NPWP adalah kewajiban yang sudah lama ada dan diatur dalam
Undang-Undang Pajak. Awalnya, karyawan yang penghasilannya dari satu
sumber/istrinya, tidak
diwajibkan.
Kini, tiap orang yang berpenghasilan di atas PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
wajib
memiliki NPWP. Mulai 2009, Besar PTKP ini Rp. 15,84 juta/tahun atau Rp 1,32
juta/bulan. Semua hak
dan kewajiban wajib pajak akan dicatat dan disimpan dalam sistem administrasi
berbas TI
(Teknologi Informasi).
NPWP inilah yang menjadi identitas pencatatan data tiap wajib pajak.
Makanya, tiap nomor itu unik dan tak ada yang kembar.
Bila sampai batas akhir yang ditentukan (31 Desember 2008) terbukti
bahwa seorang wajib pajak sengaja tidak mengurus NPWP, sanksi terberatnya adalah
pidana. Untuk
mempermudah pendaftaran, kami membuka pendaftaran online lewat e-registration di
www.pajak.go. id.
Atau, para wajib pajak juga bisa mengurusnya langsung di Kantor Pelayanan Pajak,
atau mendatangi gerainya di
sejumlah mal atau tempat strategis di Seluruh Indonesia. Mereka yang tak memiliki
NPWP akan menerima
pemotongan pajak 20% lebih tinggi untuk PPh 21 (potongan pendapatan yang dilakukan
oleh pemberi kerja) bagi
karyawan. Sanksi ini akan makin besar (sampai 100%) pada mereka yang memiliki
usaha jasa persewaan atau
rekanan pemerintah.
Peraturan pemerintah ini sedang dalam tahap penggodokan. Mungkin bisa dari batasan
usia.
Tapi, peraturan ini tidak kaku. Artinya, jika anak itu masih dalam tanggungan
orangtua, akan dipertimbangkan.
Digabung dengan NPWP salah satu pasangan, atau masing-masing, tak masalah.
Kedua pilihan ini tidak memiliki perbedaan dalam pajak terutangnya (besar pajak
yang harus
disetor ke pemerintah). Sebab, saat penghitungan pajak, penghasilan tetap
digabung, atau dibagi secara
proporsional, bila memiliki NPWP berbeda (UU PPh tahun 2000). Bedanya, jika
terpisah, masing-masing
wajib membuat SPT sendiri. Bila pasangan itu nantinya bercerai (mudah2an gak
ya...tp kalo nambah gak apapa kaleee.....), maka mereka bisa mengurus pemisahan
NPWP di kantor pajak setempat.
Atau, jika masih lajang Anda sudah memiliki NPWP, maka NPWP ini dapat
dipertahankan, alias tak perlu digabung dengan suami.
Tak masalah. Laporkan perkembangan keuangan Anda secara transparan dalam SPT
(Surat Pemberitahuan Tahunan).
Tulis apa adanya, termasuk ketika pendapatan Anda turun naik. Bahkan, jika tahun
tersebut Anda sama sekali
tak punya pendapatan, tulis saja nihil (kesiaan yah, ga punya penghasilan. ..)
Tapi, laporan ini akan melalui tahap verifikasi,
sebelum disetujui.
Tidak, karena data Anda masih tersimpan di kantor pajak. Tapi, Anda bisa melapor
ke kantor pajak untuk menghapus salah satunya.
Anda juga tidak perlu mengurus yang baru saat pindah kerja. Seandainya ada
perubahan nominal gaji, laporkan saja dalam SPT.
Laporkan saja kondisi Anda ini kepada otoritas pajak, disertai permohonan
untuk menyetop PPh Pasal 25 (Cicilan Pajak Penghasilan) , pajak penghasilan yang
disetor per bulan.
Permohonan ini akan ditindaklanjuti dengan melakukan penelitian. Jadi, berlaku
self assessment, artinya
tiap wajib pajak harus proaktif melapor, menghitung, dan membayar sendiri
kewajiban pajaknya.
Dalam undang-undang perpajakan, kasus seperti ini diatur melaui asas resiprokal
atau timbal balik.
Pembebasan pajak ini hanya berlaku untuk lembaga-lembaga internasional, yang
namanya tercantum
sebagai non-subjek pajak. Daftar nama ini mengacu pada peraturan menteri keuangan.
Tapi, hal ini hanya berlaku untuk lembaganya, sedangkan karyawan WNI yang bekerja
di situ tetap diharuskan
membayar pajak layaknya warga negara Indonesia yang lain.
Anda harus meminta bukti dari PH yang memperkerjakan Anda. Jika tidak,
Anda tidak bisa membuktikan bahwa potongan tersebut disetorkan kepada negara.
Jangan-jangan, malah
masuk kantong sendiri.
Sertakan bukti pemotongan tadi dalam SPT Anda, untuk dikreditkan dari
pajak terutang yang harus Anda bayar tahun itu. Semua transaksi direkam melalui
sistem teknologi
informasi canggih.
Kalau PH Anda belum menyetor, pasti akan ketahuan.(To YENI; dah minta buktinya blm
yen? kan ramadhan kemarin loe syuting sinetron religi.)
Selain terbuka bagi wajib pajak yang telah memiliki NPWP, Sunset Policy ini juga
dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak perseorangan yang belum memiliki NPWP.
Berikut langkah-langkahnya:
2. Mengisi SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2007 dan tahun-tahun sebelumnya
(sejak memperoleh penghasilan di atas PTKP).
3. Melunasi pajak yang harus dibayar berdasarkan SPT Tahunan PPh ke Bank
Persepsi, Bank Devisa Persepsi, Kantor Pos Persepsi dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak (SSP).