Anda di halaman 1dari 29

RE-VIEW

LARTAS
RE-VIEW LARTAS
Bab I. KEWENANGAN PENGAWASAN BARANG LARANGAN
PEMBATASAN OLEH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN
CUKAI

Barang larangan adalah barang yang tidak boleh diimpor (Limbah B3) atau diekspor (Kayu Log)
ke/dari Indonesia.
Barang pembatasan adalah barang yang dibatasi ekspor/impor-nya, jenis dan/atau jumlah yang
diekspor/diimpor. (Limbah Non-B3, Narkotika).
Keterkaitan antara ketentuan
larangan pembatasan dengan peran
DJBC

community protector, yaitu melindungi masyarakat dari barang-barang yang dapat merusak
lingkungan, mengganggu kesehatan, mengancam perekonomian dan industri dalam negeri,
mengganggu keamanan nasional
Ketentuan Umum di Bidang Impor
Barang yang diimpor harus dalam keadaan baru, kecuali ketentuan menteri.
Impor hanya boleh dilakukan oleh perusahaan yang telah memiliki Angka Pengenal Impor (API), yaitu Angka Pengenal Impor
Produsen (API-P) atau Angka Pengenal impor Umum (API-U). Dalam keadaan tertentu, dapat dilakukan impor oleh importir yang tidak
memiliki API
Pengaturan atas barang dibatasi impor, dilakukan melalui mekanisme perizinan impor berupa:
- pengakuan sebagai Importir Produsen (IP);
- penetapan sebagai Importir Terdaftar (IT);
- surat Persetujuan Impor (SPI);
- laporan Surveyor (LS); dan/atau
- mekanisme perizinan impor lain
lmportir wajib memiliki perizinan Impor atas barang yang dibatasi impornya sebelum barang masuk ke dalam daerah pabean. Apabila
barang yang diimpor tidak memiliki perizinan yang ditentukan , maka atas barangnya wajib diekspor kembali, pembekuan API.
Ketentuan Umum di Bidang Ekspor
Semua barang bebas diekspor, kecuali barang dilarang, dibatasi atau ditentukan lain oleh undang-undang.
Yang dapat melakukan ekspor :
- Orang perseorangan, hanya khusus barang bebas ekspor, dengan menggunakan NPWP dan dokumen lainnya.
- Lembaga, dan
- Badan usaha (badan hukum atau bukan)
Bab. II KETENTUAN LARANGAN EKSPOR DAN
IMPOR
1. Barang yang Dilarang Ekspor (Permendag Nomor 44/M-DAG/PER/7/2012 tentang Barang Dilarang
Ekspor)
a. Barang di bidang pertanian;

b. Barang di bidang kehutanan;

c. Barang di bidang perikanan dan kelautan;

d. Barang di bidang industri;

e. Barang di bidang pertambangan;

f. Barang cagar budaya; dan

g. Barang daftar CITES Appendiks I


2. Barang yang Dilarang impor

Bahan perusak lapisan ozon (BPO): CFC, halon, Karbon Tetrachlorida, 1,1 1, Trikloroetana, Metil Bromida dan
beberapa campuran refrigeran
Barang Berbasis Sistem Pendingin yang menggunakan refrigeran HCFC-22, baik dalam keadaan terisi maupun
keadaan kosong. (Pengatur suhu, Peti kemas, Lemari Pendingin)
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Ballpress (pakaian bekas) Pengecualian atas pelarangan ini adalah terhadap pakaian bekas yang merupakan
barang pindahan.
BAB III
KETENTUAN PEMBATASAN IMPOR/EKSPOR KEBUTUHAN
POKOK, BIDANG INDUSTRI, DAN PERDAGANGAN.
A. Pembatasan impor/ekspor kebutuhan pokok
1. Pembatasan Impor Gula
Gula Kristal Mentah/Gula Kasar (Raw Sugar)

Gula Kristal Rafinasi (Refined Sugar)

Gula Kristal Putih (Plantation White Sugar)

Pengecualian terhadap ketentuan pembatasan impor gula diberlakukan terhadap lmpor Gula yang merupakan:
a. barang keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
b. barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan;
c. barang pribadi penumpang atau awak sarana pengangkut atau pelintas batas;
d. barang promosi; dan
e. barang kiriman.
2. Pembatasan Impor Garam

Jenis garam yang dapat diimpor adalah Garam Industri dan Garam Konsumsi.

Garam Industri adalah garam yang dipergunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong untuk kebutuhan
industri dengan kadar NaCl paling sedikit 97% dihitung dari basis kering

-Hanya dapat diimpor oleh perusahaan pemilik API-P.


-mendapat Persetujuan Impor (PI) dari Kementerian Perdagangan
-Pelabuhan tujuan impor harus pelabuhan terdekat dengan lokasi pabrik yang dimiliki oleh Importir Garam
Industri.
-mendapat Persetujuan Impor (PI) dari Kementerian Perdagangan.
-Dilakukan verifikasi atau penelusuran teknis oleh Suveyor di negara muat (PIB harus dilengkapi Laporan
Surveyor (LS)).
Garam Konsumsi adalah garam yang dipergunakan untuk konsumsi dengan kadar
NaCl paling sedikit 94,7% sampai dengan kurang dari 97% dihitung dari basis
kering
Ketentuan:
- Hanya dapat diimpor oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang usaha
pergaraman, setelah mendapat penugasan dari Menteri BUMN dan rekomendasi dari
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan.
- Mendapat Persetujuan Impor (PI) dari Kementerian Perdagangan
- Dilakukan verifikasi atau penelusuran teknis oleh Suveyor di negara muat (PIB harus dilengkapi
Laporan Surveyor (LS)).
pengecualian
a. barang keperluan penelitian dan pengembangan teknologi;
b. barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan;dan
c. air laut dengan Pos Tarif/HS 2501.00.50.00 yang digunakan sebagai bahan baku atau bahan
penolong industri, sepanjang belum dapat diproduksi di dalam negeri.
3. Pembatasan Impor dan Ekspor Beras

Ketentuan ekspor beras :


1) harus mendapat Persetujuan Ekspor (PE) dari Kementerian Perdagangan.
2) beras harus dikemas dalam kemasan dengan mencantumkan keterangan mengenai:
a) identitas perusahaan;
b) diproduksi di Indonesia/ Produced in Indonesia; dan
c) Prime Quality/ Level of Broken.

- Ketentuan berlaku di kawasan Bebas


Impor Beras
Impor beras dilakukan dengan empat kategori keperluan, yaitu:
1) Impor beras untuk keperluan stabilisasi harga, penanggulangan keadaan darurat, masyarakat
miskin, dan/ atau kerawanan pangan
2) Impor beras untuk keperluan tertentu guna memenuhi kebutuhan industri sebagai bahan
baku/ penolong yang tidak atau belum sepenuhnya dihasilkan di dalam negeri
3) Impor beras untuk keperluan tertentu yang terkait dengan kesehatan/dietary dan konsumsi
khusus/ segmen tertentu
4) lmpor Beras yang bersumber dari hibah
Pengecualian
Pengecualian terhadap ketentuan impor dan ekspor beras tersebut di atas, adalah untuk ekspor
atau impor beras yang merupakan :
a) barang keperluan penelitian dan pengembangan teknologi; dan
b) barang pelintas batas dengan nilai pabean tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan di bidang kepabeanan.
B. Pembatasan Impor/ekspor Barang-barang Keperluan Industri

Pembatasan impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dan TPT Batik Impor TPT
Ketentuan impor TPT :
a. TPT dengan Pos Tarif/HS pada nomor urut 1 sampai dengan 274 (lampiran Peraturan Menteri
tersebut) hanya dapat diimpor oleh perusahaan pemilik API-P.
b. Setiap kali impor harus mendapat Persetujuan Impor TPT (PI-TPT) dari Menteri Perdagangan.
c. Setiap pelaksanaan impor TPT harus terlebih dahulu dilakukan Verifikasi di pelabuhan muat
oleh surveyor yang ditunjuk Menteri Perdagangan. Hasil verifikasi dituangkan dalam Laporan
Surveyor (LS) yang merupakan lampiran PIB.
d. importir TPT hanya dapat mengimpor TPT sebagai bahan baku dan/atau bahan penolong
kebutuhan proses produksi sendiri.
TPT Batik
Ketentuan Impor TPT Batik
a. hanya dapat dilakukan oleh perusahan pemilik API-U atau API-P;
b. mendapat Persetujuan lmpor dari Menteri Perdagangan.
c. Setiap impor TPT Batik dan TPT Motif Batik hanya dapat dilakukan melalui pelabuhan tujuan:
1) Pelabuhan laut: Belawan di Medan, Tanjung Perak di Surabaya, dan Soekarno Hatta di
Makasar; dan/atau
2) Pelabuhan udara: Soekarno-Hatta di Tangerang.
d. Setiap pelaksanaan impor Produk Tertentu harus terlebih dahulu dilakukan Verifikasi atau
penelusuran teknis di pelabuhan muat oleh surveyor yang ditunjuk Menteri Perdagangan. Hasil
verifikasi dituangkan dalam Laporan Surveyor (LS) yang merupakan lampiran PIB
Besi Baja
Ketentuan impor :
a. Besi atau Baja hanya dapat diimpor oleh :
1) IP-Besi atau Baja atau atau
2) IT-Besi atau Baja
b. Setiap impor Besi atau Baja oleh IP-Besi atau Baja atau IT-Besi atau Baja harus dilakukan
Verifikasi atau Penelusuran Teknis oleh Surveyor di pelabuhan muat sebelum dikapalkan. Hasil
verifikasi berupa Laporan Surveyor, sebagai lampiran PIB.
c. Besi atau Baja asal impor yang dikeluarkan dari Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas serta dari Tempat Penimbunan Berikat yang akan dimasukkan ke tempat lain dalam
daerah pabean berlaku ketentuan Peraturan Menteri dan dilakukan Verifikasi atau Penelusuran
Teknis Impor terlebih dahulu oleh Surveyor di kawasan tempat barang dimaksud.
Pembatasan Impor Mesin Multifungsi Berwarna, Mesin Fotocopy Berwarna,
Dan Mesin Printer Berwarna

Mesin Multifungsi Berwarna adalah mesin yang dapat menjalankan dua fungsi atau lebih,
terutama untuk mencetak,menggandakan atau transmisi faksimili, memiliki 46 kemampuan
untuk berhubungan dengan mesin pengolah data otomatis atau jaringan yang dapat
memproduksi barang cetakan berwarna lebih dari satu warna.
Mesin Fotokopi Berwarna adalah mesin fotokopi yang dapat memproduksi barang cetakan lebih
dari satu warna.
Mesin Printer Berwarna adalah mesin untuk mencetak tulisan, gambar, atau karakter semacam
itu berwarna lebih dari satu warna pada suatu media cetak.
Ketentuan Impor :

a. hanya dapat diimpor oleh perusahaan pemilik API;


b. mendapat Persetujuan lmpor dari Menteri Perdagangan (didelegasikan kepada Dirjen
Perdagangan Luar Negeri).
c. Setiap pelaksanaan impor harus dilakukan Verifikasi atau penelusuran teknis di pelabuhan
muat oleh surveyor yang ditunjuk Menteri Perdagangan. Hasil verifikasi dituangkan dalam
Laporan Surveyor (LS) yang merupakan lampiran PIB.

- diekspor kembali jika tidak sesuai ketentuan


C. Pembatasan keluar masuk uang dan alat pembayaran lainnya.

Membawa uang rupiah adalah mengeluarkan atau memasukkan uang Rupiah yg dilakukan dengan
cara membawa sendiri atau melalui pihak lain dengan atau tanpa menggunakan sarana pengangkut.
Ketentuan PBI:
-. Setiap orang yg membawa uang rupiah sebesar Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah) atau lebih
keluar wilayah Pabean RI, wajib mendapat izin* BI.
*)a. Untuk 1 (satu) kali penggunaan.

b. Masa berlaku izin paling lama 30 hari terhitung sejak tanggal izin;

c. Surat izin diserahkan kepada petugas BC di tempat keberangkatan;

d. Jumlah uang yang dibawa paling banyak sama dengan jumlah yang tercantum di dalam surat izin.

-. Setiap org yg membawa uang Rupiah sebesar Rp. 100.000.000 (seratus juta Rupiah) atau lebih masuk
wilayah pabean RI, wajib terlebih dulu memeriksakan keaslian uang tersebut kepada petugas BC di
tempat kedatangan.
BAB IV
KETENTUAN PEMBATASAN IMPOR/EKSPOR DALAM
RANGKA PERLINDUNGAN MASYARAKAT, LINGKUNGAN
HIDUP, FLORA FAUNA
1. Narkotika
a) Narkotika Golongan I : dipergunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk reagensia diagnostik,
serta reagensia laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri Kesehatan. Mempunyai potensi sangat tinggi
menyebabkan ketergantungan. Dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan, diproduksi atau digunakan
dalam proses produksi.
b) Narkotika golongan II : berkhasiat pengobatan digunakan sebagai plihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
c) Narkotika Golongan III : berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi da/atau tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

hanya dapat diimpor/diekspor ke Indonesia oleh pedagang besar farmasi milik negara setelah memperoleh keputusan
Menteri Kesehatan dan mendapat izin impor/ekspor dari Menteri Kesehatan.
2. Psikotropika
1) Psikotropika Golongan III
berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan

2) Psikotropika Golongan IV
berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Impor psikotropika hanya dapat dilakukan oleh Industri Farmasi, Pedagang Besar Farmasi (PBF)
atau lembaga penelitian atau lembaga pendidikan setelah mendapat izin Menteri Kesehatan.
3. Prekusor
bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika dan
psikotropika

Ketentuan-ketentuan
60

4. Pembatasan Impor Bahan Perusak Lapisan Ozon (BPO)


senyawa kimia yang berpotensi dapat bereaksi dengan molekul ozon di lapisan stratosfer
Ketentuan
a. hanya dapat diimpor oleh perusahaan pemilik API-U atau API-P;
b. mendapat Persetujuan Impor (PI-BPO) dari Meneri Perdagangan (dilimpahkan kepada Dirjen
Perdagangan Luar Negeri);
c. Setiap impor BPO jenis Metil Bromida, harus ditambahkan label dari negara produsen
d. Setiap pelaksanaan impor BPO harus dilakukan Verifikasi atau penelusuran teknis impor oleh
surveyor yang ditunjuk Menteri Perdagangan di negara muat barang. Hasil verifikasi berupa
Laporan Surveyor (LS) sebagai dokumen pelengkap kepabeanan.
e. Impor BPO hanya dapat dilakukan melalui pelabuhan laut tertentu
5. Pembatasan impor barang berbasis sistem
pendingin
Barang Berbasis Sistem Pendingin adalah barang yang dalam pengoperasiannya menggunakan sistem
pendingin dan menggunakan dan/atau mengandung refrigeran sebagai media pendingin.
Ketentuan impor Barang berbasis sistem pendingin :
a. hanya dapat dilakukan oleh perusahaan pemilik Angka Pengenal lmportir (API).
b. Setiap pelaksanaan impor BPO harus dilakukan Verifikasi atau penelusuran teknis impor oleh surveyor
yang ditunjuk Menteri Perdagangan di negara muat barang. Hasil verifikasi berupa Laporan Surveyor (LS)
sebagai dokumen pelengkap kepabeanan.
c. hanya dapat dilakukan melalui pelabuhan tujuan sebagai berikut:
1) pelabuhan darat: Cikarang Dry Port di Bekasi;
2) pelabuhan laut: Belawan di Medan, Tanjung Priok di Jakarta, Merak di Banten, Tanjung Emas di Semarang,
Tanjung Perak di Surabaya, Soekarno Hatta di Makassar, Batu Ampar di Batam; dan/atau
3) pelabuhan udara: seluruh pelabuhan udara internasional
6. Flora Fauna dalam CITES

Ratifikasi perjanjian internasional antara pemerintah yang bersifat sukarela dan berkomitmen
untuk melindungi flora fauna di dunia yang hampir punah
Penggolongan:
a. Apendiks I adalah daftar seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala
bentuk perdagangan internasional.
b. Apendiks II merupakan daftar spesies yang tidak terancam kepunahan, tapi mungkin
terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan.
c. Apendiks III merupakan daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi di negara
tertentu dalam batas-batas kawasan habitatnya, dan suatu saat peringkatnya bisa dinaikkan ke
dalam Apendiks II atau Apendiks I.
Beberapa istilah yang umum digunakan dalam CITES:

a. Spesies
Merupakan tingkatan takson yang paling rendah. Organisme dapat dikatakan dalam satu spesies, jika dia
dikawinkan dengan sesamanya dapat menghasilkan keturunan. Dan keturunannya tersebut dapat menghasilkan
keturunan lagi. (misal: ayam kampung dengan ayam hutan)
b. Specimen
Binatang atau tumbuhan, hidup atau mati atau bagian-bagian yang masih dapat dikenal atau derivat jenis
tumbuhan/binatang.
c. Bagian
Kulit atau bagian dari kulit, tulang, atau kerangka tempurung, tanduk, gading dan gigi, bulu, telur, daging kayu
d. Derivat
Urine, darah, musk, obyek yg terbuat dari bagian (tuts piano, alat musik dari rosewood, gitar dari kayu mahoni,
ikat pinggang/tas/sepatu dari kulit binatang)
Setiap perdagangan spesies yang termasuk dalam apendiks CITES dalam perdagangannya harus
dilindungi dengan dokumen CITES (serifikat CITES). Ketentuan dalam sertifikat CITES :
a. Harus dibuat dalam satu bahasa : Inggris, Perancis atau Spanyol (Bhs. nasional negara
penerbit bisa ditambahkan atau jika diterjemahkan harus ditulis pada tiap kata di bawahnya.
b. Uraian specimen, harus menggunakan salah satu bahasa resmi CITES.
c. Tidak boleh ada perubahan, hanya dapat dilakukan secara otentik dengan membubuhkan
stempel dan tanda tangan.
d. Menunjuk dengan jelas annex-nya, jumlah lembar izin dan tanggal penerbitan, tanda tangan
dan stempel dari penguasa yang berhak mengeluarkan izin.
MATURNUWUN

Anda mungkin juga menyukai