Anda di halaman 1dari 2

Langkah-langkah untuk menurunkan ICP Langkah umum yang rutin dilakukan: 1. Mengatur posisi a.

Posisi elevasi 30-45 derajat b. Menjaga garis tengah kepala (untuk mencegah terjadinya distensi vena jugularis) 2. Pemberian sedasi Codein 30-60 mg IM tiap 4 jam bila perlu, lorezepam (ativan) 1-2 mg IV tiap 4-6 jam bila perlu 3. Menghindari terjadinya hipotensi (SBP <90 mmHg) menormalkan volume intravascular, dengan dukungan tekanan bila diperlukan 4. Mengontrol terjadinya HTN (Hipertensi) (bertujuan pada pasien ICH, halaman 856) 5. Mencegah hiperglikemia (akan memperburuk dengan terjadinya edema serebral) biasanya terjadi pada cedera kepala 6. Intubasi pasien dengan GCS <8 atau pasien dengan distress pernapasan (langkah pertama berikan lidocaine IV, kemudian lihat langkah-langkah berikutnya dibawah ini) 7. Menghindari terjadinya hiperventilasi; menjaga PCO2 rendah sampai eucapnia (35 mmHg) Langkah-langkah yang digunakan untuk pendokumentasikan terjadinya IC-HTN

(Intracranial Hypertension) Pertama, cek langkah umum yang rutin dilakukan. Proses setiap tahap jika terjadi IC-HTN 1. Pemberian sedasi dan atau adanya kelumpuhan bila diperlukan (juga akan membantu pengobatan HTN). Misal ketika pasien gelisah, dapat mempengaruhi ketinggian ICP dengan beberapa maneuver seperti pasien bergerak ke meja CT. hati-hati pada pemberian sedasi atau kelumpuhan, kemampuan neurologis akan hilang (mengikuti ICP) a. Pada pemberian sedasi (direkomendasikan intubasi untuk mencegah depresi respiratory peningkatan PCO2 meningkatan ICP) misal dapat diberikan: 1) Fentanyl 1-2 ml IV tiap 1 jam 2) MSO4 2-4 mg IV tiap 1 jam 3) Drip propofol (halaman 37) 4) Pentobartial dengan dosis rendah (dewasa: 100 mg IV tiap 4 jam; anak-anak: 2-5 mg/kg IV tiap 4 jam) b. Pada kelumpuhan (intubasi mandatory); misal vecuronium 8-10 mg IV tiap 2-3 jam

2. Mengalirkan CSF (ketika IVC digunakan untuk mengukur ICP); 3-5 ml dari CSF harus dialirkan dengan drip ruang < 10 cm diatas EAC. Akan bekerja segera menghilangkan CSF (mengurangi volume intracranial) dan memungkinkan cairan edema dapat mengalir ke ventrikel (kedua titik controversial) 3. terapi osmotic ketika terjadi IC-HTN: a. Mannitol: 0,25-1 gm/kg bolus (lebih dari 20 menit) diikuti dengan 0,25 gm/kg IVP (lebih dari 20 menit) tiap 6 jam bila perlu ICP>20. Alternative dengan pemberian furosemid (lasix): dewasa 10-20 mg IV tiap 6 jam bila perlu ICP>20. Anak-anak 1 mg/kg, 6 mg max IV tiap 6 jam bila perlu ICP >20. b. Menjaga tetap evolemik sedikit hipervolemik c. Jika IC-HTN tetap dan nilai osmolaritas <320 mOsm/L, mannitol ditingkatkan sampai 1gm/kg, dan mempersingkat interval dosis d. Jika ICP tetap terhadap pemberian mannitol, maka diberikan cairan hipertonik, infuse saline 3% secara berkelanjutan atau bolus 10-20 ml dari 23,4 % saline (D/C setelah 72 jam untuk menghindari terjadinya edema) e. Terapi osmotic terus dilakukan jika nilai osmolaritas > 320 mOsm/L (dengan tonisitas lebih tinggi mungkin tidak akan memiliki nilai keuntungan dan resiko terjadi disfungsi renal) atau SBP <100. 4. Hiperventilasi (HPV) sampai PCO2= 30-35 mmHg a. % tidak menggunakan profilaksis b. % menghindari hiperventilasi agresif c. Hanya digunakan untuk 1) Periode pendek pada kerusakan neurologis akut 2) Atau chronically pada pendokumentasian IC-HTN tidak berespon pada pemberian sedasi, kelumpuhan, pengaliran CSF, dan terapi osmotic d. Menghindari hiperventilasi pada 24 jam pertama setelah cedera jika memungkinkan 5. Steroids, penggunaan rutin glucocorticoids tidak direkomendasikan untuk treatment pada pasien cedera kepala

Anda mungkin juga menyukai