Anda di halaman 1dari 174

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN INTELEGENSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK PELUANG SISWA SMP NEGERI

KOTA SURAKARTA TAHUN 2008

TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : MARYANI S 850907115

Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2009 i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN INTELEGENSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK PELUANG SISWA SMP NEGERI KOTA SURAKARTA TAHUN 2008

Disusun oleh: MARYANI S 850907115

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal :

ii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN INTELEGENSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK PELUANG SISWA SMP NEGERI KOTA SURAKARTA TAHUN 2008

Disusun oleh: MARYANI S 850907115

Telah Disetujui dan Disyahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal: Jabatan Ketua Sekretaris Anggota Penguji Nama ............................. ............................. 1. ............................. 2. ............................. 3. ............................. Tanda Tangan .............................................. .............................................. .............................................. .............................................. ..............................................

Surakarta, ....................... Mengetahui Direktur PPs UNS Ketua Prodi Pendidikan Matematika

Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D NIP 131472192

Dr. Mardiyana, M.Si NIP 132046017

iii

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama NIM : Maryani : S850907115

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa Tesis yang berjudul PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN INTELEGENSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK PELUANG SISWA SMP NEGERI KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam Tesis ditunjukkan dalam Daftar Pustaka. Apabila dikemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tesis dan gelar yang saya peroleh dari Tesis tersebut.

Surakarta,

Januari 2009

Yang membuat pernyataan

(M a r y a n i)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

1. Kita tidur untuk bangun, jatuh untuk bangkit, berhenti untuk berjuang lebih gigih. (Robert Browning) 2. Barang siapa ini yang menyibukkan diri dengan berdoa dan diiringi suatu kebajikan, sehingga tidak sempat meminta kepada-Nya, niscaya Tuhan akan berikan pahala bagi orang-orang yang bersyukur. (HR. Abu Hudzirah, dari Abi Said Al Khudri)

Teriring doa dan puji syukur kupersembahkan tesis ini dengan tulus kepada : 1. Wujud baktiku kepada ayah dan ibu tercinta. 2. Suamiku yang tercinta. 3. Anak-anakku yang aku sayangi dan aku banggakan. 4. Teman-teman pengajar. 5. Almamaterku Program studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis dengan lancar. Tesis ini disusun guna memperoleh gelar Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada: 1. Prof. Dr. dr. Much. Syamsulhadi, Sp.(Kj), Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. 3. Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Dosen Pembimbing I yang telah memberikan dorongan, bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. 4. Drs. Imam Sujadi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang penuh kearifan telah bersedia memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam penyelesaian tesis ini. 5. Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam menyelesaikan Pendidikan. 6. Drs. Y. Himawan Samodra, Kepala SMP Negeri 14 Surakarta yang telah memberikan ijin dan membantu penulis mengumpulkan data penelitian. 7. Drs. Joko Slameto, M.Pd, Kepala SMP Negeri 17 Surakarta yang telah memberikan ijin dan membantu penulis mengumpulkan data penelitian. 8. Drs. Djoko Setyo Budi Wibowo, Kepala SMP Negeri 23 Surakarta yang telah memberikan ijin dan membantu penulis mengumpulkan data penelitian. vi

9.

Teman guru SMP Negeri 14, SMP Negeri 17, dan SMP Negeri 23 Surakarta, yang telah memberi ijin dan membantu penulis mengumpulkan data penelitian.

10. Teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam menyelesaikan studi. 11. Semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Dengan segala bantuan semua pihak selama penulis mengikuti pendidikan, semoga Allah SWT. akan memberikan limpahan pahala. Amin.

Surakarta,

Januari 2009

Penulis

vii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............ PENGESAHAN TESIS ....................................................................................... PERNYATAAN .................................................................................................. MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR TABEL ................................................................................................ DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ DARTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ABSTRAK ............................................................................................................ ABSTRACT........................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................... B. Identifikasi Masalah .. C. Pembatasan Masalah ......................................................................... D. Perumusan Masalah ........................................................................... E. Tujuan Penelitian ............................................................................... F. Manfaat Penelitian .............................................................................

i ii iii iv v vi viii x xi xii xiii xv 1 1 5 6 6 7 7

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ........................................................................................ 1. Prestasi Belajar Matematika ............................................................ 2. Model Pembelajaran Matematika .................................................... 3. Penilaian Pembelajaran Matematika ............................................... 4. Model Pembelajaran Langsung ....................................................... 5. Intelegensi ....................................................................................... 6. Kaitan Model Pembelajaran Matematika dan Prestasi Belajar ....... 7. Kaitan Intelegensi Siswa dengan Prestasi Belajar ........................... viii

9 9 9 13 16 17 18 19 20

20 21 23

B. Penelitian Yang Relevan ..... C. Kerangka Berpikir ... D. Hipotesis ..

21 22 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..... B. Metode Penelitian .... C. Populasi, Sampel, dan Sampling . D. Teknik Pengumpulan Data .. E. Teknik Analisis Data ...

25 25 26 27 28 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Coba Eksperimen B. Diskripsi Data . C. Uji Keseimbangan .. D. Uji Persyaratan Analisis . E. Pengujian Hipotesis F. Pembahasan Hasil Penelitian ..

54 44 44 47 48 49 51 55 59 60 59 60 62

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan . B. Implikasi . C. Saran ... DAFTAR PUSTAKA . LAMPIRAN

63

555 ix

DAFTAR TABEL Tabel 1. Rancangan Penelitian .......................... Tabel 3. Rataan Data Amatan ....................................................... Tabel 4.1. Rangkuman Analisis Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika .............................................................................................. 46 Tabel 4.2. Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika dan Score Nilai Intelegensi Siswa ....................................................................................................... Tabel 4.3. Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Model Pembelajaran ........................................................................... ................. 47 Tabel 4.4. Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Intelegensi Siswa .............................................................................. ......................... 48 Tabel 4.5. Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Gabungan Antara Model Pembelajaran dan Intelegensi Siswa ............................... Tabel 4.6. Rangkuman Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika pada Materi Pokok Peluang .............................................................................. 50 Tabel 4.7. Rangkuman Uji Homogenitas Data Prestasi Belajar Matematika pada Materi Pokok Peluang ............................................................................. Tabel 4.8. Rangkuman Analisis Variansi Data Prestasi Belajar Matematika pada Materi Pokok Peluang Terhadap Faktor Model Pembelajaran .................. 52 Tabel 4.9. Rangkuman Keputusan Uji Komparasi Ganda ....................................... 53 51 48 47

26

Tabel 2. Tata Letak Data ..................................... 39 39

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Kerangka Berpikir .........................................

23

555

xi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........ 66 Lampiran 2 Kisi-kisi Tes Uji Coba Prestasi Belajar Matematika ........................... 81 Lampiran 3 Tes Uji Coba Matematika 82 Lampiran 4 Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika ......................... 90 Lampiran 5 Uji Keseimbangan ... 93 Lampiran 6 Data Penelitian dan Diskripsi Data . 98 Lampiran 7 Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika 109 Lampiran 8 Uji Kesamaan Variansi (Homogenitas) Nilai Prestasi Belajar Matematika Terhadap Faktor Model Pembelajaran dan Intelegensi ........................................................................................... 146 Lampiran 9 Anava dan Uji Komparasi Ganda 149 Lampiran 10 Tabel Distribusi Students .................................................................. 159 Lampiran 11 Tabel Distribusi Nomal Baku ............................................................. 160 Lampiran 12 Tabel Nilai Kritik Uji Chi Kuadrat ..................................................... 161 Lampiran 13 Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors ......................................................... 162 Lampiran 14 Tabel Nilai Kritik Uji F ...................................................................... 163 Lampiran 15 Tabel Nilai Kritik Uji F Lanjutan ....................................................... 164

xii

ABSTRAK Maryani, S 850907115. Pengaruh Model Pembelajaran dan Intelegensi Terhadap Prestasi Belajar Matematika Materi pokok Peluang siswa SMP Negeri Kota Surakarta Tahun 2008. Tesis, Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1). Apakah prestasi belajar menggunakan model pembelajaran kontekstual lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran langsung dalam pembelajaran matematika siswa SMP Negeri di Kota Surakarta. (2). Apakah prestasi belajar siswa yang intelegensinya tinggi lebih baik daripada siswa yang intelegensinya sedang, siswa yang intelegensinya sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang intelegensinya rendah pada siswa SMP Negeri di Kota Surakarta. (3). Apakah ada perbedaan prestasi belajar pokok materi peluang dari masing-masing model pembelajaran pada masing-masing Intelegensi dan apakah ada perbedaan prestasi belajar pokok materi peluang dari masing-masing Intelegensi pada masing-masing model pembelajaran. Populasi penelitian adalah siswa SMP Negeri di Kota Surakarta kelas IX semester I tahun pelajaran 2008/2009. Teknik pengambilan sampel penelitian adalah Cluster Random Sampling, dengan sampel siswa SMP Negeri 14, SMP Negeri 17, dan SMP Negeri 23. Untuk menentukan bahwa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol memiliki kemampuan matematika yang sama atau seimbang, maka sebelum penelitian dilaksanakan uji keseimbangan dengan menggunakan uji rerata t. Hasil uji t adalah kelas eksperimen dengan kelas kontrol seimbang. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis menggunakan Anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama, dengan taraf signifikan 5%. Sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dengan menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett. Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar matematika siswa dengan materi pokok peluang dalam bentuk pilihan ganda. Untuk menguji validitas tes tersebut digunakan rumus Korelasi Product Moment, sedangkan untuk mengetahui reliabilitas tes, indeks kesukaran dan daya beda dengan menggunakan rumus KR-20, pada tes prestasi belajar nilai uji reliabilitas = 0,894. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis menggunakan Anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama. Hasil analisis pada Anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama menunjukkan: (1) Hasil Anava dua jalan diperoleh Fa = 24,84 lebih besar Ftabel = 3,84 (H0 ditolak). Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran kontekstual dengan model pembelajaran langsung; (2) Hasil Anava dua jalan diperoleh Fb = 98,74 lebih besar Ftabel = 3,00 (H0 ditolak). Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara masing-masing intelegensi terhadap prestasi belajar matematika. Berdasarkan uji komparasi ganda xiii

antar kolom siswa yang berintelegensi tinggi lebih baik dari pada siswa yang berintelegensi sedang dan rendah (F.1-.2 = 103,656, F.1-.3 = 197,244 dan Fkritik = 6,000), serta siswa yang berintelegensi sedang prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang berintelegensi rendah (F.2-.3 = 26,331 dan Fkritik = 6,000); (3) Hasil Anava dua jalan Fab = 5,55 lebih besar Ftabel = 3,00 (H0 ditolak). Ini berarti ada perbedaan prestasi belajar materi pokok peluang dari masing-masing model pembelajaran pada masing-masing Intelegensi dan ada perbedaan prestasi belajar materi pokok peluang dari masing-masing Intelegensi terhadap masing-masing model pembelajaran. Berdasarkan uji komparasi ganda perbedaan tersebut adalah pada Model Pembelajaran Kontekstual antara siswa yang berintelegensi tinggi, sedang dan rendah mempunyai prestasi belajar matematika yang berbeda (F 11-12 = 39,979; F11-13 = 119,423; F12-13 = 30,252 dan Fkritik = 11,05) dan pada Model Pembelajaran Langsung antara siswa yang berintelegensi tinggi dengan sedang dan rendah mempunyai prestasi belajar matematika yang berbeda tetapi antara siswa yang berintelegensi sedang dengan rendah mempunyai prestasi belajar matematika yang tidak berbeda (F21-22 = 46,164; F21-23 = 61,265; F22-23 = 2,899 dan Fkritik = 11,05).Sedangkan siswa yang mempunyai intelegensi tinggi dan sedang antara yang mendapatkan Model Pembelajaran Kontekstual dengan Model Pembelajaran Langsung memperoleh prestasi belajar matematika yang berbeda, tetapi siswa yang mempunyai intelegensi rendah antara yang mendapatkan Model Pembelajaran Kontekstual dengan Model Pembelajaran Langsung memperoleh prestasi belajar matematika yang tidak berbeda. (F11-21 = 16,524; F12-22 = 26,626; F13-23 = 0,029 dan Fkritik = 11,05). Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: (1) Siswa yang mendapatkan Model Pembelajaran Kontekstual mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik daripada siswa yang mendapatkan Model Pembelajaran Langsung ( X 1. = 73,93; X 2. = 65,26); (2) Siswa dengan intelegensi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik daripada siswa dengan intelegensi sedang dan rendah, begitu juga siswa dengan intelegensi sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik daripada siswa dengan intelegensi rendah ( X .1 = 79,46; X .2 = 66,65; X .3 = 59,41); (3). Ada perbedaan prestasi belajar materi pokok peluang dari masing-masing model pembelajaran terhadap masing-masing Intelegensi dan ada perbedaan prestasi belajar materi pokok peluang dari masing-masing Intelegensi terhadap masing-masing model pembelajaran.

xiv

ABSTRACT Maryani. S850907115. The influence of Learning Model and Intelligence to the achievement of mathematics on the Topic of Probability of the State Junior High School Students in the year of 2008. Thesis, Surakarta: The Graduate Program in Mathematics Education, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, 2009. This research is aimed to know: (1) whether or not the learning achievement in Mathematics using contextual learning model is better than using direct one of the State Junior High School students in Surakarta; (2) whether or not the high-intelligence students learning achievement is better than those who are moderate in intelligence, the learning achievement of the moderate intelligence is better than those with low intelligence of the State Junior High School students in Surakarta; (3) whether or not that there is no difference of learning achievement on the topic of Probability of each learning model to each intelligence level; and no difference learning achievement to each learning model. The populations of this research were the 9th grade of semester 1 students in Surakarta in the Academic Year of 2008/2009. The technique of sampling of this research was Cluster Random Sampling; they were the students of the State Junior High School 14, 17 and 23 as the samples. To determine that between the experiment class and the control one had the equal ability level, the researcher held the balancing examination previously using t-errata examination. It indicated that between the experiment class and the control one was in balance. Then, the hypotheses examination was done using two-ways analysis of variant with unequal cell frequency in 5% of significance level. To get the normal and homogenous result of examination, it was held, in previous, a pre-requisite examination of which was normality examination with using Liliefors test and homogeneity test with using Bartlett test. The techniques of data gathering used in this research were test and documentation. The instrument used to find out the students learning achievement in mathematics on the topic of Probability was the multiple choice test. To validate the test, it was used Product Moment Correlation formula, meanwhile to come across the reliability, difficulty index, and discriminating power with being used KR-20 formula; it was 0.894 on the test of learning achievement. Next, it was held an examination of hypotheses using two-ways analysis of variant with unequal cell frequency. The result of two-ways analysis of Variance with unequal cell frequency showed: (1) it was found that Fa = 24.84 greater than F table = 3.84 (H0 was rejected). It meant there was significance interaction between the students threatened using contextual learning with those who were threatened using the direct one; (2) the result of two ways of variant was came across that F b = 98.74 greater than F table = 3.00 ( H0 was rejected). It indicated there was significance interaction between each intelligence level to learning achievement in mathematics. Based on the examination of double comparison at inter-cell column, there was a difference in learning achievement on the topic of Probability. The learning achievement of high xv

intelligence students was better than those who were moderate and low intelligence ones (F.1-2 = 103.656; F.1-3 = 197.244 and F critics = 6.000); and the learning achievement of moderate intelligence was better than those who was low ones as well (F.2-3 = 26.331 and F critics = 6.000); (3) the result of two ways of variant F ab = 5.55 greater than F table = 3.00 (H0 was rejected). It meant there was no difference achievement in learning on the topic of Probability of each learning model with each intelligence level and neither was of each intelligence level with learning model. Based on the double comparison test, the difference was on the learning achievement in math of the contextual learning model among the high, moderate, and low intelligence students (F 11-12 = 39.979; F 11-13 = 119.423; F 12-13 = 30.252 and F critics = 11.05); and on the direct learning model, among the high, moderate, and low intelligence students, they had different achievement in math; there was no difference in learning achievement, however, between the moderate and low intelligence students (F 21-22 = 46.164; F 21-23 = 61.265; F 22-23 = 2.899 and F critics = 11.05). Likewise, the high and moderate intelligence students threatened using contextual learning model might differ from those who were threatened using the direct one in their learning achievement; the low intelligence students threatened using contextual learning model, however, had no difference in their learning achievement from those who threatened using the direct one. (F 11-21 = 16.524; F 12-22 = 26.626; F 13-23 = 0.029 and F critics = 11.05). Referring to the result of analysis, it could be concluded that: (1) the learning achievement of the students threatened using contextual learning model was better than those who were threatened using direct model (X1 = 73.93; X2 = 65.26); (2) The learning achievement of the high intelligence students was better than the moderate and low intelligence ones; the learning achievement in math of the moderate intelligence students was better than the low intelligence ones as well (X1 = 79.46; X2 = 66.65; X3 = 59.41); (3) there was no difference in mathematics learning achievement on the topic of Probability of each learning model to each intelligence level and of each intelligence level to each learning model.

xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Sejak dahulu sampai sekarang masalah pendidikan selalu menjadi bahan pemikiran manusia, khususnya bagi para pendidik. Hal ini disebabkan hakekat pendidikan merupakan suatu usaha pewarisan kebudayaan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Pendidikan merupakan hasil dari budaya sehingga tidak terlepaskan dari kehidupan manusia. Pendidikan dalam kehidupan manusia berhubungan dengan aspek kehidupan bangsa dan negara. Sehingga pendidikan tidak lepas dari kehidupan dan potensi yang ada dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan secara umum yakni pendidikan harus membawa bangsa Indonesia pada satu tingkat kehidupan yang terhormat dalam pergaulan dengan bangsa lain. Sedangkan pendidikan dalam arti khusus yaitu suatu usaha mengembangkan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik sampai batas optimal agar supaya anak didik tersebut bisa menjadi anggota masyarakat yang mampu bernalar kritis dan terampil di dalam tugas-tugas kehidupannya. Menurut Marpaung (2003) faktor-faktor yang dapat menyebabkan kualitas pendidikan rendah, yaitu: 1. Pandangan yang keliru terhadap peran guru pada umumnya, guru banyak mendominasi jalannya proses pembelajaran.

2. Kurangnya pengakuan dan penghargaan terhadap perbedaan individu siswa, seperti perbedaan berpikir atau kompetensi siswa. 3. Pembelajaran yang kurang dapat menumbuhkan kesadaran akan makna belajar. Berdasarkan permasalahan yang tersebut di atas tidak dapat dibiarkan begitu saja. Baik dan rendahnya kualitas pendidikan dapat ditinjau dari kualitas guru

maupun prestasi yang didapat siswa ataupun pandangan yang keliru terhadap guru maupun kesadaran yang dapat menumbuhkan kesadaran akan makna belajar. Berbagai usaha untuk mengatasi masalah dan memperbaiki kualitas pendidikan matematika harus dilakukan dengan usaha yang dapat merubah cara berpikir dan sikap mental baik guru maupun siswa. Prestasi belajar siswa yang belum optimal, sering dikeluhkan dan menjadi bahan diskusi oleh para guru dalam pertemuan-pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), hal ini mengingat bahwa matematika memiliki peranan yang demikian penting dalam kehidupan sehari-hari. Upaya-upaya meningkatkan kualitas pendidikan khususnya kualitas pembelajaran matematika telah sering dilakukan pemerintah, baik melalui penataran/pelatihan guru matematika, revitalisasi organisasi profesi seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru maupun perubahan paradigma proses pembelajaran kepada guru menjadi sentral pembelajaran kepada siswa. Pengertian matematika menurut Johson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 252), adalah bahasa simbolis yang fungsi parktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keuangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.

Banyak orang berpendapat bahwa pelajaran matematika merupakan bidang studi yang sulit. Adanya pendapat tersebut membuat orang takut mengikut pelajaran matematika dan tidak senang mengikuti pelajaran matematika tersebut, dengan demikian tidak mustahil kalau nilai prestasi belajarnya rendah. Meskipun demikian semua orang diharapkan mempelajari matematika karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, adanya kesulitan dalam belajar haruslah segera diatasi, jika tidak maka yang kesulitan belajar akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua mata pelajaran memerlukan perhitungan matematika, bahkan ada yang menyebut bahwa matematika merupakan bahasa ilmu pengetahuan. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran utama di SMP bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung menggunakan bilangan sebagai alat memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menghitung jumlah barang-barang yang ada di rumah siswa. Tentunya permasalahan tersebut harus dijelaskan menggunakan bahasa matematika. Pelajaran matematika di SMP juga tujuan untuk memberi bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Menengah Atas (SMA) guna membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin. Proses kegiatan belajar mengajar yang berhasil, ternyata akan melibatkan beberapa aspek terkait dengan kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Aspek-aspek tersebut dapat meliputi guru sebagai pengajar, siswa sebagai penerima pelajaran, serta tersedianya kelengkapan pengajaran seperti kurikulum dan sarana prasarana pendukung lain. Aspek-aspek tersebut tentunya sangat berkaitan erat, misalnya guru yang tidak memiliki kompetensi mengajar tinggi tidak akan menghasilkan siswa berprestasi tinggi, guru berkemampuan baik tetapi siswanya berintelegensi rendah tentunya juga tidak akan menghasilkan prestasi yang baik, guru dan siswa yang hebat

tetapi tanpa sarana dan prasana yang cukup tentunya juga akan menghambat proses pembelajaran. Sehingga aspek guru, siswa dan sarana prasarana pendukung masingmasing memiliki peranan yang saling berketergantungan. Keberhasilan siswa dalam belajar matematika tidak lepas dari bagaimana siswa mengalami proses belajar yang pada dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu. Pada proses belajar, guru mempunyai peranan yang sangat penting. Suatu konsep akan mudah dipahami oleh siswa jika konsep tersebut disajikan oleh guru dengan langkah-langkah atau model

pembelajaran matematika yang tepat dan menarik. Menurut Nisbet dalam Suminarsih (2007:2) mengatakan tidak ada cara belajar (tunggal) yang paling benar, dan cara mengajar yang paling baik. Setiap orang berbeda dalam kemampuan intelektual, sikap, dan kepribadian sehingga mereka memilih cara dan gaya belajar dan mengajar yang berbeda. Namun semuanya dapat digolongkan dalam karakteristik yang hampir sama. Oleh karena itu penggunaan model pembelajaran matematika dalam kegiatan belajar mengajar harus tepat. Dengan menggunakan model pembelajaran matematika yang tepat, diharapkan seorang guru bukan hanya sekedar menyelesaikan sejumlah materi tetapi guru harus mampu menanamkan konsep materi yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Di samping menerapkan model pembelajaran yang tepat, guru juga perlu memperhatikan faktor intelegensi, sebab faktor intelegensi merupakan salah satu faktor intern yang berpengaruh pada keberhasilan belajar siswa. Menurut Sumadi Suryabrata (2001: 121), intelegensi merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil tidaknya belajar seseorang, terlebih pada usia muda. Namun

demikian menurut Sardiman (2001: 75) mengatakan bahwa seorang siswa yang memiliki intelegensi cukup tinggi, bias juga gagal karena kekurangan motivasi. Demikian juga dalam kegiatan belajar matematika, dimana kesiapan siswa tersebut tidak lepas dari kecerdasan atau tingkat intelegensi siswa. Oleh karena itu seorang guru juga harus memahami tentang kecerdasan siswa dalam melaksanakan pembelajaran matematika.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan oleh model pembelajaran yang dilakukan guru. Sehubungan dengan hal tersebut timbul pertanyaan apakah kalau model pembelajaran yang diterapkan guru diubah prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Untuk menjawab hal ini dapat dilakukan penelitian yang membandingkan model pembelajaran kontekstual dengan model pembelajaran langsung dan dapat melihat apakah model pembelajaran kontekstual tersebut cocok untuk berbagai karakteristik siswa. 2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika, karena intelegensi siswa rendah. Pertanyaan yang muncul adalah apakah siswa yang mempunyai intelegensi tinggi semakin baik prestasi belajarnya. Untuk menjawab hal ini dapat dilakukan penelitian yang membandingkan prestasi belajar siswa yang intelegensinya tinggi dengan siswa yang intelegensinya sedang dan atau rendah.

C. Pembatasan Masalah Upaya pembatasan masalah dilakukan agar penelitian dapat dilaksanakan lebih terarah. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Model pembelajaran matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kontekstual dan model pembelajaran langung. 2. Prestasi belajar matematika, pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika pada kompetensi dasar peluang. 3. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IX Semester gasal di SMP Negeri Surakarta. 4. Intelegensi adalah kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan ilmu Pasti.

D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah prestasi belajar menggunakan model pembelajaran kontekstual lebih baik dari pada menggunakan model pembelajaran langsung dalam pembelajaran matematika materi pokok peluang siswa SMP Negeri di Kota Surakarta? 2. Apakah siswa yang intelegensinya tinggi lebih baik prestasi belajarnya dari pada siswa yang intelegensinya sedang dan rendah, siswa yang intelegensinya sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang intelegensinya rendah dalam pembelajaran matematika pokok materi peluang pada siswa SMP Negeri di Kota Surakarta? 3. Adakah perbedaan prestasi belajar pokok materi peluang dari masing-masing model pembelajaran pada masing-masing Intelegensi dan adakah perbedaan

prestasi belajar pokok materi peluang dari masing-masing Intelegensi pada masing-masing model pembelajaran.?

E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar menggunakan model pembelajaran kontekstual lebih baik dari pada menggunakan model pembelajaran langsung pada materi pokok peluang. 2. Untuk mengetahui apakah siswa yang intelegensinya tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang intelegensinya sedang, siswa yang intelegensinya sedang apakah prestasi belajarnya lebih baik dari pada siswa yang intelegensinya rendah. 3. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar pokok materi peluang dari masingmasing model pembelajaran pada masing-masing Intelegensi dan perbedaan prestasi belajar pokok materi peluang dari masing-masing Intelegensi pada masing-masing model pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas pendidikan matematika siswa SMP Negeri Kota Surakarta, manfaat lain dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi Guru Setelah mengetahui bahwa model pembelajaran kontekstual mempunyai pengaruh yang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi pokok

peluang ditinjau dari intelegensi siswa, maka diharapkan guru dapat menerapkan model kontekstual dalam pembelajaran matematika. 2. Bagi Siswa Siswa lebih mudah menangkap materi pelajaran yang diberikan guru, sehingga diharapkan akan diperoleh prestasi belajar yang memuaskan.

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Menurut Poerwodarminto, WJS, (1996: 196), prestasi adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895), Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Dari kedua pengertian prestasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil yang capai oleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. b. Pengertian Belajar Menurut Toeti Sukamto (1994: 8), Belajar adalah sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pengertian lain menurut Oemar Hamalik (2001: 36), Belajar adalah modifikasi atau mempertegas kelakuan melalui pengalaman. Sedangkan pengertian belajar menurut Roestiyah (1982: 17), Belajar adalah suatu proses yang dapat membawa perubahan pada individu. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai belajar tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang yang terjadi akibat adanya usaha yang dilakukan oleh orang itu sendiri. Perubahan itu 9

10

berbentuk kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama, perubahan-perubahan tersebut terjadi karena usaha sadar yang dilakukan individu yang sedang belajar. c. Pengertian Prestasi Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan pengertian prestasi

belajar menurut Syaiful Bakri Djamarah (1991: 19), Prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Berdasar dua pengertian prestasi belajar tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa baik secara individu maupun kelompok dalam proses belajar mengajar sehingga terdapat proses perubahan dalam pemikiran serta tingkah laku. d. Pengertian Matematika Menurut The Liang Gie (1999: 50), bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau gagasan struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut aturan yang logis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723) pengertian matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan. Sedangkan Soedjadi R (2001: 11) mengatakan bahwa:

11

1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. 2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi 3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. 4) Matematika adalah pentetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. 5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik 6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Berdasarkan pengertian matematika yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak yang berkenaan dengan ide-ide atau gagasan struktur-struktur dan hubungan-hubungannya tentang bilangan, kalkulasi, penalaran logik, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-aturan yang ketat, dan pola keteraturan serta tentang struktur yang terorganisasikan. e. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matematika yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam mengikuti pelajaran matematika yang mengakibatkan perubahan pada diri seseorang siswa yang mengakibatkan perubahan pada diri seseorang siswa berupa penguasaan dan kecakapan baru yang ditunjukkan dengan hasil yang berupa nilai. Prestasi yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi antara faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

12

1) Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, yang meliputi; kesehatan, pendengaran, penglihatan, kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi, kemampuan awal, aktivitas dan sebagainya. 2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada di luar individu, yang meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, fasilitas belajar dan sebagainya. Dalam penelitian ini akan dilihat dua faktor, yaitu faktor internalnya tentang intelegensi siswa dan faktor eksternalnya tentang model kontekstual dalam pembelajaran matematika. f. Matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada dasarnya tidak berbeda dengan pembelajaran matematika pada umumnya yang menggunakan model kognitif serta bertitik tolak kepada pola strategi pembelajaran deduktif. Kegiatan belajar mengajar matematika yang dilakukan di kelas hendaknya memperhatikan setiap tahapan perkembangan psikologis siswa, seperti yang disebutkan di dalam kurikulum 2004 bahwa terdapat tiga prinsip didaktis pembelajaran matematika yaitu : 1) Menekankan agar kegiatan pembelajaran matematika memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk melakukan proses reinvensi rumus, konsep dan prinsip matematika dibawah bimbingan guru. 2) Perlunya pengenalan masalah kontektual sebagai titik pangkal pembelajaran. 3) Menekankan pendayagunaan kelas kooperatif dalam pengelolaan pembelajaran matematika di dalam kelas (Depdikbud, 2004:4).

13

2. Model Pembelajaran Matematika a. Pengertian Model Pembelajaran Matematika Makna dari model pembelajaran adalah cara yang ditempuh oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Setiap orang berbeda dalam kemampuan intelektual, sikap an kepribadian sehingga mereka memilih cara dan gaya belajar dan mengajar yang berbeda. b. Model Pembelajaran Kontekstual Hakekat pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Suminarsih (2007: 13), ada enam elemen kunci dalam pembelajaran kontekstual, antara lain : 1) belajar bermakna, 2) penerapan pengetahuan, 3) berfikir tingkat tinggi, 4) kurikulum sesuai standar, 5) respon terhadap budaya, dan 6) penilaian otentik. Gabungan keenam elemen tersebut menghasilkan bentuk pembelajaran, antara lain pembelajaran layanan jasa, pembelajaran berbasis kerja, pembelajaran berbasis masalah dan berbagai kombinasi model pembelajaran tradisional. Pembelajaran kontekstual memiliki ciri-ciri khusus, yaitu sebagai berikut: 1) Menggunakan masalah kontekstual sebagai titik awal proses pembelajaran untuk dipecahkan/diselesaikan siswa. 2) 3) Menggunakan alat/model matematika, grafik, tabel, gambar, dll. Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.

14

4)

Ada keseimbangan antara matematisasi horizontal dan vertikal (bergerak ke abstrak)

5)

Tidak hanya menekankan komputasi dan drill namun juga pemahaman dan pemecahan masalah. Elaine B. Johnson (2007: 65) mengatakan, Pembelajaran dan pengajaran

kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning) adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. Secara bersama-sama, mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan para siswa melihat makna di dalamnya, dan mengingat materi akademik. Menurut Sri Sutarni (2003), ada beberapa teori atau pendapat yang menjadi acuan pembelajaran matematika yang kontekstual, dan pada dasarnya pembelajaran matematika yang kontekstual mengacu pada kontruktivisme dan teori belajar bermakna. c. Sistem Contextual Teaching Learning (CTL) Menurut Elaine B. Johnson (2007: 65) Sistem CTL dapat didefinisikan sebagai berikut : Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen, yaitu : membuat keterkaitanketerkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti,

15

melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi dan menggunakan penilaian autentik. d. Prinsip Ilmiah CTL Ilmu fisika kuantum modern, kosmologi, dan biologi telah menemukan tiga prinsip yang memberikan pandangan baru pada kita. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1) Prinsip kesaling-bergantungan. Prinsip kesaling-bergantungan membuat hubungan-hubungan menjadi mungkin. Segala sesuatunya adalah bagian dari suatu jaringan hubungan. 2) Prinsip diferensiasi. Prinsip defirensiasi mewujudkan keunikan dan keberagaman yang tak terbatas. Segala yang beragam itu menciptakan ragam baru melalui pembentukan hubungan-hubungan yang baru di alam semesta. 3) Prinsip pengorganisasian diri. Prinsip ini menganugerahi setiap entitas dengan kepribadiannya, kesadarannya tentang dirinya, dan potensinya untuk melanggengkan dirinya dan menjadi dirinya. Pembelajaran kontekstual meliputi hubungan dengan pengalaman nyata, yaitu menyuruh siswa menyesuaikan hasil teori dengan hal-hal yang ada sebenarnya. Strategi pengajaran dan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut :

1) Menekankan pada pemecahan masalah

16

2) Menyadari bahwa kebutuhan pengajaran dan pembelajaran terjadi dalam konteks bervariasi, seperti di rumah, komunitas dan dunia kerja. 3) Mengajarkan siswa untuk memonitor dan membiasakan diri mereka untuk belajar mandiri, sehingga mereka terbiasa teratur. 4) Mengesampingkan segala hal yang berhubungan dengan problem kehidupan pribadi siswa. 5) Menekankan pada siswa untuk belajar secara berkelompok 6) Memberlakukan penilaian yang jelas.

3.

Penilaian Pembelajaran Matematika Pada pembelajaran secara kontekstual, penilaian dari guru mengenai

kemajuan belajar siswa pada dasarnya dilakukan secara on going assessment (penilaian kelanjutan). Penilaian yang berkelanjutan tersebut dilakukan dengan melalui: a. Observasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh setiap siswa selama pembelajaran berlangsung, baik dalam kegiatan individual maupun dalam kerja kelompok. b. Penilaian terhadap keterlibatan siswa dalam proses diskusi, dan jawaban-jawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru setelah guru mengamati hasil kerja tiap-tiap siswa. c. Hasil-hasil kerja yang dicapai oleh siswa, seperti yang ditunjukkan pada kegiatan pembelajaran, pada pekerjaan rumah, pada tes-tes yang diadakan pada waktuwaktu tertentu, dan juga portofolio dari tiap-tiap siswa (jika ada). Portofolio dari

17

siswa adalah kumpulan dan sejumlah hasil kerja siswa tersebut yang sudah dipilih, yang dipandang mewakili hasil kerja siswa tersebut secara keseluruhan.

4. Model Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Pengajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat pada guru, tetapi tetap harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan pada siswa. Ciri-ciri pembelajaran langsung adalah sebagai berikut : a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian prestasi belajar b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran. c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran. Pada model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang penting. Pada awal pelajaran guru menjelaskan tujuan, latar belakang pembelajaran, selain itu guru juga menyiapkan siswa untuk memasuki pembelajaran materi baru dengan mengingatkan kembali pada prestasi belajar yang telah dimiliki siswa yang relevan

18

dengan materi yang akan dipelajari (apersepsi). Fase ini dilakukan untuk memberikan motivasi pada siswa untuk berperan penuh pada proses pembelajaran.

5.

Intelegensi Dalam dunia pendidikan, masalah intelegensi merupakan salah satu masalah

pokok. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika masalah intelegensi banyak diteliti. Ada yang menganggap peranan intelegensi dalam masalah pendidikan begitu penting, sehingga dipandang menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar. Pada umumnya orang berpendapat intelegensi menentukan berhasil tidaknya seseorang, terlebih pada anak yang masih sangat muda, intelegensi sanga beasr pengaruhnya. Gardner dalam Paul Suparno (2004; 17) mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Dalam pengertian di atas sangat jelas bahwa intelegensi bukan hanya kemampuan seseorang untuk menjawab suatu tes IQ dalam kamar tertutup yang lepas dari lingkungannya. Intelegensi memuat kemampuan untuk memecahkan persoalan yang nyata dalam situasi yang bermacam-macam. Menurut Gardner dalam Paul Suparno (2004: 19) ada sembilan intelegensi yang dimiliki manusia. Intelegensi tersebut antara lain : intelegensi linguistik, intelegensi matematis-logis, intelegensi ruang, intelegensi kinestetik-badani,

intelegensi musikal, intelegensi interpersonal, intelegensi intrapersonal, intelegensi lingkungan/naturalis dan intelegensi eksistensial.

19

6. Kaitan Model Pembelajaran Matematika dan Prestasi Belajar Hal-hal yang menarik untuk dikaji atau dibahas dalam matematika dan model pembelajarannya adalah proses dan output dari pembelajaran matematika, seperti rendahnya nilai matematika atau prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika, model pembelajaran matematika yang berkaitan dengan metode dan media yang sesuai, sampai pada keberadaan sarana dan prasarana. Ada siswa yang beranggapan bahwa mata pelajaran matematika sangat sulit dan tidak menyenangkan. Hal ini tentunya secara tidak langsung mempengaruhi motivasi belajar siswa, yang pada akhirnya dapat menyebabkan rendahnya nilai matematika. Namun ada pula siswa yang beranggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang menyenangkan, penuh tantangan pemikiran. Bila ditinjau dari standarisasi nilai kelulusan siswa yang rendah, menunjukkan bahwa kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam belajar, sehingga prestasi yang didapat rendah. Prestasi yang rendah seperti itu tentunya tidak banyak memberikan kontribusi untuk menghasilkan output atau sumber daya manusia yang berkualitas dan pada akhirnya kemungkinan kualitas pendidikan akan tetap rendah, bahkan akan semakin rendah. Penyebab rendahnya prestasi belajar tersebut selain kesulitan belajar yang dihadapi siswa, peran guru juga dimungkinkan dalam proses belajar mengajar. Menurut Marpaung (2003), yang dapat menyebabkan kualitas pendidikan rendah, antara lain : guru banyak mendominasi jalannya proses pembelajaran matematika di sekolah, kompetensi siswa yang kurang diperhatikan dan dikembangkan, dan perbedaan berpikir siswa kurang dikembangkan.

20

Dalam kelas kontekstual, guru tidak mengajarkan bagaimana menyelesaikan masalah, tetapi memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah tersebut baik secara personal maupun sosial, hal ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Dalam kelas kontekstual siswa memecahkan masalah kontekstual tentang topik yang akan dipelajarinya sebagai titik awal proses pembelajaran, menggunakan alat atau model matematis dalam proses pembelajaran, menggunakan alat atau model matematis dalam proses matematisasi horisontal oleh siswa, siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan terjadi interaksi antara guru dan siswa atau antara siswa dan siswa serta pembelajaran yang tidak hanya mengutamakan kasil/komputasi semata, namun lebih kepada pemahaman konsep dan pemecahan masalah.

7. Kaitan Intelegensi Siswa dengan Prestasi Belajar Salah satu pengertian intelegensi adalah intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata Gardner dalam Paul Suparno (2004). Banyak orang berpendapat bahwa intelegensi merupakan bekal yang memudahkan dalam belajar, sehingga wajar jika seseorang dengan intelegensi tinggi dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Dalam hal ini prestasi belajar dapat di definisi operasionalkan dalam bentuk indikator-indikator seperti nilai raport, angka kelulusan dan sebagainya. Diketahui bahwa intelegensi merupakan salah satu faktor internal yang berpengaruh dalam mencapai prestasi belajar siswa, intelegensi dianggap memegang peranan yang penting dalam mempredeksi keberhasilan siswa. Sebagian orang

21

beranggapan bahwa intelegensi yang tinggi merupakan jaminan kesuksesan belajar siswa. Dengan demikian jika ada siswa yang memiliki IQ tinggi, namun prestasi belajarnya rendah, maka tentunya akan timbul reaksi yang berlebihan, seperti misalnya kurang percaya pada hasil tes IQ atau institusi yang menggagalkan anak tersebut. Sehubungan dengan pendapat tersebut, timbul anggapan lagi bahwa jika IQ siswa rendah maka tidak mungkin siswa tersebut mencapai prestasi yang baik. Pendapat ini akan berdampak negatif, seperti : merendahkan harga diri siswa atau dapat juga menghancurkan siswa yang tentunya hal ini merupakan awal kegagalan yang semestinya tidak terjadi.

B. Penelitian Yang Relevan Beberapa variasi hasil penelitian tentang keberhasilan belajar siswa terkait dengan penggunaan model pembelajaran kontekstual. Variasi hasil penelitian tersebut dapat diketahui dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yaitu : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sumargiyani (2004) menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode

pembelajaran kontekstual dan metode pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari intelegensi siswa. (Diperoleh dari penelitian Sumargiyani pada SLTP Muhammadiyah II Yogyakarta tahun 2004). 2. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Sutarni (2003) yang menghasilkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar matematika topik lingkaran ditinjau dari perbedaan model pembelajaran dan tingkat intelegensi

22

pada siswa kelas II SLTP N 2 Kartasura tahun 2003 dengan judul: Perbedaan prestasi belajar matematika topik lingkaran ditinjau dari perbedaan penggunaan model pembelajaran prestasi belajar dikarenakan keaktifan siswa yang meningkat setelah menggunakan model pembelajaran tradisional. Penelitian-penelitian sebelumnya pada dasarnya menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar matematika. Namun demikian dari beberapa penelitian sebelumnya belum ditemukan pengaruh model pembelajaran dengan model kontekstual dan intelegensi terhadap prestasi belajar matematika. Hal ini dapat dipandang penelitian sebelumnya mempunyai relevansi dengan penelitian ini. Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak pada model pembelajaran, yaitu kontekstual dan langsung. Oleh karena itu hasil penelitian sebelumnya dapat dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian.

C. Kerangka Berpikir Perolehan prestasi belajar matematika siswa merupakan salah satu bentuk hasil yang dicapai siswa dalam mengikuti pelajaran matematika yang mengakibatkan perubahan pada diri siswa tersebut. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, diantaranya adalah model pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan intelegensi siswa. Model pembelajaran kontekstual merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif. Dalam model pembelajaran ini didapatkan adanya proses kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ketika dia belajar, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

23

Model pembelajaran matematika dengan model kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang berorientasi pada proses, sehingga pembelajaran tersebut akan bermakna dan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa dibandingkan prestasi belajar siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran kontekstual. Di samping itu dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa, guru juga perlu memperhatikan faktor intelegensinya. Kesiapan siswa untuk memahami atau mengerti seuatu terkait dengan intelegensinya. Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi akan lebih mudah dalam memahami pelajaran dari pada siswa yang intelegensinya rendah. Berdasarkan pemikiran di atas, kerangka dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Model pembelajaran Prestasi Belajar Matematika Intelegensi Siswa Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir dan permasalahan yang diajukan, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Prestasi belajar menggunakan model pembelajaran kontekstual lebih baik dari pada menggunakan model pembelajaran langsung dalam pembelajaran matematika siswa SMP Negeri di Kota Surakarta.

24

2.

Siswa yang intelegensinya tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang intelegensinya sedang dan rendah, siswa yang intelegensinya sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang intelegensinya rendah pada siswa SMP Negeri di Kota Surakarta.

3.

Ada perbedaan prestasi belajar pokok materi peluang dari masing-masing model pembelajaran pada masing-masing Intelegensi dan ada perbedaan prestasi belajar pokok materi peluang dari masing-masing Intelegensi pada masing-masing model pembelajaran.

25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX SMP Negeri Kota Surakarta tahun pelajaran 2008/2009.

2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2008/2009, adapun pelaksanaan penelitian sebagai berikut : a. Tahap perencanaan dimulai pada bulan Februari 2008 sampai dengan Juli 2008. Dalam tahap perencanaan penyusun menyusun usulan penelitian, instrumen penelitian, skenario pembelajaran, pengambilan data kemampuan awal, pengajuan ijin penelitian, konsultasi instrumen tes dan skenario pembelajaran dengan guru dan kepala sekolah tempat penelitian. b. Tahap pelaksanaan pada bulan Agustus 2008 sampai dengan Oktober 2008 Mengumpulkan data kemampuan awal dan intelegensi siswa, melaksanakan uji coba instrumen, melaksanakan model pembelajaran kontekstual pada kelas eksperimen, melaksanakan tes untuk mendapatkan data prestasi belajar. c. Tahap analisis data Analisis data prestasi siswa dilaksanakan pada bulan November 2008. d. Tahap penyusunan laporan

25

26

Tahap penyusunan laporan dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember 2008.

B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental semu, karena tidak mungkin melibatkan semua variabel yang terkait. Menurut Budiyono (2004: 82), bahwa tujuan penelitian eksperimental semu (Quasi Experimental) adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Penelitian eksperimen ini bermaksud untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model kontekstual terhadap prestasi belajar matematika pokok bahasan peluang ditinjau dari intelegensi siswa. Dengan jalan membandingkan prestasi belajar matematika antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Berkaitan dengan metode tersebut maka rancangan penelitian ini menggunakan faktorial (2 x 3) untuk mengetahui dua variabel bebas terhadap variabel terikat. Tabel 1. Rancangan Penelitian B A Model kontekstual (A1) Model pembelajaran langsung (A2) (AB)21 (AB)21 (AB)23 pembelajaran Tinggi (B1) (AB)11 Intelegensi Siswa Sedang (B2) (AB)12 Rendah (B3) (AB)13

27

C. Populasi, Sampel dan Sampling 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998: 120). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri di Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 yang terdiri dari 27 SMP Negeri.

2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 1998: 108). Lebih lanjut diartikan bahwa sampel yang diambil harus mewakili keseluruhan populasi yang diteliti, oleh karena itu pemilihan sampel harus diusahakan sedemikian rupa sehingga sampel itu bisa menunjukkan gambaran keadaan keseluruhan populasi. Dalam menentukan besarnya sampel dijelaskan apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, selanjutnya jika jumlah besar dapat diambil antara 10% - 20% atau 25% - 30% (Suharsimi Arikunto, 1998: 75). Sampelnya adalah siswa SMP Negeri 14, SMP Negeri 17, dan SMP Negeri 23 Surakarta. Hasil penelitian terhadap sampel ini akan digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap seluruh populasi yang ada.

3. Sampling Sampling adalah cara pengambilan sampel (Pangestu Subagyo, 1992: 2). Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling terhadap kelas dengan cara undian. Penarikan cluster adalah teknik

28

memilih sampel dari kelompok unit-unit yang kecil (cluster) dari sebuah populasi yang relatif besar dan tersebar luas. Alasan penulis menggunakan cluster random sampling, adalah secara acak dipilih 3 sekolah dari seluruh SMP Negeri Kota Surakarta. Kemudian dipilih lagi secara acak 2 kelas yang akan diperlakukan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada masing-masing sekolah yang terpilih menjadi sampel penelitian dengan cara pengundian. Sehingga didapatkan sampel yang terdiri dari 6 kelas dan terbagi dalam 2 kelompok yaitu 3 kelas sebagai kelompok eksperimen dan 3 kelas sebagai kelompok kontrol. Sampel penelitian ini diperoleh dengan cara undian, diperoleh SMP Negeri 14 Surakarta, SMP Negeri 17 Surakarta, dan SMP Negeri 23 Surakarta, dengan mengambil masing-masing 2 kelas sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian a. Variabel Independen (Bebas) 1) Model pembelajaran a) Definisi operasional: model pembelajaran yaitu suatu cara yang

ditempuh oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran agar materi yang disajikan mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa, yang meliputi kelompok eksperimen pembelajaran dengan model kontekstual dan kelompok pembanding model pembelajaran langsung.

29

b) Indikator: pembelajaran.

berupa langkah-langkah dari masing-masing model

c) Skala pengukuran : nominal d) Simbol : A 2) Intelegensi siswa a) Definisi operasional : Intelegensi siswa adalah kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang/siswa yang biasanya diisyaratkan dengan IQ. b) Indikator : Hasil tes yang dilakukan oleh ahli psikologi adalah JASPI. c) Skala pengukuran : skala interval yang kemudian diubah dalam skala ordinal, dengan tiga kategori yaitu : IQ tinggi (B1) IQ sedang (B2) IQ rendah (B3) : IQ > 110 : 90 < IQ 110 : IQ 90 (Jasa Psikologi Indonesia, 2006: 4) d) Simbol : B

b. Variabel Dependen (Terikat) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika 1) Definisi operasional : Prestasi belajar matematika adalah prestasi belajar yang diperoleh siswa setelah melalui proses belajar mengajar matematika. 2) Indikator : Nilai tes matematika dengan simbol (AB) 3) Skala pengukuran : skala interval

2. Metode Pengumpulan Data

30

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu metode dokumentasi dan metode tes. a. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi menurut Suharsimi Arikunto (2002: 206), adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan nilai ulangan matematika siswa kelas VIII semester 2 tahun pelajaran 2007/2008 dan dokumen intelegensi siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data nilai ulangan matematika siswa kelas VIII semester 2 tahun pelajaran 2007/2008 yang diperoleh digunakan uji keseimbangan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. b. Metode Tes Untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan prestasi belajar siswa dipergunakan metode tes. Pengertian metode tes menurut Ngalim Purwanto (1996: 83) menyatakan bahwa, tes prestasi belajar adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan guru kepada siswa atau dosen kepada mahasiswanya dalam jangka waktu tertentu. Data tentang prestasi belajar matematika siswa diperoleh dari instrumen tes yang dibuat oleh peneliti. Instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar matematika siswa diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui konsistensi internal dan reliabilitas. Dalam penelitian ini bentuk tes yang digunakan adalah soal pilihan ganda. Pemberian

31

skor untuk item tes, jawaban yang benar memperoleh skor 1 sedangkan jawaban yang salah memperoleh skor 0. Untuk menguji butir instrumen digunakan uji daya pembeda dan tingkat kesukaran. 3. Uji Instrumen a. Validitas isi Suatu instrumen dikatakan valid menurut validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang diukur. Validitas tidak dapat ditentukan dengan mengkorelasikan instrumen dengan suatu kriteria sebab tes itu adalah kriteria dari suatu kinerja. Agar memiliki validitas isi, instrumen tes prestasi belajar menurut Budiyono (2003:58) harus diperhatikan hal-hal berikut ini: 1) uji (tes) harus merupakan sampel yang representatif untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan maupun dari sudut proses belajar. 2) Titik berat bahan yang harus diujikan harus seimbang dengan titik berat bahan yang telah diajarkan. 3) Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum diajarkan untuk menjawab soal-soal ujian dengan benar. Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi atau tidak, biasanya dilakukan melalui experts judgement atau penelitian yang dilakukan oleh para pakar dan semua kriteria penelaahan instrumen tes harus disetujui oleh validator.

32

b. Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan alat uji yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran data dipercaya dan dapat diandalkan, bila suatu pengukuran dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten maka alat tersebut reliabel. Dalam penelitian ini pengujian reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:
r11 k 1k -1
2 b 2 t

(Suharsimi Arikunto, 1998: 165)

Keterangan: r11 k
2 b

= Reliabilitas instrumen = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = Jumlah varian butir = Varian total

2 1

Kriteria keputusan reliabel tidaknya kuesioner dinyatakan apabila nilai r hitung > 0,70 dengan taraf signifikansi 5%, maka butir-butir pertanyaan kuesioner adalah reliabel dan rhitung 0,70 maka butir pertanyaan kuesioner tidak reliabel

(Suharsimi Arikunto, 1998: 147).

c. Analisa Butir Soal 1) Uji Konsistensi Internal Konsistensi internal tiap butir soal dapat dilihat dari korelasi antara skor tiap butirnya dengan skor totalnya. Tujuan uji konsistensi internal ini adalah untuk mengetahui apakah instrumen tes telah konsisten, artinya instrumen tes

33

mempunyai indeks konsisten atau daya pembeda yang dapat membedakan anak yang pandai dan yang kurang pandai. Untuk menghitung konsistensi internal butir ke-i, rumus yang digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagai berikut:

r
dengan :

n
xy

XY

(
2

X )(

Y)
2 2

(n

X ( X ) )(n Y ( Y ) )

rXY
N
X
Y

: indeks konsistensi internal suatu butir tes. : banyaknya subyek yang dikenai tes. : skor butir soal tertentu. : skor total.

Berdasarkan perhitungan, jika indeks konsistensi internal suatu butir tes kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang. (Budiyono, 2003: 65)

2) Tingkat kesukaran Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus :

B Js

(Suharsimi Arikunto, 1998: 212)

Keterangan : P : Indeks kesukaran

34

B Js

: Banyak peserta tes yang menjawab soal benar : Jumlah seluruh peserta tes P 0,70.

Dalam penelitian ini soal dianggap baik jika 0,30

E. Teknik Analisis Data 1. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) dalam keadaan seimbang atau tidak. Dengan kata lain, uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rataan yang berarti atau tidak dari kedua sampel penelitian. Statistik yang digunakan adalah uji t, yaitu : a. Hipotesis Ho : 1 = 2 (kedua kelompok berasal dari dua populasi yang berkemampuan awal sama). H1 : 1 2 (kedua kelompok tidak berasal berkemampuan awal sama). b. Tingkat Signifikansi ( )= 0,05 c. Mencari t hitung
(X1 Sp 1 n1 X2) 1 n2

dari

dua

populasi

yang

Dengan : Sp =

n1 1

(n2 1) s2

n1 n 2 2

35

dan derajat bebas db= n1 + n2 2 Keterangan : t = t hitung : t t(n1 + n2 2)

X 1 = rata-rata nilai tes matematika kelompok eksperimen

X 2 = rata-rata nilai tes matematika kelompok kontrol


n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen n2 = jumlah siswa kelompok kontrol
S 12 = variansi kelompok eksperimen S 22 = variansi kelompok kontrol

d. Daerah kritik DK = { t| | t |> t;db} e. Keputusan uji Ho ditolak bila t DK atau Ho diterima bila t DK (Budiyono, 2004: 151)

2. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Adapun prosedur ujinya adalah sebagai berikut : 1) Menentukan hipotesis Ho : Sampel berasal dari populasi normal H1 : Sampel tidak berasal dari populasi normal

36

2) Tingkat signifikansi : 3) Statistik uji L = max { F(zi) S(zi) } Dengan : F (zi) = P (Z zi) Z~N (0,1)

= 0,05

S (zi) = Proporsi cacah Z

zi terhadap seluruh cacah zi

zi

skor standar

(Xi s

X)

S = standar deviasi sampel

X = rataan sampel
4) Daerah kritik DK = {L L > L ,n} L> L
,n

yang diperoleh dari tabel Lilliefors pada tingkat signifikan

dan

derajad kebebasan n (ukuran sampel) 5) Keputusan uji Ho ditolak jika Lhitung DK atau DK (Budiyono, 2004: 171) b. Uji Homogenitas Uji homoginitas ini digunakan untuk menguji apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Populasi yang mempunyai variansi sama disebut populasi-populasi homogen.

Ho tidak ditolak jika Lhitung

37

Dalam penelitian ini uji homogenitas menggunakan metode Barlett dengan statistik uji chi kuadrat dengan prosedur sebagai berikut : 1) Hipotesis Ho :
2 1

2 2

= =

2 k

(populasi-populasi homogen)

H1 : tidak semua variansi sama (populasi-populasi tidak homogen) 2) Tingkat signifikansi : 3) Statistik uji
X 2,203 (f log RKG c
k j 1

= 5%

f j log S j )

Dengan : ~
,k-1

Dimana : k f fj j N nj
c 1

= cacah kelompok sampel = derajat kebebasan untuk RKG = N-k = derajat kebebasan untuk Sj = nj 1 = 1, 2, 3, k = banyaknya seluruh nilai (ukuran) = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j
1 3(k 1) 1 fj 1 fj

RGK = rataan kuadrat galat =

SS j fj

SSj =

Xj

Xj nj

nj 1 sj

38

4) Daerah kritik DK = { > Untuk beberapa


,k-1}

dan (k-1), nilai

,k-1

dapat dilihat pada tabel nilai Chi

kuadrat dengan derajat kebebasan (k-1). 5) Keputusan uji Ho ditolak bila hitung >
,k-1,

berarti variansi dari populasi-populasi tidak

homogen. (Budiyono, 2004: 177) 3. Uji Hipotesis a. Tahap 1 (Uji Anava Dua Jalan Sel Tak Sama) Dalam pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dan jalan 2x3 dengan frekuensi sel tak sama. Model dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yaitu : Xijk = + dengan : Xijk
i j i

+(

)ij +

ijk

= Data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j = Rerata dari seluruh data amatan (rerata besar, grand mean) = Efek baris ke-i pada variabel terikat = Efek kolom ke-j pada variabel terikat )ij = Kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat

(
ijk

= Deviasi data amatan terhadap rataan populasinya ( ij) yang berdistribusi normal dengan rataan 0, deviasi amatan terhadap rataan populasi tersebut sering disebut sebagai galat. i = 1, 2 j = 1, 2, 3 k = 1, 2, , n

= Banyaknya data amatan pada setiap sel

39

Tabel 2. Tata Letak Data B A Model pembelajaran kontekstual (A1) Model langsung (A2) Pembelajaran (AB)21 (AB)22 (AB)32 Tinggi (B1) (AB)11 Intelegensi Siswa Sedang (B2) (AB)12

Rendah (B3) (AB)13

1) Langkah Pengujian Hipotesis H0A H1A H0B H1B HOAB H1AB 2) Komputasi a) Komponen komputasi Tabel 3. Rataan Data Amatan B A Kontekstual Langsung Total a1 a2 b1 Intelegensi Siswa b2 b3
AB13 AB 23

= 0 untuk setiap i = 1, 2
i

: Paling sedikit ada satu :


j

yang tidak nol

= 0 untuk setiap j = 1, 2, 3
j

: Paling sedikit ada satu :(

yang tidak nol

)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 )ij yang tidak nol

: Paling sedikit ada satu (

Total A1 A2 G

AB11 AB21
B1

AB12 AB22
B2

B3

Pada analisis variansi dua jalan dengan sel taksama, didefinisikan notasinotasi sebagai berikut:

40

N =
i, j

nij = banyaknya seluruh data amatan

nij = banyaknya data amatan pada sel ij


n h = rataan harmonik frekuensi seluruh sel =

pq 1 i , j nij

( SS ij
k

X ijk
k

2 ijk

nijk

= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel-ij

ABij = rataan pada sel ij.


Ai =
j

ABij = jumlah rataan pada baris ke-i


ABij = jumlah rataan pada baris ke-j
i

Bj =

G=
ij

ABij = jumlah rataan semua sel

Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3), (4) dan (5) sebagai berikut :

G (1) = ; (2) pq
b) Jumlah kuadrat JKA JKAB JKT Dimana:

SSij ; (3)
i, j i

Ai2 ; (4) q

B2 j
j

; (5)
i, j

ABij

= nh 3 = nh 1

1 5 (3) (4)

JKB = nh 4 JKG = (2)

= JKA + JKB + JKAB + JKG

41

JKA JKB JKAB JKG JKT

= Jumlah Kuadrat Baris = Jumlah Kuadrat Kolom = Jumlah Kuadrat Interaksi = Jumlah Kuadrat Galat = Jumlah Kuadrat Total

c) Derajat Kebebasan dkA = p-1 dkG = N-pq d) Rerata Kuadrat RKA = dkB = q-1 dkT = N-1 dkAB = (p-1)(q-1)

JKA dkA JKB dkB

RKAB =

JKAB dkAB

RKB =

RKG =

JKG dkG

e) Daerah Kritik a) Daerah kritik untuk Fa adalah DK = { Fa Fa > F b) Daerah kritik untuk Fb adalah DK = { Fb Fb > F
;p-1, N-pq} ;q-1, N-pq} ; (p-1)(q-1), N-pq}

c) Daerah kritik untuk Fab adalah DK = {Fab Fab > F f) Keputusan Uji

H0 ditolak jika harga statistik uji yang bersesuaian jatuh di daerah kritik. g) Rangkuman Analisis Sumber Baris (A) Kolom (B) Interaksi (AB) Galat Galat JK JKA JKB JKAB JKG JKT dk p-1 q-1 (p-1)(q-1) N-pq N-1 RK RKA RKB RKAB RKG Fobs Fa Fb Fab F F tabel F tabel F tabel -

42

(Budiyono, 2004: 228-229) h) Kesimpulan b. Tahap 2 (Uji Komparasi Ganda) Untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris, setiap pasangan kolom dan setiap pasangan sel dilakukan uji komparasi ganda dengan menggunakan metode Scheffe. Uji komparasi ganda dilakukan apabila H0 ditolak dan variabel bebas dari H0 yang ditolak tersebut terdiri atas tiga kategori. Jika H0 ditolak tetapi variabel bebas dari H0 yang ditolak tersebut terdiri atas dua kategori maka untuk melihat perbedaan pengaruh antara kedua kategori mengikuti perbedaan rataannya. Uji komparasi juga perlu dilakukan apabila terdapat interaksi antara kedua variabel bebas. Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji Scheffe adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi semua pasangan komparasi yang ada 2) Menentukan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi 3) Mencari harga statistik uji F antara lain: a) Komparasi Rataan Antar Kolom ke-i dan ke-j :
X .i
.j

F.i

X .j 1 n.i

RKG

1 n. j

b) Komparasi Rataan Antar Sel Pada Kolom yang sama :

43

Fij - kj

X ij RKG

X kj 1 nij

1 n kj

c) Komparasi Rataan Antar Sel Pada Baris yang Sama :


X ij RKG X ik 1 nij
2

Fij -ik

1 nik

Keterangan : F.i-.j : nilai Fobs pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j Fij-jk : nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj
X .i : rataan pada kolom ke-i

X . j : rataan pada kolom ke-j


RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi n.i. n.j nij nkj nik : ukuran sampel kolom ke-i : ukuran sampel kolom ke-j : ukuran sel ij : ukuran sel kj : ukuran sel ik

4) Menentukan daerah kritik (DK) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: DK.i-.j = F.i-.j F.i-.j DKij-kj = Fij-kj Fij-kj DKij-ik = Fij-ik Fij-ik
(q 1)F

;q 1, N pq

( pq 1)F

; pq 1, N pq

( pq 1)F

; pq 1, N pq

5) Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasang komparasi rerata atau Ho ditolak jika F DK.

6) Menentukan kesimpulan dari uji yang sudah ada. (Budiyono, 2004: 213)

44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Coba Instrumen Pada penelitian ini hanya menggunakan instrumen tes prestasi belajar matematika pada materi pokok peluang. Sebelum instrumen tes prestasi belajar matematika diujicobakan terlebih dahulu diuji validasi isi oleh validator untuk mengetahui apakah isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang diukur. Hasil validasi isi yang dilakukan oleh Mamik Dasanti, S.Pd, M.Pd. dan Endang Mangularsih, S.Pd., M.M., M.Pd. sebagai validator menunjukkan bahwa semua item soal adalah valid. Selanjutnya sebelum soal tes prestasi belajar matematika digunakan, dilakukan terlebih dahulu uji coba instrumen untuk mengetahui soal mana yang baik dan dapat digunakan. Soal yang dianggap baik dan dapat digunakan ditentukan melalui uji konsistensi, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. Hasil uji coba instrumen prestasi belajar matematika pada materi pokok Peluang yang telah diujikan kepada 40 responden siswa adalah: untuk uji konsistensi dari 30 item soal menunjukkan 29 item soal konsisten dan 1 item soal tidak konsisten, yaitu item soal no 25. Untuk indeks daya beda menunjukkan item soal no 25 dan 29 adalah tidak efektif digunakan dalam tes karena mempunyai indeks daya beda di bawah 0,30. Sedangkan untuk indeks kesukaran menunjukkan terdapat empat item soal yang dianggap tidak baik (terlalu mudah atau terlalu sukar) karena mempunyai indeks kesukaran tidak terletak 0,30 P 0,70. Keempat item soal

45

tersebut adalah tiga item soal tes mudah (indeks kesukaran > 0,70) terdapat pada item soal tes no 4, 27 dan 29 serta satu item soal tes sukar (indeks kesukaran < 0,30) terdapat pada item soal tes no 19. Sehingga berdasarkan uji konsistensi, indeks daya beda dan indeks kesukaran diperoleh banyaknya soal tes prestasi belajar matematika yang baik dan dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut ada 25 item soal. Sedangkan lima soal yang dibuang atau tidak digunakan dalam penelitian lebih lanjut adalah item soal no 4, 19, 25, 27 dan 29. Untuk memperjelas item soal tes prestasi belajar matematika pada materi pokok Peluang item soal mana yang baik dan item soal mana yang dibuang/tidak digunakan dapat dilihat pada rangkuman hasil analisis uji coba instrumen tes prestasi belajar matematika yang disajikan pada Tabel 4.1. Untuk mengetahui apakah instrumen tes prestasi belajar matematika pada materi pokok Peluang adalah baik dapat dilihat dari uji reliabilitasnya. Hasil perhitungan reliabilitas dengan menggunakan rumus KR-20 diperoleh indeks reliabilitasnya sebesar 0,894. Karena indeks reliabilitasnya adalah 0,894 > 0,70 maka dapat dikatakan bahwa instrumen tes prestasi belajar matematika pada materi pokok Peluang adalah baik. Tentang hasil uji validasi isi dan perhitungan dari konsistensi, indeks daya beda, tingkat kesukaran dan indeks reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

46

Tabel. 4.1 Rangkuman Analisis Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika
No. Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 rxy 0,351 0,746 0,584 0,550 0,367 0,543 0,580 0,411 0,504 0,529 0,366 0,464 0,545 0,433 0,651 0,506 0,374 0,506 0,456 0,491 0,583 0,433 0,432 0,358 0,115 0,595 0,443 0,638 0,344 0,757 Konsistensi Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Tidak Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Konsisten Tingkat Kesukaran 0,650 0,500 0,525 0,750 0,600 0,625 0,675 0,500 0,425 0,400 0,625 0,575 0,650 0,650 0,575 0,625 0,450 0,600 0,250 0,600 0,650 0,650 0,425 0,650 0,675 0,675 0,750 0,550 0,875 0,625 Keterangan Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Mudah Sedang Kesimpulan Digunakan Digunakan Digunakan Dibuang Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Dibuang Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Dibuang Digunakan Dibuang Digunakan Dibuang Digunakan

47

B. Diskripsi Data Sebelum disajikan tentang hasil analisis data penelitian dan pembahasannya maka terlebih dahulu disajikan tentang diskripsi data. Diskripsi data dapat digunakan untuk mengetahui gambaran secara umum tentang hasil penelitian. Diskripsi data yang akan disajikan dalam penelitian ini adalah diskripsi data tentang prestasi belajar matematika pada materi pokok Peluang dan nilai intelegensi siswa secara keseluruhan serta diskripsi data prestasi belajar matematika pada materi pokok Peluang yang dikategorikan atas model pembelajaran, kelompok intelegensi siswa dan kategori gabungan antara model pembelajaran dengan kelompok intelegensi siswa. Untuk diskripsi data tentang data prestasi belajar matematika pada materi pokok Peluang dan skor nilai intelegensi Siswa disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika dan Skor Nilai Intelegensi Siswa
Variabel Prestasi Intelegensi N 221 221 Mean 69,57 101,69 St Deviasi 11,92 12,30 Median 72 100 Maksimum 96 122 Minimum 40 81

Untuk diskripsi data tentang data prestasi belajar matematika pada materi pokok Peluang yang dikategorikan berdasarkan model pembelajaran disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Model pembelajaran
Pendekatan Konstektual Langsung N 110 111 Mean 73,93 65,26 Median 11,28 10,97 St Deviasi 76 68 Maksimum 96 84 Minimum 48 40

48

Untuk diskripsi data prestasi belajar matematika pada materi pokok Peluang yang dikategorikan berdasarkan Intelegensi siswa disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Intelegensi Siswa
Intelegensi Tinggi Sedang Rendah N 81 86 54 Mean 79,46 66,65 59,41 Median 9,01 9,18 8,02 St Deviasi 80 68 60 Maksimum 96 80 72 Minimum 52 40 40

Untuk diskripsi data tentang data prestasi belajar matematika pada materi pokok Peluang yang dikategorikan berdasarkan gabungan antara model pembelajaran dan intelegensi disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Gabungan antara Model pembelajaran dan Intelegensi Siswa
Pendekatan Konstektual Intelegensi Tinggi Sedang Rendah Langsung Tinggi Sedang Rendah N 48 40 22 33 46 32 Mean 82,50 71,50 59,64 75,03 62,43 59,25 St Dev 8,36 5,95 6,75 8,13 9,45 8,88 Median 84 72 60 76 64 60 Maksimum 96 80 72 96 80 72 Minimum 60 56 48 52 40 40

C. Uji Keseimbangan Pada penelitian ini dilakukan juga uji keseimbangan. Uji keseimbangan ini digunakan untuk mengetahui bahwa kelompok siswa yang akan dikenai model pembelajaran yang berbeda yaitu model pembelajaran Konstektual dan Langsung mempunyai kemampuan matematika yang sama. Untuk uji keseimbangan digunakan metode uji beda rerata t. Uji keseimbangan dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Data yang digunakan dalam uji keseimbangan adalah data nilai murni

49

ulangan semester II kelas VIII tahun pelajaran 2007 / 2008. Dari uji keseimbangan diperoleh hasil uji t adalah -0,213. Karena t = -0,213 DK=1,645 maka H0 tidak

ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan rerata antar kelompok model pembelajaran. Hal ini berarti bahwa antara kelompok siswa yang akan dikenai model pembelajaran yang berbeda, yaitu Konstektual dan Langsung mempunyai kemampuan matematika yang sama. Untuk perhitungan uji keseimbangan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

D. Uji Persyaratan Analisis Pada penelitian ini analisis data yang akan digunakan adalah analisis variansi. Analisis variansi memerlukan syarat yang harus dipenuhi, yaitu syarat normalitas dan homogenitas. Sehingga perlu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu sebelum melakukan analisis variansi.

1. Uji Normalitas Untuk uji normalitas digunakan uji Lilliefors yang dikenakan pada data prestasi belajar matematika pada materi pokok Peluang. Uji normalitas pada data prestasi belajar matematika pada materi pokok Peluang dikenakan pada data prestasi belajar matematika secara keseluruhan, pada data prestasi belajar matematika yang dikategorikan berdasarkan model pembelajaran, kelompok intelegensi siswa dan gabungan antara model pembelajaran dengan kelompok intelegensi siswa. Hasil uji normalitas tersebut disajikan dalam Tabel 4.6 dan untuk perhitungan uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.

50

Tabel 4.6 Rangkuman Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika Pada Materi pokok Peluang
No Kategori 1. Secara keseluruhan 2. Berdasarkan model pembelajaran Konstektual 3. Berdasarkan model pembelajaran Langsung 4. Berdasarkan kelompok Intelegensi tinggi 5. Berdasarkan kelompok Intelegensi sedang 6. Berdasarkan kelompok Intelegensi rendah 7. Berdasarkan model pembelajaran Konstektual untuk Intelegensi tinggi 8. Berdasarkan model pembelajaran Konstektual untuk Intelegensi sedang 9. Berdasarkan model pembelajaran Konstektual untuk Intelegensi rendah 10. Berdasarkan model pembelajaran Langsung untuk Intelegensi tinggi 11. Berdasarkan model pembelajaran Langsung untuk Intelegensi sedang 12 Berdasarkan model pembelajaran Langsung untuk Intelegensi rendah Uji 0,051 0,065 0,074 0,093 0,084 0,082 0,073 Tabel Keputusan 0,060 H0 Tidak ditolak 0,084 H0 Tidak ditolak 0,084 H0 Tidak ditolak 0,098 H0 Tidak ditolak 0,096 H0 Tidak ditolak 0,121 H0 Tidak ditolak 0,128 H0 Tidak ditolak Kesimpulan Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal

0,117

0,140 H0 Tidak ditolak

Normal

0,159

0,189 H0 Tidak ditolak

Normal

0,149

0,154 H0 Tidak ditolak

Normal

0,104

0,131 H0 Tidak ditolak

Normal

0,116

0,157 H0 Tidak ditolak

Normal

2. Uji Homogenitas Untuk uji homogenitas digunakan uji Barttlet yang dikenakan pada data prestasi belajar matematika untuk faktor model pembelajaran dan intelegensi. Hasil uji homogenitas disajikan dalam Tabel 4.7 dan untuk perhitungan uji homogenitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 4.7 Rangkuman Uji Homogenitas Data Prestasi Belajar Matematika Pada Materi pokok Peluang
No 1. Faktor Model pembelajaran K 2 Uji 0,081 Tabel 3,841 Keputusan H0 Tidak ditolak Kesimpulan Homogen

51

2.

Intelegensi

1,189

5,991

H0 Tidak ditolak

Homogen

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika untuk faktor model pembelajaran dan faktor intelegensi siswa berasal dari populasi homogen karena semua nilai uji lebih kecil dari nilai tabel sehingga semua Ho tidak ditolak.

E. Pengujian Hipotesis 1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Jumlah Sel Tak Sama Untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan analisis variansi dua jalan dengan jumlah sel tak sama. Analisis variansi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabelvariabel bebas (faktor) yaitu model pembelajaran dan intelegensi siswa serta interaksi antara variabel-variabel bebas tersebut terhadap variabel terikatnya, yaitu prestasi belajar matematika. Hasil analisis variansi dua jalan dengan jumlah sel tak sama pada prestasi belajar matematika pada materi pokok Peluang terhadap faktor model pembelajaran dan intelegensi siswa disajikan dalam Tabel 4.8 dan perhitungan analisis variansi dua jalan dengan jumlah sel tak sama selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.

52

Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Data Prestasi Belajar Matematika Pada Materi pokok Peluang Terhadap Faktor Model pembelajaran dan Intelegensi Siswa
Sumber Variansi Model pembelajaran Intelegensi Interaksi antara Model dengan JK 1640,11 13040,19 733,43 db 1 2 2 RK 1640,11 6520,10 366,71 F hitung 24,84 98,74 5,55 F tabel 3,84 3,00 3,00 Keputusan Uji H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak

pembelajaran Intelegensi Galat Total

14197,36 29611,09

215 220

66,03

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa H0a ditolak karena nilai uji Fa hitung = 24,84 lebih besar dari nilai Ftabel = 3,84, berarti terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika. Sedangkan H0b ditolak karena nilai uji Fb hitung = 98,74 lebih besar dari nilai Ftabel = 3,00, berarti terdapat pengaruh faktor intelegensi terhadap prestasi belajar matematika. Selanjutnya H0ab ditolak karena nilai uji Fab
hitung

= 5,55 lebih besar dari nilai Ftabel = 3,00 yang berarti ada

perbedaan yang konsisten antar model pembelajaran (konstektual dan langsung) dengan intelegensi siswa terhadap prestasi belajar matematika.

2. Uji Komparasi Ganda Pada analisis variansi dua jalan dengan jumlah sel tak sama jika terdapat H 0 yang ditolak maka dilakukan uji komparasi ganda dengan menggunakan metode Scheffe untuk mengetahui perbedaan antar kelompok. Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan jumlah sel tak sama di atas nampak bahwa semua H 0 ditolak, yaitu H0a, H0b dan H0ab. Sehingga untuk melacak perbedaan rerata setiap pasangan kolom dan antar sel dilakukan uji komparasi ganda pada kolom dan antar

53

sel, sedangkan pada baris tidak dilakukan karena hanya terdiri dari 2 kategori. Hasil uji komparasi ganda disajikan pada Tabel 4.9 dan perhitungan komparasi ganda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9. Tabel 4.9. Rangkuman Keputusan Uji Komparasi Ganda Jenis Komparasi Komparasi F hitung F kritik Keputusan uji Antar kolom 6,00 H0 ditolak 103,656 .1 vs .2 6,00 H0 ditolak .1 vs .3 197,244 6,00 H0 ditolak .2 vs .3 26,331 Antar sel pada 11,05 H0 ditolak 39,979 11 vs 12 baris yang sama 11,05 H0 ditolak 119,423 11 vs 13 11,05 H0 ditolak 30,252 12 vs 13 11,05 H0 ditolak 46,164 21 vs 22 11,05 H0 ditolak 61,265 21 vs 23 11,05 H0 tidak ditolak 2,899 22 vs 23 Antar sel pada 11,05 H0 ditolak 16,524 11 vs 21 kolom yang sama 11,05 H0 ditolak 26,626 12 vs 22 11,05 H0 tidak ditolak 0,029 13 vs 23 Keterangan: .1 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok Intelegensi tinggi .2 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok Intelegensi sedang .3 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok Intelegensi rendah 11 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok Intelegensi tinggi model pembelajaran Konstektual 12 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok Intelegensi sedang model pembelajaran Konstektual 13 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok Intelegensi rendah model pembelajaran Konstektual 21 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok Intelegensi tinggi model pembelajaran Langsung 22 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok Intelegensi sedang model pembelajaran Langsung 23 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok Intelegensi rendah model pembelajaran Langsung

pada pada pada pada pada pada

54

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa: 1) Pada komparasi ganda untuk kolom: terdapat perbedaan rerata prestasi belajar matematika pada kelompok Intelegensi karena semua H0 ditolak. (F.1-.2, F.1-.3 dan F.2-.3 lebih besar dari Fkritik) 2) Pada komparasi ganda antar sel untuk baris yang sama: siswa yang mendapatkan model pembelajaran Konstektual antara siswa yang mempunyai intelegensi tinggi, sedang dan rendah terdapat perbedaan rerata prestasi belajar matematika (F11-12,
F11-13,

F12-13 lebih besar dari Fkritik sehingga H0 ditolak), siswa yang

mendapatkan model pembelajaran Langsung antara siswa yang mempunyai intelegensi tinggi dengan sedang dan tinggi dengan rendah terdapat perbedaan rerata prestasi belajar matematika tetapi antara siswa dengan intelegensi sedang dengan rendah tidak terdapat perbedaan rerata prestasi belajar matematika (F21-22, F21-23 lebih besar dari Fkritik sehingga H0 ditolak dan F22-23 lebih kecil dari Fkritik sehingga Ho tidak ditolak). 3) Pada komparasi ganda antar sel untuk kolom yang sama: terdapat perbedaan rerata prestasi belajar matematika pada kelompok intelegensi tinggi dan sedang antara Siswa yang mendapatkan model pembelajaran Konstektual dengan model pembelajaran Langsung (F11-21, F12-22 lebih besar dari Fkritik sehingga H0 ditolak) serta tidak terdapat perbedaan rerata prestasi belajar matematika pada kelompok intelegensi rendah antara Siswa yang mendapatkan model pembelajaran Konstektual dengan model pembelajaran Langsung (F13-23 lebih kecil dari Fkritik sehingga H0 tidak ditolak).

55

F. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hipotesis Pertama Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan jumlah sel tak sama diperoleh nilai uji Fa = 24,84 dan nilai Ftabel = 3,84. Karena Fa > Ftabel maka H0 ditolak, terdapat pengaruh yang signifikan faktor model pembelajaran pada prestasi belajar matematika. Hal ini berarti siswa yang mendapatkan model pembelajaran Konstektual dengan Langsung memperoleh prestasi belajar matematika yang berbeda. Dengan melihat diskripsi data juga terlihat bahwa rerata prestasi belajar matematika antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran Konstektual sebesar 73,93 lebih tinggi daripada rerata prestasi belajar matematika pada model pembelajaran Langsung sebesar 65,26. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Konstektual memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih tinggi daripada model pembelajaran Langsung.

2. Hipotesis Kedua Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan jumlah sel tak sama diperoleh nilai uji Fb = 98,74 dan nilai Ftabel = 3,00. Karena Fb > Ftabel maka H0 ditolak sehingga terdapat pengaruh yang signifikan faktor intelegensi pada prestasi belajar matematika. Hal ini berarti bahwa antara siswa dengan intelegensi tinggi, sedang dan rendah mempunyai prestasi belajar matematika yang berbeda. Dengan melihat hasil uji komparasi ganda antar kolom pada Tabel 4.9 terlihat bahwa semua nilai uji (Fhitung) lebih besar dari nilai Fkritik, maka berarti prestasi belajar matematika antara siswa yang berintelegensi tinggi berbeda dengan siswa yang berintelegensi sedang

56

dan rendah, serta prestasi belajar matematika antara siswa yang berintelegensi sedang berbeda dengan siswa yang berintelegensi rendah. Dari diskripsi data juga terlihat bahwa siswa dengan intelegensi tinggi mempunyai rerata prestasi belajar matematika sebesar 79,46 lebih tinggi/baik daripada rerata prestasi belajar matematika siswa dengan Intelegensi sedang dan rendah, yaitu 66,65 dan 59,41. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang berintelegensi tinggi akan memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik daripada siswa yang berintelegensi sedang dan rendah serta siswa yang berintelegensi sedang memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik daripada siswa yang berintelegensi rendah.

3. Hipotesis Ketiga Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan jumlah sel tak sama diperoleh nilai uji Fab = 5,55 dan nilai Ftabel = 3,00. Karena Fab > Ftabel maka H0 ditolak sehingga terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Konstektual dengan Langsung yang tidak konsisten pada masing-masing tingkat Intelegensi dan perbedaan antara masingmasing tingkat intelegensi yang tidak konsisten pada setiap model pembelajaran. Dengan melihat hasil uji komparasi ganda antar sel untuk baris yang sama pada Tabel 4.9 terlihat bahwa pada model pembelajaran Konstektual antara siswa yang berintelegensi tinggi dengan sedang dan rendah serta antara siswa yang berintelegensi sedang dengan rendah mempunyai prestasi belajar matematika yang berbeda (nilai uji Fhitung lebih besar dari nilai Fkritik) sedangkan pada model

57

pembelajaran Langsung antara siswa yang berintelegensi tinggi dengan sedang dan rendah mempunyai prestasi belajar matematika yang berbeda (nilai uji Fhitung lebih besar dari nilai Fkritik ) tetapi antara siswa yang berintelegensi sedang dengan rendah mempunyai prestasi belajar matematika yang tidak berbeda (nilai uji Fhitung lebih kecil dari nilai Fkritik). Untuk hasil uji komparasi ganda antar sel untuk kolom yang sama pada Tabel 4.9 terlihat bahwa pada kelompok intelegensi tinggi dan sedang antara siswa yang memperoleh model pembelajaran Konstektual dengan siswa yang memperoleh model pembelajaran Langsung mempunyai prestasi belajar matematika yang berbeda (nilai uji Fhitung lebih besar dari nilai Fkritik), sedangkan pada kelompok intelegensi rendah antara siswa yang memperoleh model pembelajaran Konstektual dengan siswa yang memperoleh model pembelajaran Langsung mempunyai prestasi belajar matematika yang tidak berbeda (nilai uji Fhitung lebih kecil dari nilai Fkritik). Dari dikripsi data juga terlihat bahwa Siswa yang mendapatkan model pembelajaran Konstektual dengan intelegensi tinggi mempunyai rerata prestasi belajar matematika sebesar 82,50 yang lebih tinggi/baik daripada siswa dengan intelegensi sedang dan rendah, yaitu sebesar 71,50 dan 59,46; sedangkan untuk siswa yang mendapatkan model pembelajaran Langsung dengan intelegensi tinggi mempunyai rerata prestasi belajar matematika sebesar 75,03 yang tinggi/baik daripada siswa dengan Intelegensi sedang dan rendah, yaitu sebesar 62,43 dan 59,25. Dari nilai rata-rata prestasi belajar matematika tersebut di atas juga terlihat bahwa model pembelajaran Konstektual mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/ baik dibandingkan dengan model pembelajaran Langsung untuk siswa yang berintelegensi tinggi dan sedang, sedangkan siswa yang berintelegensi rendah antara

58

yang mendapatkan model pembelajaran Konstektual dengan model pembelajaran Langsung mempunyai prestasi belajar matematika yang tidak berbeda. Sehingga dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang berintelegensi tinggi dan sedang dapat dipakai model pembelajaran Konstektual.

59

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan Dari hasil analisis data terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok Peluang untuk faktor intelegensi yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Siswa yang mendapatkan model pembelajaran Kontekstual mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran Langsung. 2. Siswa dengan intelegensi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik daripada siswa dengan intelegensi sedang dan rendah, begitu juga siswa dengan intelegensi sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik daripada siswa dengan intelegensi rendah. 3. Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Kontekstual dengan Langsung ada perbedaan pada masingmasing tingkat intelegensi dan perbedaan antara masing-masing tingkat intelegensi pada setiap model pembelajaran. Pada model pembelajaran Kontekstual antara siswa yang berintelegensi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik daripada siswa yang berintelegensi sedang dan rendah, begitu juga antara siswa yang beritelegensi sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang yang lebih tinggi/baik daripada siswa yang berintelegensi rendah. Pada model pembelajaran Langsung antara siswa yang

60

berintelegensi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik daripada siswa yang berintelegensi sedang dan rendah, tetapi antara siswa yang berintelegensi sedang dengan rendah mempunyai prestasi belajar matematika yang tidak berbeda. Pada siswa yang mempunyai intelegensi tinggi dan sedang yang mendapatkan model pembelajaran Kontekstual memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik daripada yang mendapatkan model pembelajaran Langsung, sedangkan siswa yang mempunyai intelegensi rendah antara yang mendapatkan model pembelajaran Kontekstual dengan model pembelajaran Langsung memperoleh prestasi belajar matematika yang sama.

B. Implikasi Berdasarkan pada landasan teori dan hasil kesimpulan penelitian, maka penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. 1. Implikasi Teoritis Implikasi Teoritis yang penting dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika pada materi pokok Peluang. Hal ini dikarenakan pada akhir pembelajaran matematika pada materi pokok Peluang model pembelajaran tersebut memberikan rerata prestasi belajar matematika yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan model pembelajaran Langsung. Selain itu guru juga perlu memperhatikan intelegensi siswanya pada saat melakukan model pembelajaran karena intelegensi menunjukkan ada pengaruhnya pada prestasi belajar matematika, yaitu siswa yang berintelegensi tinggi cenderung

61

memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik Jadi dapat dikatakan bahwa model pembelajaran dan intelegensi siswa mempengaruhi siswa dalam memperoleh prestasi belajar matematika. Hal tersebut terlihat juga pada interaksi antara model pembelajaran dengan intelegensi siswa, yaitu untuk siswa dengan intelegensi tinggi dan sedang pada model pembelajaran Kontekstual cenderung memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik daripada siswa pada model pembelajaran Langsung serta pada penerapan model pembelajaran Kontekstual siswa dengan intelegensi tinggi cenderung memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik daripada siswa dengan kemampuan sedang dan rendah, begitu juga pada penerapan model pembelajaran Langsung siswa dengan intelegensi tinggi cenderung memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik daripada siswa dengan kemampuan sedang dan rendah. 2. Implikasi Praktis Dari uraian pada Implikasi Teoritis nampak bahwa dalam proses belajar matematika perlu adanya model pembelajaran yang sesuai dengan intelegensi. Siswa dengan intelegensi rendah hasil prestasi belajarnya tidak berbeda dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual maupun model pembelajaran langsung.

62

C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, ada beberapa hal yang perlu disarankan, yaitu: 1. Kepada Guru a. Guru dapat menggunakan model pembelajaran Kontekstual pada materi pokok Peluang. b. Guru harus memperhatikan intelegensi siswa dalam merancang pembelajaran matematika. c. Guru dapat menerapkan model pembelajaran Kontekstual untuk siswa yang mempunyai intelegensi tinggi dan sedang, sedangkan untuk peserta yang mempunyai intelegensi rendah dapat digunakan pendekatan pembelajaran yang lain. d. Guru dapat menggunakan model pembelajaran yang lain untuk materi pokok yang sama atau menerapkan model pembelajaran yang sama tetapi untuk materi pokok yang lain. e. Guru apabila membuat LKS disesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan.

2. Kepada Pihak Sekolah Sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang proses belajar mengajar sehingga dapat membantu siswa dan pengajar dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

63

DAFTAR PUSTAKA

Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan, Surakarta: Sebelas Maret University Press. ________. 2004. Statistik Untuk Penelitian, Surakarta: Sebelas Maret University Press. Elaine B. Johnson. 2007, Contextual Teaching and Learning, Bandung: MLC. Ismail. 2003. Makalah yang berjudul Model-Model Pembelajaran, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Jasa Psikologi Indonesia. 2006. Laporan Pemeriksaan Psikologi, Surakarta. Marat. 1984. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Bandung: Ghalia Indonesia Marpaung. 2003. Perubahan Paradigma Pembelajaran, Yogyakarta: Sanata Dharma. Mulyono Abdurrahman. 1999. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran, Jakarta: Depdikbud. Muh Ali.1987. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Munandar. 1985. Rancangan Sistem Pengajaran. Jakarta: Depdikbud. Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nana Sudjana & Ahmad Rivai. 2001. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru. Ngalim Purwanto. 1996. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Karya. Oemar Hamalik. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Pangestu Subagyo. 1992. Statistik Induktif, Yogyakarta: BPFE-UGM. Paul Suparno. 1997. Filsafat Konstruktifisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

64

____________. 2004. Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, Yogyakarta: Kanisius. Poerwodarminto, W.J.S. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung: CV. Tarsito. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. R. Angkowo & A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grasindo Roestiyah. 1982. Didaktik Metodik, Jakarta : Bina Aksara. Rokhana Setyaningrum. 2006. Tesis: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Minat Belajar Matematika, Prodi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNS, Surakarta. Sardiman, AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Silberman, ML. 2006. Active Learning (Terjemahan: Raisul Muttaqien). Bandung: Nusamedia dan Nuansa. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sri Sutarni. 2003. Tesis: Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Topik Lingkaran ditinjau dari Perbedaan Penggunaan Model Pembelajaran dan Tingkat Intelegensi Pada Siswa Kelas I SLTP N 2 Kartasura. Prodi. Pendidikan Matematika program Pascasarjana UNS, Surakarta. Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Model dan Praktek, , Jakarta : Rineka Cipta. ________________. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan-edisi revisi, Jakarta: Bumi Aksara. Soedjadi, R. 2001. Pembelajaran Matematika Berjiwa RME. Yogyakarta: Sanata Dharma. Sumardi. 2006. Tesis: Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Prestasi Belajar Geometri Datar Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa. Prodi. Pendidikan Matematika program Pascasarjana UNS, Surakarta.

65

Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualiatif, Bandung : Alphabeta. Suminarsih, 2007. Pengembangan Model Pembelajaran, Departemen Pendidikan Nasional Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah. Sumadi Suryabrata. 2001. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Rajawali Press. Sumargiyani. 2004. Tesis: Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Intelegensi Siswa SLTP Muhammadiyah II Jogjakarta. Prodi. Pendidikan Matematika program Pascasarjana UNS, Surakarta. Syaiful Bakri Djamarah. 1991. Prestasi Belajar dasn Kompensasi Guru, Surabaya: Usaha Nasional. Syamsu Mappa & Anisah Basleman. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Dirjen PT Depdikbud. The Liang Gie. 1999. Filsafat Matematika, Yogyakarta : Pusat Pendidikan Ilmu Berguna. Toeti Soekamto. 1994. Perancangan dan Pengembangan Sistem Instruksional. Jakarta: Intermedia.

66

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester : SMP : Matematika : IX (Sembilan) / 1 (Satu)

Standar Kompetensi : Menentukan ringkasan data Kompetensi Dasar Indikator : Menentukan ruang sampel suatu percobaan : 1. Menjelaskan pengertian ruang sampel titik sampel suatu kejadian. 2. Menentukan ruang sampel suatu percobaan dengan mendata titik sampel Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (pertemuan 1)

A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat memahami peluang serta dapat menggunakannya dalam pemecahan masalah.

B. Materi Ajar Pengertian Ruang Sampel dan Titik Sampel Ruang sampel dari suatu kejadian adalah himpunan semua kejadian yang muncul terjadi. Ruang sampel dapat dilambangkan dengan S sedang titik sampel adalah anggota dari ruang sampel. Pengertian Peluang Nilai peluang suatu kejadian adalah bilangan tertentu yang diketahui oleh frekuensi relatifnya apabila percobaannya sangat banyak. Frekuensi relatif muncul angka (A) = Menghitung Peluang Secara Teoritis Jika A = suatu kejadian

Seringnya A muncul Banyaknya pelemparan

67

n (A) = banyak titik sampel kejadian A n(S) = banyak titik sampel pada ruang sampel, maka peluang kejadian A adalah:

P (A)

n (A) n (S)

Apabila suatu peluang A bernilai P (A) = 1, maka kita katakan bahwa kejadian A itu pasti terjadi (suatu kepastian), sedangkan suatu peluang B bernilai P(B) = 0 kita katakan bahwa kejadian B itu mustahil terjadi. Jika nilai kemungkinan dari suatu hasil pada suatu percobaan adalah P, maka nilai kemungkinan bahwa hasil itu tidak terjadi adalah 1 P. P (hasil A) + P (hasil bukan A) = 1 Frekuensi Harapan Dalam sejumlah percobaan frekuensi harapan dari suatu kejadian adalah hasil kali dari peluang kejadian dengan banyaknya percobaan atau. Frekuensi harapan suatu hasil = Peluang suatu kejadian n banyaknya percobaan

C. Model Pembelajaran Model pembelajaran konstektual dan model pembelajaran langsung.

D. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kelas Eksperimen Kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan model pembelajaran konstektual. Langkah-langkah pembelajaran : No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi Waktu Fase 1 Memberi salam, memperkenalkan Menjawab salam, 3 menit

Pendahuluan diri kepada siswa dan mempresensi mendengarkan serta siswa. menjawab pertanyaan. Fase 2 Kegiatan Mengajukan pertanyaan kepada Mendengarkan siswa mengenai peluang kejadian. memperhatikan 17 menit

68

Inkuiri

Membagi siswa menjadi enam kelompok. Menyuruh mendiskusikan siswa materi

dan menjawab.

untuk Berdiskusi peluang

yang telah mereka pelajari. Fase 3 Pengembang an Pikiran Menyuruh dua kelompok untuk Mengemukakan mempresentasikan hasil diskusi dan menyuruh kelompok lain hasil diskusinya dan menanggapi. Menyimpulkan siswa untuk yang Mengerjakan, peluang beberapa mendiskusikan, dan maju di 17 menit

menanggapi. Mengarahkan menyimpulkan. Fase 4 Evaluasi Memberi berkaitan kemudian contoh dengan menyuruh soal

35 menit

siswa untuk maju mengerjakan soal kemudian menyuruh beberapa siswa untuk maju mengerjakan soal dan menyuruh siswa lain menanggapi. Memberi siswa. Mengarahkan menyimpulkan. Memberi contoh soal yang siswa untuk pertanyaan kepada

mengerjakan

depan kelas serta menanggapi.

Menjawab. Menyimpulkan. Mengerjakan dan menanggapi. kepada Bertanya mencatat.

berkaitan dengan peluang. Memberi

Fase 5 Penutup

kesempatan

dan

8 menit

siswa untuk bertanya jika ada yang kurang jelas, menjawab

pertanyaan dan memberi tugas

69

rumah untuk dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Mengarahkan menyimpulkan materi siswa Menyimpulkan. yang

dipelajari hari ini dan menutup pertemuan.

2. Kelas Kontrol Kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan model pembelajaran langsung. Langkah-langkah pembelajaran : No Kegiatan Guru Membuka memperkenalkan mempresensi siswa. Fase 2 Kegiatan Inti Kegiatan Siswa dan Menjawab salam serta dan mendengarkan. 60 menit Alokasi Waktu Fase 1 Persiapan salam diri 5 menit

Menerangkan materi pengertian Mendengarkan, peluang, menentukan ruang mencatat, memperhatikan, mengerjakan soal dan bertanya jika kesempatan kepada ada yang kurang jelas. Bertanya dan

sampel dan menghitung peluang secara teoritis serta memberikan latihan soal. Memberi

siswa jika ada yang kurang jelas dan menjawab pertanyaan. Memberi untuk pertemuan mengajak

memperhatikan. Fase 3 Penutup tugas kepada siswa Memperhatikan. pada Memperlihatkan dan untuk dan salam. menjawab 15 menit

dikumpulkan berikutnya siswa

menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemukan kali

70

ini. Menutup pertemuan dan

mengucapkan salam.

E. Alat dan Sumber Belajar Buku paket dan buku LKS.

F. Penilaian Teknik : tes Bentuk instrumen : tes tertulis Tugas Individu Kelas Eksperimen : 1. Bila salah satu kartu dipilih secara acak dari suatu perangkat karti bridge, maka probabilitas muncul kartu AS adalah? 2. Didalam suatu kantong terdapat 10 kelereng merah, 20 kelereng biru, dan 30 kelereng kuning. Jika setiap pengambilan sebuah kelereng yang dilakukan secara random tidak dikembalikan dan pada pengambilan ke 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut terambil kelereng berwarna merah, biru, kuning, biru, dan kuning maka pada pengambilan ke-6 probabilitas yang terambil berwarna kuning? Kunci Jawaban 1. n(S) = 52 ; n(AS) = 4 P(AS) =

4 52

1 13

(skor 10)

2. n(M) = 10 ; n(B) = 20 ; n(K) = 30 Probabilitas ke-6 warna kuning = (Nilai =

30 2 (10 20 30) 5

28 55

(skor 10)

10 10 10 ) 2

Tugas Individu Kelas Kontrol : 1. Pada pelemparan mata dadu secara bersama-sama, peluang muncul muka dadu berjumlah kurang dari 7 adalah .

71

2. Satu keping mata uang logam dilempar bersama-sama dengan sebuah dadu. Peluang muncul angka atau gambar pada mata uang dan muka dadu prima adalah....

Kunci Jawaban 1. n(dadu < 7) = 15 ; n(S) = 36 P(dadu < 7) =

15 36

15 12

(skor 10)

2. n(A) = 6 ; n(S) = 12 P(A) =

6 12

1 2

(skor 10)

(Nilai =

10 10 10 ) 2

72

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) I

Materi Pokok Standart Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Hasil Belajar

: : : :

Peluang Menentukan ringkasan data Menentukan ruang sampel suatu percobaan. 1. Menjelaskan pengertian ruang sampel titik sampel suatu kejadian. 2. Menentukan ruang sampel suatu percobaan dengan mendata titik sampel.

Pertemuan ke Alokasi Waktu

: :

1 2 x 40 menit

A. Uraian Materi Pembelajaran Pengertian Ruang Sampel dan Titik Sampel

Ruang sampel dari suatu kejadian adalah himpunan semua kejadian yang muncul terjadi. Ruang sampel dapat dilambangkan dengan S dengan titik sampel adalah anggota dari ruang sampel. Pengertian Peluang Nilai peluang suatu kejadian adalah bilangan tertentu yang diketahui oleh frekuensi relatifnya apabila percobaannya sangat banyak. Frekuensi relatif muncul angka (A) = Menghitung Peluang Secara Teoritis Jika A n(A) n(S) = suatu kejadian = banyak titik sampel kejadian A = banyak titik sampel pada ruang sampel, maka peluang kejadian A adalah.

Seringnya A muncul Banyaknya pelemparan

P(A)

n (A) n(S)

73

Apabila suatu peluang A bernilai P(A) = 1, maka kita katakan bahwa kejadian A itu pasti terjadi (suatu kepastian), sedangkan suatu peluang B bernilai P(B) = 0 kita katakan bahwa kejadian B itu mustahil terjadi. Jika nilai kemungkinan dari suatu hasil pada suatu percobaan adalah P, maka nilai kemungkinan bahwa hasil itu tidak terjadi adalah 1 P. P(hasil A) + P(hasil bukan A) = 1 Frekuensi Harapan Dalam sejumlah percobaan frekuensi harapan dari suatu kejadian adalah hasil kali dari peluang kejadian dengan banyaknya percobaan atau. Frekuensi harapan suatu hasil = Peluang suatu kejadian n banyaknya percobaan

B. Latihan Soal 1. Tiga mata uang logam dilempar bersama-sama sebanyak 200 kali, maka frekuensi harapan muncul dua angka dan gambar adalah 2. Banyaknya menyusun kata dari kata FITRI adalah 3. Pada percobaan melempar sebuah dadu. Peluang muncul mata dadu 2 adalah C. Soal Evaluasi 1. Suatu kartu diambil dari seperangkat kartu bridge. Peluang muncul AS adalah 2. Sesudah dilakukan sejumlah percobaan dengan melempar paku payung diperoleh P(ujung di atas) kira-kira 0,8, jika dilakukan 500 kali percobaan lagi, maka frekuensi harapan muncul ujung di atas adalah 3. Suatu perusahaan asuransi memperkirakan bahwa besar kemungkinan seorang sopir mengalami kecelakaan dalam satu tahun adalah 0,36, jika ada 250 sopir, maka diperkirakan yang mengalami kecelakaan dalam satu tahun adalah Surakarta, Guru Mata Pelajaran Matematika _______________________ NIP.

Mengetahui, Kepala Sekolah ___________________ NIP.

74

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester

: SMP : Matematika : IX (Sembilan) / 1 (Satu)

Standar Kompetensi : Menentukan ringkasan data Kompetensi Dasar Indikator : Menentukan peluang suatu kejadian sederhana. : 1. Menghitung peluang masing-masing titik sampel pada ruang sampel. 2. Menghitung nilai peluang suatu kejadian. Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (pertemuan 2)

A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat memahami peluang serta dapat menggunakannya dalam pemecahan masalah.

B. Materi Ajar Pengertian Ruang Sampel dan Titik Sampel

Ruang sampel dari suatu kejadian adalah himpunan semua kejadian yang muncul terjadi. Ruang sampel dapat dilambangkan dengan S sedang titik sampel adalah anggota dari ruang sampel. Pengertian Peluang Nilai peluang suatu kejadian adalah bilangan tertentu yang diketahui oleh frekuensi relatifnya apabila percobaannya sangat banyak. Frekuensi relatif muncul angka (A) = Menghitung Peluang Secara Teoritis Jika A n(A) = suatu kejadian = banyak titik sampel kejadian A

Seringnya A muncul Banyaknya pelemparan

75

n(S)

= banyak titik sampel pada ruang sampel, maka peluang kejadian A adalah.

P(A)

n (A) n(S)

Apabila suatu peluang A bernilai P(A) = 1, maka kita katakan bahwa kejadian A itu pasti terjadi (suatu kepastian), sedangkan suatu peluang B bernilai P(B) = 0 kita katakan bahwa kejadian B itu mustahil terjadi. Jika nilai kemungkinan dari suatu hasil pada suatu percobaan adalah P, maka nilai kemungkinan bahwa hasil itu tidak terjadi adalah 1 P. P(hasil A) + P(hasil bukan A) = 1 Frekuensi Harapan Dalam sejumlah percobaan frekuensi harapan dari suatu kejadian adalah hasil kali dari peluang kejadian dengan banyaknya percobaan atau. Frekuensi harapan suatu hasil = Peluang suatu kejadian n banyaknya percobaan

C. Model Pembelajaran Model pembelajaran pendekatan konstektual dan model pembelajaran langsung.

D. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kelas Eksperimen Kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan model pendekatan konstektual. Langkah-langkah pembelajaran : No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi Waktu Fase 1 Membuka salam, bertanya kepada Menjawab salam, dan 3 menit

Pendahuluan siswa apa ada tugas yang kesulitan bertanya

dan menyuruh siswa mengumpulkan mengumpulkan tugas. tugas. Fase 2 Kegiatan Inkuiri Menyuruh beberapa murid untuk Maju mengerjakan tugas yang dianggap dulit ke depan dan menyuruh siswa lain menanggapi. ke depan 17 menit dan

mengerjakan menanggapi.

76

Membagi kelompok. Fase 3 Pengembang an Pikiran Bercerita kejadian

siswa

dalam

enam peluang Mengemukakan hasil diskusinya

mengenai yang

17 menit

berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari.

dan menanggapi. hasil Menjawab

Menyuruh dua kelompok untuk Menyimpulkan. mempresentasikan diskusinya Mengarahkan menyimpulkan Memberi dan

menyuruh

pertanyaan.

kelompok lain menanggapi. siswa sifat-sifat untuk dan yang Mengerjakan, mendiskusikan, dan maju mengerjakan di depan kelas serta menanggapi.

mendefinisikan peluang. Fase 4 Evaluasi latihan soal 35 menit

berkaitan dengan peluang dan menyuruh beberapa siswa untuk mengerjakan tugas ke depan dan menyuruh siswa lain menanggapi.

Memberikan pertanyaan kepada Menjawab. siswa. Mengarahkan menyimpulkan suatu kejadian. Fase 5 Penutup Memberi kesempatan kepada Bertanya mencatat. dan 8 menit siswa rumus untuk Menyimpulkan. peluang

siswa untuk bertanya jika ada yang belum jelas dan

menjawab Menyimpulkan dan memberi menjawab salam.

pertanyaan

kemudian

tugas rumah untuk dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Mengarahkan menyimpulkan materi siswa yang

77

dipelajari hari ini dan menutup pertemuan salam. serta mengucapkan

2. Kelas Kontrol Kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan model pembelajaran langsung. Langkah-langkah pembelajaran : No Kegiatan Guru Membuka Kegiatan Siswa dan Menjawab Alokasi Waktu Fase 1 Persiapan Fase 2 Kegiatan Inti salam salam dan 5 menit

mempresensi siswa. Mengingatkan materi lalu. Memberi kesempatan kepada siswa jika ada yang kurang jelas dan menjawab

mendengarkan. Mendengarkan, mencatat, 60 menit memperhatikan, mengerjakan soal dan

bertanya jika ada yang kurang jelas.

pertanyaan. Menerangkan mengenai

materi Mendengarkan, mencatat, batas-batas memperhatikan, mengerjakan soal dan

peluang, frekuensi harapan dan kejadian saling lepas kemudian latihan soal. memberikan

bertanya jika ada yang kurang jelas.

Memberi kesempatan kepada Bertanya siswa untuk bertanya jika ada yang kurang jelas dan memperhatikan.

dan

menjawab pertanyaan dari siswa. Fase 3 Penutup Memberi tugas kepada siswa Memperhatikan. untuk dikumpulkan pada 15 menit

pertemuan

berikutnya

78

kemudian menyuruh siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan kali ini. Menutup pertemuan dan Memperlihatkan menjawab salam. dan

mengucapkan salam.

E. Alat dan Sumber Belajar Buku paket dan buku LKS.

F. Penilaian Teknik : tes Bentuk instrumen : tes tertulis Tugas Individu Kelas Eksperimen : Sebuah bidang empat beraturan sisi-sisinya diberi huruf a, b, c dan d. Bidang tersebut digulingkan sebanyak 100 kali, maka frekuensi harapan muncul huruf konsonan adalah. Kunci Jawaban N(S) = 4 ; n(konsonan) = 3 P(konsonan) =

3 300 x 100 4 4

75

(nilai 10)

Tugas Individu Kelas Kontrol : Sebuah mata uang dan sebuah dadu dilempar bersama-sama. Peluang muncul angka pada mata uang dan bilangan komposit pada dadu adalah Kunci Jawaban N(angka dan komposit) = 6 ; n(S) = 12 P(angka dan komposit) =

6 12

1 2

(nilai 10)

79

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) II

Materi Pokok Standart Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Hasil Belajar

: : : :

Peluang Menentukan ringkasan data Menentukan peluang suatu kejadian sederhana. 1. Menghitung peluang masing-masing titik sampel pada ruang sampel. 2. Menghitung nilai peluang suatu kejadian.

Pertemuan ke Alokasi Waktu

: :

2 2 x 40 menit

A. Uraian Materi Pembelajaran Pengertian Ruang Sampel dan Titik Sampel

Ruang sampel dari suatu kejadian adalah himpunan semua kejadian yang muncul terjadi. Ruang sampel dapat dilambangkan dengan S dengan titik sampel adalah anggota dari ruang sampel. Pengertian Peluang Nilai peluang suatu kejadian adalah bilangan tertentu yang diketahui oleh frekuensi relatifnya apabila percobaannya sangat banyak. Frekuensi relatif muncul angka (A) = Menghitung Peluang Secara Teoritis Jika A n(A) n(S) = suatu kejadian = banyak titik sampel kejadian A = banyak titik sampel pada ruang sampel, maka peluang kejadian A adalah.

Seringnya A muncul Banyaknya pelemparan

P(A)

n (A) n(S)

Apabila suatu peluang A bernilai P(A) = 1, maka kita katakan bahwa kejadian A itu pasti terjadi (suatu kepastian), sedangkan suatu peluang B bernilai P(B) = 0 kita katakan bahwa kejadian B itu mustahil terjadi.

80

Jika nilai kemungkinan dari suatu hasil pada suatu percobaan adalah P, maka nilai kemungkinan bahwa hasil itu tidak terjadi adalah 1 P. P(hasil A) + P(hasil bukan A) = 1 Frekuensi Harapan Dalam sejumlah percobaan frekuensi harapan dari suatu kejadian adalah hasil kali dari peluang kejadian dengan banyaknya percobaan atau. Frekuensi harapan suatu hasil = Peluang suatu kejadian n banyaknya percobaan

B. Latihan Soal 1. Dalam sekelompok anak terdapat 5 anak memakai kaos merah, 8 anak memakai kaos kuning dan 11 anak memakai kaos biru, maka peluang anak yang memakai kaos kuning sebagai ketua kelompok adalah. 2. Tiga mata uang logam dilempar bersama-sama sebanyak 160 kali, maka harapan frekuensi muncul dua angka dan gambar adalah.

C. Soal Evaluasi 1. Dalam suatu kelompok terdiri dari 26 putra dan 16 putri, masing-masing mempunyai peluang yang sama untuk menjadi ketua kelompok, maka peluang putra untuk menjadi ketua kelompok adalah. 2. Jika dua buah dadu dilempar bersama-sama, maka peluang muncul kedua mata dadu prima adalah. 3. Tiga mata uang logam dilempar bersama-sama sebanyak 200 kali, maka frekuensi harapan muncul dua angka dan gambar adalah.

Mengetahui, Kepala Sekolah

Surakarta, Guru Mata Pelajaran Matematika

___________________ NIP.

_______________________ NIP.

Lampiran 2 KISI-KISI TES UJI COBA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA Satuan Pendidikan : SMP Kelas / Semester Mata Pelajaran Pokok Bahasan Jumlah Soal Waktu : IX/I : Matematika : Peluang : 30 butir : 2 x 40 menit

No

Indikator C1

Aspek Kognitif C2 11,20 3,23,25 C3 9,21,22 10,19

Jumlah

1 2

Menjelaskan pengertian ruang sampel titik sampel suatu percobaan. Menentukan ruang sampel suatu percobaan dengan mendata titik sampel.

2,15 5,16

7 7

Menghitung peluang masing-masing titik sampel pada ruang sampel suatu percobaan.

1,8

4,17,27

12,24,26

Menghitung nilai peluang suatu kejadian. Jumlah

6,7,28 9

13,18,29 11

14,30 10

8 30

Keterangan : C1, = Aspek Pengetahuan, C2, = Aspek Pemahaman, C3, = Aspek Penerapan.

81

82

Lampiran 3

SOAL TES UJI COBA MATEMATIKA

PETUNJUK UMUM : 1. Waktu mengerjakan soal 90 menit. 2. Tulis nama dan nomor absen pada lembar jawab yang tersedia. 3. Pilihlah jawaban yang paling anda anggap benar dengan memberi tanda silang. 4. Tidak boleh menggunakan kalkulator / tabel. 5. Kerjakan dahulu soal-soal yang anda anggap mudah. 6. Periksalah jawaban anda kemudian kumpulkan lembar soal beserta lembar jawab yang telah anda isi. 7. Lembar soal tidak boleh dicoret-coret.

Pilihlah salah satu huruf jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d !

1. Sebuah dadu dilantunkan 480 kali, ternyata muncul mata dadu prima sebanyak 250 kali. Frekuensi relatif muncul mata dadu prima adalah . a. b.

1 4 25 48

c.

1 2 1 2

d. 2

2. Bila salah satu kartu dipilih secara acak dari satu perangkat kartu bridge, maka probabilitas muncul kartu AS adalah . a. b.

1 13 2 13

c. d.

3 13 4 13

3. Didalam suatu kantong terdapat 10 kelereng merah, 20 kelereng biru, dan 30 kelereng kuning. Jika setiap pengambilan sebuah kelereng yang dilakukan secara random tidak dikembalikan dan pada pengambilan ke 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut

83

terambil kelereng berwarna merah, biru, kuning, biru, dan kuning maka pada pengambilan ke-6 probabilitas yang terambil berwarna kuning. a. b.

26 60 28 55

c. d.

15 55 8 55

4. Dalam suatu kotak berisi huruf-huruf yang dapat menyusun kata indonesia bersatu. Jika sebuah huruf diambil secara acak, maka kemungkinan terambil huruf a adalah . a. b.

1 16 1 8

c. d.

1 4 1 12

5. Pada pelemparan mata dadu secara bersama-sama, peluang muncul muka dadu berjumlah kurang dari 7 adalah . a. b.

1 36 5 12

c. d.

7 12 9 12

6. Dua keping mata uang logam dilempar bersama-sama dengan sebuah dadu. Peluang muncul angka dan gambar pada uang dan muka dadu prima adalah . a. b.

1 4 25 24

c. d.

1 6 1 24

7. Sebuah kantong berisi 14 kelereng putih, 10 kelereng merah, dan 18 kelereng biru, aerta 12 kelereng hitam. Jika diambil secara acak sebuah kelereng pada kantong tersebut, maka peluang terambil kelereng hitam adalah . a. b.

4 9

c. d.

2 9

3 9

1 9

84

8. Suatu huruf dipilih secara acak dari huruf-huruf pembentuk kata MELIHAT Peluang bahwa huruf itu vokal adalah. a. b.

2 7 3 7

c. d.

1 2 3 4

9. Pada percobaan melempar sebuah dadu, peluang muncul mata dadu bilangan prima tidak genap adalah . a. b.

1 6 1 3

c. d.

1 2 5 6

10. Sebuah kartu diambil dari seperangkat kartu bridge. Peluang muncul As, K, Q, J,dan 10 adalah . a. b.

8 52
5 52

c. d.

1 13
5 13

11. Sebuah dadu dilemparkan, peluang muncul mata dadu bilangan prima atau genap adalah. a. 1 b. c. d.

2 3 1 2

5 6

12. Tiga mata uang logam dilempar bersama-sama. Peluang muncul dua gambar adalah . a. b.

1 2 3 8

c. d.

1 4 1 8

13. Dalam sekelompok anak terdapat 5 anak memakai kaos merah, 8 anak memakai kaos kuning dan 11 anak memakai kaos biru, maka peluang anak yang memakai kaos kuning sebagai ketua kelompok adalah .

85

a. b.

1 3 1 4

c. d.

5 24 11 24

14. Dalam suatu kelompok terdiri dari 26 putra dan 16 putri, masing-masing mempunyai peluang yang sama untuk menjadi ketua kelompok, maka peluang putra untuk menjadi ketua kelompok adalah . a. b.

22 16

c. d.

26 42

16 26

11 42

15. Sebuah bidang empat beraturan sisi-sisinya diberi huruf a, b, c, dan d. Bidang tersebut digulingkan sebanyak 100 kali, maka frekuensi harapan muncul huruf konsonan adalah . a. 10 b. 25 c. 50 d. 75

16. Dua mata uang dilempar 100 kali. Frekuensi harapan muncul satu angka dan satu gambar (urutan tidak diperhatikan) adalah . a. 0,05 b. 1,25 c. 25 d. 50

17. Tiga mata uang logam dilempar bersama-sama sebanyak 160 kali, maka harapan frekuensi muncul dua angka dan gambar adalah . a. 30 kali b. 60 kali prima adalah . a. b. c. 80 kali d. 90 kali

18. Jika dua buah dadu dilempar bersama-sama, maka peluang muncul kedua mata dadu

1 4 5 18

c. d.

1 3 2 3

19. Sebuah mata uang dan sebuah dadu dilempar bersama-sama, peluang muncul angka pada mata uang dan bilangan komposit pada dadu adalah.

86

a. b.

5 6 1 2

c. d.

1 3 1 6

20. Sesudah dilakukan sejumlah besar percobaan dengan melempar paku payung diperoleh P (ujung di atas) kira-kira 0,6, jika dilakukan 240 percobaan lagi, maka frekuensi harapan muncul ujung di atas adalah . a. 126 b. 210 c. 144 d. 252

21. Suatu perusahaan asuransi memperkirakan bahwa besar kemungkinan seorang sopir mengalami kecelakaan dalam satu tahun adalah 0,25, jika ada 300 sopir, maka diperkirakan yang mengalami kecelakaan dalam satu tahun adalah . a. 25 b. 50 berjumlah 10 adalah . a. 40 b. 60 c. 80 d. 120 c. 75 d. 150

22. Dari 480 kali pelemparan dua dadu, maka frekuensi harapan munculnya mata dadu

23. Banyaknya menyusun kata dari kata FITRI adalah. a. 60 b. 80 c. 120 d. 240

24. Pada percobaan melempar sebuah dadu. Peluang muncul mata dadu 2 adalah . a. b.

1 6
1 3

c. d.

1 2
5 6

25. Tiga buah mata uang dilempar bersama-sama maka titik-titik sampelnya adalah. a. AAA b. GGG c. AAA, AAG, AGG, GAG, GGG d. AAA, AAG, GAA, AGA, AGG, GAG, GAA, GGG

26. Suatu huruf dipilih secara acak dari huruf-huruf pembentuk kata MELATI peluang muncul huruf vokal adalah.

87

a. b.

2 7 3 7

c. d.

1 2 3 4

27. Dalam suatu kelompok terdiri dari 20 putra dan 18 putri, masing-masing mempunyai peluang yang sama untuk menjadi ketua kelompok, maka peluang anak putra menjadi ketua kelompok adalah . a. b.

22 18

c. d.

10 18

20 38

18 38

28. Tiga mata uang logam dilempar bersama-sama sebanyak 200 kali, maka frekuensi harapan muncul dua angka dan gambar adalah . a. 25 kali b. 50 kali c. 75 kali d. 100 kali

29. Titik sampel dari pelemparan sebuah dadu adalah . a. 1 b. 6 c. 1, 6 d. 1, 2, 3, 4, 5, 6

30. Suatu perusahaan asuransi memperkirakan bahwa besar kemungkinan seorang sopir mengalami kecelakaan dalam satu tahun adalah 0,36, jika ada 250 sopir, maka diperkirakan yang mengalami kecelakaan dalam satu tahun adalah . a. 30 b. 45 c. 60 d. 90

88

LEMBAR JAWAB SOAL UJI COBA TES PRESTASI

Nama Kelas No Absen

: : :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a

b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b

c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c

d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d

89

KUNCI JAWABAN TES PRESTASI MATEMATIKA

1. b 2. a 3. b 4. b 5. b 6. a 7. c 8. b 9. b 10. d

11. b 12. b 13. a 14. c 15. d 16. d 17. b 18. a 19. b 20. c

21. c 22. a 23. c 24. a 25. d 26. c 27. b 28. c 29. d 30. d

Lampiran 4 Uji Coba Instrument Tes Prestasi Belajar Matematika


RESP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Total rxy p q p*q Variansi Keputusan Reliabilitas

1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 26
0.351 0.650 0.350 0.228 0.233 Konst 0.894

2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 20
0.746 0.500 0.500 0.250 0.256 Konst

3 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21
0.584 0.525 0.475 0.249 0.256 Konst

4 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
0.550 0.750 0.250 0.188 0.192 Konst

5 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 24
0.367 0.600 0.400 0.240 0.246 Konst

6 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25
0.543 0.625 0.375 0.234 0.240 Konst

7 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
0.580 0.675 0.325 0.219 0.225 Konst

8 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 20
0.411 0.500 0.500 0.250 0.256 Konst

9 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17
0.504 0.425 0.575 0.244 0.251 Konst

10 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 16
0.529 0.400 0.600 0.240 0.246 Konst

11 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 25
0.366 0.625 0.375 0.234 0.240 Konst

12 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
0.464 0.575 0.425 0.244 0.251 Konst

13 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 26
0.545 0.650 0.350 0.228 0.233 Konst

14 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 26
0.433 0.650 0.350 0.228 0.233 Konst

SOAL 15 16 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 23
0.651 0.575 0.425 0.244 0.251 Konst

17 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18
0.374 0.450 0.550 0.248 0.254 Konst

18 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
0.506 0.600 0.400 0.240 0.246 Konst

19 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 10
0.456 0.250 0.750 0.188 0.192 Konst

20 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 24
0.491 0.600 0.400 0.240 0.246 Konst

21 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 26
0.583 0.650 0.350 0.228 0.233 Konst

22 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 26
0.433 0.650 0.350 0.228 0.233 Konst

23 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 17
0.432 0.425 0.575 0.244 0.251 Konst

24 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 26
0.358 0.650 0.350 0.228 0.233 Konst

25 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 27
0.115 0.675 0.325 0.219 0.225 Tdk

26 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 27
0.595 0.675 0.325 0.219 0.225 Konst

27 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 30
0.443 0.750 0.250 0.188 0.192 Konst

28 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 22
0.638 0.550 0.450 0.248 0.254 Konst

29 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 35
0.344 0.875 0.125 0.109 0.112 Konst

30 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25
0.757 0.625 0.375 0.234 0.240 Konst

TOTAL

11 14 10 11 9 8 8 7 8 15 8 8 11 13 12 16 17 25 18 15 19 14 18 22 22 21 21 17 24 25 25 28 26 30 23 28 28 25 27 24

0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25
0.506 0.625 0.375 0.234 0.240 Konst

90

KELOMPOK BAWAH NO RESP 1 8 2 6 3 7 4 9 5 11 6 12 7 5 8 3 9 1 10 4 11 13 TOTAL 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 6 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 4 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 5 5 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 5 6 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 5 7 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 3 8 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3 9 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3 10 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 11 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 4 12 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 4 13 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3 14 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 3 SOAL 15 16 17 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 3 4 18 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 4 19 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 20 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 3 21 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3 22 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 3 23 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 24 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 4 25 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 6 26 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3 27 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 4 28 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2 29 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 TOTAL 7 8 8 8 8 8 9 10 11 11 11

KELOMPOK ATAS NO RESP 1 40 2 18 3 30 4 31 5 38 6 33 7 39 8 32 9 36 10 37 11 34 TOTAL 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10 3 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 5 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 8 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 10 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 7 11 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 9 12 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 13 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 SOAL 15 16 17 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 10 18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 19 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 7 20 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 21 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 23 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 6 24 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 9 25 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 8 26 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 27 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10 28 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10 29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 TOTAL 24 25 25 25 25 26 27 28 28 28 30

91

DAYA BEDA & TINGKAT KESUKARAN SOAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 N BENAR ATAS 10 10 10 11 9 11 11 8 11 7 9 10 10 11 10 10 10 11 7 9 10 11 6 9 8 10 10 10 11 11 N BENAR BAWAH 6 0 2 5 5 5 3 3 3 1 4 4 3 3 2 3 4 4 1 3 3 3 1 4 6 3 4 2 8 1 N ATAS 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 N BAWAH 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 D 0.351 0.746 0.584 0.550 0.367 0.543 0.580 0.411 0.504 0.529 0.366 0.464 0.545 0.433 0.651 0.506 0.374 0.506 0.456 0.491 0.583 0.433 0.432 0.358 0.115 0.595 0.443 0.638 0.344 0.757 KET Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Tidak Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan N BENAR 26 20 21 30 24 25 27 20 17 16 25 23 26 26 23 25 18 24 10 24 26 26 17 26 27 27 30 22 35 25 N TOTAL 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 TK 0.650 0.500 0.525 0.750 0.600 0.625 0.675 0.500 0.425 0.400 0.625 0.575 0.650 0.650 0.575 0.625 0.450 0.600 0.250 0.600 0.650 0.650 0.425 0.650 0.675 0.675 0.750 0.550 0.875 0.625 KET Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Mudah Sedang

92

93

Lampiran 5

UJI KESEIMBANGAN

1. Hipotesis H0 : tidak terdapat perbedaan rerata antar kelompok populasi H1 : terdapat perbedaan rerata antar kelompok populasi 2. Taraf signifikansi = 0,05 3. Statistik uji Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh: t = -0,213 4. Daerah kritik DK = { t| | t |> t;db = 1,645} 5. Keputusan uji t hitung DK

Maka H0 tidak ditolak Jadi : tidak terdapat perbedaan rerata antar kelompok populasi.

94

Tabel Perhitungan Uji t


NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 KONSTEKTUAL 48 52 46 64 62 52 66 66 62 60 66 68 56 54 46 82 60 56 64 54 58 76 60 52 78 58 64 68 56 52 58 46 58 62 54 68 72 66 60 60 56 66 72 68 LANGSUNG 52 92 56 64 60 56 66 64 52 44 56 68 64 52 60 60 54 60 50 58 48 72 70 66 58 54 48 50 78 54 54 52 52 66 52 46 62 76 66 52 54 70 60 68 NO 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 KONSTEKTUAL 92 64 60 60 58 66 68 70 72 56 48 64 66 52 60 68 78 72 66 56 68 68 60 56 70 82 88 60 68 66 56 82 62 66 72 74 66 56 58 82 76 74 58 60 LANGSUNG 66 86 56 68 56 64 64 68 74 72 56 54 78 84 52 64 68 70 58 68 78 72 56 64 60 76 78 88 62 56 60 68 54 88 92 56 64 92 74 72 68 52 68 66

95

45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61

62 68 72 60 56 52 72 70 74 62 56 58 68 54 76 82 86

78 56 60 56 58 62 66 60 86 70 78 60 66 64 72 70 58

106 107 108 109 110 111 N Rataan Stand Dev Median Variansi Maks Min s gab t hitung t tabel

52 76 68 70 64 110 64.13 9.41 64 88.61 92 46 10.042 -0.213 1.645

64 68 82 76 72 62 111 64.41 10.63 64 112.95 92 44

96

DAFTAR NILAI MURNI MATEMATIKA PADA ULANGAN UMUM SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 KELAS EKSPERIMEN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 NILAI 48 52 46 64 62 52 66 66 62 60 66 68 56 54 46 82 60 56 64 54 58 76 60 52 78 58 64 68 56 52 NO 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 NILAI 58 46 58 62 54 68 72 66 60 60 56 66 72 68 62 68 72 60 56 52 72 70 74 62 56 58 68 54 76 82 NO 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 NILAI 86 92 64 60 60 58 66 68 70 72 56 48 64 66 52 60 68 78 72 66 56 68 68 60 56 70 82 88 60 68 NO 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 NILAI 66 56 82 62 66 72 74 66 56 58 82 76 74 58 60 52 76 68 70 64

97

DAFTAR NILAI MURNI MATEMATIKA PADA ULANGAN UMUM SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 KELAS KONTROL NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 NILAI 52 92 56 64 60 56 66 64 52 44 56 68 64 52 60 60 54 60 50 58 48 72 70 66 58 54 48 50 78 54 NO 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 NILAI 54 52 52 66 52 46 62 76 66 52 54 70 60 68 78 56 60 56 58 62 66 60 86 70 78 60 66 64 72 70 NO 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 NILAI 58 66 86 56 68 56 64 64 68 74 72 56 54 78 84 52 64 68 70 58 68 78 72 56 64 60 76 78 88 62 NO 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 NILAI 56 60 68 54 88 92 56 64 92 74 72 68 52 68 66 64 68 82 76 72 62

98

Lampiran 6

DATA PENELITIAN DAN DISKRIPSI DATA


RESP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 METODE Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual INTELEGENSI Tinggi Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Rendah Sedang Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Rendah Sedang Rendah Sedang Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah PRESTASI 80 52 72 68 56 64 76 72 76 76 76 56 72 68 64 56 56 88 64 80 64 76 72 68 68 48 56 52 72 64 72 60 84 92 60 80 80 76 72 76 60 SKOR INTELEGENSI 115 87 99 105 84 83 100 110 113 93 105 87 95 113 90 89 85 118 98 101 110 105 103 122 111 88 91 82 104 114 85 89 120 112 95 115 104 95 97 108 87 UAS 48 52 46 64 62 52 66 66 62 60 66 68 56 54 46 82 60 56 64 54 58 76 60 52 78 58 64 68 56 52 58 46 58 62 54 68 72 66 60 60 56

99

42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88

Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual

Tinggi Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Tinggi Tinggi

76 72 68 76 68 72 72 76 68 68 60 88 80 76 76 88 68 80 92 96 92 84 72 60 68 80 76 84 88 76 52 60 80 64 80 84 80 88 88 64 76 84 64 76 84 92 96

112 83 85 91 104 106 92 113 99 109 89 115 119 117 103 119 84 115 118 119 115 119 104 120 104 116 105 114 118 112 87 83 115 99 119 122 116 118 113 95 102 118 85 108 119 114 118

66 72 68 62 68 72 60 56 52 72 70 74 62 56 58 68 54 76 82 86 92 64 60 60 58 66 68 70 72 56 48 64 66 52 60 68 78 72 66 56 68 68 60 56 70 82 88

100

89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135

Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Konstekstual Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung

Sedang Tinggi Rendah Rendah Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Tinggi Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah

68 80 64 52 96 64 72 84 84 80 64 72 92 92 84 72 80 56 88 88 88 76 60 76 48 72 44 60 64 72 40 48 60 64 64 60 68 72 60 64 48 52 48 68 52 68 56

93 113 83 88 114 91 95 112 114 118 93 102 113 118 119 93 118 83 119 119 115 92 84 95 94 101 83 91 97 88 85 94 112 93 87 89 84 91 85 94 99 97 84 92 103 90 88

60 68 66 56 82 62 66 72 74 66 56 58 82 76 74 58 60 52 76 68 70 64 52 92 56 64 60 56 66 64 52 44 56 68 64 52 60 60 54 60 50 58 48 72 70 66 58

101

136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182

Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung

Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Rendah Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Tinggi Sedang Rendah Sedang Rendah Tinggi Tinggi Sedang

64 40 56 68 56 68 56 44 68 56 44 72 80 76 56 48 72 68 68 76 68 48 48 72 72 80 60 80 68 80 72 72 68 80 80 60 68 80 60 76 64 68 72 64 76 80 48

92 101 101 100 89 98 99 83 88 119 96 90 118 99 94 103 96 92 88 102 93 92 94 116 100 117 85 119 98 118 113 119 86 116 118 90 96 116 81 119 95 87 96 90 117 112 101

54 48 50 78 54 54 52 52 66 52 46 62 76 66 52 54 70 60 68 78 56 60 56 58 62 66 60 86 70 78 60 66 64 72 70 58 66 86 56 68 56 64 64 68 74 72 56

102

183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221

Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung

Sedang Tinggi Tinggi Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Tinggi Sedang Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Tinggi Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Tinggi Tinggi Sedang Sedang Rata-rata St Deviasi Median Minimum Maksimum

64 80 84 60 52 72 76 52 64 76 72 60 64 64 76 76 80 60 52 52 72 52 84 84 68 64 84 76 72 68 60 64 72 68 52 80 76 68 56 69.57 11.92 72 40 96

98 112 118 89 85 105 103 89 115 97 102 115 95 90 118 103 119 92 88 112 114 88 111 119 104 88 118 99 117 83 105 88 96 98 83 119 118 92 95 101.69 12.30 100 81 122

54 78 84 52 64 68 70 58 68 78 72 56 64 60 76 78 88 62 56 60 68 54 88 92 56 64 92 74 72 68 52 68 66 64 68 82 76 72 62 64.27 10.02 64 44 92

103

Diskripsi

Data

Prestasi

Belajar

Matematika

Berdasarkan

Model

Pembelajaran
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 MODEL KONSTEKTUAL LANGSUNG 80 60 52 76 72 48 68 72 56 44 64 60 76 64 72 72 76 40 76 48 76 60 56 64 72 64 68 60 64 68 56 72 56 60 88 64 64 48 80 52 64 48 76 68 72 52 68 68 68 56 48 64 56 40 52 56 72 68 64 56 72 68 60 56 84 44 92 68 60 56 80 44 80 72 76 80 72 76 76 56 60 48 76 72 NO 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 MODEL KONSTEKTUAL LANGSUNG 92 80 96 60 92 68 84 80 72 60 60 76 68 64 80 68 76 72 84 64 88 76 76 80 52 48 60 64 80 80 64 84 80 60 84 52 80 72 88 76 88 52 64 64 76 76 84 72 64 60 76 64 84 64 92 76 96 76 68 80 80 60 64 52 52 52 96 72 64 52 72 84 84 84 84 68 80 64 64 84 72 76 92 72

104

43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59

72 68 76 68 72 72 76 68 68 60 88 80 76 76 88 68 80

68 68 76 68 48 48 72 72 80 60 80 68 80 72 72 68 80

102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 N Rata-rata St Deviasi Median Minimum Maksimum

92 84 72 80 56 88 88 88 76

68 60 64 72 68 52 80 76 68 56 111 65.26 10.97 68 40 84

110 73.93 11.28 76 48 96

105

Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Intelegensi


NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 INTELEGENSI TINGGI SEDANG RENDAH 76 72 64 76 68 56 76 76 88 80 84 92 88 88 92 96 92 84 84 88 80 80 80 88 88 84 84 92 96 80 96 84 84 80 92 92 84 88 88 88 76 68 68 68 64 76 76 72 76 72 64 80 64 72 56 72 60 80 72 76 76 68 72 72 68 68 76 72 68 76 64 64 76 76 68 64 72 64 72 72 76 80 80 80 80 52 52 52 52 72 64 56 52 64 56 48 60 60 72 68 60 68 52 52 56 60 64 56 60 72 40 64 60 68 60 68 56 56 44 68 72 68 60 68 60 60 68 64 60 NO 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 N Rata-rata St Deviasi 81 79.46 9.01 INTELEGENSI TINGGI SEDANG RENDAH 76 60 68 84 64 64 76 76 76 76 80 80 80 72 72 76 76 76 72 72 76 60 56 72 80 80 80 80 80 84 64 60 80 52 84 84 80 80 84 64 72 64 52 68 52 64 40 56 68 68 56 44 56 72 68 68 48 48 72 68 68 64 72 48 64 72 76 72 64 76 60 68 60 72 68 68 56 86 66.65 9.18 54 59.41 8.02 52 44 48 48 48 48

106

44 45 46

76 80 60

76 48 72

64 52 64

Median Minimum Maksimum

80 52 96

68 40 80

60 40 72

107

Diskripsi Data Prestasi Belajar Pembelajaran dan Intelegensi


NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43

Matematika

Berdasarkan

Model

KONSTEKTUAL TINGGI SEDANG RENDAH 76 72 64 76 68 56 76 72 52 76 76 72 88 72 64 80 64 56 84 80 52 92 64 64 88 72 56 88 56 48 92 72 60 96 60 60 92 80 72 84 72 68 84 76 60 88 76 68 80 68 52 80 72 52 80 72 56 88 68 60 88 68 64 84 76 56 84 72 92 68 96 76 80 64 96 64 84 76 84 76 80 68 92 64 92 72 84 64 88 72 88 72 88 76 76 80 68 80 68 80 68 80 64 76 76

TINGGI 76 76 76 76 80 80 80 72 72 76 76 76 72 72 76 60 56 72 80 80 80 80 80 84 64 60 80 52 84 84 80 80 84

LANGSUNG SEDANG RENDAH 52 60 52 72 52 40 76 64 48 60 72 68 60 60 64 68 64 56 72 56 64 44 52 68 68 72 52 68 64 60 40 68 56 60 68 60 68 68 56 64 44 60 56 64 72 52 68 64 68 68 48 64 48 52 72 44 68 48 68 48 64 48 72 48 48 64 72 76 72 64 76 60 68 60 72

108

44 45 46 47 48 N Rata-rata St Deviasi Median Minimum Maksimum

76 80 60 76 84 48 82.50 8.36 84 60 96

68 68 56

40 71.50 5.95 72 56 80

22 59.64 6.75 60 48 72

33 75.03 8.13 76 52 84

46 62.43 9.45 64 40 76

32 59.25 8.88 60 40 72

109

Lampiran 7

UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

A. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

1. Hipotesis H0 : data nilai prestasi belajar matematika berasal dari populasi normal H1 : data nilai prestasi belajar matematika tidak berasal dari populasi normal 2. Taraf signifikansi = 0,05 3. Statistik uji Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:

x = 69,575
SD = 11,923 L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,051 4. Daerah kritik L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 221) = 0,060 5. Keputusan uji L hitung < L tabel Lilliefors Maka H0 tidak ditolak Jadi data nilai prestasi belajar matematika berasal dari populasi normal.

110

Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika dengan metode Lilliefors
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 xi 40 40 44 44 44 48 48 48 48 48 48 48 48 48 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 60 60 60 60 zi -2.480 -2.480 -2.145 -2.145 -2.145 -1.809 -1.809 -1.809 -1.809 -1.809 -1.809 -1.809 -1.809 -1.809 -1.474 -1.474 -1.474 -1.474 -1.474 -1.474 -1.474 -1.474 -1.474 -1.474 -1.474 -1.474 -1.139 -1.139 -1.139 -1.139 -1.139 -1.139 -1.139 -1.139 -1.139 -1.139 -1.139 -1.139 -1.139 -0.803 -0.803 -0.803 -0.803 F(zi) 0.007 0.007 0.016 0.016 0.016 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.127 0.127 0.127 0.127 0.127 0.127 0.127 0.127 0.127 0.127 0.127 0.127 0.127 0.211 0.211 0.211 0.211 S(zi) 0.009 0.009 0.023 0.023 0.023 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.118 0.118 0.118 0.118 0.118 0.118 0.118 0.118 0.118 0.118 0.118 0.118 0.176 0.176 0.176 0.176 0.176 0.176 0.176 0.176 0.176 0.176 0.176 0.176 0.176 0.258 0.258 0.258 0.258 | F(zi) - S(zi) | 0.002 0.002 0.007 0.007 0.007 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.028 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.049 0.049 0.049 0.049 0.049 0.049 0.049 0.049 0.049 0.049 0.049 0.049 0.049 0.047 0.047 0.047 0.047

111

44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90

60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 68 68 68 68 68 68 68 68 68

-0.803 -0.803 -0.803 -0.803 -0.803 -0.803 -0.803 -0.803 -0.803 -0.803 -0.803 -0.803 -0.803 -0.803 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.468 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132

0.211 0.211 0.211 0.211 0.211 0.211 0.211 0.211 0.211 0.211 0.211 0.211 0.211 0.211 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.320 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447

0.258 0.258 0.258 0.258 0.258 0.258 0.258 0.258 0.258 0.258 0.258 0.258 0.258 0.258 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.367 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493

0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046

112

91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137

68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72

-0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 -0.132 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203 0.203

0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.447 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581 0.581

0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.493 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624 0.624

0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044

113

138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184

72 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80

0.203 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.539 0.874 0.874 0.874 0.874 0.874 0.874 0.874 0.874 0.874 0.874 0.874 0.874 0.874 0.874 0.874 0.874 0.874 0.874

0.581 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.809 0.809 0.809 0.809 0.809 0.809 0.809 0.809 0.809 0.809 0.809 0.809 0.809 0.809 0.809 0.809 0.809 0.809

0.624 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.751 0.860 0.860 0.860 0.860 0.860 0.860 0.860 0.860 0.860 0.860 0.860 0.860 0.860 0.860 0.860 0.860 0.860 0.860

0.044 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051

114

185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 Rata-rata St Dev

80 80 80 80 80 80 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 88 88 88 88 88 88 88 88 88 92 92 92 92 92 92 96 96 96 69.575 11.923

0.874 0.874 0.874 0.874 0.874 0.874 1.210 1.210 1.210 1.210 1.210 1.210 1.210 1.210 1.210 1.210 1.210 1.210 1.210 1.545 1.545 1.545 1.545 1.545 1.545 1.545 1.545 1.545 1.881 1.881 1.881 1.881 1.881 1.881 2.216 2.216 2.216

0.809 0.809 0.809 0.809 0.809 0.809 0.887 0.887 0.887 0.887 0.887 0.887 0.887 0.887 0.887 0.887 0.887 0.887 0.887 0.939 0.939 0.939 0.939 0.939 0.939 0.939 0.939 0.939 0.970 0.970 0.970 0.970 0.970 0.970 0.987 0.987 0.987

0.860 0.860 0.860 0.860 0.860 0.860 0.919 0.919 0.919 0.919 0.919 0.919 0.919 0.919 0.919 0.919 0.919 0.919 0.919 0.959 0.959 0.959 0.959 0.959 0.959 0.959 0.959 0.959 0.986 0.986 0.986 0.986 0.986 0.986 1.000 1.000 1.000 Maks Tabel

0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.020 0.016 0.016 0.016 0.016 0.016 0.016 0.013 0.013 0.013 0.051 0.060

115

B. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

1.

Hipotesis H0 : data nilai prestasi H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada model Pembelajaran

Kontekstual berasal dari populasi normal belajar matematika pada model Pembelajaran

Kontekstual tidak berasal dari populasi normal 2. Taraf signifikansi = 0,05 3. Statistik uji Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:

x = 73,927
SD = 11,284 L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,065 4. Daerah kritik L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 110) = 0,084 5. Keputusan uji L hitung < L tabel Lilliefors Maka H0 tidak ditolak Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada model Pembelajaran Kontekstual berasal dari populasi normal.

116

Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Pada Model Pembelajaran Kontekstual dengan Metode Lilliefors
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 xi 48 52 52 52 52 56 56 56 56 56 56 60 60 60 60 60 60 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 72 72 72 72 zi -2.298 -1.943 -1.943 -1.943 -1.943 -1.589 -1.589 -1.589 -1.589 -1.589 -1.589 -1.234 -1.234 -1.234 -1.234 -1.234 -1.234 -0.880 -0.880 -0.880 -0.880 -0.880 -0.880 -0.880 -0.880 -0.880 -0.880 -0.880 -0.525 -0.525 -0.525 -0.525 -0.525 -0.525 -0.525 -0.525 -0.525 -0.525 -0.525 -0.171 -0.171 -0.171 -0.171 F(zi) 0.011 0.026 0.026 0.026 0.026 0.056 0.056 0.056 0.056 0.056 0.056 0.109 0.109 0.109 0.109 0.109 0.109 0.189 0.189 0.189 0.189 0.189 0.189 0.189 0.189 0.189 0.189 0.189 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.300 0.432 0.432 0.432 0.432 S(zi) 0.009 0.045 0.045 0.045 0.045 0.100 0.100 0.100 0.100 0.100 0.100 0.155 0.155 0.155 0.155 0.155 0.155 0.255 0.255 0.255 0.255 0.255 0.255 0.255 0.255 0.255 0.255 0.255 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 0.482 0.482 0.482 0.482 | F(zi) - S(zi) | 0.002 0.019 0.019 0.019 0.019 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.044 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.046 0.065 0.065 0.065 0.065 0.065 0.065 0.065 0.065 0.065 0.065 0.065 0.055 0.055 0.055 0.055 0.055 0.055 0.055 0.055 0.055 0.055 0.055 0.050 0.050 0.050 0.050

117

44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90

72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 84 84 84 84 84 84 84

-0.171 -0.171 -0.171 -0.171 -0.171 -0.171 -0.171 -0.171 -0.171 -0.171 0.184 0.184 0.184 0.184 0.184 0.184 0.184 0.184 0.184 0.184 0.184 0.184 0.184 0.184 0.184 0.184 0.184 0.538 0.538 0.538 0.538 0.538 0.538 0.538 0.538 0.538 0.538 0.538 0.538 0.538 0.893 0.893 0.893 0.893 0.893 0.893 0.893

0.432 0.432 0.432 0.432 0.432 0.432 0.432 0.432 0.432 0.432 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.814 0.814 0.814 0.814 0.814 0.814 0.814

0.482 0.482 0.482 0.482 0.482 0.482 0.482 0.482 0.482 0.482 0.636 0.636 0.636 0.636 0.636 0.636 0.636 0.636 0.636 0.636 0.636 0.636 0.636 0.636 0.636 0.636 0.636 0.755 0.755 0.755 0.755 0.755 0.755 0.755 0.755 0.755 0.755 0.755 0.755 0.755 0.836 0.836 0.836 0.836 0.836 0.836 0.836

0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.050 0.022 0.022 0.022 0.022 0.022 0.022 0.022

118

91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 Rata-rata St Dev

84 84 88 88 88 88 88 88 88 88 88 92 92 92 92 92 92 96 96 96 73.927 11.284

0.893 0.893 1.247 1.247 1.247 1.247 1.247 1.247 1.247 1.247 1.247 1.602 1.602 1.602 1.602 1.602 1.602 1.956 1.956 1.956

0.814 0.814 0.894 0.894 0.894 0.894 0.894 0.894 0.894 0.894 0.894 0.945 0.945 0.945 0.945 0.945 0.945 0.975 0.975 0.975

0.836 0.836 0.918 0.918 0.918 0.918 0.918 0.918 0.918 0.918 0.918 0.973 0.973 0.973 0.973 0.973 0.973 1.000 1.000 1.000 Maks Tabel

0.022 0.022 0.024 0.024 0.024 0.024 0.024 0.024 0.024 0.024 0.024 0.027 0.027 0.027 0.027 0.027 0.027 0.025 0.025 0.025 0.065 0.084

119

C. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG

1.

Hipotesis H0 : data nilai prestasi H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada model Pembelajaran

Langsung berasal dari populasi normal belajar matematika pada model Pembelajaran

Langsung tidak berasal dari populasi normal 2. Taraf signifikansi = 0,05 3. Statistik uji Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:

x = 65,261
SD = 10,974 L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,076 4. Daerah kritik L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 111) = 0,084 5. Keputusan uji L hitung < L tabel Lilliefors Maka H0 tidak ditolak Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada model Pembelajaran Langsung berasal dari populasi normal.

120

Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika pada Model Pembelajaran Langsung dengan metode Lilliefors
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 xi 40 40 44 44 44 48 48 48 48 48 48 48 48 52 52 52 52 52 52 52 52 56 56 56 56 56 56 56 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 64 64 64 zi -2.302 -2.302 -1.937 -1.937 -1.937 -1.573 -1.573 -1.573 -1.573 -1.573 -1.573 -1.573 -1.573 -1.208 -1.208 -1.208 -1.208 -1.208 -1.208 -1.208 -1.208 -0.844 -0.844 -0.844 -0.844 -0.844 -0.844 -0.844 -0.479 -0.479 -0.479 -0.479 -0.479 -0.479 -0.479 -0.479 -0.479 -0.479 -0.479 -0.479 -0.115 -0.115 -0.115 F(zi) 0.011 0.011 0.026 0.026 0.026 0.058 0.058 0.058 0.058 0.058 0.058 0.058 0.058 0.113 0.113 0.113 0.113 0.113 0.113 0.113 0.113 0.199 0.199 0.199 0.199 0.199 0.199 0.199 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.454 0.454 0.454 S(zi) 0.018 0.018 0.045 0.045 0.045 0.117 0.117 0.117 0.117 0.117 0.117 0.117 0.117 0.189 0.189 0.189 0.189 0.189 0.189 0.189 0.189 0.252 0.252 0.252 0.252 0.252 0.252 0.252 0.360 0.360 0.360 0.360 0.360 0.360 0.360 0.360 0.360 0.360 0.360 0.360 0.477 0.477 0.477 | F(zi) - S(zi) | 0.007 0.007 0.019 0.019 0.019 0.059 0.059 0.059 0.059 0.059 0.059 0.059 0.059 0.076 0.076 0.076 0.076 0.076 0.076 0.076 0.076 0.053 0.053 0.053 0.053 0.053 0.053 0.053 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.023 0.023 0.023

121

44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90

64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 76 76 76 76 76

-0.115 -0.115 -0.115 -0.115 -0.115 -0.115 -0.115 -0.115 -0.115 -0.115 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250 0.614 0.614 0.614 0.614 0.614 0.614 0.614 0.614 0.614 0.614 0.614 0.614 0.614 0.614 0.614 0.979 0.979 0.979 0.979 0.979

0.454 0.454 0.454 0.454 0.454 0.454 0.454 0.454 0.454 0.454 0.599 0.599 0.599 0.599 0.599 0.599 0.599 0.599 0.599 0.599 0.599 0.599 0.599 0.599 0.599 0.599 0.599 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.836 0.836 0.836 0.836 0.836

0.477 0.477 0.477 0.477 0.477 0.477 0.477 0.477 0.477 0.477 0.631 0.631 0.631 0.631 0.631 0.631 0.631 0.631 0.631 0.631 0.631 0.631 0.631 0.631 0.631 0.631 0.631 0.766 0.766 0.766 0.766 0.766 0.766 0.766 0.766 0.766 0.766 0.766 0.766 0.766 0.766 0.766 0.865 0.865 0.865 0.865 0.865

0.023 0.023 0.023 0.023 0.023 0.023 0.023 0.023 0.023 0.023 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 0.035 0.029 0.029 0.029 0.029 0.029

122

91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 Rata-rata St Dev

76 76 76 76 76 76 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 84 84 84 84 65.261 10.974

0.979 0.979 0.979 0.979 0.979 0.979 1.343 1.343 1.343 1.343 1.343 1.343 1.343 1.343 1.343 1.343 1.343 1.708 1.708 1.708 1.708

0.836 0.836 0.836 0.836 0.836 0.836 0.910 0.910 0.910 0.910 0.910 0.910 0.910 0.910 0.910 0.910 0.910 0.956 0.956 0.956 0.956

0.865 0.865 0.865 0.865 0.865 0.865 0.964 0.964 0.964 0.964 0.964 0.964 0.964 0.964 0.964 0.964 0.964 1.000 1.000 1.000 1.000 Maks Tabel

0.029 0.029 0.029 0.029 0.029 0.029 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.044 0.044 0.044 0.044 0.076 0.084

123

D. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA INTELEGENSI TINGGI

1.

Hipotesis H0 : data nilai prestasi belajar matematika pada Intelegensi tinggi berasal dari populasi normal H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada Intelegensi tinggi tidak

berasal dari populasi normal 2. Taraf signifikansi = 0,05 3. Statistik uji Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:

x = 79,46 SD = 9,01
L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,093 4. Daerah kritik L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 81) = 0,098 5. Keputusan uji L hitung < L tabel Lilliefors Maka H0 tidak ditolak Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada Intelegensi tinggi berasal dari populasi normal.

124

Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Untuk Intelegensi Tinggi dengan Metode Lilliefors
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 xi 52 56 60 60 60 64 64 68 68 68 72 72 72 72 72 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 zi -3.049 -2.605 -2.161 -2.161 -2.161 -1.716 -1.716 -1.272 -1.272 -1.272 -0.828 -0.828 -0.828 -0.828 -0.828 -0.384 -0.384 -0.384 -0.384 -0.384 -0.384 -0.384 -0.384 -0.384 -0.384 -0.384 -0.384 -0.384 -0.384 -0.384 -0.384 -0.384 0.060 0.060 0.060 0.060 0.060 0.060 0.060 0.060 0.060 0.060 0.060 F(zi) 0.001 0.005 0.015 0.015 0.015 0.043 0.043 0.102 0.102 0.102 0.204 0.204 0.204 0.204 0.204 0.351 0.351 0.351 0.351 0.351 0.351 0.351 0.351 0.351 0.351 0.351 0.351 0.351 0.351 0.351 0.351 0.351 0.524 0.524 0.524 0.524 0.524 0.524 0.524 0.524 0.524 0.524 0.524 S(zi) 0.012 0.025 0.062 0.062 0.062 0.086 0.086 0.123 0.123 0.123 0.185 0.185 0.185 0.185 0.185 0.395 0.395 0.395 0.395 0.395 0.395 0.395 0.395 0.395 0.395 0.395 0.395 0.395 0.395 0.395 0.395 0.395 0.617 0.617 0.617 0.617 0.617 0.617 0.617 0.617 0.617 0.617 0.617 | F(zi) - S(zi) | 0.011 0.020 0.046 0.046 0.046 0.043 0.043 0.022 0.022 0.022 0.019 0.019 0.019 0.019 0.019 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.093 0.093 0.093 0.093 0.093 0.093 0.093 0.093 0.093 0.093 0.093

125

44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 Rata-rata St Dev

80 80 80 80 80 80 80 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 88 88 88 88 88 88 88 88 88 92 92 92 92 92 92 96 96 96 79.46 9.01

0.060 0.060 0.060 0.060 0.060 0.060 0.060 0.504 0.504 0.504 0.504 0.504 0.504 0.504 0.504 0.504 0.504 0.504 0.504 0.504 0.949 0.949 0.949 0.949 0.949 0.949 0.949 0.949 0.949 1.393 1.393 1.393 1.393 1.393 1.393 1.837 1.837 1.837

0.524 0.524 0.524 0.524 0.524 0.524 0.524 0.693 0.693 0.693 0.693 0.693 0.693 0.693 0.693 0.693 0.693 0.693 0.693 0.693 0.829 0.829 0.829 0.829 0.829 0.829 0.829 0.829 0.829 0.918 0.918 0.918 0.918 0.918 0.918 0.967 0.967 0.967

0.617 0.617 0.617 0.617 0.617 0.617 0.617 0.778 0.778 0.778 0.778 0.778 0.778 0.778 0.778 0.778 0.778 0.778 0.778 0.778 0.889 0.889 0.889 0.889 0.889 0.889 0.889 0.889 0.889 0.963 0.963 0.963 0.963 0.963 0.963 1.000 1.000 1.000 Maks Tabel

0.093 0.093 0.093 0.093 0.093 0.093 0.093 0.085 0.085 0.085 0.085 0.085 0.085 0.085 0.085 0.085 0.085 0.085 0.085 0.085 0.060 0.060 0.060 0.060 0.060 0.060 0.060 0.060 0.060 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.045 0.033 0.033 0.033 0.093 0.098

126

E. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA INTELEGENSI SEDANG

1.

Hipotesis H0 : data nilai prestasi belajar matematika pada Intelegensi sedang berasal dari populasi normal H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada Intelegensi sedang tidak berasal dari populasi normal

2.

Taraf signifikansi = 0,05

3.

Statistik uji Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:

x = 66,65
SD = 9,18 L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,084 4. Daerah kritik L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 86) = 0,096 5. Keputusan uji L hitung < L tabel Lilliefors Maka H0 tidak ditolak Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada Intelegensi sedang berasal dari populasi normal.

127

Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Untuk Intelegensi Sedang dengan Metode Lilliefors
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 xi 40 44 48 48 48 48 52 52 52 52 52 56 56 56 56 56 60 60 60 60 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 zi -2.905 -2.469 -2.033 -2.033 -2.033 -2.033 -1.597 -1.597 -1.597 -1.597 -1.597 -1.161 -1.161 -1.161 -1.161 -1.161 -0.725 -0.725 -0.725 -0.725 -0.289 -0.289 -0.289 -0.289 -0.289 -0.289 -0.289 -0.289 -0.289 -0.289 -0.289 -0.289 -0.289 0.147 0.147 0.147 0.147 0.147 0.147 0.147 0.147 0.147 0.147 F(zi) 0.002 0.007 0.021 0.021 0.021 0.021 0.055 0.055 0.055 0.055 0.055 0.123 0.123 0.123 0.123 0.123 0.234 0.234 0.234 0.234 0.386 0.386 0.386 0.386 0.386 0.386 0.386 0.386 0.386 0.386 0.386 0.386 0.386 0.558 0.558 0.558 0.558 0.558 0.558 0.558 0.558 0.558 0.558 S(zi) 0.012 0.023 0.070 0.070 0.070 0.070 0.128 0.128 0.128 0.128 0.128 0.186 0.186 0.186 0.186 0.186 0.233 0.233 0.233 0.233 0.384 0.384 0.384 0.384 0.384 0.384 0.384 0.384 0.384 0.384 0.384 0.384 0.384 0.570 0.570 0.570 0.570 0.570 0.570 0.570 0.570 0.570 0.570 | F(zi) - S(zi) | 0.010 0.016 0.049 0.049 0.049 0.049 0.073 0.073 0.073 0.073 0.073 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.002 0.002 0.002 0.002 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.011 0.011 0.011 0.011 0.011 0.011 0.011 0.011 0.011 0.011

128

44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 Rata-rata St Dev

68 68 68 68 68 68 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 80 80 80 80 80 80 66.65 9.18

0.147 0.147 0.147 0.147 0.147 0.147 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 1.019 1.019 1.019 1.019 1.019 1.019 1.019 1.019 1.019 1.019 1.019 1.455 1.455 1.455 1.455 1.455 1.455

0.558 0.558 0.558 0.558 0.558 0.558 0.720 0.720 0.720 0.720 0.720 0.720 0.720 0.720 0.720 0.720 0.720 0.720 0.720 0.720 0.720 0.720 0.720 0.720 0.720 0.720 0.846 0.846 0.846 0.846 0.846 0.846 0.846 0.846 0.846 0.846 0.846 0.927 0.927 0.927 0.927 0.927 0.927

0.570 0.570 0.570 0.570 0.570 0.570 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.802 0.930 0.930 0.930 0.930 0.930 0.930 0.930 0.930 0.930 0.930 0.930 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 Maks Tabel

0.011 0.011 0.011 0.011 0.011 0.011 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.073 0.073 0.073 0.073 0.073 0.073 0.084 0.096

129

F. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA INTELEGENSI RENDAH

1.

Hipotesis H0 : data nilai prestasi belajar matematika pada Intelegensi rendah berasal dari populasi normal H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada Intelegensi rendah tidak berasal dari populasi normal

2.

Taraf signifikansi = 0,05

3.

Statistik uji Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:

x = 59,41
SD = 8,02 L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,082 4. Daerah kritik L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 54) = 0,121 5. Keputusan uji L hitung < L tabel Lilliefors Maka H0 tidak ditolak Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada Intelegensi rendah berasal dari populasi normal.

130

Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Untuk Intelegensi Rendah dengan Metode Lilliefors
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 xi 40 44 44 48 48 48 48 48 52 52 52 52 52 52 56 56 56 56 56 56 56 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 64 64 64 64 64 64 64 64 64 68 68 68 zi -2.421 -1.922 -1.922 -1.423 -1.423 -1.423 -1.423 -1.423 -0.924 -0.924 -0.924 -0.924 -0.924 -0.924 -0.425 -0.425 -0.425 -0.425 -0.425 -0.425 -0.425 0.074 0.074 0.074 0.074 0.074 0.074 0.074 0.074 0.074 0.074 0.074 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 0.573 1.072 1.072 1.072 F(zi) 0.008 0.027 0.027 0.077 0.077 0.077 0.077 0.077 0.178 0.178 0.178 0.178 0.178 0.178 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.529 0.529 0.529 0.529 0.529 0.529 0.529 0.529 0.529 0.529 0.529 0.717 0.717 0.717 0.717 0.717 0.717 0.717 0.717 0.717 0.858 0.858 0.858 S(zi) 0.019 0.056 0.056 0.148 0.148 0.148 0.148 0.148 0.259 0.259 0.259 0.259 0.259 0.259 0.389 0.389 0.389 0.389 0.389 0.389 0.389 0.593 0.593 0.593 0.593 0.593 0.593 0.593 0.593 0.593 0.593 0.593 0.759 0.759 0.759 0.759 0.759 0.759 0.759 0.759 0.759 0.926 0.926 0.926 | F(zi) - S(zi) | 0.011 0.028 0.028 0.071 0.071 0.071 0.071 0.071 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.082 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.063 0.043 0.043 0.043 0.043 0.043 0.043 0.043 0.043 0.043 0.068 0.068 0.068

131

45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Rata-rata St Dev

68 68 68 68 68 68 72 72 72 72 59.41 8.02

1.072 1.072 1.072 1.072 1.072 1.072 1.571 1.571 1.571 1.571

0.858 0.858 0.858 0.858 0.858 0.858 0.942 0.942 0.942 0.942

0.926 0.926 0.926 0.926 0.926 0.926 1.000 1.000 1.000 1.000 Maks Tabel

0.068 0.068 0.068 0.068 0.068 0.068 0.058 0.058 0.058 0.058 0.082 0.121

132

G. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK

INTELEGENSI TINGGI

1.

Hipotesis H0 : data nilai prestasi H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada model Pembelajaran

Kontekstual untuk Intelegensi tinggi berasal dari populasi normal belajar matematika pada model Pembelajaran

Kontekstual untuk Intelegensi tinggi tidak berasal dari populasi normal 2. Taraf signifikansi = 0,05 3. Statistik uji Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:

x = 82,50
SD = 8,36 L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,073 4. Daerah kritik L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 48) = 0,128 5. Keputusan uji L hitung < L tabel Lilliefors Maka H0 tidak ditolak Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada model Pembelajaran Kontekstual untuk Intelegensi tinggi berasal dari populasi normal.

133

Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Pada Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Intelegensi Tinggi dengan Metode Lilliefors
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 xi 60 64 68 68 68 76 76 76 76 76 76 76 76 76 80 80 80 80 80 80 80 84 84 84 84 84 84 84 84 84 88 88 88 88 88 88 88 88 88 92 92 92 92 zi -2.692 -2.213 -1.735 -1.735 -1.735 -0.778 -0.778 -0.778 -0.778 -0.778 -0.778 -0.778 -0.778 -0.778 -0.299 -0.299 -0.299 -0.299 -0.299 -0.299 -0.299 0.179 0.179 0.179 0.179 0.179 0.179 0.179 0.179 0.179 0.658 0.658 0.658 0.658 0.658 0.658 0.658 0.658 0.658 1.137 1.137 1.137 1.137 F(zi) 0.004 0.013 0.041 0.041 0.041 0.218 0.218 0.218 0.218 0.218 0.218 0.218 0.218 0.218 0.382 0.382 0.382 0.382 0.382 0.382 0.382 0.571 0.571 0.571 0.571 0.571 0.571 0.571 0.571 0.571 0.745 0.745 0.745 0.745 0.745 0.745 0.745 0.745 0.745 0.872 0.872 0.872 0.872 S(zi) 0.021 0.042 0.104 0.104 0.104 0.292 0.292 0.292 0.292 0.292 0.292 0.292 0.292 0.292 0.438 0.438 0.438 0.438 0.438 0.438 0.438 0.625 0.625 0.625 0.625 0.625 0.625 0.625 0.625 0.625 0.813 0.813 0.813 0.813 0.813 0.813 0.813 0.813 0.813 0.938 0.938 0.938 0.938 | F(zi) - S(zi) | 0.017 0.028 0.063 0.063 0.063 0.073 0.073 0.073 0.073 0.073 0.073 0.073 0.073 0.073 0.055 0.055 0.055 0.055 0.055 0.055 0.055 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.068 0.068 0.068 0.068 0.068 0.068 0.068 0.068 0.068 0.065 0.065 0.065 0.065

134

44 45 46 47 48 Rata-rata St Dev

92 92 96 96 96 82.50 8.36

1.137 1.137 1.615 1.615 1.615

0.872 0.872 0.947 0.947 0.947

0.938 0.938 1.000 1.000 1.000 Maks Tabel

0.065 0.065 0.053 0.053 0.053 0.073 0.128

135

H. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK

INTELEGENSI SEDANG

1.

Hipotesis H0 : data nilai prestasi H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada model Pembelajaran

Kontekstual untuk Intelegensi sedang berasal dari populasi normal belajar matematika pada model Pembelajaran

Kontekstual untuk Intelegensi sedang tidak berasal dari populasi normal 2. Taraf signifikansi = 0,05 3. Statistik uji Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:

x = 71,50
SD = 5,95 L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,117 4. Daerah kritik L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 40) = 0,140 5. Keputusan uji L hitung < L tabel Lilliefors Maka H0 tidak ditolak Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada model Pembelajaran Kontekstual untuk Intelegensi sedang berasal dari populasi normal.

136

Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Pada Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Intelegensi Sedang dengan Metode Lilliefors
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Rata-rata St Dev xi 56 60 64 64 64 64 64 64 68 68 68 68 68 68 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 76 76 76 76 76 76 76 76 80 80 80 80 80 80 71.50 5.95 zi -2.604 -1.932 -1.260 -1.260 -1.260 -1.260 -1.260 -1.260 -0.588 -0.588 -0.588 -0.588 -0.588 -0.588 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.756 0.756 0.756 0.756 0.756 0.756 0.756 0.756 1.428 1.428 1.428 1.428 1.428 1.428 F(zi) 0.005 0.027 0.104 0.104 0.104 0.104 0.104 0.104 0.278 0.278 0.278 0.278 0.278 0.278 0.533 0.533 0.533 0.533 0.533 0.533 0.533 0.533 0.533 0.533 0.533 0.533 0.775 0.775 0.775 0.775 0.775 0.775 0.775 0.775 0.923 0.923 0.923 0.923 0.923 0.923 S(zi) 0.025 0.050 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.350 0.350 0.350 0.350 0.350 0.350 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.850 0.850 0.850 0.850 0.850 0.850 0.850 0.850 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 Maks Tabel | F(zi) - S(zi) | 0.020 0.023 0.096 0.096 0.096 0.096 0.096 0.096 0.072 0.072 0.072 0.072 0.072 0.072 0.117 0.117 0.117 0.117 0.117 0.117 0.117 0.117 0.117 0.117 0.117 0.117 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.077 0.077 0.077 0.077 0.077 0.077 0.117 0.140

137

I.

UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK

INTELEGENSI RENDAH

1.

Hipotesis H0 : data nilai prestasi H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada model Pembelajaran

Kontekstual untuk Intelegensi rendah berasal dari populasi normal belajar matematika pada model Pembelajaran

Kontekstual untuk Intelegensi rendah tidak berasal dari populasi normal 2. Taraf signifikansi = 0,05 3. Statistik uji Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:

x = 59,64
SD = 6,75 L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,159 4. Daerah kritik L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 22) = 0,189 5. Keputusan uji L hitung < L tabel Lilliefors Maka H0 tidak ditolak Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada model Pembelajaran Kontekstual untuk Intelegensi rendah tidak berasal dari populasi normal.

138

Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Pada Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Intelegensi Rendah dengan Metode Lilliefors
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Rata-rata St Dev xi 48 52 52 52 52 56 56 56 56 56 60 60 60 60 64 64 64 64 68 68 72 72 59.64 6.75 zi -1.724 -1.131 -1.131 -1.131 -1.131 -0.539 -0.539 -0.539 -0.539 -0.539 0.054 0.054 0.054 0.054 0.646 0.646 0.646 0.646 1.239 1.239 1.831 1.831 F(zi) 0.042 0.129 0.129 0.129 0.129 0.295 0.295 0.295 0.295 0.295 0.521 0.521 0.521 0.521 0.741 0.741 0.741 0.741 0.892 0.892 0.966 0.966 S(zi) 0.045 0.227 0.227 0.227 0.227 0.455 0.455 0.455 0.455 0.455 0.636 0.636 0.636 0.636 0.818 0.818 0.818 0.818 0.909 0.909 1.000 1.000 Maks Tabel | F(zi) - S(zi) | 0.003 0.098 0.098 0.098 0.098 0.159 0.159 0.159 0.159 0.159 0.115 0.115 0.115 0.115 0.077 0.077 0.077 0.077 0.017 0.017 0.034 0.034 0.159 0.189

139

J. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK

INTELEGENSI TINGGI

1.

Hipotesis H0 : data nilai prestasi H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada model Pembelajaran

Langsung untuk Intelegensi tinggi berasal dari populasi normal belajar matematika pada model Pembelajaran

Langsung untuk Intelegensi tinggi tidak berasal dari populasi normal 2. Taraf signifikansi = 0,05 3. Statistik uji Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:
x

= 75,03

SD = 8,13 L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,149 4. Daerah kritik L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 33) = 0,154 5. Keputusan uji L hitung < L tabel Lilliefors Maka H0 tidak ditolak Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada model Pembelajaran Langsung untuk Intelegensi tinggi berasal dari populasi normal.

140

Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Pada Model Pembelajaran Langsung Untuk Intelegensi Tinggi dengan Metode Lilliefors
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Rata-rata St Dev xi 52 56 60 60 64 72 72 72 72 72 76 76 76 76 76 76 76 76 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 84 84 84 84 75.03 8.13 zi -2.834 -2.342 -1.850 -1.850 -1.357 -0.373 -0.373 -0.373 -0.373 -0.373 0.119 0.119 0.119 0.119 0.119 0.119 0.119 0.119 0.612 0.612 0.612 0.612 0.612 0.612 0.612 0.612 0.612 0.612 0.612 1.104 1.104 1.104 1.104 F(zi) 0.002 0.010 0.032 0.032 0.087 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 0.547 0.547 0.547 0.547 0.547 0.547 0.547 0.547 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.730 0.865 0.865 0.865 0.865 S(zi) 0.030 0.061 0.121 0.121 0.152 0.303 0.303 0.303 0.303 0.303 0.545 0.545 0.545 0.545 0.545 0.545 0.545 0.545 0.879 0.879 0.879 0.879 0.879 0.879 0.879 0.879 0.879 0.879 0.879 1.000 1.000 1.000 1.000 Maks Tabel | F(zi) - S(zi) | 0.028 0.051 0.089 0.089 0.064 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.149 0.149 0.149 0.149 0.149 0.149 0.149 0.149 0.149 0.149 0.149 0.135 0.135 0.135 0.135 0.149 0.154

141

K. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK

INTELEGENSI SEDANG

1.

Hipotesis H0 : data nilai prestasi H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada model Pembelajaran

Langsung untuk Intelegensi sedang berasal dari populasi normal belajar matematika pada model Pembelajaran

Langsung untuk Intelegensi sedang tidak berasal dari populasi normal 2. Taraf signifikansi = 0,05 3. Statistik uji Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:

x = 62,43
SD = 9,45 L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,104 4. Daerah kritik L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 46) = 0,131 5. Keputusan uji L hitung < L tabel Lilliefors Maka H0 tidak ditolak Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada model Pembelajaran Langsung untuk Intelegensi sedang berasal dari populasi normal.

142

Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Pada Model Pembelajaran Langsung Untuk Intelegensi Sedang dengan Metode Lilliefors

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41

xi 40 44 48 48 48 48 52 52 52 52 52 56 56 56 56 60 60 60 64 64 64 64 64 64 64 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 72 72 72 72 72 72

zi -2.375 -1.952 -1.528 -1.528 -1.528 -1.528 -1.105 -1.105 -1.105 -1.105 -1.105 -0.681 -0.681 -0.681 -0.681 -0.258 -0.258 -0.258 0.166 0.166 0.166 0.166 0.166 0.166 0.166 0.589 0.589 0.589 0.589 0.589 0.589 0.589 0.589 0.589 0.589 1.013 1.013 1.013 1.013 1.013 1.013

F(zi) 0.009 0.025 0.063 0.063 0.063 0.063 0.135 0.135 0.135 0.135 0.135 0.248 0.248 0.248 0.248 0.398 0.398 0.398 0.566 0.566 0.566 0.566 0.566 0.566 0.566 0.722 0.722 0.722 0.722 0.722 0.722 0.722 0.722 0.722 0.722 0.844 0.844 0.844 0.844 0.844 0.844

S(zi) 0.022 0.043 0.130 0.130 0.130 0.130 0.239 0.239 0.239 0.239 0.239 0.326 0.326 0.326 0.326 0.391 0.391 0.391 0.543 0.543 0.543 0.543 0.543 0.543 0.543 0.761 0.761 0.761 0.761 0.761 0.761 0.761 0.761 0.761 0.761 0.935 0.935 0.935 0.935 0.935 0.935

| F(zi) - S(zi) | 0.013 0.018 0.067 0.067 0.067 0.067 0.104 0.104 0.104 0.104 0.104 0.078 0.078 0.078 0.078 0.007 0.007 0.007 0.022 0.022 0.022 0.022 0.022 0.022 0.022 0.039 0.039 0.039 0.039 0.039 0.039 0.039 0.039 0.039 0.039 0.090 0.090 0.090 0.090 0.090 0.090

143

42 43 44 45 46 Rata-rata St Dev

72 72 76 76 76 62.43 9.45

1.013 1.013 1.436 1.436 1.436

0.844 0.844 0.925 0.925 0.925

0.935 0.935 1.000 1.000 1.000 Maks Tabel

0.090 0.090 0.075 0.075 0.075 0.104 0.131

144

L. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK

INTELEGENSI RENDAH

1.

Hipotesis H0 : data nilai prestasi H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada model Pembelajaran

Langsung untuk Intelegensi rendah berasal dari populasi normal belajar matematika pada model Pembelajaran

Langsung untuk Intelegensi rendah tidak berasal dari populasi normal 2. Taraf signifikansi = 0,05 3. Statistik uji Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:

x = 59,25
SD = 8,88 L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,116 4. Daerah kritik L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 32) = 0,157 5. Keputusan uji L hitung < L tabel Lilliefors Maka H0 tidak ditolak Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada model Pembelajaran Langsung untuk Intelegensi rendah berasal dari populasi normal.

145

Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Pada Model Pembelajaran Langsung Untuk Intelegensi Rendah dengan Metode Lilliefors
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Rata-rata St Dev xi 40 44 44 48 48 48 48 52 52 56 56 60 60 60 60 60 60 60 64 64 64 64 64 68 68 68 68 68 68 68 72 72 59.25 8.88 zi -2.167 -1.717 -1.717 -1.266 -1.266 -1.266 -1.266 -0.816 -0.816 -0.366 -0.366 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.535 0.535 0.535 0.535 0.535 0.985 0.985 0.985 0.985 0.985 0.985 0.985 1.435 1.435 F(zi) 0.015 0.043 0.043 0.103 0.103 0.103 0.103 0.207 0.207 0.357 0.357 0.534 0.534 0.534 0.534 0.534 0.534 0.534 0.704 0.704 0.704 0.704 0.704 0.838 0.838 0.838 0.838 0.838 0.838 0.838 0.924 0.924 S(zi) 0.031 0.094 0.094 0.219 0.219 0.219 0.219 0.281 0.281 0.344 0.344 0.563 0.563 0.563 0.563 0.563 0.563 0.563 0.719 0.719 0.719 0.719 0.719 0.938 0.938 0.938 0.938 0.938 0.938 0.938 1.000 1.000 Maks Tabel | F(zi) - S(zi) | 0.016 0.051 0.051 0.116 0.116 0.116 0.116 0.074 0.074 0.013 0.013 0.029 0.029 0.029 0.029 0.029 0.029 0.029 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015 0.100 0.100 0.100 0.100 0.100 0.100 0.100 0.076 0.076 0.116 0.157

146

Lampiran 8

UJI KESAMAAN VARIANSI (HOMOGENITAS) NILAI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TERHADAP FAKTOR MODEL PEMBELAJARAN DAN INTELEGENSI

a. Uji kesamaan variansi (homogenitas) prestasi belajar matematika terhadap faktor model pembelajaran

1. Hipotesis H0 : data prestasi belajar matematika terhadap faktor model pembelajaran mempunyai variansi yang sama (homogen) H1 : data prestasi belajar matematika terhadap faktor model pembelajaran tidak mempunyai variansi yang sama (tidak homogen) 2. Taraf signifikansi = 0,05 3. Statistik uji Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh: RKG = 123,87 c
2

= 1,005 = 0,081
2 2 (1; 0,05)

4. Daerah kritik
2

tabel =
2

(k-1; ) =
2

= 3,841

DK = {
2

>

2 (1; 0,05)

= 3,841 }

5. Keputusan uji = 0,081 DK

Maka H0 tidak ditolak Jadi data nilai prestasi belajar matematika terhadap faktor model pembelajaran mempunyai variansi yang sama (homogen)

147

b. Uji kesamaan variansi (homogenitas) nilai prestasi belajar matematika terhadap faktor Intelegensi

1.

Hipotesis H0 : data nilai prestasi belajar matematika terhadap faktor Intelegensi mempunyai variansi yang sama (homogen) H1 : data nilai prestasi belajar matematika terhadap faktor Intelegensi tidak mempunyai variansi yang sama (tidak homogen)

2.

Taraf signifikansi = 0,05

3.

Statistik uji Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh: RKG = 78,20 c
2

= 1,01 = 1,189
2 2 (2; 0,05)

4.

Daerah kritik
2

tabel =
2

(k-1; ) =
2

= 5,991

DK = {
2

>

(2; 0,05)

= 5,991 }

5. Keputusan uji = 1,189 DK

Maka H0 tidak ditolak Jadi data nilai prestasi belajar matematika terhadap faktor Intelegensi mempunyai variansi yang sama (homogen)

148

Tabel. Uji kesamaan variansi (homogenitas) prestasi belajar matematika terhadap faktor model pembelajaran.
MODEL Konstektual Langsung JUMLAH nj 110 111 221 fj 109 110 219 sj 11.28 10.97 22.26 sj2 127.33 120.43 247.765 SSj 13879.42 13247.42 27126.84 log (s j22) 2.10 2.08 4.186 fj log s j2 229.44 228.88 458.320 RKG 123.87 f log(RKG) 458.36 c 1.005 Chi Sqr 0.081

Tabel. Uji kesamaan variansi (homogenitas) prestasi belajar matematika terhadap faktor Intelegensi.
INTELEGENSI Tinggi Sedang Rendah JUMLAH nj 81 86 54 221 fj 80 85 53 218 sj 9.01 9.18 8.02 26.20 sj2 81.10 84.18 64.25 229.53 SSj 6488.10 7155.53 3405.04 17048.67 log (s j22) 1.91 1.93 1.81 5.64 fj log s j2 152.72 163.64 95.82 412.18 RKG 78.20 f log(RKG) 412.73 c 1.01 Chi Sqr 1.189

149

Lampiran 9

ANAVA DAN UJI KOMPARASI GANDA

a. Anava

1. Hipotesis H0a : tidak terdapat pengaruh model pembelajaran pada prestasi belajar matematika H1a : terdapat pengaruh model pembelajaran pada prestasi belajar matematika H0b H1b : tidak terdapat pengaruh Intelegensi pada prestasi belajar matematika : terdapat pengaruh Intelegensi pada prestasi belajar matematika

H0ab : tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan Intelegensi pada prestasi belajar matematika H1ab : terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan Intelegensi pada prestasi belajar matematika

2. Taraf signifikansi = 0,05 3. Statistik uji Berdasarkan perhitungan pada tabel 1 sampai tabel 8 diperoleh: Fa hitung = 24,84 Fb hitung = 98,74 Fab hitung = 5,55 4. Daerah kritik Fa hitung > Fa tabel = F( ; q-1; N-pq) = F(0,05; 1; 215) = 3,84 Fb hitung > Fb tabel = F( ; p-1; N-pq) = F(0,05; 2; 215) = 3,00 Fab hitung > Fab tabel = F( ; (p-1)(q-1); N-pq) 5. Keputusan uji = F(0,05; 2; 215) = 3,00

150

i. Fa hitung < Fa tabel Maka H0a tidak ditolak Jadi tidak terdapat pengaruh model pembelajaran pada prestasi belajar matematika ii. Fb hitung > Fb tabel Maka H0b ditolak Jadi terdapat pengaruh Intelegensi pada prestasi belajar matematika iii. Fab hitung > Fab tabel Maka H0ab ditolak Jadi terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan Intelegensi pada prestasi belajar matematika

151

Berdasarkan data pada lampiran 6, data prestasi belajar matematika dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 1. Pengelompokkan Data Prestasi Belajar Matematika


NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 KONTEKSTUAL TINGGI SEDANG RENDAH 76 72 64 76 68 56 76 72 52 76 76 72 88 72 64 80 64 56 84 80 52 92 64 64 88 72 56 88 56 48 92 72 60 96 60 60 92 80 72 84 72 68 84 76 60 88 76 68 80 68 52 80 72 52 80 72 56 88 68 60 88 68 64 84 76 56 84 72 92 68 96 76 80 64 96 64 84 76 84 76 80 68 92 64 92 72 84 64 88 72 88 72 88 76 76 80 68 80 68 80 TINGGI 76 76 76 76 80 80 80 72 72 76 76 76 72 72 76 60 56 72 80 80 80 80 80 84 64 60 80 52 84 84 80 80 84 LANGSUNG SEDANG RENDAH 52 60 52 72 52 40 76 64 48 60 72 68 60 60 64 68 64 56 72 56 64 44 52 68 68 72 52 68 64 60 40 68 56 60 68 60 68 68 56 64 44 60 56 64 72 52 68 64 68 68 48 64 48 52 72 44 68 48 68 48 64 48 72 48 48 64 72 76 72 64 76

152

40 41 42 43 44 45 46 47 48

68 64 76 76 76 80 60 76 84

80

60 68 60 72 68 68 56

Tabel 2. Rangkuman Data Sel


Kontekstual Tinggi n x 48 3960 82.50 329984 326700.00 3284.00 Sedang 40 2860 71.50 205872 204490.00 1382.00 Rendah 22 1312 59.64 79200 Tinggi 33 2476 75.03 187888 Langsung Sedang 46 2872 62.43 183328 179312.70 4015.30 Rendah 32 1896 59.25 114784 112338.00 2446.00

x
x2 C SS

78242.91 185775.03 957.09 2112.97

Tabel 3. Rerata Sel


Intelegensi Model Pembelajaran Kontekstual Langsung Total a1 a2 Tinggi b1
82.50 75.03 157.53

Sedang b2
71.50 62.43 133.93

Rendah b3
59.64 59.25 118.89

Total

213.64 196.72 410.35

A1 A2 G

B1

B2

B3

153

Tabel 4. Perhitungan Komponen Jumlah Kuadrat Komponen (1) (2)


i, j

Perhitungan G 2/pq
SS ij

Hasil 28064.72 14197.36 28112.44 28444.14 28513.21

(3)
i

A i2 / q
B2 / p j
j

(4) (5)
ij

(A i B j ) 2

Tabel 5. Perhitungan Jumlah Kuadrat Jumlah kuadrat JKa JKb JKab JKg
ij

Perhitungan

Hasil 1640.11 13040.19 733.43 14197.36 29611.09

n h [(3 ) (1 )] n h [(4 ) (1 )] n h [(5 )


SS ij

(4 ) (3 ) + (1 )]

JKt
nh pq
ij

1 n ij

= 34,37

Tabel 6. Perhitungan Derajat Bebas Derajat bebas dba dbb dbab dbg dbt Perhitungan p-1 q-1 (p 1) (q 1) N - pq N-1 Hasil 1 2 2 215 220

154

Tabel 7. Perhitungan Rerata Kuadrat Rerata Kuadrat RKa RKb RKab RKg Perhitungan JKa / dba JKb / dbb JKab / dbab JKg / dbg Hasil 1640.11 6520.10 366.71 66.03

Tabel 8. Statistik Uji Statistik Uji Fa Fb Fab Perhitungan RKa / RKg RKb / RKg RKab / RKg Hasil 24.84 98.74 5.55

Tabel 9. Rangkuman Analisis Variansi


Sumber Variansi Model Pembelajaran Intelegensi Interaksi antara Model dengan JK 1640.11 13040.19 733.43 db 1 2 2 RK 1640.11 6520.10 366.71 F hitung 24.84 98.74 5.55 F tabel 3,84 3,00 3,00 Keputusan Uji H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak

Pembelajaran Intelegensi Galat Total

14197.36 29611.09

215 220

66.03

155

b. Komparasi ganda Karena semua H0 ditolak maka untuk melacak perbedaan rerata setiap pasangan kolom dan antar sel dilakukan komparasi ganda pada kolom dan antar sel dengan menggunakan metode Scheffe , sebagai berikut:

1. Komparasi Komparasi pada kolom: .1 vs .2 .1 vs .3 .2 vs .3 Komparasi antar sel:


11 11 12 21 21 22 11 12 13

vs vs vs vs vs vs vs vs vs

12 13 13 22 23 23 21 22 23

2. Hipotesis Tabel 10. Komparasi dan Hipotesis Komparasi .1 vs .2 .1 vs .3 .2 vs .3 11 vs 12 11 vs 13 12 vs 13 21 vs 22 21 vs 23 22 vs 23 11 vs 21 12 vs 22 13 vs 23 H0 .1 = .2 .1 = .3 .2 = .3 11 = 12 11 = 13 12 = 13 21 = 22 21 = 23 22 = 23 11 = 21 12 = 22 13 = 23 H1 .1 .2 .1 .3 .2 .3 11 12 11 13 12 13 21 22 21 23 22 23 11 21 12 22 13 23

156

3. Taraf signifikan = 0,05 4. Statistik uji Berdasarkan tabel 1 dan tabel 2 diperoleh data sebagai berikut: Rerata
x .1 x .2 x .3

Nilai rerata 79.46 66.65 59.41 82.50 71.50 59.64 75.03 62.43 59.25

N 81 86 54 48 40 22 33 46 32

x11 x 12
x 13

x 21 x 22 x 22

Dengan RKg = 66,03 Berdasarkan data di atas maka dilakukan perhitungan nilai F untuk komparasi kolom serta antar sel dan hasilnya disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 11. Perhitungan Nilai F untuk Komparasi pada Baris dan Kolom Jenis komparasi Kolom (F.1 . 2) Kolom (F.1 . 3) Kolom (F.2 . 3) Antar sel (F11 F12) Antar sel (F11 F13) Antar sel (F12 F13) Antar sel (F21 F22) Antar sel (F21 F23) Antar sel (F22 F23) Antar sel (F11 F21) Antar sel (F12 F22) Antar sel (F13 F23) Nilai F 103.656 197.244 26.331 39.979 119.423 30.252 46.164 61.265 2.899 16.524 26.626 0.029

157

Nilai F pada komparasi kolom =

x .i

x .j

RK g (1 / n .i 1 / n .j )

Nilai F pada komparai antar sel pada baris yang sama =


x ij x ik RK g (1 / n ij 1 / n ik )

Nilai F pada komparai antar sel pada kolom yang sama =


x ji x ki RK g (1 / n ji 1 / n ki )

5. Daerah kritik DK.i .j = (q-1) F( ; q-1; N-pq) = 2.F(0,05; 2; 215) = 6,00 DKij ik = (pq-1) F( ; pq-1; N-pq) = 5.F(0,05; 5; 215) = 11,05 DKji ki = (pq-1) F( ; pq-1; N-pq) = 5.F(0,05; 5; 215) = 11,05

6. Keputusan uji H0 ditolak jika F hitung pada komparasi kolom > DKi. j. dan F hitung pada komparasi antar sel > DKij dalam tabel berikut:
ik

dan > DKji ki. Hasil selengkapnya disajikan

Tabel 55. Hasil Keputusan Uji terhadap H0 Komparasi .1 vs .2 .1 vs .3 .2 vs .3 11 vs 12 11 vs 13 12 vs 13 21 vs 22 21 vs 23 22 vs 23 11 vs 21 12 vs 22 13 vs 23 F hitung F kritik Keputusan uji 6,00 H0 ditolak 103.656 6,00 H0 ditolak 197.244 6,00 H0 ditolak 26.331 11,05 H0 ditolak 39.979 11,05 H0 ditolak 119.423 11,05 H0 ditolak 30.252 11,05 H0 ditolak 46.164 11,05 H0 ditolak 61.265 11,05 H0 tidak ditolak 2.899 11,05 H0 ditolak 16.524 11,05 H0 ditolak 26.626 11,05 H0 tidak ditolak 0.029

158

Semua H0 ditolak pada kolom, sehingga terdapat perbedaan mean pada nilai prestasi belajar matematika untuk komparasi kolom. Sedangkan pada komparasi antar sel pada baris yang sama pada sel a2b2 dengan a2b3 H0 tidak ditolak, sehingga mean pada sel a2b2 dengan a2b3 tidak berbeda. Untuk komparasi antar sel pada kolom yang sama terdapat satu H0 tidak ditolak yaitu pada sel a1b3 dengan a2b3, sehingga tidak terdapat perbedaan mean pada nilai prestasi belajar matematika pada sel a1b3 dengan a2b3.

Anda mungkin juga menyukai