Anda di halaman 1dari 3

Pencegahan Pertusis

Tujuan : Proteksi individu dari sakit batuk berat dan pengendalian penyakit endemik dan epidemik 1. Pencegahan secara aktif Memberi vaksin pertusis dalam 12 unit dibagi 3 dosis dengan interval 8 minggu a. Vaksin whole-cell (DPT) Vaksin whole cell mati membentuk suspensi B. pertusis yang diinaktifkan, bergabung dengan toxoid Difteri dan Tetanus ditambahkan aluminum Seri imunisasi primer di AS dan dianjurkan oleh WHO Reaktogenisitas setelah divaksinasi 1 atau 2 hari Reaksi lokal : Nyeri, pembengkakan, eritema Reaksi sistemik : Demam, kejang, rewel, menangis, mengantuk, dan mual

b. Vaksin aseluler (DpaT) Mengandung protein antigen pemberi kekebalan utama yang diekstraksi dari B. pertussis (Toxoid, LPH, FHA, Pertaktin, dan Protein fimbrial) Digunakan pertama kali di Jepang tahun 1980 Lisensi AS (1991 dan 1992) untuk menggunakan vaksin pada anak umur 15 bulan atau lebih sebagai dosis ke- 4 dan/atau ke- 5 seri vaksin DPT yang dianjurkan karena : Reaktogenisitas yang rendah dibandingkan vaksin whole-cell Imunogenitas anak baik 2. Pencegahan secara pasif a. Kemoprofilaksis : Obat yang diberikan kepada orang sehat, sebelum memasuki daerah endemik. b. Eritromicyn : Mencegah sementara waktu, yang diberikan pada anak < 2 tahun yang belum pernah divaksinasi dapat diberi Ig pertusis sebanyak 1,5 mL secara IM dan diulangi setelah 3-5 hari

Referensi Rudolph, Hoffman. 2002. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Jakarta : EGC Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta : Nelson. - . Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai