Anda di halaman 1dari 24

Meningitis

PENDAHULUAN
Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di Negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Diantaranya adalah meningitis yang juga penyakit infeksi yang perlu mendapat perhatian kita. Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater, arakhnoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superficial.(1) Di samping angka kematiannya yang masih tinggi, banyak penderita yang menjadi cacat akibat keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan. Pembahasan mengenai meningitis ini akan dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya.

Meningitis

MENINGITIS
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater, arakhnoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.(1) Berdasarkan lapisan selaput otak yang mengalami radang maka meningitis dibagi menjadi (1): 1. Pakimeningitis : yang mengalami radang adalah duramater. 2. Leptomeningitis : yang mengalami radang adalah araknoid dan piamater. Selanjutnya yang dimaksud dengan meningitis adalah leptomeningitis. Berdasarkan penyebabnya meningitis dibagi menjadi : (1) 1. Meningitis karena bakteri . 2. Meningitis karena virus 3. Meningitis karena riketsia 4. Meningitis karena jamur 5. Meningitis karena cacing 6. Meningitis karena protozoa. Menurut perubahan yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi menjadi 2 golongan yaitu (2) 1. Meningitis purulenta Likuor serebrospinal keruh karena mengandung pus atau nanah. Nanah ialah campuran leukosit hidup dan yang mati, jaringan yang mati dan bakteri. Penyebab yang umum adalah Streptoccocus, Staphyloccocus, kadang-kadang Pneumoccocus. 2. Meningitis serosa Likuor serebrospinal jernih meskipun mengandung jumlah sel dan protein yang meninggi. Penyebab paling sering dijumpai adalah kuman tuberkulosis. Kausa lain adalah virus.

Meningitis

Penyebab meningitis (3) Umum Neisseria meningitides Streptococcus pneumoniae Staphylococcus Haemophilus influenzae Enteroviruses Mumps virus Penyebab yang jarang Mycobacterium tuberculosis Listeria monocytogenes Gram negative bacilli Leptospira Borrelia burgdorferi HIV Cryptococcus neoformans Pada neonatus Group B streptococci Escherichia coli Other gram negative bacilli Listeria monocytogenes Staphylococcus aureus Gejala-gejala umum meningitis : (2,4) Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa nyeri dapat menjalar ke tengkuk dan punggung. Demam, fotofobia tengkuk menjadi kaku. Kesadaran menurun. Kaku kuduk disebabkan karena mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung berada dalam sikap hiperekstensi. Tanda Kernigs dan Brudzinski positif. Pada meningitis bakteri yang berat juga terdapat tanda seperti edema otak dan peningkatan tekanan intrakranial yang disertai penurunan kesadaran, mual, muntah dan 3

Meningitis

kejang. Pada neonatus terdapat apatis, iritabilitas, letargi, pada orang tua atau pada pasien immunocompromised dapat berupa demam, bingung. Komplikasi

(4)

Disseminated intravascular coagulation (DIC) Encephalitis Kejang Demam yang menetap Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)

Pengobatan yang cepat dan tepat dapat mengurangi resiko kerusakan otak dan komplikasi lebih lanjut, yaitu:

Perubahan tingkah laku dan kepribadian Hilangnya penglihatan(sebagian / total) Cerebral palsy Hilangnya pendengaran (sebagian / total) Retardasi mental Paralisis (sebagian / total) Speech loss (partial / total)

Meningitis bakteri yang berat juga dapat menyebabkan opistotonus, koma, dan kematian. Diagnosis (4) Diagnosis suatu meningitis pertama kali ditegakkan melalui pemeriksaan fisik dan analisis cairan cerebrospinal . Pada pemeriksaan fisik didapatkan kaku leher, sakit kepala yang berat, dan demam merupakan indikasi dari meningitis. Bisa saja terdapat sakit yang sangat pada saat menggerakkan leher. Leher dapat menjadi sangat kaku sehingga pada saat digerakkan tubuh juga akan ikut bergerak. Tanda fisik lain yang dapat dilihat adalah mata yang membengkak / edema menandakan adanya peningkatan tekanan intrakranial, dan dapat juga ada skin rash. 4

Meningitis

Computed tomography (CT scan) / magnetic resonance imaging (MRI scan) dari otak dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa. Tes laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, kultur darah, dan spinal tap. Pada pemeriksaan hitung jenis akan memperlihatkan leukosit yang meningkat apabila ada infeksi di dalam tubuh. Kultur darah dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri yang ada dalam darah. Spinal tap, atau lumbal punksi, merupakan pemeriksaan yang penting untuk meningitis. Penatalaksanaan
(4)

Pengobatan dilakukan sesuai dengan tipe meningitis dan organisme yang menyebabkan. Meningitis virus Biasanya dilakukan pengobatan secara paliatif. Pengobatan paliatif meliputi tirah baring, terapi cairan untuk mencegah dehidrasi, dan analgetika (misal aspirin, acetaminophen) untuk mengurangi demam. Meningitis yang disebabkan oleh virus herpes dapat diobati dengan menggunakan antiviral seperti acyclovir atau ribavirin. Efek samping dari pengobatan ini antara lain mual, muntah, dan sakit kepala. Meningitis bacterial Biasanya pengobatannya adalah antibiotik intravena di rumah sakit untuk mencegah komplikasi yang serius dan kerusakan neurologi.. Bila sakit sangat parah maka diobati dengan antibiotik yang dikombinasi. Penicillin yang dikombinasikan dengan cephalosporin, cefotaxime biasa digunakan. Karena beberapa bakteri resisten terhadap obat ini, vancomycin, dengan atau tanpa rifampin, ampicillin, dan gentamicin dapat ditambahkan untuk mencegah resistensi pneumococcal strains dan Listeria monocytogenes.

Meningitis

Efek samping yang dapat terjadi adalah sakit pada perut, mual, muntah, dan diare. Bila hasil kultur dari cairan cerebrospinal telah diketahui kuman penyebabnya maka antibiotik yang diberikan disesuaikan dengan jenis kumannya. Amphotericin B dan fluconazole merupakan obat yang efektif untuk penyakit yang disebabkan oleh jamur dan merupakan obat lini pertama yang digunakan untuk meningitis yang disebabkan fungi. Obat tersebut dapat diberikan tunggal atau dikombinasi. Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh fluconazole adalah mual dan muntah, diare, sakit kepala, skin rash, dan sakit pada abdomen. Pengobatan melalui intravena untuk amphotericin B juga dapat menimbulkan efek yang sama, seperti keringat dingin dan demam, nadi yang lambat, hipotensi, sakit seluruh badan dan berat badan menurun. Meningitis karena parasit umumnya diobati dengan derivat benzimidazole atau obat antihelmintik. Komplikasi yang timbul juga harus diobati. Kortikosteroid (misal, dexamethasone) dapat mengurangi faktor resiko hilangnya pendengaran. Peningkatan tekanan intrakranial mungkin dapat dikurangi dengan diuretik (misal, mannitol) dan pembedahan pemasangan shunt. Prognosis (4) Meningitis karena bakteri mencapai 25% dari kasus yang ada. Pasien dengan meningitis yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae dan pasien yang berumur kurang dari 2 tahun atau di atas 60 tahun mempunyai prognosis yang buruk. Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik dapat mengurangi resiko kematian pada meningitis bakteri sampai dengan 15%. Meningitis virus yang menetap dalam 710 hari akan fatal (1% dari kasus).

Meningitis

Pencegahan (4) Imunisasi dengan vaksin dibawah ini efektif untuk mencegah meningitis:

Haemophilus influenzae tipe B MMR (measles, mumps, rubella) Neisseria meningitides Pneumococcal (anak berumur 2 tahun dan yang lebih muda) Streptococcus pneumoniae Varicella (chickenpox)

Pengobatan seperti rifampin, ceftriaxone , dan ciprofloxacin juga digunakan untuk mencegah berkembangnya meningitis bakteri pada orang yang terpapar/ terekspose untuk terkena penyakit.

Meningitis

MENINGITIS BAKTERIAL AKUT (5)


Meningitis akut bakterial adalah infeksi akut pada ruang subarachnoid dan meningens, ditandai dengan adanya sel PMN dalam cairan serebrospinal. Bakteri dapat masuk ke ruang subarachnoid secara langsung melalui struktur yang bersebelahan misalnya sinus, dan secara tidak langsung yaitu melalui peredaran darah. Organisme penyebab Pada neonatus : gram negatif bacilli misal E.coli, Klebsiella, H.influenzae. Pada anak-anak : H.influenzae, Pneumococcus, Meningococcus. Pada dewasa : Pneumococcus, Meningococcus Bakteri lainnya yang juga sering : Listeria monocytogenes, Streptococcus pyogene dan Staphylococcus aureus. Factor predisposisi: Kongenital /acquired immune deficiency Hiposplenisme Alkoholisme

Klinis Secara klasik terdapat trias klinis yaitu demam, sakit kepala, kaku kuduk. Gejala prodromal : Infeksi saluran pernapasan Otitis media / pneumonia Nyeri otot dan pundak, letargi Sakit kepala yang hebat pada frontal dan oksipital Kaku kuduk Fotofobia

Gejala meningitis :

Gejala sistemik :

Meningitis

Demam tinggi, meningitis.

transient

eritematosus,skin

rash pada meningococcal

Tanda / gejala yang berhubungan dengan neurologi : Gangguan tingkat kesadaran Kejang fokal / umum Tanda N. kranial terdapat pada 15% pasien Tuli sensorineural Tanda fokal neurologi: hemiparese, disfasia, hemianopsia

Komplikasi non-neurologi Meningitis : Shock Gangguan koagulasi : trombositopenia : DIC Pyogenic arthritis Acute bacterial endocarditis

Penatalaksanaan 1. Bila pasien dalam keadaan koma / ada papiledema / tanda fokal neurolog lakukan CTscan. Bila keadaan pasien meburuk dengan cepat, lakukan kultur darah dan berikan antibiotic lebih dahulu daripada scanning. 2. Bila tidak ada tanda / CT scan tidak ada massa lakukan lumbal punksi dan cari tahu jenis kumannya: Pemeriksaan CSF Serologil/immunologi test Kultur darah

3. Periksa serum elektrolit 4. Cari sumber infeksi : X-ray dada : pneumonia X-ray sinus : sinusitis X-ray tengkorak : fraktur Petrous views : mastoiditis

Meningitis

Perawatan Berikan antibiotik secepatnya tanpa menunggu hasil biakan (ampicillin, chloramphenicol, penicillin). Bila hasil biakan sudah diketahui maka ganti antibiotic sesuai dengan jenis kuman penyebab. Bila terdapat hidrosefalus sebaiknya lakukan tindakan operatif.

10

Meningitis

MENINGITIS TUBERKULOSA
Biarpun kuman Mycobacterium tuberculosa paling sering menyebabkan infeksi pada paru-paru, tetapi infeksi pada susunan saraf pusat adalah yang paling berbahaya. Penyakit ini dapat terjadi pada segala umur, tetapi jarang di bawah 6 bulan. Yang tersering adalah pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun.(1) Pada anak, meningitis tuberkulosa biasanya merupakan komplikasi infeksi primer dengan atau tanpa penyebaran milier. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian dan cacat bila pengobatan terlambat. Etiologi Kuman Mycobacterium tuberculosa varian hominis. Patogenesis (1,5) Kuman mencapai susunan saraf pusat melalui aliran darah dan membentuk tuberkel Penyebaran melalui darah menyebabkan turberkel terbawa dan dapat berlokasi di Meningens Cerebral Coroid pleksus

Kemudian tuberkel akan pecah dan bakteri masuk ke ruang subarakhnoidea. Patologi (1) Tampak tuberkel kecil berukuran beberapa millimeter sampai 1 sentimeter, berwarna putih dan tersebar pada dasar otak, permukaan otak serta kadang-kadang pada selaput otak. Eksudat yang kental dan berwarna putih terdapat sebagian besar pada ruang subarakhnoidea di dasar otak dan sebagian kecil di permukaan otak serta medula spinalis. Mungkin terjadi penyumbatan foramen Magendi dan foramen Luschka serta pelebaran ventrikel. Terdapat pembendungan pembuluh-pembuluh darah yang superficial. Pembuluh darah mengalami radang dan dapat tersumbat sehingga terjadi infark otak. 11

Meningitis

Klinis (1,5,6) Pada penyakit ini terdapat panas yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala dan nyeri kuduk. Juga terdapat rasa lemah, berat badan menurun, nyeri otot, nyeri punggung, dan dapat dijumpai kelainan jiwa seperti halusinasi dan waham. Pada pemeriksaan akan dijumpai tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk, tanda Kernig dan tanda Brudzinski positif. Dapat terjadi hemiparesis dan kerusakan saraf otak yaitu N.III, IV, VI, VII, VIII. Akhirnya kesadaran akan menurun. Pada funduskopi akan tampak sembab papil. Sering juga dijumpai tuberkulosa di tempat lain serperti di paru dan kelenjar limfe di leher. Gejala klinis dari meningitis tuberkulosa akibat dari : Infeksi Eksudasi : dapat menghambat basal cisterna dan menimbulkan hidrosefalus Vaskulitis : peradangan sekunder disekitar pembuluh darah, mrnyebabkan infark otak dan spinal cord. Penyakit ini biasanya kebanyakan pada pasien dewasa (5) Fase I: Merupakan gejala non spesifik : Demam Letargi Bingung Paresis saraf kranial Meningism : hemiparesis, quadraparesis, ataxia, disartria. Vasculitis Coma

Fase 2:

Fase 3 :

Diagnosa banding (1) 12

Meningitis

Meningitis purulenta Meningitis virus Meningitis jamur

Diagnosis (1) 1. Pemeriksaan cairan otak: Tekanan : meningkat Warna Gula Leukosit dominan. Bila didiamkan akan terbentuk pelikula yang berbentuk sarang labah-labah Pada pemeriksaan mikroskop dan biakan akan ditemukan kuman tuberkulosis. : jernih / xantokrom : menurun : meningkat sampai 500 / mm dengan sel mononuklear yang Protein : meningkat Klorida : menurun

2. Pemeriksaan darah : terdapat peningkatan LED dan peningkatan leukosit sampai 20.000. 3. Radiologi : foto dada, foto kepala, bila mungkin CT scan kepala (tampak hidrosefalus) 4. Tes tuberkulin : sering positif. Pengobatan (1,6) Dipakai obat tuberkulostatika: 2HRZE-7RH 1. 2 bulan pertama : INH : Dewasa 5-10 mg/kgBB/hari Anak 10-20 mg/kgBB/hari Diberikan sekali sehari per oral Harus ditambahkan piridoksin 50 mg/hari Rimfampicin : Dosis pada dewasa 600 mg/hari Anak 10-20 mg/kgBB/hari Diberikan sekali sehari per oral Pirazinamid Streptomisin atau 13 :15-30 mg/kgBB/hari/oral : 20 mg/kgBB/hari (maksimal 1g/hari)

Meningitis

Etambutol INH Rimfampicin

: 15-20 mg/kgBB/hari/oral : dosis sama seperti di atas. : dosis sama seperti di atas.

2. 7-12 bulan berikutnya

Juga diberikan kortikosteroid, dengan indikasi: (3) Tekanan intrakranial yang meningkat. Adanya defisit neurologik Mencegah perlekatan arakhnoid dengan jaringan otak. : 60-80 mg/hari selama 2-3 minggu lalu diturunkan berangsur selama 1 bln

Deksametason : mula-mula diberikan 10 mg intravena lalu 4 mg tiap 6 jam. Prednisone

Komplikasi : (1,4) 1. Hidrosefalus 2. Epilepsi 3. Gangguan jiwa 4. Buta karena atrofi N.II 5. Tuli 6. Kelumpuhan otot yang disarafi N.III, IV, VI 7. Hemiparesis. Prognosa Angka kematian pada umumnya 50%. Prognosis jelek pada bayi dan orang tua.

14

Meningitis

MENINGITIS PURULENTA
Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan piamater yang meliputi otak dan medula spinalis. Angka kematiannya masih tinggi dan banyak penderita menjadi cacat akibat keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan. (1) Meningitis purulenta merupakan keadaan gawat darurat. Pemberian antibiotika yang cepat dan tepat serta dengan dosis yang memadai penting untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah terjadinya cacat. Faktor predisposisi (1,6) 1. Sepsis 2. Kelainan yang berhubungan dengan penekanan reaksi imunologi 3. Pemirauan (shunting) ventrikel 4. Pungsi lumbal dan anestesi spinal 5. Infeksi parameningeal Bila terdapat meningitis purulenta yang sering kambuh, harus dipertimbangkan keadaankeadaan di atas. Etiologi (1,3,5) Penyebab meningitis pada beberapa golongan umur : 1. Neonatus : E.coli, Streptoccocus beta hemolitycus, Listeria monocytogenes 2. Anak di bawah 4 tahun : Haemophilus influenzae, Meningoccocus, Pneumoccocus. 3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa : Meningoccocus, Pneumoccocus. Patologi (1) Pada stadium awal kelainan yang dapat dilihat hanya bendungan pembuluh darah otak superfisial dan pembuluh-pembuluh darah pada piamater serta pembesaran pleksus 15

Meningitis

koroideus. Kemudian timbul eksudat pada ruang subarakhnoidea, permukaan otak. Eksudat yang purulen bisa juga terdapat pada ventrikel, ruang subarakhnoid medula spinalis sepanjang otak dan saraf spinalis. Setelah beberapa minggu terjadi pelebaran ventrikel, sering juga terjadi sembab otak yang bila hebat dapat menyebabkan herniasi. Secara mikroskopis tampak ruang subarakhnoid terisi fibrin dan eksudat purulen yang sebagian besar mengandung leukosit PMN dan sedikit limfosit serta monosit. Radang dapat pula mengenai pleksus koroideus dan ependim yang melapisi ventrikel serta terus meluas sampai ke jaringan subependim. Pada neonatus ventrikel dapat menjadi sumber bakteri. Patogenesis (1) Kuman dapat mencapai selaput otak dan ruang subarakhnoidea melalui: 1. Luka terbuka di kepala 2. Penyebaran langsung dari proses infeksi di telinga tengah dan sinus paranasalis. 3. Pembuluh darah dalam keadaan sepsis 4. Penyebaran dari abses ekstradural, abses subdural dan abses otak 5. Lamina kribrosa ossis etmodalis pada rinohea 6. Penyebaran radang dari paru 7. Penyebaran dari infeksi kulit Gambaran klinis (1) Pada permulaan gejalanya panas, menggigil, nyeri kepala yang terus menerus, mual, muntah, nafsu makan hilang, kelemahan umum, nyeri pada punggung dan sendi. Setelah 12-24 jam gambaran klinis khas meningitis yaitu kaku kuduk tanda perangsangan meningens seperti kaku kuduk tanda Kernigs dan Brudzinski positif. Bila terjadi koma yang dalam tanda rangsang meningens akan menghilang. Penderita takut cahaya dan peka terhadap rangsang. Kadang dapat dijumpai kelumpuhan N.VI, VII, VIII. Dapat terjadi peninggian refleks fisiologik dan timbulnya refleks patologik. Terdapat perubahan mental misalnya gelisah, mudah marah dan tersinggung, bingung, hiperaktif serta halusinasi. Pada keadaan yang berat dapat terjadi herniasi otak sehingga terjadi dilatasi pupil dan koma. Pada meningitis yang disebabkan meningokokus dapat ditemukan sindroma Waterhouse Friederichsen dengan gejala perdarahan pada kulit 16

Meningitis

dan kelenjar adrenal serta penurunan tekanan darah. ini disebabkan oleh adanya PIM atau KID (koagulopatia intravaskularis diseminata) akibat terjadinya meningokokemia.

Diagnosis (1) 1. Pemeriksaan cairan otak pada meningitis purulenta: Tekanan : meningkat di atas 180 mm H2O. Warna : dari keruh sampai purulen tergantung pada jumlah selnya. Sel : jumlah leukosit meningkat biasanya berjumlah 200-10.000 dan 95% sel PMN. Protein : meningkat biasanya di atas 75 mg/100 ml. Klorida : menurun kurang dari 700 mg/100 ml Gula : menurun kurang dari 40 mg%.

2. Pemulasan gram dan biakan cairan otak. 3. Pemeriksaan antigen bakteri pada cairan otak ; Masih dapat ditemukan walaupun pada penderita sudah diberikan antibiotik sebelumnya. Jenis-jenis pemeriksaan antigen adalah: Imuno-elektroforesis arus kontra (countercurrent immunoelectrophoresis) Aglutinasi lateks (latex agglutination) Uji imun enzim (enzyme immunoassay) Tes pembengkakan (quelling test) Limulus amebocyt lysate

4. Pemeriksaan darah tepi: kenaikan jumlah leukosit dan pada hitung jenis terdapat pergeseran ke kiri. 5. Biakan dan tes kepekaan sumber infeksi : dapat ditemukan dari biakan darah atau biakan sumber infeksi. 6. Pemeriksaan radiologik : foto toraks, foto tengkorak, CT scan kepala.berfungsi untuk mengetahui penyebab ataupun mengetahui adanya komplikasi. 7. Pemeriksaan EEG : menunjukkan perlambatan yang menyeluruh di kedua hemisfer dan derajatnya sebanding dengan beratnya radang. Diagnosa banding (1) 17

Meningitis

1. Meningitis tuberculosis 2. Meningitis karena virus 3. Meningitis karena jamur 4. Perdarahan subarakhnoidal 5. Abses otak 6. Meningismus. Meningismus Pada meningismus terdapat keluhan dan tanda-tanda rangsang meningen yaitu nyeri kepala, kaku kuduk, tanda kernig. Meningismus lebih sering pada bayi dan anak. Biasanya terjadi pada penyakit yang disertai panas yang timbulnya mendadak seperti tonsillitis, pneumonia, difteri, batuk rejan, malaria, tifus abdominalis. Komplikasi 1. Efusi subdural. 2. Abses otak 3. Hidrosefalus 4. Epilepsi 5. Cerebral palsi 6. Arteritis pembuluh darah otak menyebabkan infark otak. 7. Ensefalitis 8. Tuli, keterlambatan bicara, gangguan perkembangan mental dan intelegensia. 9. Diabetes insipidus 10. Sindroma Waterhouse Frederichsen yang terdiri dari hipotensi, perdarahan kulit dan kelenjar adrenal yang diakibatkan DIC 11. Renjatan septik Pengobatan (1,6) Dibagi menjadi pengobatan umum dan pemberian antibiotika. Umum 18

Meningitis

1. Penderita di rawat di RS 2. Mula-mula cairan diberikan secara infus dalam jumlah yang cukup dan jangan berlebih. 3. Bila gelisah beri sedatif misal fenobarbitol 4. Nyeri kepala beri analgesik 5. Panas diturunkan dengan: a. kompres es b. parasetamol c. asam salisilat, pada anak dosisnya 10 mg/kgBB tiap 4 jam/oral 6. Kejang diatasi dengan: a. Diazepam dewasa: 10-20 mg/i.v anak : 0,5 mg/kgBB/i.v b. Fenobarbital dewasa: 6-120 mg/hari/oral anak : 5-6 mg/kgBB/hari/oral c. Difenilhidantoin dewasa: 300 mg/hari/oral anak : 5-9 mg/kgBB/hari/oral 7. Sumber infeksi diberantas dengan obat-obatan atau dengan operasi. 8. Kenaikan tekanan intrakranial diatasi dengan : a. Manitol 1-1,5 mg/kgBB/i.v dalam 30-60 menit dan dapat diulang dengan jarak 4 jam. b. Kortikosteroid Biasanya dipakai deksametason secara intravena dengan dosis pertama 10 mg lalu diulang dengan 4 mg setiap 6 jam c. Pernapasan Diusahakan sebaik mungkin dengan membersihkan jalan napas. 9. Bila ada hidrosefalus obstruktif dilakukan operasi pemasangan pirau (shunting).

19

Meningitis

10. Efusi subdural pada anak dikeluarkan 25-30 cc setiap hari selama 2-3 minggu, bila gagal dioperasi. 11. Fisioterapi diberikan untuk mencegah dan mengurangi cacat.

Antibiotika Antibiotika spektrum luas harus diberikan secepat mungkin tanpa menunggu hasil biakan, baru setelah hasil biakan keluar diganti dengan antibiotik yang sesuai. Antibiotika diberikan secara parenteral. Lama pemberian antibiotika biasanya 10-14 hari atau sedikitnya sampai 7 hari setelah pasien bebas demam. Antibiotika yang sering dipakai untuk meningitis purulenta adalah: 1. Ampisilin diberikan secara intravena. Dosis : Neonatus Umur 1-2 bulan Umur > 2 bulan Dewasa 2. Gentamisin Dosis : Premature Neonatus : 5 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian. : 7,5 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 3 kali pemberian. : 50-100 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian. : 100-200 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 3 kali pemberian. : 300-400 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 kali pemberian. : 12-18 gram/hari, dibagi dalam 4 kali pemberian.

Bayi dan dewasa : 5 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 3 kali pemberian. Penderita dengan gagal ginjal 1-1,3 mg/kgBB;frekuensi pemberian adalah kadar kreatinin darah x 8. 3. Amikasin Dosis : 15 mg/kgBB/hari dengan interval pemberian setiap 12 jam 4. Kloramfenikol Dosis : Premature Anak Dewasa 5. Sefalosporin 20 : 25 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian. : 100 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 kali pemberian : 4 gram/kgBB/hari, dibagi dalam 4 kali pemberian, i.v. Bayi genap bulan : 50 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian.

Meningitis

Sefotaksim ; dosis : - Premature dan neonatus : 50 mg/kgBB/hari,dibagi dalam 2 kali pemberian. - Bayi dan anak - Dewasa : 50-200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 24 kali pemberian. : 2 gram tiap 6 jam, bila fungsi ginjal jelek, dosis diturunkan. Sefuroksim ; dosis: - Anak - Dewasa Prognosis Bergantung pada : 1. Umur : Anak makin muda makin jelek prognosisnya. Dewasa- makin tua makin jelek prognosisnya. 2. Kuman penyebab 3. Lama penyakit sebelum diberi antibiotika 4. Jenis dan dosis antibiotika ynag diberikan 5. Penyakit yang menjadi faktor predisposisi. Pencegahan (1,4) Pada meningitis yang disebabkan oleh Meningoccocus dan Haemophilus influenzae tipe B bisa menular pada anak dan orang dewasa yang berhubungan erat dengan penderita yaitu yang tinggal dan makan dalam 1 gedung yang sama. Mereka perlu diberi pencegahan antara lain : 1. Penderita diisolasi 2. Vaksinasi 3. Obat-obatan : a. Untuk Meningoccocus : Rimfapicin : dosis : 3 bulan 1 tahun 1-12 tahun > 12 tahun 21 : 5 mg/kgBB : 10 mg/kgBB : 600 mg : 200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 kali Pemberian. : 2 gram tiap 6 jam.

Meningitis

Obat diminum 2 kali sehari selama 2 hari berturutturut. Sulfadiazine : 3 bulan - 1 tahun 1-12 tahun > 12 tahun turut. b. Untuk Haemophilus influenzae Rimfapicin : dosis 20 mg/kgBB/hari diberikan sebagai dosis tunggal selama 4 hari berturut-turut pada anak serumah yang berumur kurang dari 4 tahun. Orang dewasa tidak perlu pencegahan. : 250 mg : 500 mg : 1 gram

Obat diminum 2 kali sehari selama 2 hari berturut-

22

Meningitis

PENUTUP
Meningitis juga merupakan penyakit infeksi yang perlu mendapat perhatian. Oleh karena itu setiap dokter wajib mengetahui sedini mungkin gejala dan tanda dari meningitis serta penatalaksanaanya. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian dan cacat bila pengobatan terlambat. Untuk meningitis tuberkulosa pengobatan yang diberikan adalah pengobatan seperti pada pengobatan tuberkulosis paru yaitu pengobatan dengan tuberkulostatik dengan pemberian kortikosteroid. Sedangkan untuk pengobatan meningitis purulenta adalah pemberian antibiotik broadspektrum tanpa menunggu hasil biakan sebab meningitis purulenta merupakan keadaan gawat darurat. Prognosis pasien dengan meningitis bergantung pada umur dan kondisi pasien. Semakin muda semakin jelek prognosisnya, dan semakin tua semakin jelek pula prognosisnya.

23

Meningitis

24

Anda mungkin juga menyukai