Anda di halaman 1dari 7

Perlindungan Konsumen

Bisnis Transportasi
Contoh kasus Kecelakaan yang sering terjadi pada bisnis transportasi ini
tidak lepas dari tanggung jawab pemerintah sebagai
Pada bulan April tahun 2017
pengawas, pengatur dan penyedia sarana infrastruktur
terdapat kecelakaan dua bus PO
transportasi. Tanggung jawab utama memang ada ditangan
(Perusahaan Otobus) yaitu bus
pengusaha transportasi selaku penyedia jasa yang aman dan
pariwisata PO Kitrans yang
menewaskan 13 orang dan bus PO
nyaman.
HS transpot yang menewaskan 4 Pengusaha transportasi cenderung hanya menekankan untung
orang. Keduanya terjadi di jalan sebesar-besarnya dengan menggunakan sumber daya yang
raya puncak (Bogor) dan diduga kecil-kecilnya (paradigma teleologi atau utilitarianisme).
karena rem blong. Gambaran dampak buruk spirit utilitarianisme ialah
Pada bulan Agustus 2013 terjadi pemerintah hanya sibuk mengurusi pendapatan dari pajak
kecelakaan bus karya sari jurusan kendaraan maupun retribusi bisnis transportasi, sedangkan
Purwokerto-Yogyakarta yang pengusaha transportasi berusaha menekan biaya
menewaskan 15 orang yang diduga operasionalnya dengan jumlah sumber daya manusia dan
rem blong upah yang minim. Spirit utilitarianisme atau teleologis jelas
berimplikasi pada rendahnya jaminan keselamatan
penumpang.
Disinilah pentingnya audit menyeluruh atas tata Kelola (corporate govermance) setiap perusahaan
transportasi. Perusahaan yang tata kelolanya buruk sebaiknya tidak diberi izin menjalankan bisnis
transportasi. Misalnya, pemerintah perlu mengaudit apakah perusahaan transportasi itu sudah
menerapkan sistem pencapaian profit yang wajar, keseimbangan modal dan utang, akuntabilitas usaha
serta kenyamanan psikologis bagi buruh/kru.
Dokumen annual report mestinya berisi Langkah-Langkah paling sempurna yang telah dilakukan
manajemen dalam operasional angkutan. Untuk itu, pemerintah harus cermat meneliti seluk-beluk
perusahaan angkutan, bahkan karakter owner dan investor maskapai. Sesuai tujuan dan manfaat
perizinan usaha, pemerintah perlu mengarahkan visi dan aktivitas bisnis transportasi ke situasi
perusahaan yang ideal supaya angkutan terhindar dari risiko kecelakaan akibat target owner yang
terlalu tinggi.
Perlindungan Konsumen
Bisnis Jasa Kesehatan
Refleksi Kasus Putusan PK MA yang membebaskan Prita dari segala
tuduhan pencemaran nama baik rumah sakit yang membuat
Prita substansi dan implementasi UU ITE mengalami koreksi.
Pada pasal 27 ayat (3) UU ITE serta merta tidak dijadikan
Pada tanggal 7 agustus 2008, seorang
ibu Bernama Prita Mulyasari
sebagai alat untuk menjerat pasien rumah sakit dengan
didiagnosa demam berdarah di rumah tuduhan pencemaran nama baik. Karena itu konsumen atau
sakit Omni karena kondisi Prita yang keluarga pasien seperti Prita perlu dilindungi oleh negara
semakin memburuk, menulis email atas keberaniannya mengungkap system pelayanan rumah
terkait keluhan pelayanan di rumah sakit yang berbahaya bagi siapapun.
sakit Omni, karena email itu
menyebar Prita terkena gugatan oleh Putusan bebas Prita merupakan preseden baik bagi
pihak rumah sakit omni terkait perlindungan konsumen jasa Kesehatan di Indonesia. Pasien
pencemaran nama baik. Dan Prita boleh mengungkapkan kritik, pendapat, atau kekecewaaan
diputuskan bersalah dengan terhadap pelayanan rumah sakit asal didukung dengan
mengganti uang rugi kepada pihak bukti-bukti yang sah dan kuat terkait kesalahan atau
rumah sakit omni. Dan pada tanggal kelemahan pihak rumah sakit.
17 September 2012, MA memutuskan
bahwa Prita tidak bersalah.
Refleksi Kasus Sebelum Debora meninggal, dokter dirumah sakit
sebenarnya sudah memberi saran untuk dimasukan ke runag
Debora PICU. Namun syarat biaya atau urusan administrasi ternyata
Seorang bayi berusia 4 bulan
bisa menjadi lebih penting daripada nyawa manusia. Dokter
yang Bernama Tiara Debora mungkin sudah berpegang pada kode etik mereka tetapi
Simanjorang meninggal dunia bisnis rumah sakit lebih dominan ketimbang otoritas medis.
pada tanggal 3 September 2017 Korporasi rumah sakit seharusnya bebas dari spirit ekonomi
akibat terlambat mendapat
liberal yang seluruh proses operasionalnya link dnegan
pertolongan dari rumah sakit
pasar uang/ saham. Sebab, pelaku pasar umumnya hanya
Mitra Keluarga Kalideres, Jakarta
ingin profit besar dalam waktu singkat. Disaat nilai saham
Barat dikarenakan harus
korporasi rumah sakit terus melemah maka pasien bisa
menyelesaikan urusan
administrasi baru pihak rumah semakin banyak menjadi korban. Dalam situasi ini
sakit melakukan Tindakan. pemerintah sebagai penjaga kepentingan public seolah tidak
sanggup mengarahkan korporasi rumah sakit untuk
menyediakan pelayanan khusus bagi kaum ekonomi lemah.
Untuk itulah pengawasan pemerintah dan masyrakat wajib mengawasi gerak rumah sakit demi
keselamatan pasien dan calon pasien. Rumah sakit sebagai usaha yang terkait dengan hajat hidup orang
banyak wajib menekankan kekuatan empati ketimbang uang/biaya. Kerena itu pemerintah sebaiknya
membuat regulasi yang membatasi rumah sakit terjun di pasar saham. Baik swasta maupun milik
pemerintah. Dengan demikian budaya korporasi rumah sakit tidak sampai menghambat salah satu
sumpah dokter Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai