Anda di halaman 1dari 52

AKUNTANSI PIUTANG

PENGERTIAN PIUTANG
PENGERTIAN PIUTANG

• Piutang adalah hak pemerintah untuk


menerima pembayaran dari entitas lain
termasuk wajib pajak/bayar atas kegiatan yang
dilaksanakan oleh pemerintah.
• Piutang adalah manfaat masa depan yang
diakui pada saat ini.
PIUTANG DAERAH
PENGERTIAN
Jumlah uang yg wajib dibayar kpd pemda
dan/atau hak pemda yg dapat dinilai
dengan uang sebagai akibat perjanjian atau
akibat lainnya berdasarkan peraturan
peruu-an atau akibat lainnya yang sah
(PP Nomor 14 Tahun 2005 Peraturan Menteri
Keuangan /PMK No.201 Tahun 2010 pasal 1).
PENYAJIAN PIUTANG DI NERACA
• Aset berupa piutang di Neraca harus terjaga agar nilainya sama dengan nilai
bersih yang dapat direalisasi (net realizable value).
• Alat untuk menyesuaikan adalah dengan melakukan penyisihan piutang tak
tertagih
• Penyisihan piutang tak tertagih adalah taksiran nilai piutang yang
kemungkinan tidak dapat diterima pembayarannya dimasa akan datang dari
seseorang dan/atau korporasi dan/atau entitas lain
• Nilai penyisihan piutang tak tertagih tidak bersifat akumulatif tetapi
diterapkan setiap akhir periode anggaran sesuai perkembangan kualitas
piutang.
• Penilaian kualitas piutang untuk penyisihan piutang tak tertagih dihitung
berdasarkan kualitas umur piutang, jenis/karakteristik piutang, dan diterapkan
dengan melakukan modifikasi tertentu tergantung kondisi dari debitornya
• Mekanisme perhitungan dan penyisihan saldo piutang yang mungkin tidak
dapat ditagih, merupakan upaya untuk menilai kualitas piutang
KLASIFIKASI PIUTANG
• Piutang Pajak Daerah
• Piutang Retribusi
• Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
• Piutang Lain-lain PAD yang Sah
• Piutang Transfer Pemerintah Pusat
• Piutang Transfer Pemerintah Lainnya
• Piutang Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
• Piutang Pendapatan Lainnya
• Bagian Lancar Tagihan Jangka Panjang
• Bagian Lancar Tagihan Pinjaman Jangka Panjang kepada Entitas Lainnya
• Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
• Bagian lancar Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
• Uang Muka
PIUTANG
PMK No.238 Tahun 2011 tentang Pedoman
Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP)
pada bagan akun standar, membagi piutang
menjadi:
1) Piutang Pendapatan
• Piutang berdasarkan peraturan peruu-an/
pungutan pendapatan daerah
 pajak dan retribusi
PIUTANG
Lanjutan Piutang pendapatan

• Piutang berdasarkan perikatan perjanjian


Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg
Dipisahkan, Piutang Bantuan Keuangan, Piutang
Hibah
• Piutang berdasarkan transfer antar pemerintahan
Piutang Bagi Hasil Pajak, Piutang Bagi Hasil
Sumber Daya Alam, Piutang Dana Alokasi Umum
(DAU), Piutang Dana Alokasi Khusus (DAK)
PIUTANG
2) Piutang Lainnya
• Piutang berdasarkan tuntutan ganti rugi
• Piutang berdasarkan peristiwa lainnya
Bagian Lancar Tagihan Jangka Panjang, Bagian
Lancar Tagihan Pinjaman Jangka Panjang
kepada Entitas Lainnya, Bagian Lancar Tagihan
Penjualan Angsuran, Uang Muka Belanja,
Beban dibayar Dimuka dan Uang Muka yang
Harus Dipertanggungjawabkan.
PIUTANG
PENGAKUAN
1) Piutang Pendapatan
• Piutang berdasarkan peraturan peruu-an
dapat diakui:
(1) telah diterbitkan surat ketetapan berupa
Surat Ketetapan Pajak Daerah atau Surat
Ketetapan Retribusi Daerah; dan/atau
(2) telah diterbitkan surat penagihan dan telah
dilaksanakan penagihan.
PIUTANG
PENGAKUAN (LANJUTAN) ……………….

• Piutang berdasarkan perikatan perjanjian


(1) harus didukung dengan naskah perjanjian
yang menyatakan hak dan kewajiban secara
jelas;
(2) jumlah piutang dapat diukur;
(3) telah diterbitkan surat penagihan dan telah
dilaksanakan penagihan;
(4) belum dilunasi sampai dengan akhir periode
pelaporan.
PIUTANG
PENGAKUAN (LANJUTAN) ………………………..
• Piutang Transfer antar Pemerintahan:
1. Piutang Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak dan Sumber Daya Alam (SDA), diakui
apabila telah diterima alokasi DBH Pajak dan S D A yang ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Keuangan.

2. Piutang Dana Alokasi Umum, diakui apabila telah diterima alokasi DAU yg
ditetapkan dalam Peraturan Presiden

3. Piutang DAK, diakui apabila telah diterima alokasi DAK yang ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Keuangan (pada kenyataannya tidak bisa, karena alokasi
ygang diatur dlm PMK masih ada persyaratan untuk pencairannya).

4. Piutang Dana Otonomi Khusus (Otsus), diakui apabila telah diterima alokasi Dana
Otsus yang ditetapkan dalam PMK untuk provinsi dan dalam Peraturan Gubernur
untuk kabupaten/kota.

5. Piutang Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak dari Provinsi, diakui apabila telah diterima
alokasi Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur.
PIUTANG
PENGAKUAN (LANJUTAN)

• Lain-lain Pendapatan yang Sah dapat diakui


bila memenuhi kriteria berikut:
(1) Piutang Pendapatan Hibah, apabila telah
diterbitkan Naskah Perjanjian Hibah (NPH).
*)
(2) Piutang pendapatan Dana Darurat, diakui
apabila telah diterima alokasi Dana Darurat
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan

• *) permendagri 64/2013 Hibah diakui setelah realisasi


PIUTANG
PENGAKUAN (LANJUTAN)……
2) Piutang lainnya
• Peristiwa tuntutan ganti rugi dapat diakui bila
telah memenuhi kriteria:

(1) telah ditandatanganinya Surat KeteranganTanggung


Jawab Mutlak (SKTM); atau
(2) telah diterbitkan Surat Keputusan Pembebanan
Penggantian Kerugian Sementara (SKP2KS) kepada
pihak yang dikenakan tuntutan Ganti Kerugian
Daerah.
PIUTANG
PENGAKUAN (LANJUTAN)……

• Piutang yang didasarkan pada peristiwa lainnya seperti:


(1) Pengakuan Uang Muka Belanja/Uang Muka yang
Harus Dipertanggungjawabkan, maka transaksi ini
akan diakui pada saat terjadinya pengeluaran kas
dari bendahara pengeluaran untuk pembayaran
Uang Muka Belanja/Uang Muka

(2) Pengakuan Bagian Lancar Tagihan Jangka Panjang,


Bagian Lancar Tagihan Pinjaman Jangka Panjang
pada Entitas Lainnya, dan Bagian Lancar Tagihan
Penjualan Angsuran dilakukan pada saat pelaporan
per tanggal neraca, .
PIUTANG
PENGUKURAN
Piutang secara umum dicatat sebesar nilai
nominal, yaitu sebesar nilai rupiah piutang
• Piutang berdasarkan Peraturan peruu-an
dicatat sebesar nilai nominal yg tercantum dlm
tagihan. Jumlah piutang yg menjadi hak pemda
sebesar nilai yang tercantum dalam keputusan
atas penagihan yang bersangkutan.
(1) Untuk metode official assessment dicatat
sebesar nilai yang belum dilunasi sampai
dengan tanggal pelaporan
PIUTANG
PENGUKURAN (Lanjutan)…………
(2) Untuk metode self assessment dicatat sebesar
pendapatan yang akan diterima pada akhir
pelaporan sepanjang nilainya dapat diukur
secara pasti termasuk didalamnya piutang yang
muncul karena adanya penundaan atau
pembayaran berkala.
• Dicatat sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan (net realizable value)- kebijakan
akuntansi ttg penyisihan piutang tidak tertagih
PIUTANG
PENGUKURAN (lanjutan….)
• Perikatan perjanjian
(1) Piutang pemberian pinjaman dinilai dengan jumlah yang
dikeluarkan dari kas daerah.
(2) Piutang dari penjualan dicatat sebesar nilai sesuai naskah
perjanjian penjualan yang terutang (belum dibayar) pada akhir
periode pelaporan

 Transfer antar pemerintah


(1) Piutang Dana Bagi Hasil Pajak dan Sumber Daya Alam dicatat
sebesar nilai yang belum diterima sampai dengan tanggal
pelaporan
(2) Piutang DAU dicatat sebesar jumlah yang belum diterima,
• (3) Piutang DAK dicatat sebesar klaim yang telah diverifikasi dan
disetujui oleh Pemerintah Pusat;
PIUTANG
PENGUKURAN (lanjutan….)
• Lain-Lain Pendapatan yang Sah
Piutang Pendapatan Hibah dan Piutang pendapatan Dana
Darurat dicatat sebesar jumlah yang belum diterima
• Piutang lainnya
Piutang tuntutan ganti rugi
(1) dicatat sebagai aset lancar, sebesar nilai yang jatuh
tempo dalam tahun berjalan dan yang akan ditagih
dalam 12 (dua belas) bulan ke depan berdasarkan surat
ketentuan penyelesaian yang telah ditetapkan;
(2) dicatat sebagai aset lainnya terhadap nilai yang akan
dilunasi di atas 12 (dua belas) bulan berikutnya.
PIUTANG
Penyajian dan Pengungkapan
Hal-hal yang perlu diungkapkan sehubungan
dengan piutang, antara lain:
1) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
penilaian, pengakuan, dan pengukuran piutang;
2) rincian jenis piutang dan saldo menurut umur;
3) penjelasan atas penyelesaian piutang; dan
4) dalam hal terdapat barang/uang yang disita
oleh daerah sebagai jaminan.
Pihak Terkait

Pihak yang terkait dalam sistem akuntasi piutang


adalah Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
(PPK-SKPD), yang memiliki tugas sebagai berikut:
a.Mencatat transaksi/kejadian piutang
berdasarkan bukti-bukti transaksi yang yang
belum diterima pembayarannya ke Buku Jurnal.
b.melakukan posting jurnal-jurnal transaksi/
kejadian pendapatan LO ke dalam Buku
Besar masing-masing rekening.
SISTEM AKUNTANSI PIUTANG
(DI SKPD)

Pihak pihak yang terkait dalam sistem akuntansi piutang adalah Pejabat
Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) dan Bendahara Penerimaan SKPD.

Tugas PPK-SKPD:

mencatat transaksi/kejadian piutang berdasarkan bukti-bukti transaksi yang sah


dan valid ke Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca.

melakukan posting jurnal-jurnal transaksi/kejadian pendapatan LO dan


pendapatan LRA kedalam Buku Besar masing-masing rekening

menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Laporan Operasional (LO), Neraca dan Catatan atas Laporan keuangan
Tugas Bendahara Penerimaan SKPD.

mencatat dan membukukan semua penerimaan ke dalam


buku kas penerimaan SKPD.

membuat SPJ atas pendapatan

Dokumen yang digunakan sebagai dasar pencatatan


piutang:
Sistem AKUNTANSI PIUTANG
(DI PPKD)
• Pihak-pihak Terkait
• Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi piutang antara lain Pejabat
Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) dan Bendahara Penerimaan PPKD.

• a. Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD)


• Dalam sistem akuntansi piutang, PPK-PPKD melaksanakan fungsi akuntansi PPKD,
memiliki tugas sebagai berikut:
• mencatat transaksi/kejadian piutang berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah dan valid
ke Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca.
• melakukan posting jurnal jurnal transaksi/kejadian pendapatan LO dan pendapatan LRA
kedalam Buku Besar masing masing rekening.
• menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan
Operasional (LO), Laporan Perubahan SAL (LP SAL), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE),
Laporan Arus Kas (LAK), Neraca dan Catatan atas Laporan keuangan.

• b. Bendahara Penerimaan PPKD


• mencatat dan membukukan semua penerimaan kedalam buku kas penerimaan PPKD;
• membuat SPJ atas pendapatan.
DOKUMEN YANG DIGUNAKAN
Jurnal Standar
• Contoh Timbulnya Piutang
Berdasarkan bukti transaksi pendapatan berupa Surat Ketetapan
Retribusi Daerah (SKRD), Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKRD) atau
Dokumen lain yang dipersamakan , PPK-SKPD mencatat bukti
transaksi tersebut ke dalam Buku Jurnal Umum dengan jurnal
sebagai berikut:

Tanggal Kode Rekening Uraian Debet Kredit

xxxxx xx.xx.xx.xx.xx Piutang-Pendapatan XXX


xx.xx.xx.xx.xx Pendapatan-LO XXX
Timbulnya Piutang
• Berdasarkan bukti transaksi berupa Surat Tanda Bukti
Pembayaran (STBP)/Dokumen lain yang dipersamakan, PPK-
SKPD melakukan telaah atas penerimaan pendapatan yang
telah dilakukan oleh Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu. Selanjutnya, PPK-SKPD mencatat bukti
transaksi tersebut : (selain pengakuan pendapatan LRA):

Tanggal Kode Rekening Uraian Debet Kredit


xxxxx xx.xx.xx.xx.xx Kas dibendahara Penerimaan XXX
xx.xx.xx.xx.xx Piutang Pendapatan XXX
Timbulnya Piutang
• Salah satu bentuk transaksi/kejadian yang dapat
menimbulkan piutang selain yang telah dijelaskan
diatas yaitu Beban dibayar dimuka.
• Pengakuan piutang berupa Beban dibayar dimuka
diakui pada saat pembayaran.
Tanggal Kode Rekening Uraian Debet Kredit

xxxxx xx.xx.xx.xx.xx Beban Dibayar Dimuka XXX

xx.xx.xx.xx.xx Kas di Bendahara Pengeluaran XXX


Timbulnya Piutang

Pada saat penyusunan laporan keuangan/akhir tahun,


dibuat jurnal penyesuaian atas beban yang telah jatuh
tempo:

Tanggal Kode Rekening Uraian Debet Kredit

xxxxx xx.xx.xx.xx.xx Beban XXX

xx.xx.xx.xx.xx Beban dibayar di muka XXX


Illustrasi- Piutang Retribusi
• SKPD Perikanan dan Kelautan mengeluarkan SKR
Daerah atas Retribusi Tempat Pelelangan Ikan sebesar
Rp500.000,00 dan wajib retribusi belum melakukan
pembayaran atas SKR Daerah yang dikeluarkan.

• PPK SKPD mencatat:


• Jurnal Lo

Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri


Nomor 64 Tahun 2013)
• Diterima pembayaran dari wajib retribusi atas SKR Daerah dan
Bendahara Penerimaan SKPD telah menerima pembayaran dari
wajib retribusi
• Jurnal – Lo

• Jurnal LRA

Jurnal – LRA
Jika pembayaran Wajib Retribusi dilakukan dengan
menyetorkan langsung ke Kas Daerah. Bendahara
Penerimaan SKPD menerima Nota Kredit dari Bank, dan
mencatat:

Jurnal LO
REKLASIFIKASI PIUTANG
Pada saat penyusunan laporan keuangan/ akhir
tahun, PPK-SKPD berdasarkan bukti memorial
melakukan reklasifikasi Piutang Jangka Panjang
ke Bagian Lancar Piutang Jangka Panjang, yaitu
piutang yang akan jatuh tempo dalam satu
tahun ke depan
Bagian Lancar Tagihan Jangka Panjang ...................xxx
Tagihan Jangka Panjang ................................xxx
• PPK-SKPD membuat bukti memorial atas jumlah piutang yang
tak tertagih (memperhatikan kebijakan akuntansi) . Berdasar
bukti memorial tersebut, PPK-SKPD mencatat pengakuan Beban
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih.
Beban Penyisihan Piutang…………………xxx
Penyisihan Piutang …...........................xxx

• Penghapusbukuan piutang (Berdasarkan keputusan Kepala


Daerah)
Penyisihan Piutang............................ xxx
Piutang………………………………………………xxx

Menentukan nilai penyisihan piutang, diatur dalam kebijakan


akuntansi.
Penyisihan Piutang Tak Tertagih

• Aset berupa piutang di neraca SKPD agar


terjaga nilainya, dinilai dengan nilai bersih
yang dapat direalisasikan (net realizable value)
dan perlu melakukan penyisihan piutang
tidak tertagih.
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
• Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang
dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutang
berdasarkan penggolongan kualitas piutang.

• Contoh Kebijakan akuntansi yang mengatur kaulitas piutang


Kualitas Piutang ditetapkan dalam 4 (empat) golongan, yaitu:
1. kualitas lancar-0,5 % dari piutang kualitas lancar;
2. kualitas kurang lancar-10% dari piutang kualitas kurang
lancar;
3. kualitas diragukan-50% dari piutang kualitas diragukan; dan
4. kualitas macet-100% dari piutang kualitas macet.
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
• Dokumen sumber pencatatan penyisihan piutang tertagih
adalah bukti memorial Penyisihan Piutang Tidak Tertagih.
Jurnal penyesuaian pencatatan atas penyisihan piutang tidak
tertagih dicatat oleh PPK-SKPD dalam Buku Jurnal Umum
dengan jurnal sebagai berikut:

Tanggal Kode Uraian Debet Kredit


Rekening
xxxx x.x.x.xx.xx Beban Penyisihan Piutang xxx
Tidak Tertagih (LO)
x.x.x.xx.xx Penyisihan Piutang Tidak xxx
Tertagih (Neraca: Pengurang
Piutang)
PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH- Kebijakan Akuntansi Pemprov DKI
Penggolongan kualitas piutang pajak yang pemungutannya ditetapkan oleh Gubernur
(official assessment) dilakukan dengan ketentuan:

(1) Kualitas Lancar, dengan kriteria:


- Umur piutang kurang dari 1 tahun; dan/atau- Wajib pajak kooperatif; dan/atau-
Wajib pajak likuid; dan/atau- Wajib pajak tidak mengajukan keberatan/banding.

(2) Kualitas Kurang Lancar, dengan kriteria:


- Umur piutang 1 sampai dengan 2 tahun;dan/atau- Wajib pajak kurang kooperatif;
dan/atau- Wajib pajak mengajukan keberatan/banding.

(3) Kualitas Diragukan, dengan kriteria:


- Umur piutang 3 sampai dengan 5 tahun;dan/atau- Wajib pajak tidak kooperatif;
dan/atau- Wajib pajak mengalami kesulitan likuiditas.

(4) Kualitas Macet, dengan kriteria:


- Umur piutang diatas 5 tahun; dan/atau - Wajib pajak tidak ditemukan; dan/atau
- Wajib pajak bangkrut/meninggal dunia;dan/atau - Wajib pajak mengalami musibah
(force majeure)
gvg
PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH- Kebijakan Akuntansi Pemprov DKI

• Penggolongan Kualitas Piutang Bukan Pajak, dilakukan dengan ketentuan:


(1) Kualitas Lancar, apabila belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal jatuh
tempo yang ditetapkan;

• (2) Kualitas Kurang Lancar, apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak
tanggal Surat Tagihan Pertama/sejenisnya tidak dilakukan pelunasan;

(3) Kualitas Diragukan, apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal
Surat Tagihan Kedua/sejenisnya tidak dilakukan pelunasan; dan

(4) Kualitas Macet, apabila dalam jangka waktu 1(satu) bulan terhitung sejak tanggal
SuratTagihan Ketiga/sejenisnya tidak dilakukan pelunasan.
PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH- Kebijakan Akuntansi Pemprov DKI

• Penyisihan Piutang Tidak Tertagih untuk Pajak, ditetapkan sebesar:


(1) Kualitas Lancar sebesar 0,5% dari piutang kualitas lancar
(2) Kualitas Kurang Lancar sebesar 10% dari piutang kualitas kurang lancarsetelah dikurangi dengan nilai
agunan atau nilai barang sitaan (jika ada);
(3) Kualitas Diragukan sebesar 50% dari piutang dengan kualitas diragukan setelah dikurangi dengan nilai
agunan atau nilai barang sitaan (jika ada); dan
(4) Kualitas Macet 100% piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai
barang sitaan (jika ada).

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih untuk objek bukan pajak, ditetapkan sebesar:
(1) 0,5% dari Piutang dengan kualitas lancar;
(2) 10% (sepuluh perseratus) dari Piutang dengan kualitas kurang lancar setelah dikurangi dengan nilai
agunan atau nilai barang sitaan (jika ada);
(3) 50% (lima puluh perseratus) dari Piutang dengan kualitas diragukan setelah dikurangi dengan nilai
agunan atau nilai barang sitaan
(jika ada); dan
(4) 100% (seratus perseratus) dari Piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi dengan nilai agunan
atau nilai barang sitaan (jika ada)
PENENTUAN KUALITAS PIUTANG
(PMK No.69/PMK.06/2014 )
PENENTUAN KUALITAS PIUTANG (BUN) :
a. kualitas lancar apabila piutang belum jatuh tempo
b. kualitas kurang lancar apabila piutang tidak dilunasi pada saat jatuh tempo sampai dengan 1 (satu) tahun sejak jatuh tempo;
c. kualitas diragukan apabila piutang tidak dilunasi lebih dari 1 (satu) tahun sampai dengan 3 (tiga) tahun sejak jatuh tempo;
d. kualitas macet apabila piutang tidak dilunasi lebih dari 3 (tiga) tahun sejak jatuh tempo

PENENTUAN KUALITAS PIUTANG (K/L)

e. kualitas lancar apabila belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal jatuh tempo yang ditetapkan;
f. kualitas kurang lancar apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan
g. kualitas diragukan apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan;
h. kualitas macet apabila:
i. 1) dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan;
j. 2) Piutang telah diserahkan pengurusannya kepada Panitia Urusan Piutang Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
PERHITUNGAN PENYISIHAN PIUTANG
Penghapusan Piutang
• Penghapusbukuan Piutang

• Penghapusan piutang terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu


penghapusbukuan piutang dan penghapustagihan
piutang.

• Penghapusbukuan piutang dikenal sebagai


penghapusan secara bersyarat.
Penghapusan Piutang
• kriteria penghapusbukuan adalah sebagai
berikut:
a) Penghapusbukuan memberi manfaat, yang lebih
besar daripada kerugian penghapusbukuan.
b) Penghapusbukuan berdasarkan keputusan formal
otoritas tertinggi yang berwenang menyatakan
hapus tagih perdata dan atau hapus buku (write
off).
Penghapusan Piutang
• PPK-SKPD mencatat kejadian penghapusbukuan piutang
berdasarkan dokumen bukti memorial SK penghapusbukuan
piutang. Jurnal pencatatan atas penghapusbukuan piutang dicatat
oleh PPK-SKPD dalam Buku Jurnal Umum dengan jurnal sebagai
berikut:

Tanggal Kode Uraian Debet Kredit


Rekening

xxxx x.x.x.xx.xx Penyisihan Piutang Tidak xxx


Tertagih (Neraca)
x.x.x.xx.xx Piutang xxx
Penghapusan Piutang
Penghapustagihan piutang

• Penghapustagihan piutang dikenal sebagai


penghapusan secara mutlak, yaitu menghapuskan
piutang daerah dengan menghapuskan hak tagih
daerah.

• Penghapustagihan piutang tidak perlu dicatat dalam


proses akuntansi karena pengurangan piutang telah
dicatat ketika dilakukan pengahapusbukuan piutang.
Penerimaan Kembali (Tunai) atas Piutang yang Telah Dihapusbukukan

• Terhadap kejadian adanya piutang yang telah


dihapusbukukan ternyata di kemudian hari diterima
pembayaran/pelunasannya maka penerimaan tersebut
dicatat oleh PPK-SKPD dengan jurnal-jurnal sebagai
berikut :
1. Saat Diterima oleh Bendahara Penerimaan:
Tanggal Kode Uraian Debet Kredit
Rekening

xxxx x.x.x.xx.xx Kas di Bendahara Penerimaan xxx

x.x.x.xx.xx Pendapatan-LO xxx


Penerimaan Kembali (Tunai) atas Piutang yang Telah Dihapusbukukan

2. Saat Disetor oleh Bendahara Penerimaan ke Kas


Daerah:
Tanggal Kode Uraian Debet Kredit
Rekening
xxxx x.x.x.xx.xx RK PPKD xxx

x.x.x.xx.xx Kas di Bendahara Penerimaan xxx

• Alternatif jika penerimaan kembali piutang langsung disetor


ke Kas Daerah oleh Pihak Ketiga atau tidak melalui Bendahara
Penerimaan
Tanggal SKPD
Kode Uraian Debet Kredit
Rekening
xxxx x.x.x.xx.xx RK PPKD xxx
x.x.x.xx.xx Pendapatan-LO xxx
Penerimaan Kembali (Tunai) atas Piutang yang Telah Dihapusbukukan

• Dalam rangka menghasilkan Laporan Realisasi


Anggaran, pada saat yang bersamaa PPK-SKPD
mencatat sebagai berikut:
Tanggal Kode Uraian Debet Kredit
Rekening
xxxx x.x.x.xx.xx Perubahan SAL xxx

x.x.x.xx.xx Pendapatan-LRA .... xxx


• Setiap periode, jurnal-jurnal tersebut oleh
PPK-SKPD diposting ke masing-masing Buku
Besar SKPD sesuai dengan kode rekening
piutang (rincian obyek).
(disesuaikan dengan peraturan kepala daerah
tentang sisdur akuntansinya)
Di akhir periode tertentu, PPK-SKPD
memindahkan saldo-saldo yang ada di tiap
Buku Besar ke dalam Neraca Saldo.
• Pada Tanggal 20 Oktober 2022 PPKD Prov DKI
Jakarta mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak
Daerah atas Pajak Hotel sebesar Rp400.000,00
dan wajib pajak belum melakukan
pembayaran
Kemudian pada tanggal 20 November 2022
wajib pajak melakukan pembayaran atas SKP
Daerah Pajak hotel dan pembayaran tersebut
diterima oleh Kas Daerah
Buat Jurnal
Kasus
Pada tanggal 20 Oktober 2022 Pemerintah
Daerah menerima Surat Keputusan Kepala
Daerah /dokumen yang dipersamakan tentang
bagi Hasil Pajak dimana dalam dokumen
tersebut mencantumkan yang menjadi hak
Pemerintah Daerah sebesar Rp10.000.000,00
Buat jurnal
Perwakilan BPKP Provinsi DKI Jakarta

Anda mungkin juga menyukai