Anda di halaman 1dari 5

Pengantar Kejepangan

Perdagangan Kerajaan Ryuukyuu

Katya Alvina Canakya 11/312185/SA/15759

Sastra Jepang 2012

Universtas Gadjah Mada

Perdagangan Kerajaan Ryuukyuu

Okinawa merupakan salah satu perfektur Jepang. Wilayahnya meliputi (sebagian) kepulauan Nansei di barat daya Jepang yang membentang dari Kyuushuu hingga Taiwan. Meski merupakan bagian dari Jepang, Okinawa memiliki keunikan yang membuatnya seakan-akan terlepas dari Jepang. Hal ini tidak berarti bahwa kebanyakan atau semua penduduk Okinawa memiliki perasaan yang kuat akan identitas sebagai orang Ryuukyuu atau orang Okinawa. Namun Fenomena tersebut dapat kita telusuri lebih dalam. Bila kita melihat ke abad-abad yang telah lalu, kita dapat sedikit demi sedikit memahami hal tersebut. Pada sekitar abad ke-14 hingga abad ke-17, wilayah Okinawa merupakan wilayah Kerajaan Ryuukyuu. Kerajaan ini merupakan kerajaan yang kecil, namun pernah mencicipi masa kejayaan. Sebelum akhirnya dilebur menjadi salah satu perfektur Jepang, Ryuukyuu merupakan kerajaan yang aktif dalam perdagangan internasional. Ryuukyuu telah menjalin hubungan dagang dengan berbagai negara dan kerajaan, termasuk Jepang. Hingga abad ke-17, Kerajaan Ryuukyuu mempertahankan kontak yang bisa dibilang konstan dengan negaranegara benua Asia melalui Cina, antara lain Thailand, Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan lain-lain. Perdangan telah berperan besar dalam sejarah Kerajaan Ryuukyuu. Oleh karena itu Sebelum menjadi satu kerajaan, Ryuukyuu terbagi menjadi tiga kerajaan, yaitu Hokuzan, Chuuzan, dan Nanzan. Periode ini dikenal

sebagai Sanzan. Sejak periode tersebut, Ryuukyuu telah menjalin hubungan dagang dengan Dinasti Ming dari Cina. Hubungan ini masih terjaga hingga saat Kerajaan Ryuukyuu terbentuk pada 1429 dan terus berlanjut. Kerajaan Ryuukyuu menjadi bagian dari usaha Cina untuk menjadikan Cina sebagai pusat dari orde internasional. Ryuukyuu hanya bisa menjalin hubungan dagang dengan Cina jika mengirimkan upeti setiap dua tahun sekali. Sistem ini di Jepang dikenal dengan istilah sistem Sappo. Dengan mematuhi sistem ini, pemimpin-pemimpin di negaranegara yang bertetangga dengan Cina dapat melegitimasi kekuasaan mereka dan mendapat keuntungan dari perdagangan dengan Cina yang lebih maju. Dulu ahli sejarah menganggap bahwa hubungan berdasarkan upeti yang dijalin Ryuukyuu dengan Cina menguntungkan bagi pemerintahan. Namun, konsensus di antara para ahli kini menyatakan bahwwa hubungan ini merupakan kerugian secara finansial bagi pemerintahan royal.1 Hubungan Ryuukyuu dengan Bakufu (pemerintahan militer Jepang) terjalin melalui Satsuma. Pada tahun 1609, Ryuukyuu jatuh ke tangan Satsuma dan menjadi negara boneka. Saat negosiasi Jepang dengan Dinasti Ming gagal pada 1615, Jepang memanfaatkan Ryuukyuu untuk tetap bisa melakukan hubungan dagang yang menguntungkan dengan Cina. Fakta bahwa Ryuukyuu adalah negara boneka Jepang disembunyikan. Hal ini dilakukan agar Cina tetap melihat Ryuukyuu sebagai kerajaan independen dan mau melakukan hubungan dagang. Kerajaan Ryuukyuu terus menjadi keberadaan yang penting bagi hubungan Jepang-Cina hingga masa Dinasti Qing. Qing dianggap sebagai orang-orang barbar oleh Ming dan Jepang. Jepang memiliki kekhawatiran bahwa Qing akan menyerang Jepang. Pada tahun 1646,
1

Smits, Gregory. 1999. Visions of Ryukyu: Identity and Ideology in Early-Modern Thought and Politics. USA: University of Hawaii Press. Halaman 34.

Ming loyalist general Zheng Chenggong meminta Jepang untuk melawan Manchu. Bakufu mengatakan bahwa meski di saat-saat genting seperti ini perdagangan Ryukyu-China tetap jalan. Bakufu dan Satsuma menyembunyikan hubungan mereka dengan Ryukyu agar perdagangan dengan Cina lancar. 2 Hubungan Ryuukyuu-Satsuma merupakan salah satu poin yang mendapat banyak perhatian. Meskipun besar keuntungan ekonomi yang diperoleh Satsuma melalui kuasanya atas Ryuukyuu masih diperdebatkan, pengaruh yang didapat Satsuma tidak diragukan lagi. Pada akhir abad ke-17, perdagangan Satsuma atas barang2 Cina menangkap perhatian bakufu. Pada 1661, agen2 Satsuma membeli barang-barang wol dari delegasi Cina di Ryukyu untuk investasi Raja Sho Tei dalam jumlah besar. Satsuma berusaha menjual barang barang itu secara sembunyi-sembunyi di Osaka, Nagasaki, dan Kyoto, tapi jumlahnya terlalu besar untuk terlewatkan oleh Bakufu. Pada 1685, Bakufu memerintahkan Satsuma untuk membuat laporan lengkap atas aktivitas perdagangannya dengan Cina. Pada 1686, Bakufu memerintahkan Satsuma untuk membatasi perdagangannya dengan Ryukyu hingga tidak lebih dari nilai 2000 ryo setahun, berkurang 1000 ryo dari jumlah 3000 ryo yang dilaporkan Satsuma ke bakufu. Bakufu juga melarang Satsuma menjual barang yang berkompetisi dengan barang Bakufu yang didapat dari perdagangan di Nagasaki.3

Kesimpulan Perdagangan merupakan bagian penting dari Kerajaan Ryuukyuu. Untuk itu, hal ini sangat menarik untuk dipelajari.

Smits, Gregory. 1999. Visions of Ryukyu: Identity and Ideology in Early-Modern Thought and Politics. USA: University of Hawaii Press. Halaman 21. 3 Smits, Gregory. 1999. Visions of Ryukyu: Identity and Ideology in Early-Modern Thought and Politics. USA: University of Hawaii Press. Halaman 32-33.

Perdagangan telah menjadi bagian penting dari kerajaan Ryuukyuu. Melalui perdagangan, Ryuukyuu menetapkan keberadaannya sebagai kerajaan dan hubungannya dengan negara-negara lain. Selain itu, perdagangan juga yang membuat Ryuukyuu

Dalam perdagangan internasional, Ryuukyuu berfungsi sebagai perantara dengan mengimpor barang-barang dari Cina dan mengekspornya ke negara-negara Asia yang lain. Pada saat yang sama, Ryuukyuu mengumpulkan produk dari Jepang dan Asia Timur untuk berdagang dengan Cina. Daftar Pustaka Smits, Gregory. 1999. Visions of Ryukyu: Identity and Ideology in EarlyModern Thought and Politics. US: University of HawaiI Press. Website Shurijo Castle Park Okinawa http://oki-park.jp/ Website Ryukyu Cultural Archive http://rca.open.ed.jp

Anda mungkin juga menyukai