Anda di halaman 1dari 20

Suhu, Kalor dan Energi Internal

Astri Lestari (201131102) Deana Sartika (200132117) Linda Pindi (201132) Putri Rizkia (201132121)

Adalah ukuran kuatitatif dari panas dan dinginnya sebuah benda. Semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer.

Skala Suhu
1. Celcius (C ) Skala celcius memiliki seratus derajat panas yang terbagi rata antara suhu air membeku dan suhu air mendidih.

2. Reamur (R ) Titik tetap bawah diberi angka 0 & titik tetap atas diberi angka 80. Di antara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.

Skala Suhu
c. Fahrenheit (F )
Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi angka 212. Suhu es yang dicampur dengan garam ditetapkan sebagai 0F. Di antara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 180 skala. Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik ini disebut suhu mutlak, yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total partikel benda tersebut nol. Kelvin menetapkan suhu es melebur dengan angka 273 dan suhu air mendidih dengan angka 373. Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas termometer Kelvin dibagi menjadi 100 skala.

d. Kelvin (K )

Skala suhu celcius, reamur dan fahrenheit ditentukan dengan bantuan titik beku air (0C=0R=32F) dan titik didih air (100C=80R=212F) ketiganya berhubungan sbb:
C:R:(F-32)= 5:4:9
R= 4/5 x C F= 9/5C+32 C

Skala Celcius & kelvin


K = C + 273 (derajat) Karena dari Kelvin ke derajat Celsius, Kelvin dimulai dari 273 derajat, bukan dari -273 derajat &derajat Celsius dimulai dari 0 derajat. Suhu Kelvin sama perbandingan nya dengan derajat Celsius yaitu 5:5, maka dari itu, untuk mengubah suhu tersebut ke suhu yang lain, sebaiknya menggunakan atau mengubahnya ke derajat Celsius terlebih dahulu, Karena jika kita menggunakan Kelvin akan lebih rumit untuk mengubahnya ke suhu yang lain

Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit.

Besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor: massa zat (m) kalor jenis (c) perubahan suhu T

Sehingga secara matematis dapat dirumuskan :

Q = m.c.T
Dimana : Q = kalor yang dibutuhkan (Joule) m = massa zat(kg) c = kalor jenis (J/kgC) T = perubahan suhu (C)

Contoh Soal
Zat cair yang massanya 10 kg dipanaskan dari suhu 25C menjadi 75C memerlukan panas sebesar 400.000 joule. Kalor jenis zat cair tersebut adalah Diket : m=10 kg E1=25C+273=298K E2=75C+273=348K Q=400.000 j Ditanya: C =j/kgK Jawab: C = Q m .T = 400.000 10(348-298) = 800 J/kgK

Jenis kalor
1. 2. Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten) ,misal dari padat menjadi cair,cair menjadi uap, persamaan yang digunakan dalam kalor laten ada dua macam
Q = m.U Q = m.L

Dengan : U adalah kalor uap (J/kg) L adalah kalor lebur (J/kg)

Azas Black

Menurut asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda kemudian disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran ini akan berhenti sampai terjadi keseimbangan termal (suhu kedua benda sama). Secara matematis dapat dirumuskan : Q lepas = Q terima

Azas black
Yang melepas kalor adalah benda yang suhunya tinggi dan yang menerima kalor adalah benda yang bersuhu rendah. Bila persamaan tersebut dijabarkan maka akan diperoleh
Q lepas = Q terima m1.c1.(t1 ta) = m2.c2.(ta-t2)) Catatan yang harus selalu diingat jika menggunakan azas Black a/ pada benda yang bersuhu tinggi digunakan (t1 ta) & untuk benda yg bersuhu rendah digunakan (ta-t2). rumus kalor yang digunakan tidak selalu yang ada diatas bergantung pada soal yang dikerjakan.

Energi internal adalah total energi kinetik (Ek) dan energi potensial (Ep) yang ada di dalam sistem. Satuan (joule) Dirumuskan dengan persamaan

E = Ek + Ep.
Namun karena besar energi kinetik dan energi potensial pada sebuah sistem tidak dapat diukur, maka besar energi dalam sebuah sistem juga tidak dapat ditentukan, yang dapat ditentukan adalah besar perubahan energi

dalam suatu sistem.

Perubahan energi dalam dapat diketahui dengan mengukur kalor (q) dan kerja (w), yang akan timbul bila suatu sistem bereaksi. Oleh karena itu, perubahan energi dalam dirumuskan dengan persamaan

E = q - w.
Jika sistem menyerap kalor, maka q bernilai positif. Jika sistem mengeluarkan kalor, maka q bernilai negatif. Jika sistem melakukan kerja, maka w pada rumus tersebut bernilai positif. Jika sistem dikenai kerja oleh lingungan, maka w bernilai negatif.

Jadi bila suatu sistem menyerap kalor dari lingkungan sebesar 10 kJ, dan sistem tersebut juga melakukan kerja sebesar 6 kJ, maka perubahan energi dalam-nya akan sebesar 16 kJ. Perubahan energi dalam bernilai 0 jika jumlah kalor yang masuk sama besar dengan jumlah kerja yang dilakukan, dan jika kalor yang dikeluarkan sama besar dengan kerja yang dikenakan pada sistem. Artinya, tidak ada perubahan energi dalam yang terjadi pada sistem.

Hukum 1 Thermodinamika
Energi yang terdapat dalam sistem yang dapat berkurang jika ada kerja yang dilakukan sistem terhadap lingkungan dan bertambah jika ada panas yang ditambahkan dalam sistem.

Selama terjadi perubahan keadaan suatu sistem, energi dalam dapat berubah dari harga awal U1 ke harga akhir U2, dituliskan

U = U2 U1
Jika ditambahkan sejumlah panas Q ke sistem dan sistem tidak menghasilkan kerja selama proses, energi dalam sistem meningkat setara dengan jumlah Q yang ditambahkan dalam sistem yaitu U = Q.

Jika sebuah sistem melakukan kerja dengan berekspansi terhadap lingkungannya dan tidak ada panas yang ditambahkan selama proses, energi meninggalkan sistem dan energi dalam berkurang atau bernilai negatif.
Dimana : U1 : energi dalam pada keadaan awal (joule) U2 : energi dalam pada keadaan akhir (joule) Q : panas (joule) W : kerja (joule)

U2 U1 = U = Q W

Dapat dituliskan kembali dalam bentuk :

Q = U + W

Untuk proses siklus, keadaan akhir sama dengan keadaan awal, sehingga energi dalam total adalah nol. Sehingga : U2 = U1 dan Q = W Pada sistem terisolasi, yang tidak melakukan kerja pada lingkungannya dan tidak mengalami aliran panas dari atau menuju lingkungannya. Untuk proses apapun yang berlangsung dalam sistem terisolasi, W=Q=0 Sehingga U2 U1 = U = 0 Dengan kata lain, energi dalam suatu sistem yang terisolasi adalah konstan.

Anda mungkin juga menyukai