Anda di halaman 1dari 25

Semester 1

pelajaran 1 Nabi Muhammad saw. Teladanku

pelajaran 2 Asyik Bisa Membaca Surah an-Nasr

pelajaran 3 Allah Maha Esa dan Maha Pencipta

pelajaran 4 Perilaku Terpuji

pelajaran 5 Makna Salat

pelajaran 6 Kisah Nabi Yusuf a.s. dan


Nabi Syu’aib a.s.
Semester 2

pelajaran 7 Asmaul Husna

pelajaran 8 Asyik Bisa Membaca Surah al-Kausar

pelajaran 9 Bersyukur kepada Allah

pelajaran 10 Zikir dan Doa Sesudah Salat

pelajaran 11 Hikmah Ibadah Salat

pelajaran 12 Sifat Terpuji

pelajaran 13 Kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s.


Kisah Nabi Ibrahim a.s. dan
Kisah Nabi Ismail a.s.
Setiap tahun, pada bulan Zulhijah,
umat Islam merayakan hari Iduladha.
Pada hari itu, umat Islam menyembelih
kurban berupa unta, sapi, atau
kambing. Tahukah kamu, siapakah
nabi yang memberikan contoh pelak-
sanaan kurban? Ya, nabi yang mem-
berikan contoh tersebut adalah Nabi
Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s.
Kurban yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim a.s. tersebut saat ini menjadi
syariat bagi umat Islam. Setiap bulan haji atau Zulhijah, umat Islam me-
nyembelih kurban setelah melaksanakan salat Iduladha.
Isi Materi

A. Nabi Ibrahim a.s.

B. Nabi Ismail a.s.

C. Keteladanan Nabi Ibrahim a.s. dan


Nabi Ismail a.s.
A. Nabi Ibrahim a.s.

1. Kisah Kelahiran Nabi Ibrahim a.s.


Nabi Ibrahim a.s. dilahirkan pada tahun 2295 sebelum
Masehi di Babylonia. Sekarang, tempat tersebut termasuk
wilayah negara Irak, di Timur Tengah. Ayahnya bernama
Azar yang bekerja sebagai pembuat patung. Patung-patung
buatan Azar itu dijual dan dijadikan berhala oleh rakyat
Babylonia. Berhala ini dianggap sebagai tuhan sehingga
disembah setiap hari.
Raja yang berkuasa pada saat itu bernama Namrud.
Seperti rakyatnya, Raja Namrud juga menyembah berhala.
Raja membangun sebuah gedung untuk menyimpan
berhala. Gedung itu menjadi tempat Raja menyembah
berhala bersama rakyatnya.
Pada suatu malam, Raja Namrud bermimpi mahkotanya
diambil oleh seorang anak laki-laki. Menurut ahli nujum istana,
mimpi Raja tersebut pertanda tidak baik, yakni akan ada
seorang anak laki-laki yang akan merebut kekuasaannya.

Raja Namrud pun marah, lalu memerintahkan membunuh


setiap bayi laki-laki yang baru lahir. Mendengar hal itu, ibu Nabi
Ibrahim a.s. yang sedang mengandung Nabi Ibrahim a.s.
ketakutan. Beliau tidak ingin jika nanti anaknya laki-laki akan
dibunuh oleh Raja Namrud. Oleh sebab itu, beliau memutuskan
untuk pergi ke hutan dan melahirkan di dalam goa.

Lahirlah seorang bayi laki-laki yang kemudian diberi nama


Ibrahim. Ibrahim ditinggalkan di dalam goa sendirian selama
bertahun-tahun. Allah Mahakuasa sehingga Ibrahim terlindungi
dari kelaparan dan kehausan. Jika Ibrahim lapar atau haus,
diisapnya ibu jarinya yang kemudian mengeluarkan madu.
2. Nabi Ibrahim a.s. Mencari Tuhan
Setelah dewasa, Ibrahim kembali ke keluarganya. Ibrahim
tumbuh menjadi anak yang cerdas dan patuh kepada orang
tua. Setiap hari, ia ikut membantu ayahnya membuat patung.
Kecerdasannya membuat ia berpikir, mengapa orang-orang
menyembah patung. Padahal, patung dibuat oleh ayahnya
dan tidak dapat berbuat apa-apa.
Ibrahim keluar rumah dengan maksud mencari Tuhan yang
sebenarnya. Menurutnya, Tuhan harus lebih hebat dan lebih
besar dari manusia. Kekuatannya harus melebihi manusia
sehingga patut untuk disembah.
Suatu malam Ibrahim melihat bintang yang bersinar berkilauan
di langit. Ibrahim kagum dengan sinar bintang itu dan berkata,
”Inilah Tuhanku. Bintang lebih tinggi dari manusia dan memiliki
cahaya.” Menjelang pagi hari, tiba-tiba bintang tenggelam
sehingga Ibrahim tidak percaya. ”Tuhan tidak mungkin teng-
gelam, bintang bukanlah Tuhan manusia,” kata Ibrahim.
Malam berikutnya, Ibrahim melihat bulan yang lebih besar dari
bintang. Beliau pun terkagum dan berkata, ”Ini Tuhanku, ia lebih
besar dan lebih terang.” Akan tetapi, lagi-lagi Ibrahim kecewa
karena bulan akhirnya juga tenggelam dan menghilang.

Ibrahim tidak percaya bahwa Tuhan akan tenggelam. Beliau


memutuskan untuk mencari Tuhan yang lain lagi. Ketika melihat
matahari terbit, Ibrahim terpana dengan kehebatan sinarnya.
Sinarnya menerangi seluruh alam ini. Beliau pun berkata, ”Ini
pasti Tuhan, ia lebih hebat daripada bintang dan bulan.” Namun,
akhirnya Ibrahim kecewa karena di senja hari matahari pun
akhirnya tenggelam juga.
Akhirnya, Ibrahim berpikir bahwa Tuhan memiliki kehebatan dari
semua yang ada di muka bumi. Tuhan adalah Zat yang mencip-
takan alam semesta termasuk bintang, bulan, dan matahari.
Tuhan adalah Maha Pencipta dan Mahakuasa, melebihi kekua-
saan raja. Ibrahim pun menyembah Tuhan yang menciptakan
langit, bumi, dan segala isinya. Beliau tidak mau menyembah ber-
hala seperti yang dilakukan oleh Raja Namrud dan rakyatnya.
3. Nabi Ibrahim a.s. Berdakwah
Ibrahim diangkat menjadi nabi dan rasul Allah yang bertugas
mendakwahkan ajaran tauhid, yakni mengakui bahwa Tuhan
yang wajib disembah itu hanya satu, yaitu Allah Swt.
Nabi Ibrahim a.s. mengajak kaumnya untuk menyembah Allah
Swt. dan meninggalkan berhala. Namun, masyarakat tidak mau
mengikuti ajaran Nabi Ibrahim a.s. Mereka tetap melakukan
apa yang diperitahkan oleh Raja Namrud. Nabi Ibrahim a.s.
kemudian memikirkan cara agar mereka mengubah keyakinan-
nya.

Pada suatu hari diadakan upacara ritual menyembah berhala.


Semua orang berkumpul di lapangan, termasuk Raja Namrud.
Nabi Ibrahim a.s. pergi ke rumah berhala dan merusak semua
berhala yang ada. Hanya satu berhala yang dibiarkannya utuh,
yaitu berhala yang paling besar.
Nabi Ibrahim a.s. kemudian mengalungkan kapak di leher
berhala besar. Setelah itu, beliau pergi meninggalkan rumah
berhala. Orang-orang kaget melihat semua berhala sudah
hancur. Raja Namrud pun marah dan bertanya, ”Siapa yang
melakukan pengrusakan itu?”
Raja Namrud memerintahkan pengawalnya untuk menangkap
pelaku dan menghukumnya. Ditangkaplah Nabi Ibrahim a.s.
dan dibawa menghadap Raja Namrud. Raja bertanya,
”Ibrahim, apakah kamu yang merusak berhala-berhala itu?”

Nabi Ibrahim a.s. menjawab, ”Bukan saya, tetapi berhala yang


besar itulah yang merusaknya. Lihat saja kapak itu ada di
lehernya.”
Raja Namrud pun marah dan berkata, ”Mana mungkin berhala
besar itu melakukannya.” Berhala hanya patung yang tidak
dapat berbuat apa-apa sehingga tidak mungkin ia yang
merusaknya”.
Sambil tersenyum, Nabi Ibrahim a.s. berkata, ”Jika tidak dapat
berbuat apa-apa, mengapa harus disembah. Sembahlah Allah,
Tuhan yang Mahakuasa, lebih berkuasa daripada berhala-
berhala itu”.

Raja Namrud sebenarnya malu mendengar perkataan Nabi


Ibrahim a.s. Perkataan Nabi Ibrahim a.s. adalah benar. Berhala
memang tidak dapat berbuat apa-apa. Akan tetapi, karena
gengsi dan marah, Raja Namrud memerintahkan untuk
menghukum Nabi Ibrahim a.s.

Nabi Ibrahim pun diseret ke lapangan dan diikat di atas kayu


bakar. Api kemudian disulut dan berkobar membakar kayu dan
tubuh Nabi Ibrahim a.s. Namun, Allah melindungi Nabi Ibrahim
a.s. dari kobaran api. Namun, Allah Swt. memerintahkan api
agar menjadi dingin sehingga Nabi Ibrahim tidak terbakar.
Artinya:
Kami (Allah) berfirman, ”Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan
penyelamat bagi Ibrahim!” (Q.S. al-Anbiya’/21: 69).

Nabi Ibrahim a.s. tidak merasakan panas sedikit pun dalam


kobaran api tersebut. Atas perintah dan kekuasaan Allah Swt.,
api itu menjadi dingin dan melindungi Nabi Ibrahim a.s.
Selamatlah Nabi Ibrahim a.s. dari hukuman Raja Namrud.

Orang-orang pun takjub melihat kehebatan Nabi Ibrahim a.s.


dan memercayai ajarannya. Sejak peristiwa itu, banyak orang
yang mengikuti ajaran Nabi Ibrahim a.s., menyembah Allah
Swt. dan meninggalkan berhala-berhala mereka.
B. Nabi Ismail a.s.

1. Kisah Kelahiran Nabi Ismail a.s.


Nabi Ibrahim a.s. pindah ke daerah Kan’an, wilayah Palestina
(pada masa sekarang). Beliau menikah dengan seorang
perempuan bernama Sarah. Namun, hingga usianya lanjut,
keduanya tidak juga diberi keturunan. Mereka sudah berdoa
kepada Allah, namun belum juga dikabulkan.
Sarah kemudian mengizinkan Nabi Ibrahim a.s. untuk menikah
lagi agar memiliki keturunan. Nabi Ibrahim a.s. kemudian
menikah dengan seorang budak bernama Hajar. Tidak lama
kemudian, Hajar hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki
yang diberi nama Ismail.
Setelah Ismail lahir, Sarah pun hamil dan melahirkan anak
laki-laki yang diberi nama Ishaq. Kedua putra Nabi Ibrahim
a.s. ini kelak menjadi nabi, yaitu Nabi Ismail a.s. dan Nabi
Ishaq a.s.

Nabi Ibrahim a.s. diperintahkan Allah agar membawa Ismail


dan Ibunya pindah ke Mekah. Pada waktu itu, Mekah
merupakan daerah yang tandus, penuh padang pasir. Setelah
mengantarkan anak dan istrinya, Nabi Ibrahim a.s. mendapat
perintah Allah untuk pergi ke negeri Syam. Tinggallah Hajar
dan Ismail sendirian di Mekah.

Pada suatu hari, tiba-tiba Ismail menangis kehausan. Hajar


pun kebingungan karena tidak tahu ke mana harus mencari
air. Hajar berlari ke Bukit Safa karena dilihatnya seperti ada
mata air. Sampai di tempat itu, ternyata tidak mendapatkan
mata air sedikit pun. Kemudian, Hajar melihat ke Bukit
Marwah sepertinya ada mata air dan berlarilah beliau ke
sana, namun lagi-lagi air itu tidak ada.
Hajar pun kembali ke tempat Ismail, tiba-tiba kaki Ismail
menendang-nendang ke tanah, lalu muncullah air. Hajar pun
mengumpulkan air itu seraya berkata, ”Zamzam, Zamzam”
yang berarti berkumpullah. Sejak itu, sumber air tersebut
bernama Zamzam dan sampai sekarang masih ada.
Setelah sekian lama terpisah, akhirnya Nabi Ibrahim a.s.
mengunjungi anak dan istrinya di Mekah. Alangkah
bahagianya mereka karena dapat berkumpul kembai setelah
lama berpisah. Nabi Ibrahim a.s. bersyukur mendapatkan
keluarganya selamat dan sejahtera. Kota Mekah lambat laun
menjadi ramai. Banyak orang yang datang untuk berdagang
dan mengambil air Zamzam.
2. Pengorbanan Nabi Ismail a.s.
Ketika sedang menikmati kebahagiaan bersama keluarganya,
Nabi Ibrahim a.s. mendapat wahyu dari Allah. Nabi Ibrahim a.s.
bermimpi disuruh menyembelih Ismail. Pada saat itu, Ismail
berumur sekitar tujuh tahun.
Pada mulanya Nabi Ibrahim a.s. tidak yakin jika mimpinya itu
dari Allah. Pada malam yang kedua dan ketiga, Nabi Ibrahim
a.s. bermimpi hal yang sama. Akhirnya, Nabi Ibrahim a.s.
yakin bahwa mimpinya berasal dari Allah.

Nabi Ibrahim a.s. menceritakan mimpinya kepada Ismail dan


meminta pendapatnya. Ismail berkata, ”Wahai Ayahku,
lakukanlah apa yang Allah perintahkan kepadamu. Insya
Allah, ayah akan mendapatiku sebagai orang yang berhati
sabar.”

Nabi Ibrahim a.s. pun melaksanakan apa yang diperintahkan


oleh Allah, yakni menyembelih Ismail. Keduanya berjalan
menuju bukit tempat penyembelihan. Ismail kemudian
dibaringkan dan Nabi Ibrahim a.s. bersiap untuk menyem-
belihnya. Allah kemudian menggantikan Ismail dengan seekor
domba yang gemuk.
Allah menguji keimanan Nabi Ibrahim a.s. dan Ismail.
Keduanya berhasil melaluinya. Peristiwa itu kemudian
menjadi dasar bagi pelaksanakan kurban di hari Iduladha.
3. Membangun Ka’bah
Nabi Ibrahim a.s. mendapat perintah dari Allah untuk
membangun Ka’bah di Mekah. Beliau mengajak Ismail a.s.
untuk bersama-sama melaksanakan perintah Allah tersebut.
Keduanya, membangun Ka’bah sesuai dengan petunjuk
Allah, baik bentuk maupun ukurannya.

Ketika bangunan semakin tinggi, Nabi Ibrahim a.s. memer-


lukan batu untuk berpijak. Ismail kemudian mengambil
sebuah batu besar untuk ayahnya. Batu itu kemudian disebut
dengan Maqam Ibrahim. Di batu itu terdapat bekas telapak
kaki Nabi Ibrahim a.s.
Bangunan Ka’bah berbentuk kubus. Pada salah satu sudutnya
terdapat batu hitam yang disebut dengan Hajar Aswad.
Selesai membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim a.s. dan Ismail a.s.
berdoa kepada Allah Swt­., ”Ya Allah, terimalah amal kami,
sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami berdua orang yang
tunduk dan patuh kepada-Mu”.
Ka’bah menjadi kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia, yaitu
arah yang dituju ketika melaksanakan salat. Ka’bah sekarang
berada di dalam Masjidil Haram. Ka’bah menjadi tempat tawaf
bagi umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah haji.
Ka’bah juga disebut dengan Baitullah atau rumah Allah.
C. Keteladanan Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s.

Apakah kamu sudah memahami kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi
Ismail a.s.? Apa saja sikap terpuji yang dimiliki mereka? Pasti
banyak sekali, kan? Mari, kita pelajari akhlak mulia Nabi Ibrahim
a.s. dan Nabi Ismail a.s. yang dapat kita praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.

1. Rasa Ingin Tahu

Masih ingatkah kamu bagaimana Nabi Ibrahim a.s. ketika mene-


mukan Tuhannya? Nabi Ibrahim a.s. tidak percaya bahwa berhala
itu Tuhan.
Berhala adalah buatan manusia dan tidak dapat berbuat apa-apa.
Tidak mungkin Tuhan tidak dapat berbuat apa pun.
Nabi Ibrahim pun penasaran dan ingin tahu siapa Tuhan yang
sebenarnya. Dengan ketekunannya, beliau melihat­ alam
semesta dan segala isinya. Akhirnya, Nabi Ibrahim a.s.
menemukan bahwa Tuhan adalah Pencipta alam ini. Pencipta
bintang, bulan, matahari, dan manusia. Tuhan hanya satu
dan Mahakuasa. Itulah yang kemudian disebut dengan
keimanan atau tauhid.
Dalam kehidupan sehari-hari, kamu harus menumbuhkan
rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu dapat dilakukan dengan cara
belajar sebanyak-banyaknya ilmu pengetahuan.

Membaca buku, membaca Al-Qur’an, dan mengamati alam


semesta. Semua itu adalah kunci ilmu pengetahuan bagi
manusia. Jangan suka berdiam diri dan bermalas-malasan.
Nanti kamu akan ketinggalan pelajaran. Siapa yang rajin
belajar, ia akan cepat pintar.
2. Sabar
Sabar adalah menerima cobaan dengan ikhlas. Nabi Ibrahim
a.s. ketika berdakwah kepada umatnya dengan kesabaran.
Tidak putus asa mengajak umatnya menyembah kepada Allah.
Meskipun ditentang oleh rakyatnya, Nabi Ibrahim a.s. tetap
terus berdakwah.

Ketika mendapat hukuman dari Raja Namrud, Nabi Ibrahim


a.s. juga sabar. Dia berdoa kepada Allah agar diselamatkan
dari kobaran api. Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim a.s. dan
menyelamatkannya dari kobaran api. Orang yang sabar selalu
mendapat perlindungan dari Allah.

Kesabaran diperlukan ketika ingin mencapai cita-cita. Orang


yang sabar tidak mudah putus asa. Dalam belajar, kamu harus
sabar. Jangan pernah berhenti untuk rajin belajar. Meskipun
nilaimu sudah bagus, kamu tidak boleh sombong. Prestasi
harus dipertahankan dengan cara rajin belajar.
3. Rela Berkorban
Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. meneladankan sikap rela
berkorban. Ketika mendapat perintah untuk menyembelih
Ismail. Nabi Ibrahim a.s. menerima dan menjalankannya
dengan ikhlas. Meskipun Nabi Ibrahim a.s. sangat menyayangi
anaknya. Akan tetapi, karena ketaatan kepada Allah, Nabi
Ibrahim a.s. rela mengorbankan anaknya.
Demikian juga dengan Nabi Ismail a.s. ketika diberitahu tentang
perintah Allah, beliau menerimanya dengan ikhlas. Nabi Ismail
a.s. rela mengorbankan dirinya demi ketaatan kepada Allah.
Sungguh luar biasa pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi
Ismail a.s. Oleh sebab itu, Allah menyayangi keduanya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus mempraktikkan sikap
rela berkorban, dengan cara memberikan sesuatu yang kita
sukai untuk kebaikan. Misalnya, berkurban kambing untuk
dibagikan kepada fakir miskin. Bersedekah dengan uang atau
barang yang kita senangi.
4. Hormat dan Patuh kepada Orang Tua
Nabi Ismail a.s. merupakan contoh anak yang berbakti kepada
orang tua. Beliau sangat taat dan patuh kepada bapak ibunya.
Ketika Nabi Ibrahim a.s. menyampaikan perintah penyem-
belihan, Nabi Ismail a.s. menerima dan melaksanakannya
dengan ketaatan.
Orang tua adalah orang pertama yang berjasa dalam
kehidupan kita. Ibu mengandung kita selama sembilan bulan
dengan kepayahan. Ayah bekerja keras mencari nafkah untuk
keluarga. Mereka semua berusaha untuk membahagiakan
anak-anaknya. Mereka mencintai dan menyayangi anak-
anaknya dengan tulus.
Kepada orang tua, kita harus menghormati dengan cara
berperilaku sopan dan santun. Mendengarkan dan menuruti
nasihat orang tua. Anak yang tidak mematuhi nasihat dan
perintah orang tua disebut anak durhaka.
Terima Kasih ...
Semoga Ilmunya Bermanfaat,
Aamiin.

Editor : Bilal Inc.

Sumber Bahan Ajar :

Anda mungkin juga menyukai