Anda di halaman 1dari 19

Mutual Agreement Procedure

(MAP) dan Exchange of


Information (EoI)
Perpajakan Internasional – Pertemuan 14
DAFTAR ISI

01 MUTUAL AGREEMENT PROCEDURE

02 PERTUKARAN INFORMASI
MUTUAL AGREEMENT PROCEDURES

Pengertian :
Alternatif bagi Wajib Pajak untuk menyelesaikan sengketa yang menimbulkan
pemajakan berganda, atau apabila terdapat indikasi bahwa tindakan otoritas
Negara Mitra menyebabkan pengenaan pajak yang tidak sesuai dengan P3B.

Ketentuan MAP:
Peraturan Menteri Keuangan No. 49/PMK.03/2019.
Pasal 25 ayat 1 OECD Model
• “Where a person considers that the actions of one or
both of the Contracting States result or will result for
him in taxation not in accordance with the provisions
of this Convention, he may, irrespective of the
remedies provided by the domestic law of those
States, present his case to the competent authority of
the Contracting State of which he is a resident or, if his
case comes under paragraph 1 of Article 24, to that of
the Contracting State of which he is a national. The
case must be presented within three years from the
first notification of the action resulting in taxation not
in accordance with the provisions of the Convention."
Kesimpulan dari Rumusan Pasal 25 ayat 1
OECD Model
1. Apabila subjek pajak orang pribadi dan badan dikenakan pajak atau akan dikenakan
pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan P3B, subjek pajak tersebut dapat
mengajukan prosedur persetujuan bersama (MAP).
2. MAP adalah solusi (remedi) penyelesaian sengketa ‘spesial’ di luar ranah penyelesaian
sengketa domestik, seperti keberatan atau banding. MAP dianggap special karena
merupakan proses konsultasi dan bukan litigasi. Hal itu juga ditekankan dalam
Paragraf 8 dari commentary atas Pasal 25 OECD Model yang berbunyi:
“In any case, the mutual agreement procedure is clearly a special procedure outside
the domestic law…”
3. MAP tidak dimaksudkan untuk mencabut hak wajib pajak pada penyelesaian sengketa
domestik.
4. Pengajuan MAP diajukan oleh subjek pajak kepada otoritas yang berwenang untuk
menyelesaikan sengketa tersebut di negara tempat subjek pajak tersebut terdaftar
sebagai subjek pajak dalam negeri.

5. Pengajuan MAP harus dilakukan dalam kurun waktu tiga tahun sejak pemberitahuan
pertama yang menghasilkan sengketa. Pada umumnya, first notification tersebut dapat
diartikan sebagai surat ketetapan pajak atau surat pemberitahuan hasil pemeriksaan.
PELAKSANAAN MAP
MAP dilaksanakan dalam hal terdapat :
• Permintaan yang diajukan oleh Wajib Pajak Dalam Negeri Indonesia
• Permintaan yang diajukan oleh Warga Negara Indonesia yang telah menjadi Wajib Pajak
Dalam Negeri Negara Mitra P3B sehubungan dengan ketentuan non diskrimasi (non-
discrimination) dalam P3B yang berlaku
• Permintaan yang diajukan oleh Negara Mitra P3B, atau
• Hal yang dianggap perlu oleh dan atas inisiatif Direktur Jenderal Pajak.
PERMINTAAN MAP YANG
DIAJUKAN OLEH WPDN
INDONESIA
• Wajib Pajak Dalam Negeri Indonesia dikenakan pajak atau akan dikenakan pajak karena melakukan praktik Transfer
Pricing sehubungan adanya transaksi dengan Wajib Pajak Dalam Negeri Negara Mitra P3B yang mempunyai Hubungan
Istimewa;
• Wajib Pajak Dalam Negeri Indonesia menganggap bahwa tindakan Negara Mitra P3B mengakibatkan atau akan
mengakibatkan pengenaan pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan P3B sehubungan dengan keberadaan atau penghasilan
Bentuk Usaha Tetap yang dimiliki oleh Wajib Pajak Dalam Negeri Indonesia di Negara Mitra P3B;
• Wajib Pajak Dalam Negeri Indonesia menganggap bahwa tindakan Negara Mitra P3B mengakibatkan atau akan
mengakibatkan pengenaan pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan P3B sehubungan dengan pemotongan pajak di Negara
Mitra P3B; atau
• Wajib Pajak Dalam Negeri Indonesia yang juga merupakan Wajib Pajak Dalam Negeri Negara Mitra P3B meminta
pelaksanaan konsultasi dalam rangka MAP untuk menentukan status dirinya sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri dari salah satu
negara tersebut.
SENGKETA TRANSFER
PRICING MELALUI MAP
CONTOH 1
• Misalnya PT ABC merupakan sebuah anak perusahaan
dimana perusahaan induknya berada di Jepang PT ANC
diperiksa oleh kantor pajak di Indonesia
• Dari hasil pemeriksaan terdapat koreksi positif transfer
pricing sehingga diterbitkan SKPKB oleh kantor pajak
• Induk perusahaan PT ABC yang berada di Jepang
menganggap bahwa pemeriksa pajak di Indonesia terlalu
besar menetapkan harga jual Atau terlalu besar menetapkan
penghasilan yang harus dilaporkan di Indonesia
SENGKETA TRANSFER
PRICING MELALUI MAP
CONTOH 2
• Perusahaan di Indonesia yang memiliki usaha di
Singapura
• Kemudian mitra bisnis di Singapura melakukan
pemotongan pajak atau withholding taxes
• Perusahaan di Indonesia dapat meminta MAP
kepada Direktorat Jenderal Pajak supaya dilakukan
perundingan dengan otoritas pajak Singapura
SYARAT PERMOHONAN MAP

MAP Diajukan sekurang-kurangnya memuat :


• Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
• mengemukakan ketidaksesuaian penerapan ketentuan P3B menurut
Pemohon
• diajukan dalam batas waktu sebagaimana diatur dalam P3B atau paling
lambat tiga tahun apabila tidak diatur dalam P3B
• ditandatangani oleh Pemohon atau wakil sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang KUP dan lampirannya
SYARAT PERMOHONAN
MAP
Lampiran MAP :
1. Surat keterangan domisili atau dokumen lain yang berisi identitas wajib pajak dalam negeri
Mitra P3B yang terkait dengan permintaan pelaksanaan MAP
2. Daftar informasi dan atau bukti atau keterangan yang dimiliki oleh Pemohon yang
menunjukkan bahwa perlakuan perpajakan oleh Otoritas Pajak Mitra P3B tidak sesuai dengan
ketentuan P3B
3. Surat pernyataan yang menyatakan kesediaan Pemohon untuk menyampaikan informasi
sebagaimana dimaksud pada poin kedua secara lengkap dan tepat waktu
SYARAT PERMOHONAN
MAP
DJP dapat menolak permohonan Wajib Pajak apabila :
• Permintaan disampaikan setelah melewati batas waktu penyampaian sebagaimana diatur dalam
P3B yang berlaku dengan Negara Mitra;
• Wajib Pajak Dalam Negeri Indonesia mengajukan permohonan keberatan kepada Direktur
Jenderal Pajak atas permasalahan yang dimintakan MAP dan tidak mencabut permohonan
keberatan dimaksud; atau
• Wajib Pajak Dalam Negeri Indonesia mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan
pajak atas permasalahan yang dimintakan MAP dan tidak mencabut permohonan Banding
dimaksud.
PERTUKARAN INFORMASI

Latar Belakang :
1990an  OECD menerbitkan Harmful tax competition.

2000  OECD membentuk The Global Forum and Exchange of Information

2002  Standar model Perjanjian Pertukaran Informasi


PERTUKARAN INFORMASI

Dasar Hukum :
Suatu yurisdiksi tidak dapat melakukan pertukaran informasi dengan
negara lain tanpa ada dasar hukum yang memperbolehkan proses
pertukaran informasi tersebut. Terdapat beberapa instrumen hukum
untuk melaksanakan pertukaran informasi, baik yang dapat disusun
secara unilateral, bilateral, atau multilateral.
INFORMASI YANG
DIPERTUKARKAN
Dalam Pasal 26 ayat (2) OECD Model :
• Akan diperlakukan sebagai informasi yang bersifat rahasia; dan
• Hanya akan diungkapkan kepada pihak-pihak atau instansi yang berwenang termasuk
pengadilan dan badan administrasi yang terkait dengan penegakan hukum, penagihan,
banding, dan penuntutan terkait dengan pajak-pajak yang diatur dalam P3B.
Informasi dapat juga diungkapkan dalam proses persidangan atau dalam pengambilan
keputusan hukum.
TAX INFORMATION EXCHANGE
AGREEMENT (TIEA)

• Model perjanjian pertukaran informasi untuk tujuan pajak, dikenal dengan sebutan
Tax Information Exchange Agreement (TIEA Model)
• Dipublikasikan oleh OECD pada April 2002.
• TIEA Model merupakan instrumen pertama yang mencantumkan standar sehubungan
dengan pertukaran informasi dan transparansi pajak (selanjutnya disebut dengan
standar OECD).
• Tujuannya adalah untuk memfasilitasi pertukaran informasi antara negara-negara
yanig mengadakan TIEA Model.
PERTUKARAN INFORMASI
UNTUK TUJUAN PAJAK
• Berdasarkan permintaan : suatu mekanisme yang memfasilitasi
otoritas pajak dari suatu negara mitra perjanjian untuk dapat meminta
informasi kepada otoritas pajak negara mitra perjanjian lainnya.
• Secara spontan : Didapatkan dari haasil pemeriksaan pajak yang
dilakukan oleh negara pengirim informasi
• Secara otomatis : Proses pengiriman informasi WP negara domisili
oleh negara sumber secara sistematis dan berkala
PRINSIP PERTUKARAN
INFORMASI
• Subsidiarity = Otoritas pajak yang akan meminta informasi kepada negara mitra terlebih dulu
menggunakan instrumen domestik yang ada di negaranya untuk mendapatkan informasi yang
diinginkannya sebelum meminta informasi tersebut kepada negara mitra

• Reciprocity = Standarisasi dari instrumen, prosedur. dan perlindungan atas kerahasiaan informasi

• Equivalence = Ruang lingkup instrumen untuk pemberian informasi kepada negara nntra tidak
berbeda dengan instrumen untuk kasus pengungkapan infonnasi untuk tujuan domestik
Selesai

Anda mungkin juga menyukai