Anda di halaman 1dari 13

I.

JUDUL PERCOBAAN : Titrasi Oksidimetri dan Aplikasi Titrasi Permanganometri : Membuat dan menentukan (standarisasi) larutan KMnO4 serta menentukan kadar Jumlah air kristal dalam H2C2O4 xH2O.

II. TUJUAN

III.DASAR TEORI Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan. Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang diketahui tepat itu, disebut larutan standar. Bobot zat yang hendak ditetapkan, dihitung dari volume larutan standar yang digunakan dan hukum-hukum stoikiometri yang diketahui. Larutan standar biasanya ditambahkan dalam sebuah buret. Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi, dan zat yang akan ditetapkan, dititrasi. Titik saat reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik-akhir teoretis (atau titik-titik akhir stoikiometri). Lazimnya titrasi harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat disalahlihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar itu sendiri atau lebih lazim lagi oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal indikator. Setelah reaksi antara zat dan larutan standar praktis lengkap, indikator harus memberi perubahan visual yang jelas (entah perubahan warna atau pembentukan kekeruhan), dalam cairan yang sedang dititrasi. Pada titrasi yang ideal, titik akhir yang terlhat, akan terjadi berbarengan dengan titik akhir stoikiometri atau teoretis. Namun dalam praktek biasanya akan terjadi perbedaan yang sangat sedikit ini merupakan sesatan (error) titrasi.Indikator dan kondisi-kondisi eksperimen harus dipilih sedemikian, sehingga perbedaan antara titik-akhir terlihat titik ekuivalen adalah sekecil mungkin. Untuk digunakan dalam analisis titrimetri, suatu reaksi harus mamenuhi kondisi berikut: 1. Harus ada suatu reaksi yang sederhana, yang dapat dinyatakan dengan suatu parsamaan kimia yang harus bereaksi lengkap dengan reagensia dalam proporsi yang stoikiometrik atau ekiuvalen.

2. Reaksi harus praktis berlangsung dalam sekejap atau berjalan dengan sangat cepat sekali (kebanyakan reaksi ionik memenuhi kondisi ini). Dalam beberapa keadaan, penambahan suatu katalis akan menaikkan kecepatan reksi itu. 3. Harus ada perubahan yang mencolok dalam energi-bebas, yang menimbulkan perubahan dalam beberapa sifat fisika atau kimia larutan pada titik-ekiuvalen. 4. Harus tersedia suatu indikator, yang oleh perubahan sifat-sifat fisika (warna atau pembentukan endapan), harus dengan tajam menetapkan titik-titik reaksi. Jika tak tersedia indikator yang dapat dilihat mata untuk mendeteksi titik ekuivalen , tititk ekuivalen ini sering dapat ditetapkan dengan mengikuti halhal berikut dengan jalannya potensiometri. Zat kimia yang benar-benar murni bila ditimbang dengan tepat dan dilarutkan dalam sejumlah tertentu pelarut yang sesuai menghasilkan larutan standar primer. Larutan standar lain yang ditetapkan konsentrasinya melalui titrasi dengan menggunakan larutan standar primer dikenal sebagai larutan standar sekunder. Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan membuat larutan standar primer harus memenuhi persyaratan berikut: 1. Zat harus muda diperoleh, mudah dikeringkan dan mudah dipertahankan dalam keadaan murni. 2. Zat harus tidak berubah dalam udara selama penimbangan, zat tidak boleh terlalu higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara, atau dipengaruhi oleh karbon dioksida. 3. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat pengotor umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 persen). 4. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan. 5. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan. 6. Reaksi dengan larutan standar ini harus stiokiometrik dan praktis sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen. Dasar dari titrasi oksidiometri ialah reaksi oksidadasi dan reduksi antara zat penitrasi dan zat yang dititrasi. Permanganometri termasuk titrasi oksidimetri yang titrasi(a) potensial antara sebuah elektrode indikator dan sebuah elektrode pambanding (elektrode reverensi ); titrasi

melibatkan KMnO4 dalam suasana asam yang bertindak sebagai oksidator sehingga ion MnO4- berubah menjadi Mn2+. Penentuan konsentrasi KMnO4 misalnya dapat dilakukan dengan larutan baku natrium oksalat Reaksi-reaksi : 5e + 8 H+ + MnO4- Mn2+ + 4 H2O 1 mol KMnO4 = 5 ekivakivalen ( 1 mol KMnO4 mengambil 5e) C2O42- 2CO2 + 2e 1 mol Na2C2O4 = 2 ekivalen Pada titik ekivalen Jumlah Ekivalen oksidator = jumlah ekivalen reduktor Sedangkan pada kalium permanganat telah lama digunakan dalam analisa redoks. Hal ini disebabkan karena KMnO4 merupakan oksidator kuat yang dapat mengoksidasi sebagian besar rediktor secara kuantitatif bila ditambahkan dalam jumlah yang ekivalen. Warna ungu tua ion permanganat menjadikan permanganatnya sendiri sebagai indikator pada titrasinya. Satu tetes berlebih sudah bisa menghasilkan warna yang terang meskipun dalam larutan yang besar volumenya. Hidrogen peroksida merupakan pereaksi oksidasi yang baik dengan potensial standar positif yang besar. H2O2 + 2H+ + 2e 2H2O IV. ALAT DAN BAHAN Alat: 1.Timbangan digital 2. kaca arloji 3. labu ukur 100 ml 4. pipet 5. gelas ukur 6. statif dan klem 7. buret 9. corong 10. spatula 1 buah 1 buah 1 buah 7 buah 1 buah 1 set 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah

8. tabung Erlenmeyer 250 ml

11. pipet gondok 100ml 1 buah

12. gelas kimia Bahan: 1. KMnO4 2. air suling 3. larutan Na2S2O3 4. H2C2O4.xH2O 5. H2SO4 V.ALUR KERJA

2 buah

1. Standarisasi larutan KMnO4 dengan natrium oksalat sebagai baku Na2S2O3 - ditimbang 0,6105 g 0,6105 g Na2S2O3 - dipindahkan dalam labu ukur 100 ml - diencerkan, ditambah air suling - dikocok Larutan Na2S2O3 - dipipet dengan pipet gondok 10 ml - dimasukkan dalam tabung Erlenmeyer - ditambah 10 ml H2SO4 2N - dipanaskan sampai suhu 700C - dititrasi dengan KMnO4 Hasil Pengamatan 2. Aplikasi titrasi penetralan Menentukan jumlah air kristal dalam H2C2O4.xH2O H2C2O4.xH2O - Ditimbang 0,6334 g 0,6334 g H2C2O4.xH2O - dipindahkan dalam labu ukur 100 ml - diencerkan, ditambah air suling - dikocok

Larutan H2C2O4.xH2O - dipipet dengan pipet gondok 10 ml - dimasukkan dalam tabung Erlenmeyer - ditambah 10 ml H2SO4 2N - ditambah 10ml aquades - dipanaskan sampai suhu 700C - dititrasi dengan KMnO4 Hasil Pengamatan

VI. DATA PENGAMATAN Dari hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut:

No

PERLAKUAN Standarisasi larutan KMnO4 0,1N dengan natrium oksalat sebagai baku Na2S2O3 ditimbang 0,6334 g Dipindahkan dalam labu ukur 100mL Dilarutkan dengan air suling dan diencerkan sampai tanda batas Dikocok dengan baik Dipipet 10mL Na2S2O3 dimasukkan dalam elenmeyer Ditambah 10mL H2SO4 Dipanaskan sampai suhu 700 Dititrasi dengan KMnO4

HASIL PENGAMATAN SEBELUM SESUDAH KMnO4 : berwarna merah ungu

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Na2S2O3 : Serbuk
Putih

Na2S2O3 + air : Tidak


berwarna Dititrasi dengan KMnO4 campuran berwarna merah muda

H2SO4 : Tidak
berwarna Larutan KMnO4 +

H2SO4 : tidak berwarna Menentukan jumlah air kristal dalam H2C2O4.xH2O H2C2O4.xH2O ditimbang 0,6334 g Dipindahkan dalam labu ukur 100 ml Dilarutkan dengan air suling dan diencerkan sampai tanda batas Dikocok dengan baik Dipipet 10mL Na2S2O3 dimasukkan dalam elenmeyer Ditambah 10mL H2SO4 Di tambah 10mL Aquades Dipanaskan sampai suhu 700 Dititrasi dengan KMnO4elenmeyer

V1 : 6,2 mL V2 : 6,3 mL V3 : 6,5 mL

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

H2C2O4.xH2O :
Serbuk Putih

H2C2O4.xH2O + air :
Tidak berwarna

Dititrasi dengan KMnO4 campuran berwarna merah muda V1 : 7,3 mL V2 : 7,9 mL V3 : 7,7 mL

VII. ANALISIS DATA 1. Penentuan (standarisasi) larutan KMnO4 0,1 N dengan Natrium Oksalat sebagai baku Permanganometri merupakan salah satu metode analisis volumetri yang digunakan untuk menentukan kadar suatu reduktor yang berdasarkan reaksi redoks. Sebagai oksidator, sekaligus sebagai zat standar digunakan larutan KMnO4 (larutan standar) yang berwrna ungu. KMnO4 didapat dengan cara

mengoksidasi KMnO4 (VI), misalnya dengan klor atau oksidasi manganat dalam sel elektrolit basa: Cl2(g) + 2 MnO42-(aq) a Cl-(aq) + 2 MnO4-(aq) Langkah pertama untuk proses standardisasi larutan KMnO4 0,1 N dengan menggunakan Natrium Oksalat (Na2C2O4) sebagai baku adalah menimbang Natrium oksalat (Na2C2O4) sebanyak 0,6105 gram yang berupa serbuk putih dalam botol timbang kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan dilarutkan dengan air suling sampai kurang lebih tanda batas bagian labu ukur. Setelah itu dikocok sampai semua natrium oksalat(Na2C2O4) tercampur dengan sempurna. Kemudian diencerkan dengan menambahkan air suling sampai tanda batas yaitu tepat pada miniskus bawah sehingga akan diperoleh larutan Natrium Oksalat (Na2C2O4) ysng warnanya tidak berwarna. Larutan Natrium Oksalat (Na2C2O4) yang diperoleh diambil sebanyak 10 mL dengan menggunakan pipet gondok 10 mL lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL. Kemudian ditambah dengan 50 mL asam sulfat dan dipanaskan sampai 70oC dan segera dititrasi dengan larutan KMnO4 Larutan yang pada awalnya berwarna jernih menjadi merah muda(mengalami perubahan warna). Dalam percobaan ini, titrasi larutan standar KMnO4 0,1 N pada larutan baku Natrium Oksalat (Na2C2O4) dilakukan sebanyak tiga kali dengan memipet larutan baku dengan volume yang sama dan diperoleh volume KMnO4 0,1 N untuk masing-masing titrasi secara berturut-turut adalah 6,2 mL; 6,3 mL; dan 6,5 mL. Persamaan reaksi antara oksalat dan permanganat adalah MnO4- + 7 H+ + 5e Mn2+ + 4 H2O C2H42- 2 CO2 + 2e 5 C2O42- + 2 MnO4- + 16 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O Untuk memperoleh normalitas larutan KMnO4 dapat menggunakan x2 x5

perhitungan sebagai berikut : Diketahui : Masa Na2C2O4 Volume Na2C2O4 = 0,6105 gram = 100 mL = 0,1 L

Mr Na2C2O4 Volume KMnO4

= 134 = V1 = 6,2 mL V2 = 6,3 mL V3 = 6,5 mL

M Na2C2O4= gram Mr.V = 0,6105 134 x 0.1 = 0,0456 M N Na2C2O4 = n . M = 2 (0,0456) = 0,0912 N mol ekivalen Na2S2O3 = mol ekivalen KMnO4 N Na2S2O3 x V Na2S2O3 = N KMnO4 x V KMnO4 Percobaan 1 N Na2S2O3 x V Na2S2O3 = N KMnO4 x V KMnO4 0,0912N x 10mL N KMnO4 Percobaan 2 N Na2S2O3 x V Na2S2O3 = N KMnO4 x V KMnO4 0,0912N x 10mL N KMnO4 Percobaan 3 N Na2S2O3 x V Na2S2O3 = N KMnO4 x V KMnO4 0,0912N x 10mL N KMnO4 = N KMnO4 x 6,5mL = 0,1403 N = N KMnO4 x 6,3mL = 0,1448 N = N KMnO4 x 6,2mL = 0,1471 N

. N KMnO4 rata-rata = 0,1471 + 0,1448 + 0,1403 = 0,1441 N

3 2. Penentuan jumlah air kristal dalam H2C2O4.XH2O Titrasi permanganometri dapat digunakan untuk menentukan jumlah air kristal dalam H2C2O4.XH2O yang berupa serbuk putih. H2C2O4.XH2O ini berasal dari hamburan asam oksalat, dimana airnya akan melayang pada suhu sekitar 100oC. Segea terurai bila disuling kering atau dipanaskan dengan H2SO4 pekat.
H SO H2C2O4 CO2 + H2O + CO
2 4

Langkah yang dilakukan untuk menentukan kadar air kristal dalam H2C2O4.XH2O adalah sama dengan langkah pada waktu standardisasi larutan KMnO4 0,1 N dengan menggunakan Natrium Oksalat sebagai baku namun terdapat sedikit perbedaan pada langkah awal yang dilakukan. Langkah awal adalah melarutkan 0,63 g H2C2O4.XH2O dalam labu ukur 100 ml.selanjutnya yaitu memipet 10 mL H2C2O4.XH2O tersebut dengan menggunakan pipet gondok 10 mL, kemudian dipindahkan ke dalam erlenmryert 250 mL dan ditambah 10 ml 10 mL H2SO4 2Setelah itu diencerkan dengan 25 mL aquades dipanaskan sampai 70 oC dan kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4 dalam keadaan panas sampai warna ungu hilang dan warna larutan menjadi merah muda. Dalam percobaan ini percobaan Penentuan jumlah air kristal dalam H2C2O4.XH2O dilakukan sebanyak tiga kali dengan memipet larutan baku dan di titrasi dengan KMnO4 dengan volume yang sama dan diperoleh volume air kristal dalam H2C2O4.XH2O untuk masing-masing titrasi secara berturut-turut adalah 7,3 mL; 7,9 mL; dan 7,7 mL. Jumlah air kristal dalam H2C2O4.XH2O dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Massa H2C2O4.XH2O N KMnO4 Volume KMnO4 = 0,6334 gram = 0,1441 N = V1 = 7,3 mL V2 = 7,9 mL V3 = 7,7 mL

mol ekivalen KMnO4 = mol ekivalen H2C2O4.XH2O N KMnO4 x V KMnO4 Percobaan 1 N KMnO4 x V KMnO4 0,1441 N x 7,3 mL N H2C2O4.XH2O N H2C2O4.XH2O 0,1052 N Mr Mr H2C2O4 Mr XH2O X = 90 = Mr H2C2O4. xH2O Mr H2C2O4 = 120,4182 90 = 1,6899 = N H2C2O4.XH2O x V H2C2O4.XH2O = N H2C2O4.XH2O x 10mL = 0,1052 N = g . eq Mr . V = 0,6334 . 2 Mr . 0,1 L = 120,4182 = N H2C2O4.XH2O x V H2C2O4.XH2O

Percobaan 2 N KMnO4 x V KMnO4 0,1441 N x 7,9 mL N H2C2O4.XH2O N H2C2O4.XH2O 0,1138 N Mr Mr H2C2O4 Mr XH2O = 90 = Mr H2C2O4. xH2O Mr H2C2O4 = N H2C2O4.XH2O x V H2C2O4.XH2O = N H2C2O4.XH2O x 10mL = 0,1138 N = g . eq Mr . V = 0,6334 . 2 Mr . 0,1 L = 111,3181

= 111,3181 90 X Percobaan 3 N KMnO4 x V KMnO4 0,1441 N x 7,7 mL N H2C2O4.XH2O N H2C2O4.XH2O 0,1109 N Mr Mr H2C2O4 Mr XH2O X = 90 = Mr H2C2O4. xH2O Mr H2C2O4 = 114,2290 90 = 1,3460 = N H2C2O4.XH2O x V H2C2O4.XH2O = N H2C2O4.XH2O x 10mL = 0,1109 N = g . eq Mr . V = 0,6334 . 2 Mr . 0,1 L = 114,2290 = 1,1843

.X. H2O rata-rata = 1,3460 + 1,1843 + 1,6899 = 1,4067 3 VIII. KESIMPULAN 1. Nilai normalitas larutan KMnO4 adalah sebesar 0,1441 N. Sedangkan normalitas larutan standar Na2S2O3 sebagai larutan baku diperoleh sebesar 0,0912 N. 2. Sedangkan aplikasi titrasi oksidiometri adalah penentuan jumlah air kristal dalam H2C2O4. xH2O diperoleh X sebesar 1,4067. XI. JAWABAN PERTANYAAN TITRASI OKSIDIMETRI A. 1. Fe2+ Fe3+ + e (reduktor)

MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O (oksidator)

5Fe2+ + MnO4- + 8H+ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O 1 mol Fe2+ 1 ekivalen MnO43. Sebab dalam potensial sistem Fe2+ Fe3+ dalam bejana titrasi dapat diukur pada titik mana saja dengan membuat bejana ini menjadi setengah sel galvani. Setengah sel lain adalah elektrode standard. Suatu elektrode paltinum lamban digunakan dalam bejana titrasi sebagai suatu elektrode indikator. APLIKASI TITRASI IODO-IODOMETRI 1. (i) bersifat tak-dapat larut dalam air dingin; (ii) ketidak-stabilan suspensinya dalam air; (iii) dengan iod memberi suatu kompleks yang tak dapat larut dalam air, sehingga kanji tidak boleh ditambahkan terlalu dini dalam titrasi.(karena itu, dalam titrasi iod, larutan kanji hendaknya tak ditambahkan sebelum titik akhir, ketika warna mulai memudar) dan (iv) kadang-kadang terdapat titik akhir yang hanyut, yang mencolok bila larutan encer. 2. Karena jika ditambahkan diawal iod memberi suatu komplek yang tak dapat larut dalam air 3. Untuk mencegah timbulnya kandungan karbon dioksida berlebihan; ini dapat menyebabkan terjadinya penguraian lambat yang disertai pembentukan belerang: S2O3- + H+ HSO3- + S Terlebih lagi, penguraian dapat juga disebabkan oleh kerja bakteri (missal, thiobacilus thioparus), terutama jika larutan telah didiamkan beberapa lama. sampai tepat

DAFTAR PUSTAKA Basset, J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi 4. Jakarta: Buku kedokteran EGC. Day, R. A, and Underwood. A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga. Poedjiastoeti, Sri. dkk. 2007. Panduan Praktikum Dasar Dasar Kimia Analitik. Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai