
a) Kapsula Bowman
Kapsula bowman yaitu semacam kapsul/kantong yang membungkus
glomerulus. Sir William Bowman merupakan penemu kapsula bowman.
Fungsi kapsula bowman yaitu untuk mengumpulkan cairan hasil penyaringan
glomerulus.
b) Glomerulus
Glomerulus yaitu pembuluh darah kecil atau kapiler yang terlihat seperti bola
benang. Fungsi glomerulus adalah sebagai tempat penyaringan darah yang
akan menyaring air, glukosa, asam amino, garam, dan urea untuk
menghasilkan urin primer.
c) Tubulus Kontortus Proksimal
Tubulus kontortus proksimal yaitu tempat penyerapan kembali (reabsorpsi)
urin primer yang menyerap air, garam, glukosa, dan asam amino. Fungsi
tubulus kontortus proksimal yaitu untuk menghasilkan urin sekunder dengan
kadar urea tinggi.
d) Lengkung Henle
Lengkung henle yaitu saluran berbentuk U atau setengah lingkaran dan
menjadi penghubung antara tubulus kontortus proksimal dan tubulus
kontortus distal. Lengkung henle berfungsi supaya urine tidak kembali ke
tubulus kontortus proksimal. Bagian menurun dari lengkung henle sangat
permeabel terhadap air tapi sangat kedap ion-ion, menyebabkan sejumlah
besar air diserap kembali, yang meningkatkan osmolaritas cairan hingga
sekitar 1200 mOsm/L. Sebaliknya, bagian menaik dari lengkung Henle kedap
air namun sangat permeabel terhadap ion, yang mengakibatkan penurunan
besar pada osmolaritas cairan, dari 1200 mOsm/L sampai 100 mOsm/L.

E). Tubulus Kontortus Distal


Tubulus kontortus distal yaitu tempat untuk melepaskan zat tidak berguna lain
atau berlebihan dalam urin sekunder. Proses yang dilakukan tubulus kontortus
distal disebut proses augmentasi (Pengumpulan). Hasil dari cairan yang telah
melewati tubulus kontortus distal adalah urin yang sesungguhnya.
f) Tubulus Kolektivus
Tubulus kolektivus yaitu tabung sempit panjang dalam ginjal yang
mengumpulkan urin dari nefron, untuk disalurkan ke pelvis menuju kandung
kemih. Dengan kata lain Tubulus kolektivus berfungsi untuk mengumpulkan
urin dari beberapa tubulus kontortus proksimal lalu dibawa ke pelvis.

4. Persarafan Ginjal
Ginjal mendapatkan persarafan melalui pleksus renalis yang seratnya berjalan bersama
dengan arteri renalis. Impuls sensorik dari ginjal berjalan menuju korda spinalis segmen
T10-11 dan memberikan sinyal sesuai dengan level dermatomnya. Oleh karena itu, dapat
dimengerti bahwa nyeri di daerah pinggang (flank) bisa merupakan nyeri alih dari ginjal
B. Fisiologi Ginjal
1. Fungsi Eksresi Ginjal :
a. Mempertahankan osmolaritas plasma dengan eksresi air
b. Mempertahankan kadar elektrolit dalam batas normal
c. Mempertahankan pH dengan mengeluarkan H+ dan membentuk kembali HCO3
-
d. Mengekresikan produk akhir nitrogen dan metabolisme protein terutama urea, asam
urat dan kreatinin
2. Fungsi Non-Eksresi Ginjal
a. Menghasilkan renin : penting untuk pengaturan tekanan darah
b. Menghasilkan erytropoetin : stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang
c. Metabolisme vit.D menjadi bentuk aktifnya
d. Degradasi insulin
e. Menghasilkan prostaglandin
3. Proses Pembentukan Urine
Pembentukan urine dimulai dari ginjal. Di ginjal, ada tiga proses utama pembentukan
urine, yaitu filtrasi, sekresi, dan reabsorpsi. Hasil dari ketiga proses inilah yang disebut
dengan ekskresi (pengeluaran) ginjal dalam bentuk urine.
a. Tahap filtrasi
Dimulai dari ginjal menerima aliran darah yang membawa air dan zat sisa
metabolisme dari dalam tubuh seperti urea. Kemudian, nefron di dalam ginjal akan
menyaring darah yang mengalir masuk ke dalam ginjal untuk membuang racun dan
zat sisa metabolisme tubuh.Filtrat glomerulus terbentuk sewaktu sebagian plasma
yang mengalir melalui tiap-tiap glomerulus terdorong secara pasif oleh tekanan
menembus membrane glomerulus untuk masuk ke dalam lumen kapsul Bowman di
bawahnya.Tekanan filtrasi netto yang memicu filtrasi ditimbulkan oleh
ketidakseimbangan dalam gaya-gaya fisik yang bekerja pada membrane
glomerulus.Tekanan darah kapiler glomerulus yang tinggi dan mendorong filtrasi
mengalahkan kombinasi dan tekanan osmotic koloid plasma dan tekanan hidrostatik
kapsul Bowman yang bekerja berlawanan. Biasanya, 20% sampai 25% curah jantung
disalurkan ke ginjal untuk mengalami proses regulatorik dan ekskretorik ginjal. Dari
plasma yang mengalir melalui ginjal, dalam keadaan normal 20% difiltrasi melalui
glomerulus, menghasilkan laju filtrasi glomerulus (GFR) 125 ml/menit. Komposisi
filtrate tersebut identik dengan plasma, kecuali protein plasma yang tertahan oleh
membrane glomerulus.
b. Tahap reabsorpsi,
Yaitu penyerapan kembali air dan zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh,
seperti elektrolit, garam, dan protein.Setelah plasma bebas-protein difiltrasi melalui
glomerulus, setiap zat ditangani secara tersendiri oleh tubulus, sehingga walaupun
konsentrasi semua konstituen dalam filtrate glomerulus awal identik dengan
konsentrasinya dalam plasma (dengan kekecualian protein plasma), konsentrasi
berbagai konstituen mengalami perubahan-perubahan saat cairan filtrasi mengalir
melalui system tubulus.Kapasitas reabsorptif system tubulus sangat besar.Lebih dari
99% plasma yang difiltrasi dikembalikan ke darah melalui reabsorpsi.
Zat-zat utama yang secara aktif direabsorpsi adalah Na+
(kation utama CES),
sebagian besar elektrolit lain, dan nutrient organic, misalnya glukosa dan asam
amino. Zat terpenting yang direabsorpsi secara pasif adalah Cl–
, H2O, dan urea. Hal
utama yang berkaitan dengan sebagian besar proses reabsorpsi adalah reabsorpsi
aktif Na+
. Perpindahan Na+
ini memicu reabsorpsi netto Na+ dari lumen tubulus ke
plasma kapiler peritubulus, yang sebagian besar terjadi di tubulus proksimal.
Dari sel tubulus, zat-zat tersebut akhirnya masuk ke plasma.Klorida direabsorpsi
secara pasif mengikuti penurunan gradient listrik yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif
Na+
. Air secara pasif direabsorpsi akibat gradient osmotic yang diciptakan oleh
reabsorpsi aktif Na+
, 65 % H2O yang difiltrasi akan direabsorpsi dari tubulus
proksimal melalui cara ini. Reabsorpsi ekstenif H2O meningkatkan konsentrasi zatzat lain yang
tertinggal di dalam cairan tubulus, yang sebagian besar adalah zat-zat
sisa.
Molekul urea yang kecil merupakan satu-satunya zat sisa yang dapat secara pasif
menembus membrane tubulus. Dengan demikian, urea adalah satu-satunya zat sisa
yang direabsorpsi secara parsial akibat efek pemekatan ini; sekitar 50% urea yang
difiltrasi akan direabsorpsi.
Zat-zat sisa lain, yang tidak dapat direabsorbsi, akan tetap berada di urin dalam
konsentrasi yang tinggi. Di awal nefron, reabsorpsi Na+
terjadi secara konstan dan
tidak dikontrol, tetapi di tubulus distal dan tubulus pengumpul, reabsorpsi sebagian
kecil Na+ yang difiltrasi berubah-ubah dan dapat di control. Tingkat reabsorpsi
Na+ yang dapat dikontrol ini terutama bergantung pada system rennin-angiotensinaldosteron yang
kompleks. Karena Na+ dan anion penyertanya Cl–
, merupakan ionion yang paling aktif secara osmotis di CES, volume CES ditentukan oleh beban
Na+ dalam tubuh, pada gilirannya, volume plasma, yang mencerminkan volume CES
total, penting untuk penentuan jangka-panjang tekanan darah.
Apabila volume CES di bawah normal, ginjal mensekresikan rennin, suatu hormone
enzimatik yang memicu serangkaian proses yang berakhir pada peningkatan sekresi
aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na+ dari bagian
distal tubulus, sehingga memperbaiki beban volume CES yang semula menurun.
Penanganan glukosa oleh ginjal sebagai fungsi dari konsentrasi glukosa
plasma.Pada GFR yang konstan, jumlah glukosa yang difiltrasi per menit berbanding
lurus dengan konsentrasi glukosa di dalam plasma. Ambang ginjal adalah toleransi
ginjal terhadap kadar glukosa plasma, glukosa bisa muncul di urin jika melebihi
ambang batas ginjal.
c. Tahap sekresi tubular
Yaitu pembuangan zat-zat tertentu dari pembuluh darah kapiler ke tubulus ginjal.
Setelah ketiga tahapan ini selesai, terbentuklah urine.
Sekresi tubulus melibatkan transpotasi transepitel seperti yang dilakukan reabsorpsi
tubulus, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah.Seperti reabsorpsi, sekresi
tubulus dapat aktif atau pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh
tubulus adalah ion hydrogen (H+
), ion kalium (K+
), serta anion dan kation organic,
yang banyak diantaranya adalah senyawa-senyawa yang asing bagi tubuh.
Sekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa
tubuh. Ion hydrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi di
tubulus proksimal, distal, dan pengumpul. Tingkat sekresi H+ bergantung pada
keasaman cairan tubuh.Sebaliknya, sekresi H+ berkurang apabila konsentrasi H+ di
dalam cairan tubuh terlalu rendah.
Sekresi ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah
berlawanan di berbagai bagian tubulus, zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulus
proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul.Reabsorpsi ion
kalium di awal tubulus bersifat konstan dan tidak diatur, sedangkan sekresi K+ di
bagian akhir tubulus bervariasi dan berada di bawah control. Dalam keadaan normal,

jumlah K+ yang diekskresikan dalam urin adalah 10% sampai 15% dari jumlahnya
yang difiltrasi. Namun, K+ yang difiltrasi hamper seluruhnya dereabsorpsi, sehingga
sebagian besar K+ yang muncul di urin berasal dari sekresi K+ yang dikontrol dan
bukan dari filtrasi.
Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik yang terpisah, satu
untuk sekresi anion organic dan suatu system terpisah untuk sekresi kation
organic.System-sistem ini memiliki beberapa fungsi penting:
1) Pertama, dengan menambahkan lebih banyak ion organic tertentu ke cairan
tubulus yang sudah mengandung bahan yang bersangkutan melalui proses
filtrasi, jalur sekretorik organic ini mempermudah ekskresi bahan-bahan tersebut.
2) Kedua, pada beberapa keadaan yang penting, ion organic secara ekstensif tetapi
tidak ireversibel terikat ke protein plasma.
3) Ketiga, paling penting adalah kemampuan system sekresi ion organic
mengeliminasi banyak senyawa asing dari tubuh.
Kecepatan ekskresi senyawa organic asing tidak berada di bawah control.Walaupun
system sekretorik ion organicyang secara relative nonselektif ini meningkatkan
pengeluaran bahan-bahan tersebut dari tubuh, mekanisme ini tidak berada di bawah
control fisiologis.
Banyak obat, misalnya penisilin, dieliminasi dari tubuh melalui system sekretorik ionorganik di tubulus
proksimal. Agar konsentrasi obat ini dalam plasma tetap berada
pada tingkat yang efektif, dosis obat harus diulang secara teratur dan sering untuk
mengimbangi kecepatan pengeluaran obat ini dalam urin.
Urine kemudian akan dialirkan dari ginjal ke kandung kemih melalui ureter. Kandung
kemih akan menampung urine yang dihasilkan dari ginjal. Setelah ditampung di
kandung kemih, pada proses pembuangan, urine akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui saluran kemih.
Daftar Pustaka
American Nephrology Nurses’ Association (ANNA) (2008). Core Curriculum for the
Dialysis Technician.Medical education institute
Ganong,WILIAM f (2003).Fisiologi Kedokteran.Edisi:20.Jakarta.EGC
Guyton dan Hall (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Kallenbach, .Z, Gutch, C.F., Stoner, M. H., dan Corca, A.L (2012). Hemodialysis For
Nurses and Dialysis Personnl (8 th Edition). St. Louise Missouri : Elsevier
Mosby.
Silbernagl&Lang.(2006). Teks & Atlas Fatofisiologi. Jakarta:EGC
Smeltzer &nBare (2001). Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 2. Jakarta :EGC.
Sukandar.(2006). Gagal Ginjal Dan Panduan Terapi Dialisis. Pusat Informasi Ilmiah
(PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam F.K.UNPAD/RSHS Bandung.
Sylvia A. Price dan Loraine M. Wilson.(1995). Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Edisi 4
Jilid 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai