Anda di halaman 1dari 2

Ragam Hias Nusantara Candi-candi di DIY

Ragam hias dalam kehidupan masyarakat sebagai media ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam bentuk visual, proses penciptaannya tidak lepas dari pengaruh lingkungan dan berperan sebagai media untuk memperindah suatu karya manusia. Jenis-jenis ragam hias dapat dijumpai dalam berbagai benda maupun bangunan-bangunan fisik yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Hasil karya tersebut telah ada sejak masa lampau, yang diciptakan oleh nenek moyang bangsa kita melalui tinggalantinggalan arkeologinya untuk keperluan religious. Kedatangan agama Hindu dan Buddha yang dikenal sebagai Masa Klasik di Indonesia, ditandai dengan pembangunan banyak tempat ibadah bagi agama Hindu dan Buddha, bukannya melenyapkan kebudayaan nenek moyang yang sudah ada, melainkan lebih memperkaya kebudayaan Indonesia. Kontak dan sintesa dengan kebudayaan lain mencetuskan kebudayaan dan kesenian yang harmonis, dinamik, dan unik sesuai dengan jiwa masyarakat yang mula-mula bertujuan kepada pemujaan terhadap nenek moyang dan religi yang kemudian menjadi kreasi seni berupa ornamenornamen. Pada bangunan candi , selain dijumpai adanya arca, juga didapati hiasan-hiasan struktural pada bagian-bagian candi serta berupa relief-relief. Pada masa tersebut bentuk ragam hias yang sebelumnya sudah ada, yaitu bentuk-bentuk geometris, tetap dipakai sebagai hiasan pada benda-benda hasil budaya, dan dipadukan dengan bentuk-bentuk non-geometris. Selanjutnya muncullah ragam-ragam hias berupa penggambaran manusia, dunia tumbuh-tumbuhan, dan dunia binatang dibentuk sedemikian rupa sehingga terwujud suatu bentuk tertentu. Bentuk alam yang asli distilir terlebih dahulu sesuai dengan bakat dan kemampuan seniman, maupun berdasarkan ragam-ragam yang bersifat turun-temurun. Rupanya pengaruh Hindu memberikan perkembangan dengan motif-motif hiasan dan relief-relief yang dipahat pada candi-candi. Relief merupakan suatu bentuk dari hiasan yang terdapat dalam karya arsitektur berupa bangunan candi, petirtaan, gua-gua, punden berundak, maupun pintu gerbang. Selain memiliki nilai estetika relief juga memiliki nilai simbolis-religius dan dapat menentukan identitas keagamaan suatu karya arsitektur. Pada umumnya relief dipahatkan pada bidang datar, baik di bagian kaki, badan atau pun atap bangunan. Pada umumnya candi-candi tersebut menampakan motif-motif geometris seperti: meander, pilin, tumpal, dan lain-lain. Motif ini merupakan motif ragam hias tertua sejak masa prasejarah. Kemudian pada waktu seni klasik/Hindu masuk ke Indonesia, ragam hias geometris berkembang menjadi bentuk ragam hias organis berupa sulur-sulur tumbuh-tumbuhan, pohon, dan bunga. Ragam hias dengan motif ini ada yang bersifat simbolis ataupun hanya sebatas sebagai pengisi bidang saja. Melihat motifmotif ragam hias candi-candi dari abad VII sampai dengan abad XV Masehi yang, menunjukkan bahwa motif-motif ragam hias geometris berkembang menjadi motif ragam hias organis. ragam hias ini dimaksudkan untuk membangkitkan kembali nilai-nilai luhur dari warisan budaya nenek moyang, agar nantinya masyarakat mulai memahami pentingnya warisan yang berupa tinggalan

budaya. Berikut ini merupakan salah satu ragam hias nusantara berupa candi yang ada di daerah istimewa Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai