Anda di halaman 1dari 9

CERPEN PENGALAMAN

NAMA :

ALMANDIO ADHA BAMBANG SUTRISNO DENI AFRIZATAMA M IQBAL H M IQBAL FAKHREIZA MURANTO FETRA WANDI WARYONO

SMAN 1 PALIMANAN

CERPEN Belajar Ngaji di Pasar Tanah Abang


Rustam adalah seorang lulusan pesantren salafiyah di Petir. Akan tetapi ketika ia pulang ke kampung halamannya, semua orang di kampungnya selalu menggunjingnya karena Rustam dianggap sebagai orang yang gagal, tidak sukses secara materi dan kedudukan sosial, masih menganggur. Kedua orangtuanya pun ikut terpengaruh pula oleh omongan para tetangga, membuat mereka merasa menyesal pernah memasukkan Rustam ke pesantren. Rustam merasa tidak betah tinggal di rumah, ia memutuskan untuk melakukan Riyadhah (penyucian diri) dengan berpuasa selama 11 hari, dan berbuka hanya dengan air putih saja. Rustam merasa harus meninggalkan kampung halamannya

Di pasar tradisional Rau Serang, Rustam selalu menghabiskan hari berpuasanya dengan menjadi kuli angkut untuk mendapatkan uang berbuka puasanya. Pada malam hari Rustam tidur di mesjid pasar, dan menjadi Muadzin pada shalat Shubuh. Rustam sangat menyukai kehidupan barunya sebagai orang yang tidak dikenal, dan orang yang bisa mencukupi dirinya sendiri.

Meskipun Rustam bukanlah siapa-siapa, tetapi semua pedagang dan para kuli di pasar Rau, hampir semuanya mengenal Rustam yang jujur. Apalagi, Rustam sendiri sebenarnya memiliki perawakan yang sempurna. Tubuhnya jangkung, wajahnya tampan, dan berkumis jarang seperti Nikolas Saputra. Itulah Rustam, hanya saja sangatlah sulit untuk melihat ketampanan seseorang jika kita bukanlah orang yang berada, hanya kuli pasar. Rustam tetap dipandang bukanlah siapa-siapa meskipun dia setampan Nikolas Saputra, bahkan lebih.

Akan tetapi pandangan semua orang di pasar Rau terhadap Rustam mendadak berubah ketika pada suatu hari, di mana pada hari itu adalah hari terakhir Rustam berpuasa, terdapat seorang kuli yang mengamuk seperti macan karena kesurupan. Semua orang ketakutan, terbirit-birit, bersembunyi, tak ada yang berani mendekati kuli yang mengamuk seperti macan tersebut. Setiap orang merasa putus asa, mengeluh karena tidak ada yang bisa menghentikan.

Rustam kenal baik dengan orang kesurupan tersebut. Kuli yang kesurupan itu adalah teman sesama kulinya yang bernama, Marwan. Keadaan di pasar Rau terasa mencekam, semua orang ketakutan, dan barang-barang dagangan porak poranda karena diacak-acak Marwan. Pada saat-saat genting seperti itulah Rustam memberanikan diri, maju mendekati temannya.
2

Salah seorang pedagang pakaian bernama, Haji Kasidin, berusaha menahan Rustam, membujuknya agar mengurungkan niatnya yang ingin menghentikan kegilaan Marwan. Sudahlah.. jangan kau nekad seperti itu, biar kita panggil dukun saja.. atau polisi,

Rustam tersenyum simpul, bagaikan Nikolas Saputra yang main di film Ada apa dengan cinta. Maaf pak Haji, Marwan itu bukan kesurupan.. jadi tidaklah perlu dipanggilkan dukun.. dia hanya depresi saja, oleh karena itu dia kehilangan kesadaran dirinya,

Tetap saja Haji Kasidin merasa cemas akan keselamatan Rustam. Bagaimana kamu bisa yakin? Bagaimana kalau perkiraanmu itu salah?

Rustam masih tersenyum ramah pada Haji Kasidin. Dengan penuh kerendahan hati, ia berkata. Saya sering melihat orang yang kesurupan, dan untuk kasus ini, saya yakin kalau Marwan itu tidak kesurupan, tetapi sedang depresi karena istrinya kabur,

Rustam segera meninggalkan Haji Kasidin, ia berjalan ke arah Marwan, mendekatinya. Tetapi Marwan melangkah mundur, sementara Rustam tetap mendekati Marwan dengan perlahan, melangkah maju dengan penuh kewaspadaan. Melihat Rustam yang makin mendekat, Marwan menatap tajam sambil mengerang seperti suara harimau. Karena merasa terancam dengan Rustam, maka, Marwan pun merunduk, memasang posisi kuda-kuda, bersiap menyerang Rustam. Meskipun Rustam sudah melihat reaksi Marwan yang sudah bersiap menyerangnya, Rustam tetap pula terlihat tenang. Bahkan ketika Marwan melompat, menerjang Rustam dengan sekuat tenaga. Dengan mudahnya Rustam bisa mematahkan serangan terkaman dari Marwan, dan menguncinya. Begitu Marwan sudah terkunci, Rustam lalu mengikat tangan dan kaki Marwan dengan kencang. Rustam segera mengambil satu ember berisi air bekas cuci piring milik tukang bakso, lalu menyiram Marwan dengan air tersbut, kemudian menampar wajah Marwan dengan sangat keras. Ayo sadar kamu.. bikin susah orang saja, kata Rustam, tegas. Aduh ampun.. ampun.. kenapa saya bisa diikat seperti ini, kata Marwan, merasa heran melihat dirinya yang terikat.

Alhamdulillah.. kamu sudah sadar,

Semua orang di pasar Rau merasa terkagum-kagum melihat aksi Rustam yang berhasil menyadarkan Marwan. Khususnya bagi Haji Kasidin, ia merasa bahwa Rustam bukanlah orang sembarangan. Kejujuran dan keahlian yang dimiliki Rustam adalah sesuatu yang langka di dunia ini. Haji Kasidin merasa bahwa Rustam adalah orang yang tepat untuk dijadikan wakilnya dalam meluaskan usahanya di Tanah Abang. Selama ini Haji Kasidin selalu gagal menjalankan usahanya di Tanah Abang karena banyak anak buahnya yang melarikan diri dari Tanah Abang akibat rawannya daerah tersebut dari preman.

Apakah ada bedanya antara orang yang kesurupan dengan orang yang depresi? Mereka terlihat sama ketika mengamuk!, kata Haji Kasidin bertanya pada Rustam.

Ada tuan haji! Perbedaan itu sangat terlihat jelas, jawab Rustam.

Ya..ya.. ujar Haji Kasidin mengangguk-nganggukkan kepalanya. Saya baru tahu jika orang yang depresi pun bisa kehilangan kesadarannya seperti orang yang kesurupan, lanjutnya, sambil menatap Rustam lekat-lekat, menaruh harapan yang begitu besar padanya.

Jarang sekali ada orang Banten yang bisa sukses menjalankan usahanya di Tanah Abang. Sekarang, dengan kehadiran Rustam di pasar Tanah Abang. Dengan membawa amanah dari Haji Kasidin, untuk membuka kios pakaian. Membuat penasaran semua orang yang mengenal Rustam: Apakah Rustam akan menjadi salah satu dari beberapa orang Banten yang bisa sukses menjalankan usahanya di Tanah Abang? Tidak ada satu orang pun yang bisa memastikan. Sebenarnya, Rustam tak mau berjualan barang pakaian milik Haji Kasidin, karena ia merasa dirinya awam mengenai ilmu perdagangan, ia merasa tak mampu untuk memikul amanah sebesar itu. Akan tetapi, Rustam juga tak bisa menolak permohonan Haji Kasidin yang berharap begitu banyak padanya, karena dalam diri Rustam pun menginginkan ada peningkatan ekonomi dalam hidupnya. Kesempatan sudah ada di hadapannya, dan Rustam tak mau melewatkannya. Lagipula Haji Kasidin pun sudah bisa menerima keadaan Rustam yang masih awam mengenai ilmu dagang.

Yang Rustam tahu hanya berkata jujur saja, dan Haji Kasidin menganggap bahwa kejujuran yang dimiliki Rustam sudah cukup, lebih dari cukup bahkan.

Para pedagang di pasar Tanah Abang itu pada umumnya terkesan bersifat individualis. Seperti orang yang melihat hantu, para pedagang di Pasar Tanah Abang itu terkesan paranoid kepada setiap orang yang baru datang, seperti Rustam.Haji Kasidi pun sudah bisa menerima keadaan Rustam yang awam mengenai ilmu dagang, hanya kejujuranlah yang Rustam miliki.HH Bagian beradaptasi itu merupakan bagian yang paling Rustam tak mengerti tentangnya. Karena sifatnya yang bersih dari segala ambisi, maka yang Rustam bisa lakukan hanyalah tersenyum kepada semua orang yang dilihatnya, terutama kepada sesama pedagang yang bertetanggaan dengannya. Itulah Rustam, pedagang yang polos dan murah senyum. Semua pedagang di pasar Tanah Abang pun pada akhirnya bisa menerima kehadiran Rustam, dan mempercayainya.

Sekarang, setelah selama seminggu berjualan kain dan pakaian di Tanah Abang, Rustam kini telah mendapat banyak teman baru dari sesama pedagang. Dan yang paling akrab adalah seorang pedagang pakaian peranakan Tionghoa yang sangat cantik bernama, Linda Chow. Sebelum kedatangan Rustam di Tanah Abang, Linda sama sekali tidak mempercayai bahwa di dunia ini ada satu pedagang yang jujur tanpa ambisi mendapatkan keuntungan dengan segala cara. Sampai akhirnya ia melihat Rustam yang tidak memperdulikan dengan keuntungan. Begitulah Rustam, karena konsepnya akan kejujuran dan kemurnian hati, Rustam bisa mendapatkan kepercayaan yang begitu besar dari orang-orang sekitarnya.

Kepercayaan dan penerimaan yang di dapatkan Rustampun menjadi kian besar, ketika pada suatu hari, Rustam menemukan keganjilan pada toko pakaian milik Linda. Pada pagi buta seperti hari ini, Rustam menemukan toko pakaian milik Linda itu sepi tanpa ada yang menjaga. Rustam khawatir dengan toko Linda yang tidak dijaga, ia mencari-cari Linda di setiap sudut toko. Setelah mencari ke semua sudut, Rustam akhirnya menemukan satu kamar mandi yang tertutup rapat, dikunci dari dalam. Rustam berteriak memangil nama Linda, namun pintu kamar mandi tidak kunjung dibuka. Karena merasa sangat khawatir, Rustam mendobrak pintu kamar mandi, dan ia menemukan Linda sudah terbaring lemas di lantai kamar mandi dengan mulut mengeluarkan busa, dan tangan kanannya yang menggenggam botol isi ulang Baygon. Rustam terkejut dengan apa yang ditemukannya, ia lalu segera berlari, kemudian memanggil ambulans. Beruntung bagi Linda, karena Rustam bisa bertindak cepat. Nyawa Linda akhirnya tertolong karena diselamatkan para petugas medis yang dengan sigap segera membawa Linda ke rumah sakit.

Di ruang perawatan Pasien, Rustam menunggui Linda yang kini terbaring lemas di ranjang. Dengan penuh kesabaran, Rustam menanti temannya sadar dari tidurnya yang panjang. Dan begitu Linda membuka matanya, ia tersenyum, kemudian wajahnya kembali bermuram durja. Seharusnya kamu tidak menyelamatkan nyawa saya. Saya akan pergi menemui sang juru selamat, dan kamu menghalangi saya, kata Linda, lirih. Juru selamat? Bagaimana kamu mau menemui juru selamat jika di sini saja kamu tidak selamat, kata Rustam, tegas.

Linda diam, tidak menjawab, ia merenungi perkataan temannya, Rustam. Ada benarnya juga perkataan Rustam itu, Linda menangis, merasa berat untuk menerima kenyataan kebenaran dari perkataan Rustam. Bagaimanakah saya mejalani kehidupan sebagai pedagang jika setiap satu minggu sekali ada saja gerombolan preman meminta uang keamanan dari toko saya?

Ei.. ei.. ei.. kamu jangan khawatir, jangan sampai kekhawatiranmu terhadap preman tersebut membuatmu berkeinginan untuk bunuh diri. Itu salah. Kita harus hadapi kehidupan ini seberapapun susahnya, jangan menyerah, kata Rustam. Linda tersenyum mendengar perkataan polos yang menghibur itu dari mulut Rustam. Ia merasa senang karena ia tidak sendirian di dunia ini, ia mempunyai teman yang selalu mendukungnya.

Setelah Linda sudah sembuh dan kesehatannya sudah pulih, Rustam dan Linda kembali menjalankan usahanya di Tanah Abang. Situasi perdagangan pun kembali normal. Tetapi tidak untuk hari ini, ketika segerombolan preman berbadan besar, dengan lengan yang dipenuhi dengan tato, kuping dan hidung yang ditindik, datang ke pasar Tanah Abang untuk menagih uang keamanan kepada semua pedagang. Rustam yang sedang sibuk menawarkan barang dagangannya pada pelanggannya, terpaksa harus termangu, membisu ketika melihat pelanggannya lari terbirit-birit karena kedatangan sepuluh preman kasar yang mendatangi tokonya. Gerombolan preman itu memang bukanlah orang yang ramah. Mereka semua tak mengenal istilah sopan santun. Maka dengan sangat kasar, sepuluh orang preman itu meminta uang keamanan pada Rustam dalam jumlah yang bukan main besarnya. Tetapi Rustam menerima perlakuan kasar dari para preman itu dengan sambutan yang ramah. Tetap saja sambutan ramah dari Rustam tidak menghasilkan sesuatu yang berarti, karena para preman itu tetap memaksa Rustam untuk membayar uang keamanan pada mereka.

Rustam merasa bingung, barulah dua minggu ia berjualan, apalah yang mesti dibayarkan pada para preman jika Rustam merasa tidak memiliki apa-apa. Merasa diremehkan oleh penolakan Rustam yang halus, para preman itu mengancam akan merusak toko Rustam, kemudian setelah itu mereka akan memukuli Rustam. Ancaman kekerasan dari preman tersebut tidaklah membuat Rustam gentar. Dengan tenang, Rustam mengatakan pada para preman tersebut bahwa ia siap menghadapi mereka di luar tokonya, karena di luar Rustam merasa lebih leluasa untuk menghadapi kesepuluh preman yang mengancam usahanya. Kesepuluh preman tersebut keluar dari tokonya Rustam, bersiap untuk menghabisinya. Saat Rustam berjalan keluar, Rustam meminta kepada para preman agar mengizinkannya untuk melakukan pemanasan. Dan begitu Rustam diperkenankan oleh para preman untuk melakukan pemanasan. Rustam mencabut satu batang lidi dari sapu lidi, lalu dengan satu batang lidi itu ia membuat lingkaran di atas tanah tempatnya berpijak, setelah lingkaran itu selesai dibuat, Rustam membaca ayat Kursi di dalam hatinya. Rustam lalu mengatakan kepada para preman bahwa dirinya sudah siap menghadapi mereka, begitu ia sudah merasakan ketenangan bathin dari surat ayat kursi yang dibacanya dalam hati.

Hai Tambunan.. coba kau dulu yang menghadapi orang itu, kata salah seorang preman kepada temannya.

Bah.. senang sekali hatiku mendengarnya, baiklah.. kata Tambunan dengan logat medannya yang khas. Kemudian segera berlari, hendak menerjang, menjatuhkan Rustam.

Seperti orang yang terserempet mobil bus, Tambunan langsung terpental ketika berlari untuk menerjang Rustam, badannya yang besar terjerembab ke tumpukan telor bebek di toko sembako. Semua orang yang ada di pasar merasa aneh dengan pemandangan itu, padahal Rustam masih duduk tenang di dalam lingkaran yang ia buat, ia sama sekali tidak tersentuh karena Tambunan tak bisa masuk ke dalam lingkaran. Lama bagi Tambunan untuk bisa bangkit kembali, sekarang ia merasa badannya telah lemas tak berdaya meskipun ia sudah bangkit dengan susah payah. Teman-teman Tambunan pun, terheran-heran melihat temannya terpental jauh hingga jatuh tanpa ada sebab.

Hei para preman.. untuk menyingkat waktu, kalian semua boleh menyerang saya sekaligus, tidak perlu satu-satu. Tidak apa-apa, saya sudah siap menghadapi kalian semua, kata Rustam, tersenyum.

Kesembilan teman Tambunan merasa tersulut emosinya mendengar perkataan merendahkan dari Rustam. Linda yang sedari tadi melihat pertarungan yang tidak seimbang itu, berteriak pada kumpulan preman yang hendak menyerang Rustam. Linda berusaha menghentikan pertarungan dengan ucapannya. Kalian jangan macam-macam dengan Rustam! Dia itu orang Banten! Untuk barang sejenak, kesembilan preman itu berdiri mematung, hanya bisa memandangi Rustam yang masih duduk tenang di atas tanah dengan lingkaran yang telah dibuatnya, melingkari tempat Rustam duduk. Namun apa mau dikata, karena merasa sudah terlanjur emosi, juga karena rasa penasaran. Kesembilan preman itu akhirnya memaksakan diri, berlari menerjang Rustam. Hasilnya sama saja, kesembilan preman itu terpental jauh, tersungkur ke tanah.

Aduduh.. bukan main orang Banten ini, macam mana orang Banten ini, sepertinya yang kita hadapi ini bukanlah orang sembarangan! kata salah seorang preman, sambil menahan rasa sakit di dadanya, karena terantuk keras dengan gerobak siomay. Betul itu Ruhut.. orang yang kita hadapi ini sepertinya memiliki kesaktian, jawab salah seorang temannya kepada Ruhut. Lebih baik segera kita tinggalkan tempat ini, Ya..ya.. ada benarnya ucapan kau.. itu, kata Ruhut. Kesepuluh preman itu lalu segera bangkit dan kemudian meninggalkan pasar Tanah Abang sambil menahan rasa sakit. Tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan selain pergi. Semua pedagang yang ada di lokasi kejadian, juga para pembeli, kesemua-muanya bersorak-sorai, bergembira melihat kemenangan Rustam. Dengan rasa aman, Rustam pun akhirnya bisa keluar dari lingkaran yang telah ia buat. Mendapat sambutan yang meriah. Rustam tersipu. Apalagi sewaktu Linda menghampirinya dan memberinya perhatian yang besar. Rustam benar-benar merasa tak tahu harus berbuat apa. Meski begitu, Rustam tetaplah orang yang rendah hati, ia masih murah senyum kepada semua orang.

Setelah kejadian perkelahian Rustam dan para preman. Kini, hubungan Rustam dan Linda menjadi makin dekat. Tidak jarang Linda selalu menanyakan arti Islam kepada Rustam karena terpesona akan kejujuran dan ketaatan Rustam kepada syariat agama. Keluarga Linda juga merasa tidak berkeberatan melihat hubungan Rustam dan Linda yang semakin dekat. Semua keluarga Linda merasa berhutang budi kepada Rustam karena pernah menyelamatkan nyawa Linda. Perilaku yang

polos penuh kejujuran dari Rustam telah menggambarkan agama Islam dengan sejelas-jelasnya tanpa ada lagi ceramah panjang yang membosankan, Linda jatuh cinta pada Islam, dan jatuh cinta juga pada Rustam. Linda akhirnya masuk Islam dan menikah dengan Rustam di KUA (Kantor Urusan Agama).

Setelah menikah, usaha dagang Rustam makin maju. Rustam sekarang telah menjadi orang kaya, kini ia tak lagi menjalankan usaha milik Haji Kasidin, ia sudah memiliki usaha sendiri. Ketika pulang kampung, semua orang yang semula meremehkan Rustam, kini menghormati dan memuji Rustam. Tetapi Rustam masih Rustam yang dulu, Rustam yang polos dan jujur dan rendah hati. Tidak bisa di sangkal dalam diri Rustam, jika ia pun merasa senang dengan menjadi orang kaya. Dengan menjadi orang kaya, Rustam bisa melakukan sesuatu yang tak bisa ia lakukan ketika ia masih susah, yaitu kegiatan bersedekah. Rustam merasa senang dengan kegiatan sedekah. Bahkan ketika ia melihat orang-orang di kampungnya itu membuat posko sumbangan di jalan raya, mengemis uang untuk membangun mesjid di kampungnya yang tidak terurus. Rustam benci melihat kegiatan mintaminta itu. gooblook gooblook.., bukan ini yang dimaksud dengan kegiatan yang disenangi Allah, ini benar-benar menjatuhkan martabat agama, Pikirnya.

Rustam menyumbangkan sejunlah uang yang besar untuk pembangunan mesjid di kampungnya. Semua orang di kampungnya itu merasa senang, tetapi sebelum memberikan sumbangannya, Rustam mengajukan syarat kepada warga kampungnya agar tidak melakukan kegiatan minta-minta lagi di jalan raya. Semua warga menyanggupi syarat dari Rustam. Begitu syarat yang diajukannya telah disanggupi penduduk, Rustam menyumbangkan uangnya untuk dibelikan barangbarang material dan segala sesuatunya yang diperlukan dalam pembangunan renovasi mesjid. Semua biaya pembelian barang-barang material, dan biaya pembangunan mesjid, Rustam yang menanggung. Telah terjadi perubahan besar di kampung Rustam semenjak ia kembali dari Tanah Abang. Tak ada lagi fasilitas sosial dan fasilitas ibadah yang rusak di kampung Rustam, karena Rustam memperbaiki semuanya. Dan Rustam tak merasa berkeberatan untuk membantu semua pembangunan di kampungnya. Sekarang Rustam telah menjadi kebanggaan kampungnya.

Anda mungkin juga menyukai