Disusun oleh:
DIAH SUSANTI
No. Mhs : 01/149672/SP/19488
Program Studi : Ilmu Sosiatri
Disusun oleh:
DIAH SUSANTI
No. Mhs : 01/149672/SP/19488
Program Studi : Ilmu Sosiatri
Skripsi ini telah dipertahankan dan disahkan di depan tim Penguji Jurusan
Ilmu Sosiatri, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
Hari : Rabu
Tanggal : 28 Desember 2005
Tempat : Ruang Sidang Jurusan Ilmu Sosiatri
FISIPOL UGM
Waktu : 08.00 WIB
Tim Penguji
saya panjatkan pada sang Khalik, Allah SWT, yang membuat segala kesulitan yang
berat menjadi begitu ringan. Suka dan duka membuat skripsi yang berjudul Pekerja
Seks Komersil (PSK) di Balik Kapster Salon Plus, Studi Kasus di 4 Salon Plus
Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan studi saya di Jurusan Ilmu
Sosiatri, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL), Universitas Gadjah Mada
(UGM).
Skripsi ini ada berkat bantuan orang-orang hebat yang ada di sekitar saya
yang selalu mendukung langkah-langkah perjuangan saya.. Untuk itu kepada mereka
semua saya persembahkan karya kecil ini. Saya mengucapkan terima kasih banyak
1. Bapak Dosen Pembimbing Skripsi saya, Bpk. Drs. Adam Titra, terima kasih
Soetomo M.Si;
3. Dosen Penguji skripsi II, Mas Danang Arif Darmawan, S. Sos, M.si;
4. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Jurusan Ilmu Sosiatri, FISIPOL, UGM,
dan tak lupa Pak Yadi dan Mas Daud (maturnuwun sanget njeh…);
5. Ibundaku tercinta, Hj. Sri Astuti, (You are my everything, I Love You
Mom…);
6. Ayahnda tercinta, H. Sutadi Asrul Sani, ( I’m so proud of having father like
pray);
9. Kakak-kakak iparku yang super baek hati, Mbak Nuril & Mas Rohmadi,
berarti..);
10. Keluarga Besar Muhtadi, Keluarga Besar Hudaiwi Anwar, dan ponakan-
Ikhwandaru Mandegani;
11. My Best Friend, Special thanks for Dwi Respati, SH, (kamu malaikat kali
ya…baiiik banget …makasi telah rela di potong rambutnya sama Mami salon
daku), Lia (tengs untuk tulusnya doa), Nining Setyowati SH (tengs dah
membangkitkan rasa kangenku untuk wisuda lagi), Ulin Nuha SH, Anis Dwi
Winarni SE (tengs udah menjadi sahabat di kala susah dan senang n’ tengs
ide ngangkat tentang salon plus), Jimmy Adriansyah (tengs sobat!! Udah
aan ;
13. Sobat-sobatku, Frans- Atmajaya (10 jempol untuk kamu), Fandi ‘Nobita’
Latif Minggu Pagi (tengs banget untuk semua info-info-ne), Mas Abiprasty
Minggu Pagi, Mas Anto Minggu Pagi, ( terima kasih untuk segala pertolongan
17. Teman-teman KKN UGM Unit Demak, Iman (tengs bianget utk printernya,
nemenin ke salon2 plus, n’ persobatan kita), Afi ‘bajak laut’, Osha manis
18. Ibu Kosku tercinta yang paling baik sedunia (makasi untuk info salon plus &
lowongan kerjanya), Bapak kos, Fahmi (tengs printer-nya), mas Elbar, anak-
anak kos Condong Catur, Mbak Ifa baik hati, Rika, Rere, Lili (tengs sudah
mau dikramasin sama kapster salon plus), mbak Wiwik, dan Slamet (makasi
he..he..);
20. Keluarga besar Alm. Supardi Rohadi, mbak Nur, mbak Nanik, mbak Uut, mas
Saya menyadari sesungguhnya masih banyak kekurangan dari skripsi ini, hal
ini semata karena keterbatasan penulis. Saya berharap semoga dapat menarik banyak
manfaat bagi pembaca dan para peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin mengangkat
tema sama, semoga skripsi ini dapat dijadikan entry point untuk meneliti hal yang
DIAH SUSANTI
Hal a man Per S em Bah an
Diah Susanti.
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Motto viii
Daftar isi vi
Intisari xv
BAB 1. PENDAHULUAN
C. Rumusan Masalah 9
D. Tujuan Penelitian 9
E. Tinjauan Pustaka 10
F. Kerangka Teori 14
G. Metode Penelitian 16
Observasi 18
Wawancara 19
Studi Pustaka 20
SUBJEK PENELITIAN
PELAJAR
BAB VI PENUTUP
Kesimpulan 90
Saran 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Tabel Perguruan Tinggi di Kab. Sleman yang berbentuk Sekolah Tinggi dan
Institut...............................................................................................................45
Politeknik..........................................................................................................45
DAFTAR FOTO
Foto 10. Stiker Izin gangguan di salon I dan foto kapster dibalik sebuah
etalase................................................................................................81
Pada akhir 2004 lalu, mulai ramai diberitakan di berbagai media yakni
menjamurnya salon plus di kota Yogyakarta. Sejumlah penggrebegan yang
dilakukan oleh aparat keamanan di salon-salon kecantikan di Yogyakarta
membuktikan, telah terjadi penyalahgunaan fungsi salon kecantikan menjadi
tempat prostitusi terselubung. Dari hasil observasi penulis di jalan-jalan yang
terdapat di Kabupaten Sleman Yogyakarta, masih banyak salon kecantikan yang
menggelar praktek prostitusi. Salon yang menyediakan pelayanan seks
terselubung di balik salon kecantikan di sebut dengan salon plus. Maraknya salon
plus di tengah kota pelajar ini sangat menarik untuk diteliti, mengingat
Yogyakarta bergelar Kota Pelajar dan Kota Budaya dimana moralitas sangat di
junjung tinggi. Penulis terdorong untuk mengetahui lebih lanjut tentang kasus
salon plus, mengapa salon plus tumbuh subur di Yogyakarta, apa sebenarnya latar
belakang seorang wanita bekerja sebagai Pekerja Seks Komersil (PSK) di balik
kapster (pekerja salon) salon plus, dan untuk mengetahui lebih lanjut apa makna
plus dari salon plus.
Di dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif
dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Kasus memiliki batas, lingkup
kajian dan pola pikir tersendiri sehingga dapat mengungkap realitas sosial atau
fisik yang unik, spesifik dan menantang. Dalam menjalankan penelitian dengan
menggunakan studi kasus, peneliti dapat belajar tentang pengetahuan proposional
dan eksperimental (pengalaman).
Lokasi penelitian dilakukan di empat salon plus yang ada di Kabupaten
Sleman, yaitu salon M di Jalan Kaliurang, salon IT di Jalan Kaliurang, salon C di
Jalan Adi Sucipto, dan Salon I di Jalan Solo. Penulis mengambil lokasi penelitian
di Kabupaten Sleman, karena dari observasi penulis salon plus paling banyak di
jumpai di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Penulis mencari data ke kapster salon plus, pemilik salon plus, konsumen
salon plus, dan masyarakat sekitar salon plus. Observasi yang dilakukan adalah
observasi semi partisipan. Teknik analisa data dilakukan melalui proses analisa
data meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan Dengan
ketekunan pengamatan, diskusi dengan rekan, dan dari data wawancara dengan
unit analisis dapat dilakukan pemeriksaan keabsahan datanya.
Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa salon plus tumbuh subur di
tengah kota pelajar dikarenakan ada dua alasan besar, yaitu, Alasan Khusus;
(1)Yogyakarta merupakan kota pelajar, sebagian para akademika yang berdarah
muda, mempunyai libido labil yang menilai seks adalah sebuah tantangan untuk di
coba. Untuk itu mereka melarikan hasrat seksnya ke tempat-tempat prostitusi
terselubung seperti salon plus. (2)Yogyakarta sebagai kota Pariwisata, dalam
pengembangannya melahirkan tempat hiburan, hotel, tempat penginapan.
Kebutuhan seks ternyata tidak jauh dari dunia pariwisata, para wisatawan yang
menginginkan kesenangan seks, butuh tempat penyaluran. Hal tersebut
menimbulkan prostitusi secara terselubung, seperti di balik sebuah salon
kecantikan.
Secara umum alasan wanita bekerja sebagai PSK di balik kapster salon
plus adalah alasan ekonomi, dan dari hasil observasi di dukung dengan adanya
pergaulan seseorang dengan seorang penyimpang yang pada akhirnya memainkan
peran yang sama dengan penyimpang. Mengenai gaya hidup kapster salon plus
dapat dilihat dari aktivitasnya sehari-hari, mulai dari aktivitas yang mereka
lakukan ketika salon buka sampai salon tutup. Sedangkan makna plus dari salon
plus adalah pelayanan seks terselubung yang dapat berupa berhubungan seks
(bersetubuh), petting, oral seks, dan masturbasi. Tumbuh suburnya salon plus di
Yogyakarta diindikasikan sebagai dampak fenomena metroseksual. Fenomena
tersebut lazimnya mewarnai kehidupan kota-kota besar, Yogyakarta belum
tergolong sebagai kota besar, namun kenyataan sudah terimbas fenomena tersebut
hal ini tidak lepas dari pengaruh arus globalisasi.
BAB 1
PENDAHULUAN
Salon Plus, (Studi Kasus di 4 Salon Plus yang berada di Kabupaten Sleman,
alasan teoritis dan alasan praktis. Secara teoritis, umumnya sebuah judul
yang dipelajari, yaitu ilmu sosiatri. Ilmu sosiatri mengkaji tentang patologi sosial
dan usaha-usaha dalam pembangunan masyarakat. Dalam hal ini, penelitian akan
difokuskan pada suatu bentuk patologi sosial yaitu prostitusi (pelacuran), dimana
Yogyakarta. Salon plus adalah salon yang menyediakan pelayanan seks yang
dilakukan oleh para kapster salon tersebut. Jadi telah terjadi penyalahgunaan salon
penelitian belum pernah dipecahkan oleh peneliti terdahulu, dan atau jika pernah
plus pernah dilakukan oleh Munawar M. Saad, yang berjudul Potret Perempuan
dikaji karena mengalami perkembangan tersendiri hingga saat ini. Di lihat dari
terselubung.
kesempatan, biaya, waktu serta alat-alat dan tenaga yang dibutuhkan untuk
bukan sebagai lapangan kerja yang sah, atau kegiatan yang dapat diterima oleh
Harus kita akui bahwa seks dan cinta adalah komoditi industri yang sangat
luar biasa dan menjanjikan, seperti musik, film, tabloid, merchandise, souvenir,
internet, acara-acara televisi, dan lain-lain.2 Disamping itu semua, ada juga bisnis
yang menawarkan pelayanan seks yang ber-cover salon kecantikan, salon ini
disebut dengan salon plus. Istilah salon plus saya ketahui dari koran-koran yang
sering menampilkan berita seputar hiburan dan seks. Disitu tidak disebutkan
secara gamblang pengertian salon plus tetapi kita dapat memahami bahwa salon
plus adalah salon yang menyediakan pelayanan seks. Bisnis salon plus di
Salon bukan lagi milik wanita. Kini kaum pria pun tak sungkan untuk
menghitamkan rambut atau facial4. Tuntutan untuk tampil prima dan dandy,
sepertinya sudah merupakan satu hal yang harus mendapat perhatian. Apalagi
mereka yang punya posisi penting - Direktur atau Menejer - perkara penampilan
nampaknya sangat penting. Sehingga pergi ke salon, bukan lagi hal yang tabu.5
1
Terence H. Hull, Endang Sulistyaningsih, Gavin W. Jones, Pelacuran di Indonesia, Ctk.
Pertama, Sinar Harapan, Jakarta, 1997, hlm.v
2
Iip Wijayanto, Perkosaan Atas Nama Cinta, Ctk. Pertama, Tinta, Yogyakarta, 2003,
hlm. 21
3
Creambath adalah perawatan rambut dengan cara memberi cream (krim) perawatan
rambut sambil melakukan pemijatan pada kepala, pundak, dan tangan.
4
Facial adalah perawatan pada wajah dengan cara membersihkan wajah yang kotor
dengan cara mengangkat komedo-komedo (jerawat kecil), jerawat, dan memberi masker
perawatan wajah.
5
www.popular-maj.com/content/preview/liputankhusus/022000
DR. Sukiat mengatakan, kegiatan bersoleknya para pria itu untuk tujuan
kesehatan, kenapa musti dicurigai. Memang, kenapa musti dicurigai kalau seorang
depan umum. Seperti halnya Bung Karno, Presiden I Indonesia, konon pernah
Tapi masalahnya, bukan karena alasan seperti itu, banyak pria - kini - sering
menyingkirkan saingan yang kian banyak dan memang hanya semata mengejar
keuntungan materi belaka atau makin banyaknya pria-pria "nakal" - banyak salon
bukan saja menyediakan tempatnya untuk dipakai sebagai tempat rendevouz, tapi
juga menyediakan para pekerjanya (yang terdiri dari wanita-wanita cantik) dan
bahkan tamu-tamunya baik wanita dan pria, sebagai komoditi pemuas nafsu. Dan
praktek terselubung ini bukan lagi rahasia umum. Jadi jangan heran, bila melihat
pria yang awal masuknya seorang diri, saat keluar sudah menggandeng wanita
menjual seks. Hukum pidana hanya melarang mereka yang membantu dan
menyediakan pelayanan jasa seks secara ilegal seperti yang tertera pada Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Pasal 296, Pasal 297, dan Pasal 506.
6
www.popular-maj.com/content/preview/liputankhusus/022000
seseorang yang terjun menjadi pelacur hanyalah sebagai akibat dari kondisi dan
tempat umum.
Pasal 1
Yang dimaksud dengan pelacuran adalah tindakan orang-orang menyerahkan
badannya untuk berbuat zina dengan mendapat upah.
Pasal 2
Yang dimaksud dengan tempat-tempat umum ialah jalan-jalan, tanah-tanah
lapang, ruangan dan lain sebagainya yang oleh umum mudah dilihat atau
didatangi.
dibenarkan secara hukum sebagai tempat penampungan pelacur. Di luar tempat itu
7
Heniy Astiyanto, Sosiologi Kriminalitas, Ctk. Pertama, Legal Center 97, Yogyakarta,
2003, hlm. 48
dinyatakan perbuatan ilegal barang siapa menampung dan mengusahakan
satu daerah dengan daerah yang lain. Para PSK yang menjalankan aktivitas
peraturan ini dibuat untuk menjaga ‘kebersihan’ kota karena secara tidak langsung
Selain itu, kehadiran PSK jalanan ini dianggap bertentangan dengan aspirasi
Mei 2005, yang bersumber dari POLTABES Yogyakarta, pada hari Rabu, 4 Mei
2005 sekitar jam 13.30 WIB, di Jalan Veteran No. 198, Umbul Harjo,Yogyakarta
dilakukan operasi Pekat di salon B dan mendapati bahwa salon tersebut digunakan
untuk perbuatan cabul. Dari operasi Pekat tersebut ditangkap empat orang kapster
dan pemilik salon. Pada hari yang sama, juga diadakan operasi Pekat sekitar jam
12.30 WIB, di Jalan Sugeng Jeroni No.54, Yogyakarta di Salon C, dan mendapati
Veteran dan Jalan Sugeng Jeroni, pada tanggal 9 Mei 2005 yang lalu, telah di
pemuas nafsu, akhirnya oleh Majelis hakim PN Yogya dijatuhi hukuman denda,
Di Kabupaten Sleman pada tanggal 6 Mei 2005 yang lalu, sejumlah salon
yang ditengarai sebagai tempat mesum berhasil digrebeg Polres Sleman. Dalam
operasi dadakan tersebut petugas berhasil menggrebeg dua salon yang sedang
(27) dan N (26) serta sedikitnya tujuh wanita muda sebagai kapster hingga
kemarin (8 Mei 2005) masih terus dimintai keterangan penyidik Polres Sleman.
sebagai tempat atau fasilitas mesum itu berkat informasi dari warga yang
Yogyakarta yang bergelar kota pelajar, ternyata tidak luput dari keberadaan
yang beranjak dewasa dimana libido12 mulai meningkat dan cenderung labil.
Muda mudi akademis memang sudah matang jasmaniah dalam mencapai puncak
‘interesse sexualle’13, tetapi dari sudut ekonomi masih ada halangan sehingga
yang namanya ‘perkawinan’.14 Bagi pemuda yang masih berstatus pelajar atau
berkualitas dan Kota Tujuan Wisata yang Berbudaya dimana keduanya merupakan
harus dieliminir.
2005 ini terus meningkatkan kualitas dan frekuensi Operasi Pekat di lapangan,
Target Operasi (TO) secara umum dengan memperhatikan masukan dari Camat
dan Lurah yang telah melakukan deteksi dini terhadap keberadaan Pekat di
wilayahnya yang kemudian dijabarkan secara teknis oleh Tim Operasi yang akan
(sekitar tiga puluhan menurut hasil observasi penulis), tetapi baru sedikit dari
salon-salon plus tersebut yang digrebeg oleh petugas kepolisian. Pebisnis salon
diganggu oleh aparat, tentunya dengan persyaratan ada uang untuk aparat.
Seks memang memiliki daya tarik yang luar biasa, apalagi bagi mereka
parsial. Yang terberat dari semua itu adalah justru ketika informasi disajikan
15
http//jogja.go.id/berita/one-news.asp?IDNews=92
deviasi perilaku seksual seperti prostitusi, onani/masturbasi, sempetan, dan masih
banyak lagi.16
tumbuh subur di tengah kota pelajar. Fenomena salon plus di Yogyakarta terutama
di Kabupaten Sleman, menjadi hal yang sangat menarik untuk dikaji, mengapa
salon plus tumbuh subur di kota pelajar, mengapa seorang wanita bekerja sebagai
kapster salon plus, sebenarnya apa makna kata plus dalam salon plus, dan
bagaimana pula gaya hidup para PSK yang berada dibalik kapster salon plus.
Oleh karena hal itu, saya terdorong untuk mengangkat judul Pekerja Seks
Komersil (PSK) di Balik Kapster Salon Plus (Studi Kasus di 4 salon plus
C. Rumusan Masalah
2. Apa latar belakang seorang wanita bekerja sebagai kapster salon plus?
salon plus?
D. Tujuan Penelitian
Kota Pelajar.
plus.
4. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang apa makna kata plus dari salon
plus.
E. Tinjauan Pustaka
dapat menjadi acuan dan batasan. Prostitusi sering disebut sebagai pelacuran.
Prostitusi berasal dari bahasa Latin prostituere atau pro-stauree, yang berarti
pergendakan.17
kelamin di luar pernikahan dengan pola tertentu yakni kepada siapapun secara
terbuka dan hampir selalu dengan pembayaran, baik untuk persebadanan, maupun
17
Tjahjo Purnomo, Ashadi Siregar, DOLLY membedah dunia pelacuran Surabaya, kasus
kompleks pelacuran Dolly, Ctk. Keempat, Grafitti Press, Jakarta, 1985, hlm.10
kegiatan seks lainnya yang memberi kepuasan yang diinginkan oleh yang
bersangkutan.
Pelacur adalah seorang wanita yang melayani nafsu seks laki-laki yang
menjual diri kepada siapa saja, atau laki-laki yang membutuhkan pemuasan nafsu
seksual.19
wanita lebih sering menggunakan istilah pelacur dengan sebutan pekerja seks
komersil (PSK).
Pekerjaan sebagai PSK ini banyak dimasuki oleh mereka yang tidak
mempunyai keterampilan atau keahlian kerja lain. Hal ini bisa dimaklumi karena
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang dan bagaimana individu tersebut
menghabiskan waktu dan uangnya. Dalam pengertiannya yang umum, gaya hidup
berarti karakteristik seseorang yang dapat diamati yang menandai sistem nilai
belanja, pilihan hiburan dan sebagainya.21 Dalam skripsi ini akan dibahas di
Industri apa yang tak kenal resesi? Jawabannya: industri seks. Sebenarnya,
sebutan industri seks rasanya kurang tepat karena secara hukum bisnis lendir ini
jelas-jelas ilegal. Tapi dalam prakteknya sangat halal. Buktinya prostitusi ada
dimana-mana, dari yang kelas bawah, menengah sampai atas, dari yang di
terminal, stasiun, tempat lokalisasi, motel kelas teri, panti, sauna, salon, hotel,
terselubung, karena secara hukum tadi keberadaannya tidal legal maka keberadaan
kecantikan sekarang fungsinya banyak yang berfungsi ganda, selain dia beroperasi
Sedangkan salon plus adalah salon yang menyediakan pelayanan seks terselubung
21
Viera Maya Sari, Skripsi, Steak dan Gaya Hidup, Jurusan Sosiologi, UGM, Yogyakarta,
2004
22
Moammar Emka, Karnaval Malam Jakarta Under Cover 2, Ctk.ke-8, Gagas Media,
Jakarta, hlm.263
23
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ctk. Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 773
E.4. Kebutuhan Seks dan Prostitusi
Beberapa ciri sifat alami manusia yang berhubungan dengan faktor seks
antara pria dan wanita, yang langsung maupun tidak langsung berhubungan
dengan masalah prostitusi dapat dijumpai diantaranya dalam tulisan Dr. Fritz
Kahn,”nafsu kelamin laki-laki melihat sifatnya adalah aktif. Nafsu birahinya kalau
sebagai kekasih kemudian sebagai istri dan akhirnya sebagai ibu dari anak-anak
yang lahir karena persetubuhan”. Nafsu perempuan jadi kurang “hewani”, tetapi
tingkah laku manusia, dan jika ia tertekan, maka timbul berbagai situasi jiwa yang
serba kompleks. Jadi jika kita melihat betapa dorongan-dorongan pada daya cipta
tersebut, sampai dia sanggup secara ekonomis mendirikan rumah tangga sendiri.
24
Soedjono D, Pelacuran ditinjau dari segi hukum dan kenyataan dalam masyarakat,
Ctk. Pertama, Karya Nusantara cabang Bandung, Bandung, 1977, hlm.42
25
Ibid
26
Mochtar Lubis, Manusia Indonesia (Sebuah Pertanggungan Jawab), Ctk Pertama,
Idayu Press, Jakarta, 1977, hlm.21
Laki-laki yang kuat, karena pendidikan yang baik, serta diawasi oleh
dalam masyarakat kita, pemuda remaja yang tidak kuat menentang kehendak
naluri kelamin tersebut. Dia akan gagal, dia pergi pada PSK, yang tidak
suatu rumah tangga, atau merusak seorang gadis.27 Hawa nafsu dapat membuat
orang menghendaki sesuatu yang lebih hebat lagi dan membawa akibat orang itu
kurang atau tidak dapat mengendalikan atas dirinya sendiri. Dengan demikian
F. Kerangka Teori
Nanette J. Davis menggambarkan bahwa peranan sebagai wanita tuna susila dapat
27
Soedjono D, loc.cit, hlm.42
28
Agus Makmurtomo, B. Soekarno, Ethika, (Filsafat Moral), Ctk. Pertama, Wira Sari,
Jakarta, 1989, hlm.35
29
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, Ctk. Pertama, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1993, hlm. 76,77
Dibawah ini akan diuraikan garis-garis besar proses yang dilalui
seseorang untuk menjadi jahat atau memiliki tingkah laku jahat. Korn & Mc
berikut:30
jahat;
tetap;
30
A.S. Alam, Pelacuran dan Pemerasan, Studi Sosiologis tentang Eksploitasi Manusia
oleh Manusia, Ctk. Pertama, Alumni, Bandung, 1984, hlm.50
g. Disorganisasi sosial merupakan sebab pokok yang menjuruskan secara
G. Metode Penelitian
dengan menekankan bahwa sifat penelitian ini penuh dengan nilai, penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, atau lisan dari orang-orang
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus. Kasus
memiliki batas, lingkup kajian dan pola pikir tersendiri sehingga dapat
mengungkap realitas sosial atau fisik yang unik, spesifik dan menantang. Dalam
dalam pikiran peneliti sehingga terwujud dalam bentuk paparan tekstual yang
31
Agus Salim, Teori dan Paradigma Peneltian Sosial ( Pemikiran Norman K. Denzin &
Egon Guba, dan Penerapannya. Ctk. Pertama, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2001, hlm. 100
memilih pendekatan studi kasus dikarenakan kasus yang diangkat sangat unik,
yakni kasus di salon M, salon IT, salon C, dan salon I. Salon M merupakan salon
Yogyakarta sebagai salon plus, tetapi sampai saat ini salon M masih menjalankan
praktek prostitusi terselubung. Pada akhir tahun 2004 lalu salon tersebut berhasil
di grebeg polisi dan terbukti menjadi ajang prostitusi. Namun salon tersebut hanya
dikenai hukuman denda. Sedangkan Salon IT mempunyai daya tarik yang tidak
kalah, salon ini selalu ramai di kunjungi lelaki hidung belang, dan kebanyakan
berasal dari kalangan mahasiswa. Salon C mempunyai keunikan yang lain, salon
mempunyai daya tarik yang lain, yakni lokasinya yang cukup jauh dari kota, dapat
dikatakan ada di sebuah desa tetapi letaknya di pinggir jalan utama arah ke kota
Yogyakarta. Menariknya, konsumen salon ini adalah orang yang berasal dari luar
kota atau orang yang berasal dari perjalanan jauh dan orang-orang kampung yang
kehausan akan seks. Keempat salon plus inilah yang digali kasusnya berkaitan
Sucipto, dan Salon I berada di Jalan Solo. Alasan penulis memilih tempat di
Kabupaten Sleman.
Unit analisis adalah unit yang akan diteliti di lapangan. Unit analisis pada
penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dengan masalah prostitusi yang
terjadi di salon plus, seperti, kapster salon plus, konsumen salon plus, pemilik
salon plus, dan masyarakat sekitar salon plus. Mereka inilah yang akan
memberikan informasi tentang salon plus. Pola yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Purposive Sampling, yaitu mengambil data secara acak tetapi yang
dianggap mewakili.
Observasi
tentang kasus yang di selidiki. Observasi yang dilakukan adalah observasi semi
banyak kendala seperti keselamatan psikis dan fisik ketika melakukan penelitian.
Selain itu keadaan penulis yang berjilbab sedikit membuat jarak dengan unit
analisis (kapster salon plus dan pemilik salon plus). Untuk itu demi mendapatkan
data yang lengkap, pencarian data di lapangan penulis di bantu oleh 4 orang yakni
Frans, Dwi, Rahma dan Haryadi. Mengapa saya memilih keempat orang tersebut
sebagai pembantu pencari data di lapangan? Frans dipilih karena ia sangat dekat
salon plus. Frans adalah seorang wiraswasta yang tinggal di Jalan Janti. Dwi dan
Rahma dipilih karena mereka adalah seorang wanita yang tidak berjilbab sehingga
dapat lebih leluasa berdekatan dengan dunia prostitusi yang terjadi di balik sebuah
Islam Indonesia yang bertempat tinggal di Turi, Sleman. Rahma adalah seorang
mahasiswi Sosiatri UGM, yang tinggal di Jalan Nias no.1 Sleman. Sedangkan
Haryadi seorang wartawan Koran Kedaulatan Rakyat yang sering menulis artikel
tentang salon plus dan sering ikut dalam penggrebegan salon plus. Mereka
membantu mencari informasi secara langsung dengan kapster salon plus, dan
mengunjungi sejumlah pihak yang berkaitan dengan salon plus, mencari data via
sosial dengan unit analisis antara lain, penulis menjadi sales kosmetik ke salon
plus sehingga penulis dapat berlama-lama di salon plus sambil mengamati gaya
hidup para kapster di salon plus. Penulis juga mencoba pelayanan kecantikan di
salon plus seperti creambath sambil menggali informasi seputar salon plus dan
gaya hidup kapster yang bekerja di salon plus. Hal tersebut diatas dilakukan
pihak yang terkait dengan masalah penelitian, yaitu wawancara dengan konsumen
pelayanan plus, kapster salon plus, pemilik salon plus, dan masyarakat sekitar
salon plus. Wawancara dilakukan dengan dua cara yakni wawancara langsung dan
oleh penulis dengan unit analisis. Sedangkan wawancara tidak langsung dilakukan
dalam penelitian ini mengingat keterbatasan penulis, seperti kondisi penulis yang
wanita dan berjilbab sehingga sedikit banyak membuat jarak sosial dengan yang
untuk mendapatkan berbagai informasi yang berkaitan dengan salon plus, antara
lain dengan bantuan berbagai pihak termasuk para sahabat penulis untuk
mewawancarai kapster salon plus, pemilik salon plus dan konsumen salon plus
contoh, mencoba pelayanan yang disediakan salon plus, seperti potong rambut,
merapikan alis, dan memesan make up untuk pernikahan di salon plus. Untuk
melengkapi data-data yang sudah ada, saya mencari informasi langsung dengan
Studi Pustaka
yang terkumpul baik itu melalui hasil observasi, wawancara maupun dari telaah
memberi kode, dan mengkategorisasikannya. Inti dari proses analisa data meliputi
yaitu:
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
melalui waktu dan alat yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilakukan dengan
situasi yang sangat relevan dengan persoalan/isu yang sedang dicari dan
dan 107° 29' 30" Bujur Timur, 7° 34' 51" dan 7° 47' 30" Lintang Selatan.
D.I.Yogyakarta.32
Km2 atau sekitar 18% dari luas Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
3.185,80 Km2, dengan jarak terjauh Utara - Selatan 32 Km, Timur - Barat
1.212 Dusun.
32
http://tmp.sleman.go.id/tpl=tpl&hal=letak.php
B. Salon Plus yang berada di Kabupaten Sleman
Objek dari penelitian ini adalah 4 salon plus, yakni salon M, salon
IT, salon C, dan salon I. Di bawah ini gambaran salon-salon tersebut, yang
salon plus, hal ini disebabkan salon ini pada akhir tahun 2004 yang lalu
hanya membayar denda, dan sampai saat ini salon masih tetap eksis.
ada tiga tempat. Dari penelitian penulis, salon ini masih menggelar praktek
untuk tempat para kapster menunggu konsumen datang. Sofa tersebut juga
tersebut ada tempat untuk mencuci rambut, dan alat untuk hair spa. Masih
di ruangan yang sama, ada beberapa cermin, sama seperti tempat salon
kecantikan yang lainnya. Di depan pintu masuk ada sebuah pintu lagi yang
ditutup rapat dan diberi korden berwarna hijau. Jika membuka pintu ini
massage.
kapster muda seksi berusia 20-an yang sedang menjaga salon M. Dari
mereka saya mengetahui bahwa salon tersebut mulai buka jam 09.00 Wib,
dan tutup pada jam 20.30 Wib setiap harinya. Di salon ini ada tiga orang
tukang potong rambut. Ketika saya sedang mengobrol dengan para kapster
datang seorang ‘centeng’ (preman yang menjaga salon M). Biasanya para
penelitian yang saya lakukan di 4 salon plus yang saya jadikan sebagai
Pada awalnya untuk lelaki yang tidak mengetahui sama sekali kalau salon
M adalah salon plus, biasanya mereka dirayu oleh para kapster ketika
kapster seksi, maka akan terjadi nego tentang harga pelayanan seks. Jika
ada kata sepakat, maka pelayanan seks pun diberikan oleh kapster salon.
terlebih dahulu antara kapster dan laki-laki tersebut. Tarif pelayanan seks
di salon ini tidak ada patokan yang jelas, tergantung dari negosiasi si laki-
laki hidung belang dengan kapster salon plus. Ada juga yang tidak bayar
plus, apalagi kalau bukan pelayanan seks. Massage bisa berarti ganda,
yang pertama berarti pijat biasa seperti yang dilakukan oleh tukang pijat,
33
Massage arti sebenarnya adalah pijat badan, tetapi istilah massage ini sering digunakan
sebagai pintu masuk untuk seorang konsumen meminta pelayanan seks di sebuah salon plus.
yang dipijat adalah kepala/rambut dengan memberikan cream (krim)
aurat.
pelayanan seks di luar salon sesuai kesepakatan harga dan waktu yang
telah ditentukan.
Sleman, ada pertanyaan yang menggelitik, kenapa ya, setiap salon plus
untuk menemani saya. Tak-tik saya agar dapat berlama-lama di salon untuk
Pengelola salon. ( Padahal alatnya cuma sebuah pinset, dan lotion, tetapi
lumayan lama kami harus menunggu). Kesempatan ini saya gunakan untuk
ruangan lain untuk tempat merapikan alis. Ruangan yang disiapkan untuk
kami, adalah ruangan yang saya cari-cari yaitu kamar atau bilik tempat
bilik yang disekat dengan tripleks bercat biru. Tiap-tiap bilik mempunyai
pintu yang ditutupi dengan korden berwarna biru pula. Suasana dingin
terang saya dan teman saya merasa ketakutan, karena kami sebelumnya
tidak pernah ‘menjamah’ dunia seperti ini. Tapi kami berusaha bersikap
tarif sauna 60 ribu rupiah, paket mandi susu 60 ribu rupiah, Body scrub
seperti salon plus yang lain), konsumen dapat memilih kapster mana yang
akan melayaninya. Tarif plus, tergantung dari nego antara konsumen dan
Salon IT mulai buka jam 09.30 Wib, dan tutup pada jam 21.00
Wib. Salon ini dulu mempunyai cabang di Jalan Magelang, tetapi saat ini
salon tersebut belum lama beroperasi, baru sekitar satu tahun ini.
Salon C sudah ada sejak 4 tahun yang lalu. Pemiliknya berasal dari
sebagai germo memiliki tempat usaha prostitusi lebih dari satu, mengingat
bisnis ini cepat menyedot keuntungan besar. Mereka buka tempat usaha
yang sama-sama menjual seks di tempat lain. Metoda ini selain mencari
menginginkan para pelayan seks yang baru yang cantik lagi muda.
tamu. Salon C buka pada jam 09.00 Wib dan tutup pada jam 20.00 WIB.
Jalan Janti. Ibu dari dua orang anak ini berasal dari Solo. Ibu ini
Salon yang bercat hijau ini sekilas terlihat berukuran kecil dari
jalan. Jika kita memasuki salon ini, kita akan menemukan dua buah kursi
oleh salon ini yaitu tempat pencucian rambut, dua buah cermin besar,
informasi dari teman saya yang bekerja di sebuah perusahaan antar barang
Kebetulan pula kamar mandi salon dan kamar mandi tempat Alex bekerja
berdekatan, dan memakai pompa air yang sama. Berbuah dari keisengan
Alex, ada sedikit celah yang terdapat di kamar mandi perusahaan antar
barang, yang sering digunakan untuk mengamati kamar mandi milik salon
melihat seorang pria bersama wanita sedang bercumbu. Alex pun sering di
(cream) dan dibiarkan selama 30 menit. Sementara itu, tangan, dan pundak
dipijat. Setelah itu rambut dibilas bersih dengan air, kemudian diberi tonik
dengan salon-salon plus yang lain, seorang konsumen plus yang telah
seks dapat dilakukan di salon ini dan bisa juga dilakukan di luar salon.
konsumenlah yang memutuskan apakah dia akan membeli jasa seks atau
terselubung di balik sebuah salon. Orang luar akan berpikir positif, bahwa
seorang laki-laki yang keluar dari sebuah salon memang karena merawat
keberadaannya yang ilegal. Salon Cindy saat ini pindah ke Jalan Adi
salon.
Foto 3. Salon S, merupakan usaha satu menejemen dengan salon C (koleksi pribadi)
adalah salon plus karena informasi yang diberikan seorang teman yang
sering memanfaatkan layanan plus di salon I. Salon I ini buka pada jam
Ternyata alat potong rambut khusus untuk layer tidak mereka miliki.
Akhirnya saya tidak jadi potong rambut. Saya coba mengajak ngobrol
34
Layer adalah suatu bentuk gaya rambut agar rambut terlihat lebih bervolume.
saya bawa, mereka sangat tertarik dan akibatnya mereka lebih bersikap
bekerja setiap hari ada dua orang. Gaji kapster di salon I, untuk kapster
baru di gaji Rp. 500 ribu. Tetapi lama-lama gaji tersebut bisa meningkat
Sama seperti salon plus yang lain untuk meminta pelayanan seks,
seorang laki-laki harus membuat nego terlebih dahulu dengan kapster yang
seks. Jika telah ada kata sepakat, barulah sikapster bisa melayani laki-laki
kota, karena letak salon I berada di jalan utama untuk memasuki Kota
Yogyakarta.
Berita terbaru dari salon ini, salon ini akan pindah lokasi, yakni di
daerah Paingan, dengan nama salon yang sama. Tempat yang digunakan
untuk ruang usaha salon di Jalan Solo ini akan di oper kontrak. Dulu pihak
salon I menyewa tempat salon ini 6 juta pertahun. Mengapa salon I pindah
lokasi?
Widuri menuturkan bahwa lokasi yang baru itu lebih bagus tempatnya,
Pada umumnya salon plus dalam jangka waktu yang tidak lama,
keberadaan mereka tetap aman dari polisi, sekiranya pemilik tempat salon
plus merasa tempat usahanya menjadi target operasi polisi, segera mereka
petualang cinta.
Foto 5. Jemuran handuk di depan salon IT, Jalan Kaliurang (koleksi pribadi)
konsumen plus, dan 1 orang pemilik salon plus. Kapster yang bekerja
sebagai PSK yang saya gunakan sebagai subjek penelitian yang bernama
M di Jalan Kaliurang. Saya mengenal Bunga dari Frans, yang kenal dekat
dia tidak dapat melakukan pekerjaan tersebut, mengingat hal tersebut akan
Informasi yang saya dapat dari Mawar, saya crosscek dengan informasi
yang di dapat oleh Frans. Wanita asal Solo ini sangat berhati-hati dalam
melihat dari segi laki-laki tersebut berkelas apa tidak. Dengan kata lain
Mawar disini tidak begitu berambisi untuk mencari uang dari banyak
ini sudah lima bulan bekerja sebagai kapster di salon IT yang berada di
Jalan Kaliurang. Awal perkenalan saya dengan Melati dimulai ketika saya
Pakaiannya juga lebih sopan (tertutup) ketimbang kapster yang lain namun
kendaraan motor.
Yang berbeda dari Widuri dengan kapster plus yang lain adalah ia
Pemilik salon I
Dalam kenyataannya, ada salon yang berfungsi ganda, yakni selain tempat
Jalan Solo, mereka tidak mempunyai alat untuk layer yang berbentuk sisir
Pemilik salon I adalah seorang wanita yang masih berusia dua puluhan.
Sebut saja Donna namanya (bukan sebenarnya). Rumahnya tidak jauh dari
Ketika saya datang ke salon ini, dia sedang tidur-tiduran diatas sebuah sofa
a. Mahasiswa
sama untuk biaya servis dari sang pelayan yaitu dari 100 ribu untuk servis
oral seks dan 150 ribu untuk jasa bersetubuh. Yang berbeda hanya biaya
massages atau pijat. Biasanya ada yang 45 ribu untuk wilayah timur dan
selatan Yogyakarta, dan 35 – 40 ribu untuk wilayah utara dan barat. Dan
semuanya itu apabila kita melakukan servis tambahan biaya pijat sudah
masuk hitungan. Jadi bisa diperkirakan uang yang masuk bagi sang
dulu atau sendirian sehabis pulang dari kerja jam 16.00. Alasan berangkat
bulan satu kali, kadang tiga bulan satu kali tergantung waktu permintaan
nafsu kelaminnya.
seperti itu yang bisa dibilang semacam rutinitas? Jawaban yang sederhana
tetapi tegas yaitu, sampai salon plus yang ada ditutup dan benar-benar
sudah tidak ada lagi. (“Waduh man… mau sampai 10 tahun lagi salon plus
bakal masih beroperasi, tapi inilah kenyataan yang ada” komentar batin
saya).
b. Om-om
telah mempunyai tiga orang anak ini, dia mempunyai kapster langganan di
beberapa salon plus. Dengan berhubungan baik dengan para kapster dan
Sangaji, Jl. Monjali, Jl. Kaliurang, atau Condong Catur. 35 Berbisnis salon
bisnis salon yang tercatat di Daftar Tempat Ijin Usaha Pemda Sleman ada
Diantara 20 salon tersebut sekitar 12 salon adalah salon plus. Jelas bahwa
salon yang menggelar praktek prostitusi dilarang oleh Pemda Sleman, dan
tentu saja tidak ada ijin bagi salon plus untuk menjalankan praktek
mesumnya. Kalaupun ada sebagian salon tersebut punya ijin tempat usaha,
hal tersebut dikarenakan Pemda mengira usaha ini adalah usaha salon
praktek prostitusi.
35
Kabare Jogja edisi XXVII, Tahun III, September 2004, hlm.14
mengatakan bahwa salon plus di Yogyakarta berjumlah kurang dari 100
Godean ada ±4 salon, Jalan Magelang 3-4 salon.36 Kehadiran salon plus
moral masyarakat.
timur, salon plus tidak sesuai dengan budaya, tapi mau bagaimana lagi,
36
Wawancara dengan Dosen Jurusan Sosiologi, FISIPOL, UGM, tanggal 6 Desember
2005.
37
Wawancara penulis dengan Jimmy Adriannsyah tanggal 5 Desember 2005
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh suburnya salon plus di
Alasan Khusus
DIY. Keadaan yang jauh dari orang tua membuat mereka harus mandiri,
masalah seks.
Aldo (bukan nama sebenarnya), 26 tahun, awal mula tahu salon
plus, sudah dari 3 tahun yang lalu ketika ia masih kuliah di perguruan
Aldo menuturkan,
“Gue ke salon pertama kali di barat kota Jogja sama temen kost gue, dari
dulu sampe sekarang harga gak beda jauh, yang beda sekarang…
ceweknya cantik-cantik dan berani menggoda. Kalo dulu gue yang ngajak
duluan minta servis, palingan ceweknya cuman ngomong, “Berani bayar
berapa?” Sekarang, jangankan mulai massages, waktu dikasih celana
pendek untuk massage aja….ceweknya udah mulai nawarin dengan suara
manja,“Sekalian di bikin asik tidak mas”. “Wah… bagaimana bisa
menolak?” (Wawancara Frans dengan Aldo tanggal 18 Juni 2005)
berapa lama bekerja di salon tersebut, dan apa saja yang bisa dilakukan
berkata,
Weleh – weleh… ada saja kata yang keluar dari Aldo, itu baru satu
berbeda-beda sehingga apa saja dapat terjadi. Ada yang tidak perlu nawar,
digerayangi, si kapster tidak bisa menolak, apalagi kalau dia butuh uang,
karena orang juga kadang belum tentu mau di servis sama kapster tersebut,
karena banyaknya jumlah kapster yang ada yang juga siap melayani.
“Ya… gimana pada saat itu gue kaga punya cewek, seandainya punya pun
belon tentu cewek gue mau, hahaha…, dibikin simpel aja gue ada duit,
gue pengen, gue berangkat.” (Wawancara Frans dan Aldo tanggal 18
Juni 2005)
Lain Aldo lain pula cerita Rahmad (bukan nama asli), seperti yang
salon-salon plus.
para pebisnis salon plus pun tidak segan-segan memasang iklan di koran-
datang ke salon plus mereka. Contoh iklan layanan salon plus bunyinya
seperti ini:
SALON
Bulan Diskon Massage+creambath/Facial 40rb, kpstr baru2. fasilitas
Lengkap T.7448547 Monjali.38
Semua prwtn ada di sini. Kpstr ABG Cntk2 bktkn sgr! Hub: 181725xxxx
atau Kutahu yang kau mau. Prwt dr kaki hingga rmbt. Dijamin enjoy.
Datang ya, 081227xxxx.39
iklan koran ini, hal tersebut sudah menjadi hal yang biasa dan bukan
rahasia lagi.
plus, tetapi Om-om berduit juga ikut nimbrung dalam antrean pelayanan
mengatakan,
untuk mendapatkan hasil berita yang bagus. Sebagai contoh hal yang
kapster yang bersedia di foto setengah bugil. Informasi dari bapak yang
telah mempunyai tiga orang anak ini, dia mempunyai kapster langganan di
38
Kedaulatan Rakyat edisi 9 April 2005
38
Kabare Jogja edisi XXVII, Tahun III, September 2004, hlm.6
39
beberapa salon plus. Dengan berhubungan baik dengan para kapster dan
Alasan Umum
Dari segi pelayan seks, adanya alasan ekonomi bagi PSK, dan
laki
creambath atau pijat. “Saya cuma belajar creambath saja, soal mijit
semua orang juga bisa. Wong yang datang ke sini juga nggak
menuturkan,
membeli peralatan salon yang tidak lengkap (alat layer), tetapi dia
cuek saja. Dia acuh tak acuh akan fungsi salon kecantikannya, karena
297, dan Pasal 506. Di sisi lain ada Perda tentang lokalisasi prostitusi.
jasa seks (germo). Para germo di tempat lokalisasi jadi kebal terhadap
delinkuen karena ekses dari pola pikir yang lebih memandang aturan
hukum sebagai pemberi peluang dilakukannya penyimpangan daripada
KUHP kita tidak menyebutkan larangan menjual seks bagi para penjaja
cinta, oleh karena itu para penjaja seks masih berani mengkomersilkan
keuangannya terjaga.
aparat keamanan, jelas hal ini terkait dengan keamanan salon agar
patologi sosial
segera diminimalisir.
gua, yang penting tidak saling ganggu”. Jadi bila melihat kasus salon
plus, salon plus merupakan usaha ilegal, karena itu terkadang ada
Sucipto dan salon I yang berada di Jalan Solo? Tidak jauh berbeda
kondisinya, Jalan Solo dan Jalan Adi Sucipto termasuk jalan utama di
lestari.
Selain itu ada juga Panti Sosial membantu merubah sikap perilaku
pelatihan-pelatihan, ketrampilan.42
42
http//din.sos.pemda-diy.go.id/index.php?option=content&task=view&id=26&itemid
43
Kamanto Sunarto, loc.cit., hlm.64
yang memegang teguh pernikahan sebagai lembaga yang sah untuk
yang rendah, keterampilan kerja yang kurang, mereka justru menjadi sapi
sebagai kapster salon plus. Dalam kasus kapster salon plus, seperti Widuri
mulai berkisah,
“Aku dibesarkan dalam keluarga yang pas-pasan mbak, aku harus nyari
uang tambahan untuk biaya adik-adikku. Sekolah cuma sampai kelas 1
SMA, dengan ijazah SMP, ndak banyak mbak pekerjaan yang bisa aku
kerjakan…keahlian...aku ya ndak punya, tapi aku tetep nyari kerjaan
kemana-mana…lha wong butuh duit… terus ada teman yang nawarin kerja
di salon. Aku liat kok enak kerja di salon, duitnya banyak…Akhirnya ya…
aku kerja di salon sampe sekarang…”(Wawancara penulis dengan Widuri
tanggal 3 Juni 2005).
Sampai saat ini ia telah bekerja sebagai kapster selama 5 tahun. Pada
temannya yang berprofesi ganda, sebagai kapster dan penjual seks dapat
Donna menuturkan,
“Kalo si Widuri itu pertama kali pingin kerja disini, katanya butuh
duit, adiknya banyak, trus sampai akhirnya dia ngaku, ndak puas sama
suaminya. Ya..monggoh-monggoh saja kalo mau nyambi ngladeni laki-laki
lain di salon ini”(Wawancara Dwi dengan Donna tanggal 14 Juni 2005)
Kisah Bunga lain lagi, wanita berusia 23 tahun ini adalah salah satu
“Awalnya itu aku liat ada iklan lowongan kerja jadi kapster salon
di koran. Kebetulan yang dibutuhkan tidak memerlukan keahlian. Ya sudah
mas, aku coba-coba aja. Ya aku nglamar ke salon itu. E..alah malah ketrima
ya udah aku akhirnya kerja di salon” (Wawancara Frans dan Bunga
tanggal 7 Juni 2005)
berpakaian yang minim, dan yang terparah dari semuanya adalah menjual
diri.
untuk meraup uang dalam waktu singkat. Dari segi fisiknya, ia berpostur
biola bisa menarik minat lelaki iseng untuk mencoba menggaitnya. Akhirnya
ia bekerja sebagai PSK di balik kapster salon plus agar dapat memenuhi
dalam satu hari. Dan yang lebih gila lagi uang tersebut digunakan untuk
“Aku dulu kerjanya ndak disini, tapi di Solo. Bosku yang di Solo nawarin
pekerjaan yang sama, tapi tempatnya di salon yang ada di Jogja…Salon itu
kepunyaan temannya, setelah kupikir-pikir, di Solo pelangganku berkurang,
ya akhirnya aku mutuskan ke Jogja” (Wawancara Frans dan Mawar
tanggal 11Juni 2005)
Sebelum kerja di salon plus, dia sudah bekerja sebagai PSK terlebih
dahulu di luar salon. Alasannya menjual diri pertama kali karena ia butuh
uang. Pada mulanya dia meminjam uang pada temannya yang berprofesi
sebagai PSK, tetapi utang tersebut tidak dapat dilunasi. Disaat itu ia dibujuk
untuk bekerja menjual diri oleh teman yang meminjaminya uang. Akhirnya
tempat yang berbeda. Lagi pula bekerja di salon dapat menutupi pekerjaan
aslinya yakni sebagai PSK. Karena menjual jasa seks melalui salon tidak
dikerjakan. Dia hanya perlu berdandan yang cantik dan menarik kemudian
salon IT ini memasang tarif yang lumayan sangat tinggi, sekitar 200-250
ribu, dan biasanya kalau sudah menjadi pelanggan apalagi sang lelaki
pelajar, sering memberikan hadiah kecil berupa sepatu, baju bahkan ada juga
temannya yang bisa membeli apa-apa yang mereka inginkan dengan mudah.
Sebut saja teman Melati bernama Dahlia. Melati mencoba mencari tahu
pekerjaan apa yang Dahlia lakukan sehingga Dahlia menjadi cepat kaya.
Dahlia pun mengajak Melati untuk bekerja di salon yang berada di Bantul,
jalan Kaliurang,
hidung belang melalui salon. Dia sempat shock mengetahui pekerjaan yang
kapster salon plus, jika di analisa melalui teori Sutherland maka kasus
Widuri, Bunga, Melati, Mawar mempunyai sebab yang sama, yakni faktor
sebuah proses, frekuensi yang bervariasi dan berbeda tiap case-nya yang
penyimpang. Widuri, Bunga, Mawar dan Melati menjadi kapster plus karena
faktor genetik, tetapi lebih karena adanya proses interaksi dengan orang lain
(dalam hal ini dengan teman-temannya yang berprofesi sebagai PSK di balik
kapster salon plus) dan proses komunikasi yang terjadi secara lisan dan
melalui bahasa isyarat. Melati jadi terbawa arus pergaulan yang negatif.
Melati yang tergolong remaja dalam pencarian ada dalam situasi yang tidak
stabil, dari secara biologis maupun psikologis untuk mengatasi gejolak darah
mudanya.
Sahabatnya itu bernama Dahlia. Dulu Dahlia tergolong tidak mampu, namun
beli kapanpun dia mau. Perabotan yang ada di rumah Dahlia pun tergolong
lux. Bahkan dia punya pembantu. Akhirnya, Melati ingin seperti Dahlia
44
http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/ma45memahami.html.
melihat keadaan ekonomi Melati yang morat marit, dan kondisi keluarga
hidung belang. Kini Melati berprofesi sama dengan Dahlia tetapi Dahlia
Jalan Kaliurang.
salon plus pekerjaannya yang menjual seks itu tidak diketahui orang banyak.
sebagai kapster yang melayani konsumen yang hendak potong rambut, atau
lelaki hidung belang di tempat prostitusi yang berkedok salon ini, yaitu
faktor ekonomi, diajak teman, sakit hati dengan sang kekasih yang tidak
yang mudah didapat oleh teman yang sudah bekerja terlebih dahulu sebagai
kapster, dan pengen cari uang cepat tanpa harus kerja keras dulu.
Ada juga yang tidak semata-mata untuk urusan seks, melainkan juga
hati. Tetapi hubungan itu tidak bisa berlangsung lama, karena begitu ada
'wanita' lain yang lebih menarik, ternyata pria itu langsung
penyebab beberapa kapster lebih memilih 'cinta kilat' dengan laki-laki yang
ingin mengajak kencan. Hal itu merupakan pilihan 'terbaik' untuk menyikapi
pria iseng, sehingga ketika ditinggal sama sekali tidak akan berpengaruh.
Dalam kaitan inilah kemudian secara otomatis berlaku hukum dagang, pria
sebagai pembeli, kapster sebagai penjual. Asal harga cocok, kencan tidak
akan terkendala.
awalnya mereka sangat risih dan takut untuk melakukan pekerjaan menjual
BAB V
45
Terence H. Hull, Endang Sulistyaningsih, Gavin W. Jones, loc.cit.,hlm.42
GAYA HIDUP PEKERJA SEKS KOMERSIL (PSK) DI BALIK
Kaliurang, pagi itu dia kebagian jatah untuk membuka salon. Yang dia
debu-debu yang menempel di meja rias dan etalase. Tak berapa lama
kemudian kapster yang lain datang dan ikut membantu merapikan salon
mereka agar terlihat menarik. Ada yang menata rias mata mereka dengan
menyapukan kuas untuk membuat eyes shadow46 dengan warna pink. Dan
terlihat lentik. Terakhir menyisir alis agar terlihat rapi. Dandan mereka
dengan lipstik berwarna merah, ada juga kapster yang tidak mengenakan
46
Eyes shadow adalah (bayangan mata yang dibuat di kelopak mata dengan mengguakan
alat kosmetika.
47
Mascara adalah alat kosmetik untuk membuat bulu mata menjadi lentik
menyambut konsumen yang datang ke salon mereka. Para kapster duduk
menyapa dengan renyah para kapster di salon IT. sepertinya dia adalah
ada seorang laki-laki yang datang kira-kira umurnya 30-an keatas. Dia
para kapster. Sepertinya dia lagi suntuk dan butuh teman mengobrol. Salah
beranjak dari sofa dan menyiapkan kamar yang akan dipakai untuk
massage dan menyiapkan pula dua buah handuk. Sementara itu mahasiswa
satu buah tempat tidur dan dua buah kursi plastik. Apa saja yang terjadi
seks. Dari sekedar rayuan mulut manis lelaki hidung belang, akhirnya
lazimnya, bisa menjadi bagus jika itu merupakan bonus pelayanan tanpa
bila plus untuk urusan salon itu, bersinggungan dengan libido yang justru
mengaburkan maksud dan makna keberadaannya.48 Pemberian layanan
ekstra memang bisa multi interpretasi. Di satu sisi bisa di maknai positif
relaksasi. Di sisi lain bisa menjadi negatif, karena tambahan pelayanan itu
melampiaskan nafsu birahi. Lebih konyol lagi, jika papan nama salon
Makna plus dari salon plus yakni adanya pelayanan lebih dari
lebih di sini yaitu adanya pelayanan seks dari para kapster yang bekerja di
salon tersebut.
plus, ketika ditanya apa yang dilakukan di salon plus bersama kapster,
"Kalau nggak oral, ya, hand job," ungkap pelanggan Fredi (bukan nama
memungkinkan pertemuan dengan sel sperma dengan sel telur, jadi tidak
mungkin kehamilan bisa terjadi. Namun, bukan berarti ini merupakan seks
plus sangat kecil, malah biasanya para konsumen plus membawa kapster
Kaliurang menuturkan,
“Kapster bisa dibawa keluar, suka-suka yang mau make, kalo mau ML di
salon bisa, tapi biasanya gue bawa keluar, lebih nyaman, ruangannya gak
sempit kayak di salon. Biasanya gue bawa ke Kaliurang..” (Wawancara
Frans dengan Aldo tanggal 18 Juni 2005)
49
Spa vital disini maksudnya adalah spa kemaluan, dengan dihangati kemudian di pijat-
pijat.
50
www.popular-maj.com/content/preview/liputankhusus/042004
51
foreplay adalah aktivitas awal dalam berhubungan seks
52
http://www.merC.org/mc/ina/konkes/2005/kkes-0205-oralsex-htm
“Gini lo mbak, menurut saya tidak ada yang namanya salon plus, yang
ada cuma salon kecantikan biasa, tapi… pegawainya yang nyambi
melayani. Jadi, “plus”nya bukan dari pihak yang punya salon tapi dari
pegawainya yang iseng di luar aturan manajemen. Kalo ditanya ngapain
ya hubungan seks” (Wawancara Penulis dengan Wisnu tanggal 15 Mei
2005)
Bunga menuturkan,
di luar salon, dari beberapa konsumen mengaku bahwa mereka ada yang
membawa para kapster salon plus ke Kaliurang dan ada juga yang
Saat konsumen tidak ada kegiatan yang biasa para kapster salon
plus lakukan antara lain nonton televisi, sms53-an, ngobrol dengan sesama
televisi seperti gosip, telenovela, musik dangdut dan house music yang
plus, mereka sedang menonton acara gosip artis. Terkadang mereka di dera
Foto 7. Seorang kapster salon plus menanti konsumen datang (koleksi pribadi).
53
SMS (Short Message Service)
makan seadanya. Nasi, tahu, tempe pun jadi. Menurut Widuri, ia mendapat
jatah makan dari salonnya sebesar tiga ribu rupiah setiap harinya. Di
Yogyakarta, uang tiga ribu rupiah dapat dibelikan sebungkus nasi telur
dengan segelas es teh. Tetapi sebagian kapster yang lain ada juga yang
bergaya hidup mewah, ketika kapster tersebut diajak keluar oleh laki-laki
hidung belang. Sebagai contoh, dia memilih tempat makan yang mahal-
mahal, seperti sea food, Mc Donald, china food, thai food.. Biasanya yang
membayar biaya makan ketika diajak keluar oleh konsumen plus adalah
konsumennya.
tidak minimalis tetapi super ketat seperti kaos ketat di padu dengan celana
jeans yang ketat. Seperti di salon M, ada kapster yang berpakaian yang
mata lelaki untuk mencicipi fasilitas plus di salonnya. Begitu juga dengan
orang.
Foto 8. Kapster salon I yang berpakaian terbuka di bagian punggung (koleksi pribadi)
Foto 9. Kapster salon C yang berpakaian ketat nan seksi (koleksi pribadi).
berdandan, merias wajah, rambut dan tubuh mereka. Ada kapster yang me-
dengan pensil alis, dan memoles bibirnya dengan lipstick (pemulas bibir).
Tetapi ada juga yang tidak mendandani diri mereka dengan aneka make-
up. Ada yang dandannya biasa saja, cukup percaya diri (pede) dengan
sedikit polesan lipstick tetapi ada juga yang tidak suka pakai lipstick.
Untuk kapster yang tidak pede dengan rambutnya yang keriting mereka
menunggu di sofa ruang tunggu salon sambil nonton tv, dan mengobrol
diselipkan ketika mereka diajak keluar oleh konsumen plus. Ada juga yang
berbelanja setelah sepulang bekerja, atau ketika hari libur. Uang yang
parfum, dan alat make up. Ketika saya berjualan produk kosmetik di
sebuah salon plus, mereka cukup antusias melihat produk kecantikan yang
saya bawa, dan ada seorang kapster yang memesan lipstick seharga 25 ribu
rupiah.
Apakah para kapster salon plus tidak takut terkena penyakit? Tentu
biasanya satu bulan satu kali mereka menyuntikan diri mereka dengan
dan biaya tersebut yang bayarkan adalah mereka sendiri, bukan sang
hal tersebut terjadi sangat kecil, karena kembali lagi ke semula yaitu
selain takut terjadi kehamilan dia juga tidak mau merusak sang kekasih.
Akhirnya dia memilih berhubungan seks dengan kapster salon plus yang
mereka yang menggunakan kondom saat kontak seks. Ini berarti, bukan
hanya sedikitnya 3 juta laki-laki yang berisiko tinggi terhadap HIV. Karena
di belakang mereka ada istri, pacar, anak dan juga perempuan/ laki-laki
membuat mereka takut juga. Selain malu dengan keluarga, juga harus
menahan malu dengan sanak famili, tetangga, dan masyarakat sekitar dia
mereka siap kabur lewat pintu tersebut. Pemilik salon pun tak kalah
cerdik, mereka memasang stiker izin gangguan dari Pemda, agar mereka
aman tidak terkena operasi petugas ketertiban. Yang dimaksud dengan ijin
54
http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/mbrtpage6.html
gangguan ini adalah ijin Hak Operasional (HO), yang memang
lunak, karena sebelum 2003 untuk buka usaha salon juga diwajibkan
SIUK.55
Foto 9. Stiker ‘IZIN GANGGUAN’di salon I dan foto kapster salon plus dibalik sebuah
etalase. (koleksi pribadi)
agenda pengrebegan salon plus, orang dalam atau seorang oknum dari
Karena sudah diberi tahu akan ada pengrebegan salon plus, maka salon-
55
Kabare Jogja edisi XXVII, Tahun III, September 2004, hlm.14
salon plus mencari jalan aman, yakni dengan menutup salon mereka di
hari ketika akan ada penggrebegan. Jika situasi aman terkendali, salon
Foto 10. Kapster salon plus yang terjaring operasi PEKAT (Koleksi Haryadi)
lelah, karena seharian mereka bekerja di salon. Pada jam 09.00 WIB, para
konsumen yang berada di salon plus beringsut dari salon. Kemudian tugas
yang musti dilakukan oleh para kapster adalah merapikan fasilitas salon
yang telah dipakai, seperti mengganti seprai, mencuci handuk, dan terakhir
Jalan hidup setiap orang jelas berbeda, ada yang tajam dan berliku,
ada yang jatuh-bangun mengejar impian, ada juga yang lurus-lurus saja.
dewasa? Tentunya tidak ada. Tetapi jalan hidup membawa seorang wanita
belakangi seseorang terjun menjadi PSK, ada alasan ekonomi, ada yang di
khianati oleh pacar yang tidak bertanggung jawab telah menghamili, ada
yang tidak puas dengan kehidupan seks rumah tangganya, dan ada juga
berdosa tak jarang menghinggapi hati kecil mereka, karena telah menyakiti
hati suami, menyakiti perasaan pacar, menyakiti hati orang tua dan anak-
anak. Rasa jijik terhadap konsumen yang mereka tidak sukai harus mereka
tetap mengepul.
Keinginan untuk pensiun dari pekerjaan PSK pastilah pernah
sekarang sangatlah sulit. Ijasah sekolah tidak ada, dan kemampuan bekerja
juga tidak ada. Mau jadi buruh gendong di Pasar Bering Harjo malu, hal
Belum lagi, jika mereka ingin keluar dari dunia prostitusi ada suatu
Para kapster plus, biasanya diatur oleh pemilik salon yang terkadang
mempunyai utang pada germo sehingga mereka terikat untuk tetap bekerja
di salon tersebut.
kedudukan para PSK di mata mucikari. Bagi germo, PSK tidak memiliki
(tempat) paling rendah karena dari segi ekonomi dia tergantung dari
dirasakan oleh para kapster. Bagi para kapster yang benar-benar bekerja
secara lurus, barangkali mereka bisa mencari alternatif lain. Tetapi bagi
tubuh, tentu saja bukan persoalan gampang jika harus alih profesi. Salah
saja, tentu tidak bisa leluasa mencari alternatif. Mereka harus banting stir
meraka harus 'gigit jari'. Pada dasarnya, nasib yang dialami para kapster
pada perubahan gaya hidup para remaja muda baik yang berstatus pelajar
contoh, saat ini tidak hanya wanita yang butuh penampilan yang menarik
tetapi para lelaki juga berusaha untuk senantiasa berpenampilan lebih baik
“Cowok gak malu ke salon ya..karena yang di cari itu liat cewek, sampe
korban uang segala gak masalah” (Wawancara Penulis dengan Mohtar-
mahasiswa Teknik Sipil UGM angkatan 2001-tanggal 18 Januari 2006).
kecenderungan kaum pria mapan yang ingin tampil sempurna, baik dalam
alon, sekadar untuk facial, make up atau perawatan lainnya. Dari sekadar
sekali dua kali, akhirnya banyak kaum metroseksual yang secara rutin
Arti beauty saat ini tidak hanya berarti kecantikan fisik semata,
tetapi juga dapat berarti kecantikan dalam yang sering disebut dengan
menyangkut kecantikan luar dalam. Kecantikan dari luar ini tidak saja
untuk 'dihargai' tinggi. Dengan perawakan khas wanita pesisir utara, Dina
"Selama saya masih bisa mengeruk uang dari laki-laki yang senang royal,
ya harus saya lakukan," kata Dina (Wawancara Haryadi dengan Dina
tanggal 30 Desember 2005)
56
Kabare Jogja edisi XXVII, Tahun III, September 2004, hlm.14
Laki-laki yang senang royal menurut pandangan Dina, pasti bukan
seperti itu hanya mengharapkan tubuh wanita saja. Setelah itu, dia pasti
pertama kali adalah creambath ataupun pijat. Dan biasanya setiap laki-laki
PENUTUP
A. Kesimpulan
terdahulu yaitu tentang PSK di balik kapster salon plus, penulis dapat menarik
kesimpulan:
yaitu:
Alasan Khusus :
seks ternyata tidak jauh dari dunia pariwisata, para wisatawan yang
Dari segi pelayan seks, adanya alasan ekonomi bagi PSK, dan
laki
terselubung.
sosial.
secara umum karena alasan ekonomi. Tetapi ada alasan lain yang
merangsang birahi lelaki. Suka atau tidak suka, jijik atau tidak jijik
4. Makna Plus dari salon plus yaitu pelayanan seks yang dapat berupa
jalan yang benar. Di satu sisi pelabelan negatif terhadap para PSK,
mereka ingin keluar dari dunia prostitusi, untuk itu perlu diadakan
prostitusi.
juga harus bertindak tegas, tidak hanya karena ada uang dari germo
Agus Salim. 2001. Teori dan Paradigma Peneltian Sosial ( Pemikiran Norman
Data Ungkap Ops Pekat tanggal 02-08 Mei 2005 Kepolisisan Negara Republik
Heniy Astiyanto. 2003, Sosiologi Kriminalitas, Ctk. Pertama, Legal Center 97,
Yogyakarta
Iip Wijayanto. 2003. Perkosaan Atas Nama Cinta, Ctk. Pertama, Tinta,
Yogyakarta
Fakultas Ekonomi
N. Daldjoni, 1997, Dunia Sekitar Kita, Aneka Masalah Aspirasi Manusia, Ctk.
Soedjono D. 1977, Pelacuran ditinjau dari segi hukum dan kenyataan dalam
Bandung, Bandung
Viera Maya Sari, 2004. Skripsi, Steak dan Gaya Hidup, Jurusan Sosiologi, UGM,
Yogyakarta
Internet:
http//jogja go.id/berita/one_news.asp?IDNews=92
http://tmp.sleman.go.id/tpl=tpl&hal=letak.php
http://www.merC.org/mc/ina/konkes/2005/kkes-0205-oralsex-htm
http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/mbrtpage6.html
http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/ma45memahami.html
www.popular-maj.com/content/preview/liputankhusus/022000
LAMPIRAN
Penulis,
Diah Susanti