Anda di halaman 1dari 56

A.

Pengertian Skizofrenia

Menurut Kartono (2002, h.243) Skizofrenia adalah kondisi psikologis dengan gangguan disintegrasi, depersonalisasi dan kebelahan atau kepecahan struktur kepribadian, serta regresi aku yang parah. Menurut Strausal et al (dalam iman setiadi, 2006, h. 3) Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini di tandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitf dan persepsi. Sedangkan gejala negatifnya antara lain seperti avolition ( menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar, serta terganggunya relasi personal. Tampak bahwa gejala-gejala skizofrenia menimbulkan hendaya berat dalam kemampuan individu berfikir dan memecahkan masalah, kehidupan afek dan menggangu relasi personal. Kesemuanya mengakibatkan pasien skizofrenia mengalami penurunan fungsi ataupun ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat terhambat produktivitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan orang lain. Menurut Kartono (1986, h. 259-260) Skizofrenia dibagi dalam tiga kategori, yaitu: 1. Skizofrenia Hebefrenik. Artinya mental atau jiwanya menjadi tumpul. Kesadarannya masih jernih, akan tetapi kesadaran akunya sangat terganggu. Ciri-cirinya: a. Orang yang mengalami derealisasi dan depersonalisasi berat. b. Dihinggapi macam-macam ilusi dan delusi, sebab fikirannya kacau,melantur. c. Banyak tersenyum-senyum dengan muka yang selalu perat perot tanpa ada perangsang sedikit pun. 2. Skizofrenia katatonik. Ciri-cirinya sebagai berikut: a. Urat-uratnya menjadi kaku dan mengalami chorea flexibility yaitu badan jadi kaku seperti malam atau was. b. Ada pola tingkah laku yang stereothypes, aneh-aneh atau gerak-gerak otomatis dan tingkatah laku yang aneh-aneh yang tidak terkendalikan oleh kemauan. c. Ada gejala-gejala stupor. d. Kadang-kadang disertai catatonic excitement. e. Mengalami regresi total. 3. Skizofrenia paranoid. a. Penderita diliputi macam-macam delusi dan halusinasi yang terus berganti-ganti coraknya dan tidak teratur serta kacau balau.

b. Pasin tampak lebih waras dan tidak sangat ganjil dan aneh jika dibandingkan dengan penderita skizofrenia jenis lainnya. c. Akan tetapi pada umumnya dia bersikap sangat bermusuhan terhadap siapapun juga. d. Merasa dirinya penting, besar grandieus. e. Sering sangat fanatik religious secara berlebihan. f. Kadang-kadang bersifat hipokondris. B. Sebab-sebab Skizofrenia. Ada beberapa penyebab skizofrenia antara lain: 1. Lebih dari separuh dari jumlah penderita skizofrenia mempunyai keluarga psikosis atau sakit mental. 2. Tipe kepribadian yang schizothyme (dengan jiwa yang cenderung menjadi skizofren) dan bentuk jasmaniah asthenis (tidak berdaya/bertenaga) mempunyai kecenderungan kuat menjadi skizofren. 3. Sebab-sebab organis: ada perubahan atau kerusakkan pada sistem syaraf sentral. Juga terdapat gangguangangguan pada sistem kelenjar-kelenjar adrenalin dan piluitari (kelenjar dibawah otak). Kadang kala kelenjar thyroid dan kelenjar adrenal mengalami atrofi berat. Dapat juga disebabkan oleh proses klimakterik dan gangguan menstruasi. Semua ganguan tadi menyebabkan degenerasi pada energi fisik dan energi mentalnya. 4. Sebab-sebab psikologis: ada kebiasaan-kebiasaan infantile yang buruk dan salah, sehingga pasien hampir selalu melakukan mal adjustment (salah-suai) terhadap lingkungan. Ada konflik diantara super ego dan id (freud). Integrasi kepribadiannya sangat miskin, dan ada kompleks-inferior yang berat. C. Gejala Skizofrenia Gejala penderita skizofrenia antara lain: a. Delusi b. Halusinasi c. Cara bicara/berfikir yang tidak teratur d. Perilaku negatif, misalkan: kasar, kurang termotifasi, muram, perhatian menurun. Beberapa study tentang masalah-masalah yang ditimbulkan pasien skizofrenia pada keluarganya yang paling sering muncul menurut Murray adalah: a. Ketidak mampuan untuk merawat diri. b. Ketidak mampuan menangani uang. c. Social with drawal.

d. Kebiasa-kebiasaan pribadi yang aneh. e. Ancaman bunuh diri. f. Gangguan pada kehidupan keluarga, misal: pekerjaan, sekolah, jadwal sosial. g. Ketakutan atas keselamatan, baik pasien maupun anggota keluarga. h. Blame and shame. D. Penanganan bagi penderita skizofrenia

Prognosa dan penyembuhan bagi penderita skizofrenia pada umumnya sedikit sekali kemungkinan bisa sembuh terutama jika keadaannya sudah parah. Yang penting adalah usaha prefentif menurut Kartini Kartono(2002, h. 247248) berupa: a. menghindarkan dari frustrasi-frustrasi dan kesulitan-kesulitan psikis lainnya. b. Menciptakan kontak-kontak sosial yang baik. c. Membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif, dan mau melihat hari depan dengan rasa berani. d. Beranikan ia mengambil sikap tegas dalam menghadapi realitas dengan rasa positif dan usakanlah agar dia bisa menjadi extrovert. Dalam situs www.sivalintar.com dijelaskan tentang beberapa cara penanganan skizofrenia, yaitu: a. Sikap menerima adalah langkah awal penyembuhan b. Penderita perlu tahu penyakit apa yang diderita dan bagaimana melawannya. c. Dukungan keluarga akan sangat berpengaruh. d. Perawatan yang dilakukan oleh para ahli bertujuan mengurangi gejala skizofrenik dan kemungkinan gejala psyhcotik. e. Penderita skizofrenia biasanya menjalani pemakaian obat-obatan selama waktu tertentu, bahkan mungkin harus seumur hidup. Cara-cara Terapi/Perawatan Skizofrenia

Selain cara dengan perawatan di rumah sakit (umum atau jiwa) dan rawat jalan, ada cara alternatif, yaitu dirawat hanya pada siang atau malam hari saja di rumah sakit, sebagian hari lainnya pasien berada di rumah bersama dengan keluarga atau di sekolah atau tempat kerja bersama teman-temannya.

Selain itu ada program terapi residensial, yaitu tempat semacam asrama bagi pasien skizofrenia yang sudah relatif tenang atau mencapai keadaan remisi (tetapi masih memerlukan rehabilitasi, latihan keterampilan lebih lanjut) dapat hidup dalam suasana lingkungan sepeerti keluarga (bersama-sama pasien lainnya) dalam mana ia dapat mempraktekkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya di tengah-tengah lingkungan yang mendukung sehingga ia kemudian juga terampil menjalani kehidupan ini di luar rumah sakit, di tengahtengah masyarakat luas seperti anggota masyarakat pada umumnya.

Semuanya memerlukan semacam dukungan social (social support) dari komuniti atau lingkungan masyarakatnya. Secara tuntas, untuk terapi holistic diperlukan perhatian baik untuk fisiknya (makanan, istirahat, medikasi, latihan fisik), mental-emosionalnya (psikoterapi, konseling psikologis), dan bimbingan social (cara bergaul, latihan keterampilan social) serta lingkungan keluarga dan social yang mendukung). Disamping terapi okupasional (kegiatan untuk mengisi waktu) diperlukan juga terapi /rehabilitasi vokasional (untuk melatih keterampilan kerja tertentu yang dapat digunakan pasien untuk mencari nafkah).

Semua ini membutuhkan jalinan kerja sama seluruh lapisan masyarakat/komuniti, dan tidak mungkin dilakukan oleh satu kelompok komuniti saja, banyak pihak harus terlibat dan saling bekerja sama dengan satu tujuan yaitu membawa pasien kepada keadaan bebas penyakit dan terampil menjalani kehidupan secara mandiri.

E. Penderitaan keluarga yang memiliki anggota skizofrenia 1. 2. Skizofrenia adalah penyakit yang sangat merusak, tidak hanya bagi orang yang terkena tetapi pada keluarga juga. Barangkali tidak ada penyakit lain termasuk kangker yang lebih menimbulkan kepedihan yang mendalam bagi keluarga seperti skizofrenia (Torrey, 1988) Atmosfer dalam keluarga adalah seperti menunggu dan terus menunggu akan meledaknya sebuah bom. Pasien terus menerus meragukan diri dan penuh pertanyaan. Keluarga hidup dengan ketakutan yang menetap bahwa gejala-gejala akan muncul lagi.

Banyak keluarga belum mengerti benar apa itu skizofrenia, ketidak mengertian itu melahirkan jalam pintas. Rata-rata mereka memasukkan kerabatnya ke rumah sakit jiwa, padahal penyakit ini bisa dikendalikan dengan kemauan diri yang keras dan dukungan keluarga penderitanya bisa hidup normal. Seperti yang dialami keluarga Suharjo, salah satu orang tua yang anaknya menderita skizofrenia, saat anak saya divonis menderita skizofrenia saya kaget sekali. Rasanya saya ingin marah karena anak saya dianggap gila sebab dalam kehidupan sehari-hari dia terlihat normal. Tetapi akhirnya suharjo melihat sendiri keanehan sikap anaknya, dia merasa terus dimata-matai oleh tetangga, merasa mendengar suara-suara dan sebagainya. saya tidak mau anak saya disebut gila. Tapi kini anaknya memang sedang menjalani perawatan, dia sunggh luar biasa, dia tidak pernah berhenti berusaha setelah tahu dirinya menderita skizofrenia, katanya. F. Yang harus dilakukan keluarga dalam upaya penyesuaian diri dengan kehadiran skizofrenia dalam sistem mereka dan cara mengatasinya.

a. b.

Informasi/psikoedukasi. Informasi-informasi yang akurat tentang skizofrenia, gejala-gejalanya, kemungkinan perjalanan penyakitnya, berbagai bantua medis dan psikologis yang dapat meringankan gejala skizofrenia merupakan sebagian info vital yang sangat dibutuhkan keluarga. Info yang tepat akan menghilangkan saling menyalahkan satu sama lain, memberikan pegangan untuk dapat berharap secara realistis danmembantu keluarga mengarahkan sumber daya yang mereka miliki pada usaha-usaha yang produktif. Pemberian info yang tepat dapat dilakukan dengan suatu program psikoedukasi untuk keluarga. Sikap yang tepat adalah SAFE. Menurut Torrey (1988) keluarga perlu memiliki sikap yang tepat tentang skizofrenia, disingkatnya sikapsikap yang tepat itu dengan SAEF ( Sense of humor, Accepting the illnes, Familliy balance, Expectations which are realistic). Support group Bilamana keluarga menghadapi skizofrenia dalam keluarga mereka seorang diri, beban itu akan terasa sangat berat, namun bila keluarga-keluarga yang sama-sama memiliki anggota keluarga skizofren bergabung bersama maka beban mereka akan terasa lebih ringan. Mereka dapat saling menguatkan, berbagi informasi yang mutahir, bahkan mungkin menggalang dana bersama bagi keluarga yang kurang mampu. Upaya peredaan ketegangan emosional secara kelompok juga akan lebih efektif dan lebih murah. Family therapy(Object relations family therapy) Family therapy dapat menjadi bagian dari rangkaian upaya membantu keluarga agar sebagai suatu sistem meningkat kohesivitasnya dan lebih mampu melakukan penyesuaian diri. Keluarga harus membantu menumbuhkan sikap mandiri dalam diri sipenderita. Mereka harus sabar dan menerima kenyataan. Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuh yang sangat berarti bagi penderita skizofrenia. Menerima kenyataan, menurut Suryantha adalah kunci pertama proses penyembuhan atau pengendalian skizofrenia. Keluarga harus tetap bersikap menerima, tetap berkomunikasi dan tidak mengasingkan penderita. Tindakan kasar, bentakan, atau mengucilkan malah akan membuat penderita semakin depresi bahkan cenderung bersikap ksar. Akan tetapi terlalu memanjakan juga tidak baik. Pasca perawatan bisanya penderita akan dikembalikan pada lingkungan keluarga. Penerimaan kembali oleh keluarga sangat besar artinya, dalam berbicara tidak boleh emosional agar tidak memancing kembali emosi penderita.

c. d.

e. f.

g. h. i. j. k.

l.

m. Yang penting usaha-usaha prevenif berupa hindari frusrtasi dan kesulitan psikis lainnya. Menciptakan kontak-kontak sosial yang sehat dan baik. Membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif dan mau melihat hari depan dengan rasa kebranian. n. o. Pada skizofrenia fase aktif penderita mudah terpukul oleh problem yang sederhana sekalipun. Kurangi pemberian tanggung jawab agar tidak membebani penderita dan dapat mengurangi stres jangka pendek. Penderita mungkin menggunakan kata-kata yang tidak masuk akal, agar lebih paham cobalah berkomunikasi dengan cara lain dan mengajak melakukan aktivitas bersama-sama. Seperti mendengarkan musik, melukis, nonton tv, atau menunjukkan perhatian tanpa bercakap-cakap. Keluarga menanggung beban dan tanggung jawab merawat anggota keluarga yang sakit terutama mengatasi perilaku kacau tanpa informasi, ketrampilan dan dukungan yang memadai. Akhir-akhir ini perhatian perhatian para ahli beralih kepada pengaruh keluarga terhadap timbulnya kekambuhan. Sikap keluarga terhadap penderita dapat ditentukan dengan apa yang disebut EE(Emotional Expresion) yang

p.

terdiri atas kritikan atau komentar negatif, emotional over involvment, permusuhan terhadap penderita, ketidak puasan dan kehangatan. Bila keluarga EEnya tinggi maka kekambuhan akan tinggi, namun sebaliknya bila EEnya rendah maka kekambuhanpun akan rendah. Tritmen Untuk Skizofrenia

Pasien skizofrenia memerlukan tritmen yang komprehensif, artinya memberikan tritmen medis untuk menghilangkan gejala, terapi (psikologis) untuk membantu mereka beradaptasi dengan konsekuensi/akibat dari gangguan tsb, dan layanan sosial untuk membantu mereka dapat kembali hidup di masyarakat dan menjamin mereka dapat memperoleh akses untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Berikut beberapa tritmen yang biasanya diberikan kepada pasien skizofrenia. 1. Tritmen biologis: terapi obat Pemberian obat2an anti psikotik, minyak ikan. 2. Tritmen sosial dan psikologis 3. intervensi perilaku, kognitif, dan sosial (melatih ketrampilan berbicara, ketrampilan mengelola diri sendiri, ketrampilan mengelola gejala, terapi kelompok, melatih ketrampilan kerja, dll) 4. terapi keluarga (melatih keluarga bagaimana menghadapi perilaku anggotanya yang menderita skizofrenia agar tidak kambuh) 5. program tritmen komunitas asertif (menyediakan layanan komprehensif bagi pasien skizofrenia dg dokter ahli, pekerja sosial, & psikolog yang dapat mereka akses setiap tapi di Indonesia masihsaat-terutama bagi yang tidak memiliki keluarga) terlalu mewah ya? Tritmen lintas budaya Penyembuhan tradisional (dengan doa-doa, upacara adat, jamu, dll) sesuai budaya setempat. KriteriaSembuh

Istilah remisi (sembuh bebas gejala) menunjukkan pasien, sebagai hasil terapi medikasi terbebas dari gejala-gejala skizofrenia, tetapi tidak melihat apakah pasien itu dapat berfungsi atau tidak. Istilah recovery (sembuh tuntas) biasanya mencakup disamping terbebas dari gejala-gejala halusinasi, delusi dan lain-lain, pasien juga dapat bekerja atau belajar sesuai harapan keadaan diri pasien masyarakat sekitarnya. Untuk mencapai kondisi sembuh dan dapat berfungsi, seorang pasien skizofrenia memerlukan medikasi, konsultasi psikologis, bimbingan social, latihan keterampilan kerja, dan kesempatan yang sama untuk semuanya seperti anggota masyarakat lainnya. Kini perlu disadari bahwa peran keluarga sangatlah penting dalam usaha penyembuhan penderita skizofrenia. Keluarga penderita adalah sumber amat penting untuk memudahkan perawatan psikososial, untuk itu jangan jauhi penderita, berilah perhatian dan kasih sayang agar penderita tidak merasa dikucilkan.

Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal kognitif, emosional dan tingkah laku.[1] Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra). Jenis Skizofrenia

Paranoid Skizofrenia Jenis skizofrenia dimana penderitanya mengalami bayangan dan khayalan tentang penganiayaan dan kontrol dari orang lain dan juga kesombongan yang berdasarkan kepercayaan bahwa penderitanya itu lebih mampu dan lebih hebat dari orang lain.[2] Skizofrenia Tidak Teratur Jenis skizofrenia yang sifatnya ditandai terutama oleh gangguan dan kelainan di pikiran. Seseorang yang menderita skizofrenia sering menunjukkan tanda tanda emosi dan eksspressi yang tidak esuai untuk keadaan nya. Halusinasi dan khayalan adalah gejala gejala yang sering dialami untuk orang yang mederita skizofrenia jenis ini. [3] Katatonia Skizofrenia Jenis skizofrenia yang ditandai dengan berbagai gangguan motorik, termasuk kegembiraan ekstrim dan pingsan. orang yang menderita bentuk skizofrenia ini akan menampilkan gejala negatif: postur katatonik dan fleksibilitas seperti lilin yang bisa di pertahankan dalam turun waktu yang panjang. [4] Dibedakan Skizofrenia Jenis skizofrenia dimana penderita penyakitnya memiliki delusi, halusinasi dan perilaku tidak teratur tetapi tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, tidak teratur, atau katatonik. [5] Sisa Skizofrenia Skizofrenia sisa akan di diagnosis ketika setidaknya epsiode dari salah satu dari empat jenis skizofrenia yang lainnya telah terjadi. Tetapi skizofrenia ini tidak mempunyai satu gejala positif yang menonjol. [6] Penyebab Pengaruh Neurobiologis Ada beberapa teori tentang pengaruh neurogiologis yang menyebabkan Skizorenia. Salah satunya adalah ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada zalir serebrospinal.[7] Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun.[8] Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog. Gejala Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain

1. 2. 3. 4.

ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial). Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.

Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:

1. Gejala-gejala Positif
Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain. 2. Gejala-gejala Negatif Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia). Meski bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit dibedakan dengan gangguan kejiwaan seperti autisme, sindrom Asperger atau ADHD atau gangguan perilaku dan gangguan Post Traumatic Stress Dissorder. Oleh sebab itu diagnosa penyakit psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus dilakukan dengan sangat berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang bersangkutan. Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren. Tidak semua orang yang memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis. Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Perawatan terpenting dalam menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan obat-obatan antipsikotik yang dikombinasikan dengan perawatan terapi psikologis. Kesabaran dan perhatian yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga perlu mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh. Kisah John Nash, doktor ilmu matematika dan pemenang hadiah Nobel 1994 yang mengilhami film A Beautiful Mind, membuktikan bahwa penderita skizofrenia bisa sembuh dan tetap berprestasi. Organisasi Pendukung Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia(KPSI) adalah sebuah komunitas pendukung Orang Dengan Skizofrenia (ODS) dan keluarganya yang memfokuskan diri pada kegiatan mempromosikan kesehatan mental bagi masyarakat

Indonesia pada umumnya. Keberhasilan ODS dalam pemulihan sangat tergantung kepada pemahaman keluarga tentang skizofrenia. Komunitas ini juga bertujuan memberikan informasi tentang skizofrenia yang tepat kepada masyarakat guna memerangi stigma negatif terhadap ODS. Orang Dengan Skizofrenia sama sekali tidak membahayakan, bahkan mereka sangat membutuhkan dukungan semua orang. Dengan adaptasi yang tepat, mereka juga dapat bekerja dengan baik seperti orang normal. Kegiatan penting yang dilakukan komunitas ini adalah menterjemahkan swadaya atas artikel-artikel penting tentang skizofrenia dan panduan-panduan keluarga. Kegiatan edukasi berupa kopi darat juga dilakukan untuk saling berbagi pengalaman antar keluarga maupun narasumber. Rencananya KPSI juga akan menerbitkan buku kisah sejati tentang dukungan keluarga. Persepsi, Ilusi dan Halusinasi Kita tentu sering sekali mendengar istilah persepsi, ilusi, maupun halusinasi. Pada ilmu kejiwaan, kata-kata tersebut sangat akrab bagi mereka yang berkecimpung di dalamnya. Tapi apa sebenarnya persepsi, ilusi, dan halusinasi ditinjau dari sisi kejiwaan ? Persepsi adalah hasil interaksi antara dua faktor, yaitu faktor rangsangan sensorik yang tertuju kepada individu atau seseorang dan faktor pengaruh yang mengatur atau mengolah rangsangan itu secara intra-psikis. faktor-faktor pengaruh itu dapat bersifat biologis, sosial, dan psikologis. Karena adanya proses pengaruh-mempengaruhi antara kedua faktor tadi, di mana di dalamnya bergabung pula proses asosiasi, maka terjadilah suatu hasil interaksi tertentu yang bersifat gambaran psikis. Ilusi adalah suatu persepsi panca indera yang disebabkan adanya rangsangan panca indera yang ditafsirkan secara salah. Dengan kata lain, ilusi adalah interpretasi yang salah dari suatu rangsangan pada panca indera. Sebagai contoh, seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat meng-interpretasikan suara gemerisik daun-daun sebagai suara yang mendekatinya. Ilusi sering terjadi pada saat terjadinya ketakutan yang luar biasa pada penderita atau karena intoksikasi, baik yang disebabkan oleh racun, infeksi, maupun pemakaian narkotika dan zat adiktif. Ilusi terjadi dalam bermacam-macam bentuk, yaitu ilusi visual (penglihatan), akustik (pendengaran), olfaktorik (pembauan), gustatorik (pengecapan), dan ilusi taktil (perabaan). Halusinasi adalah persepsi panca indera yang terjadi tanpa adanya rangsangan pada reseptor-reseptor panca indera. Dengan kata lain, halusinasi adalah persepsi tanpa obyek. Halusinasi merupakan suatu gejala penyakit kejiwaan yang gawat (serius). Individu mendengar suara tanpa adanya rangsangan akustik. Individu melihat sesuatu tanpa adanya rangsangan visual, membau sesuatu tanpa adanya rangsangan dari indera penciuman. Halusinasi sering dijumpai pada penderita Schizophrenia dan pencandu narkoba. Halusinasi juga dapat terjadi pada orang normal, yaitu halusinasi yang terjadi pada saat pergantian antara waktu tidur dan waktu bangun. Hal ini disebut halusinasi hypnagogik. Bermacam-macan bentuk halusinasi Halusinasi akustik (pendengaran) Halusinasi ini sering berbentuk : Akoasma, yaitu suara-suara yang kacau balau yang tidak dapat dibedakan secara tegas Phonema, yaitu suara-suara yang berbentuk suara jelas seperti yang berasal dari manusia, sehingga penderita mendengar kata-kata atau kalimat kalimat tertentu

Halusinasi visual (penglihatan) Penderita melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi visual sering menimbulkan ketakutan yang hebat pada penderita. Halusinasi olfaktorik (pembauan) Penderita membau sesuatu yang tidak dia sukai. Halusinasi ini merupakan gambaran dari perasaan bersalah penderitanya. Halusinasi gustatorik (pengecap) Halusinasi gustatorik murni jarang dijumpai, tetapi sering terjadi bersama-sama dengan halusinasi olfaktorik. Halusinasi taktil (perabaan) Halusinasi ini sering dijumpai pada pencandu narkotika dan obat terlarang. Halusinasi haptik Halusinasi ini merupakan suatu persepsi, di mana seolah-olah tubuh penderita bersentuhan secara fisik dengan manusia lain atau benda lain. Seringkali halusinasi haptik ini bercorak seksual, dan sangat sering dijumpai pada pencandu narkoba. Halusinasi kinestetik Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami perubahan bentuk, dan bergerak sendiri. Hal ini sering terjadi pada penderita Schizophrenia dan pencandu narkoba. Halusinasi autoskopi Penderita seolah-olah melihat dirinya sendiri berdiri di hadapannya. Penderita Schizophrenia sangat perlu dikasihani karena penderitaan yang dialaminya. Tetapi mengapa banyak orang memilih untuk mengubah hidupnya yang indah dan berharga dengan memakai narkoba dan mengalami berbagai macam gangguan kejiwaan yang serius ? Tak seorangpun yang tahu. Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogianya kedudukannya setara dengan penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidak mampuan serta invalisasi baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisian (Kusumanto Setjionegoro, 1981) Menurut paham kesehatan jiwa seseorang dikatakan sakit apabila ia tidak lagi mampu berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari, dirumah, disekolah / kampus, ditempat kerja dan lingkungan sosialnya. Seseorang yang mengalami gangguan jiwa akan mengalami ketidak mampuan berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah adanya stressor psikososial. Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, dewasa). Sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi (penyesuaian diri) untuk menanggulangi stressor yang timbul. Namun, tidak semua orang mampu mengadakan adaptasi dan mampu menanggulanginya sehingga timbullah keluhan-keluahan dibidang kejiwaan berupa gangguan jiwa dari ringan hingga yang berat. Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat diseluruh dunia adalah gangguan jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal dari dua kata Skizo yang artinya retak atau pecah ( split ), dan frenia yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan jiwa Skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian ( splitting of personality ). Di Indonesia angka penderita skizofrenia 25 penduduk dan proyeksi 25 tahun mendatang mencapai 3 / 1000 penduduk ( Hawari, 1993 ). Angka pevalensi adalah jumlah kasus ( penderita ) secara keseluruhan dalam kurun waktu tertentu. Dan didaerah tertentu, dibagi dengan jumlah penduduk yang diperiksa. Sedangkan angka insidensi adalah jumlah kasus (penderita baru ) dalam kurun waktu tertentu dan didaerah tertentu. Diindonesia angka yang tercatat di Depertemen Kesehatan berdasarkan survai di Rumah Sakit (1983 ) adalah antara 0,05 % sampai 0,15 %. Penelitian mengenai mekanisme terjadinya skizofrenia. Maju dengan pesat, demikian pula kemajuan dibidang obatobatan anti skizofrenia (psikofarmaka). Telah menjadikan penderita skizofrenia dapat dipuihkan sehinggadapat berfungsi kembali secara oktimal.

BAB LANDASAN

II TEORI

A. Konsep Dasar Skizofhrenia 1. Pengertian Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997; 46). 2. Penyebab a. Keturunan Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ). b. Endokrin Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan. c. Metabolisme Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik. d. Susunan saraf pusat Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan. e. Teori Adolf Meyer : Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme). f. Teori Sigmund Freud Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin. g. Eugen Bleuler Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain). h. Teori lain Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macaam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui. i. Ringkasan Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus (presipitating factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnyaa

terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal.( Maramis, 1998;218 ). 3. Pembagian Skizofrenia Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain : a. Skizofrenia Simplek Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan. b. Skizofrenia Hebefrenia Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak sekali. c. Skizofrenia Katatonia Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik. d. Skizofrenia Paranoid Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan. e. Episode Skizofrenia akut Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya. f. Skizofrenia Residual Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia. g. Skizofrenia Skizo Afektif Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi. B. Konsep Dasar Skizofrenia Hebefrenik 1. Batasan : Salah satu tipe skizofrenia yang mempunyai ciri ; 1. Inkoherensi yang jelas dan bentuk pikiran yang kacau (disorganized). 2. Tidak terdapat wamam yang sistemik 3. Efek yang datar dan tak serasi / ketolol tololan 2. Gejala Klinik Gambaran utama skizofrenia tipe hebefrenik berupa : Inkoherensi yang jelas Afek datar tak serasi atau ketolol tololan Sering disertai tertawa kecil (giggling) atau senyum tak wajar - Waham / halusinasi yang terpecah pecah isi temanya tidak terorganisasi sebagai suatu kesadaran, tidak ada waham sistemik yang jelas gambaran penyerta yang sering di jumpai. Menyertai pelangaran (mennerism) berkelakar Kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrem dari hubungan sosial Berbagai perilaku tanpa tujuan Gambaran klinik ini di mulai dalam usia muda 915-25 th) berlangsung pelan pelan menahan tanpa remisi yang berarti peterroasi kepribadian dan sosial terjadi paling hebat di banding tipe yang lain. C. 1. Konsep Dasar Halusinasi Pengertian

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal pikiran dan rangsang eksternal (dunia luar) klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada obyek atau rangsangan yang nyata, misalnya : klien menyatakan mendengar suaru. Padahal tidak ada orang yang bicara. 2. Proses terjadinya halusinasi Fase pertama Klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, kesepiam yang memuncak dan tidak dapat di selesaikan, klien mulai melamun dan memikirkan hal hal yang menyenangkan cara ini hanya menolong sementara. Fase kedua Kecemasan meningkatkan, menurun dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas, klien tidak ingin orang lain tahu ia tetap dapat mengontrol. Fase ketiga. Bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengotrol klien, Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya. Fase empat Halusinasi berubah menjadi mengancam memerintah dan memarahi klien, klien menjadi takut, tidak berdaya hilang kontrol dan tidak berdaya, hilang dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan 3. Tanda tanda halusinasi Menurut diri, tersenyum sendiri duduk terpaku, bicara sendiri memandang satu arah, menyerang tiba tiba, arah gelisah.

4. Jenis halusinasi a. halusinasi dengar Dengan suatu membicarakan, mengejek, menertawakan, mengancam tetapi tidak ada sumbernya disekitarnya. b. Melihat pemandangan, mencium mengecap ada orang, bau binatang Halusinasi atau sesuatu yang yang tidak tidak ada tetapi lain klien dan yakin ada tidak tidak terlihat ada.

c. Menyatakan d. Merasa e. Merasa

Halusinasi bunga kemenyan sesuatu

penciuman dirasa orang mulut kulit

sumber. kecap ada. raba ada.

Halusinasi rasa di Halusinasi merayap pada

tetapi tetapi

binatang

PENGKAJIAN Pengkajian merupakan awal dan dasar utama dari proses keperawatan tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikupulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokan data pada pengakajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilian terhadap stressoe, sumber keping dan kemampuan kuping yang dimiliki klien (stuart dan Sunden, 1998). Cara pengkajian lain berfokus pada 5 (lima) dimensi : fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Isi pengkajian meliputi : 1. Identitas klien 2. Keluhan utama/alasan masuk 3. Faktor predisposisi 4. Dimensi fisik / biologis 5. Dimensi psikososial

6. Status mental 7. Kebutuhan persiapan pulang 8. Mekanisme koping 9. Masalah psikososial dan lingkungan 10. Aspek medik Data yang didapat melalui observasi atau pemeriksaan langsung di sebut data obyektif, sedangkan data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga melalui wawancara perawatan disebut data subyektif. Dari data yang dikumpulkan, perwatan langsung merumuskan masalah keperawatan pada setiap kelompok data yang trkumpul. Umumnya sejumlah masalah klien saling saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon masalah (Fasio, 1983 dan INJF, 1996). Agar penentuan pohon masalah dapat di pahami dengan jelas, penting untuk diperhatikan yang terdapat pada pohon masalah : Penyebab (kausa), masalah utama (care problem) dan effect (akibat). Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien. Umumnya masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang menyebabkan masalah utama. Akibat adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan efek / akibat dari masalah utama.

Halusinasi adalah terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsang nyata terhadap indera. Kualitas dari persepsi itu dirasakan oleh penderita sangat jelas, substansial dan berasal dari luar ruang nyatanya. Definisi ini dapat membedakan halusinasi dengan mimpi, berkhayal, ilusi dan pseudohalusinasi (tidak sama dengan persepsi sesungguhnya, namun tidak dalam keadaan terkendali). Contoh dari fenomena ini adalah dimana seseorang mengalami gangguan penglihatan, dimana ia merasa melihat suatu objek, namun indera penglihatan orang lain tidak dapat menangkap objek yang sama. Halusinasi juga harus dibedakan dengan delusi pada persepsi, dimana indera menangkap rangsang nyata, namun persepsi nyata yang diterimanya itu diberikan makna yang dan berbeda (bizzare). Sehingga orang yang mengalami delusi lebih percaya kepada hal-hal yang atau tidak masuk logika. Halusinasi dapat dibagi berdasarkan indera yang bereaksi saat persepsi ini terbentuk, yaitu

Halusinasi visual Halusinasi auditori Halusinasi olfaktori Halusinasi gustatori Halusinasi taktil

Pencetus terjadinya halusinasi


1. Sakit dengan panas tinggi sehingga mengganggu keseimbangan tubuh. 2. Gangguan jiwa Skizofrenia
3. Pengkonsumsian narkoba atau narkotika tertentu seperti : ganja, morphin, kokain, dan ltd

4. Mengkonsumsi alkohol berkadar di atas 35% : seperti vodka, gin di atas batas kewajaran
5. Trauma yang berlebihan.

Ada yang pernah nonton A Beatiful Mind?,sebuah film yang menceritakan perjuangan seorang ahli matematika bernama John Forbes Nash yang meraih penghargaan Bank Swedia dalam ilmu ekonomi dan pengalamannya menderita skizofrenia, penyakit gangguan jiwa dimana penderitanya mengalami penurunan intelegensia sebelum waktunya. Selama perang dingin berlangsung, Nash yang menderita skizofrenia membuat dirinya mengalami halusinasi dan ketakutan-ketakutan sehingga ia harus berjuang untuk sembuh dan mendapatkan nobel pada tahun 1994. Scizofrenia, penyakit jiwa yang sering ditunjukkan oleh gejala sekunder seperti halusinasi (persepsi tanpa adanya rangsangan pancaindra) dan delusi (keyakinan yang salah). Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita penyakit ini. Ciri-ciri dari penderita skizofrenia ini adalah adanya halusinasi auditori (pendengaran) atau halusinasi visual (penglihatan), tetapi paling sering dialami adalah halusinasi auditori dimana panderita mendengar suara-suara tanpa adanya sumber suara dan hanya dia yang dapat mendengarkannya. Adanya delusi, dimana penderita mempunyai keyakinan yang tidak bisa dipatahkan dan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan budayanya. Selain itu ada gangguan insight pada diri penderita dimana dia tidak merasa mengalami gangguan jiwa. ___________________________________ Suara merupakan suatu getaran yang ditransmisikan oleh medium elastic yang kemudian diterima dan dipersepsikan oleh telinga manusia. Jadi agar terjadinya sura dibutuhkan tiga komponen utama yaitu sumber suara, medium penghantar dan penerima. Jika salah satu dari komponen tersebut tidak terpenuhi maka suara seharusnya tidak dapat terjadi.

Proses Terjadinya Suara Lalu bagaimana dengan orang yang seolah-olah dapat mendengarkan suara sementara orangorang disekitarnya tidak mendengarkan hal yang sama atau biasa kita sebut dengan halusinasi auditori (pendengaran)? Berarti ada salah satu komponen dari tiga komponen diatas yang tidak terpenuhi. Penerima? tidak mungkin karena ada yang bisa mendengarkan di antara dua orang atau lebih tersebut. Medium penghantar? juga tidak mungkin karena dua orang atau lebih tersebut berada di ruangan yang sama, artinya jika yang satu dapat mendengar disana ada medium penghantarnya. Sumber suara? Nah, ini mungkin terjadi jika salah satu orang tersebut mengalami halusinasi auditori (pendengaran). Halusinasi merupakan persepsi yang terjadi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsangan nyata terhadap indra. Untuk kasus diatas termasuk ke dalam halusinasi auditori (pendengaran), dimana penderita dapat mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya. Halusinasi auditori (pendengaran) merupakan jenis halusinasi yang banyak diderita. Jenis halusinasi ini dapat berbentuk akoasma (suara-suara yang kacau balau dan tidak dapat dibedakan secara tegas) atau phoneme (suara-suara yang seolah-olah berasal dari manusia karena terdengar jelas sehingga penderitanya mendengar dalam bentuk kata atau kalimat) Karakteristik orang yang mengalami halusinasi auditori adalah :

Sering mendengar suara-suara antara dua orang atau lebih yang membicarakan si penderita. Mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh si penderita dan memerintahkannya untuk melakukan sesuatu. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan, seolah-olah mencari sesuatu/siapa yang sedang berbicara Terlihat sedang mengobrol dengan benda mati ataupun dengan sosok tak Nampak. Menggerak-gerakkan mulut seperti seseorang yang berbicara atau menjawab suara.

Selain halusinasi auditori (pendengaran), terdapat beberapa jenis halusinasi lainnya, yaitu : 1. Halusinasi visual (penglihatan) : penderita melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. 2. Halusinasi olfaktorik (pembauan) : penderita membau sesuatu yang tidak dia sukai. Hal ini merupakan gambaran perasaan bersalah penderitanya. 3. Halusinasi gustatorik (pengecap) : halusinasi ini jarang dijumpai, tetapi sering terjadi bersama-sama dengan halusinasi olfaktorik. 4. Halusinasi taktil (perabaan) : halusinasi ini sering dijumpai pada pencandu narkotika dan obat terlarang. 5. Halusinasi haptik : halusinasi ini merupakan suatu persepsi, di mana seolah-olah tubuh penderita bersentuhan secara fisik dengan manusia lain atau benda lain. Sering dijumpai pada pemakai narkoba. 6. Halusinasi kinestetik : penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami perubahan bentuk, dan bergerak sendiri. Hal ini sering terjadi pada penderita Schizophrenia dan pencandu narkoba. 7. Halusinasi autoskopi : penderita seolah-olah melihat dirinya sendiri berdiri di hadapannya. Halusinasi ini tidak terjadi begitu saja, selalu ada pemicu suatu hal bisa terjadi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari proses terjadinya halusinasi seperti yang dijelaskan berikut : Informasi yang diterima tergantung pada anatomi dan proses neurofisiologis otak dan pengalaman terdahulu, meliputi pengorganisasian dalamproses input sensor sampai dengan perilaku yang ditimbulkan. Semua rangsangan dari dalam (biokimia dan emosi) dan luar (penglihatan, pendengaran, peraba, pengecapan dan penghidu atau di interpretasikan) akan menghasilkan respon prilaku berupa proses kognitif, persepsi, respon emosi, respon social dan gerakan motorik. Pada penderita skizofrenia, dimungkinkan bahwa adanya beberapa dopamin berlebihan lewat darah mezolimbik, dimana pada prefrontal (area di depan pusat motorik) mesokortikal terdapat aliran yang hipoaktif terdapat gangguan keseimbangan antara dopamine serotonin dan system neurotransmitter. Dopamine yang berlebihan tersebut dapat ditemukan di tiga bagian otak, yaitu :

pada tengah substansi nigramotor yang mempengaruhi pergerakan koordinasi, pada bagian tengah otak (termasuk emosi dan daya ingat), dan pada hipotalamik sambungan pituitary tergantung pada respon emosional. Banyak penyebab terjadinya halusinasi, diantaranya adalah : 1. Demam yang sangat tinggi sehingga keseimbangan tubuh terganggu (halusinasi visual) 2. Mengalami gangguan jiwa skizofrenia (halusinasi auditori) 3. Mengkonsumsi narkoba seperti ganja, morphin dan kokain(halusiansi visual) 4. Mengkonsumsi alcohol berlebihan, di atas 35% (halusinasi visual) 5. Mengalami trauma yang sulit dihilangkan Jadi, halusinasi ini harus dirasakan oleh pancaindra dalam keadaan sadar. Kalau kita mengalami mimpi sampai melakukan tindakan-tindakan yang tak disadari seperti jalan-jalan di dalam kamar atau memotong kabel listrik (haha, pengalaman pribadi ^_^) bukanlah bagian dari halusinasi. Tambahan : BrainWave dan hubungannya dengan halusinasi otak merupakan pusat dari segala kegiatan kita. setiap rangsangan yang di terima akan dikirim ke otak dalam waktu yang relatif singkat dan kemudian diubah ke dalam bentuk tindakan yang di kerjakan. jadi otak dapat sangat mempengaruhi tindak-tanduk seseorang. otak manusia menghasilkan gelombang elektromagnetik yang tidak sama, bisa terpancar keluar dan menimbulkan resonansi terhadap orang lain. gelombang yang dihasilkan otak inilah yang kita sebut dengan brainwave. namun brainwave ini tidak hanya merepresentasikan kondisi pikiran dan tubuh, tetapi juga dapat menstimulus untuk mengubah kondisi mental seseorang. otak kita bekerja dengan gelombang frekuensi yang berbeda-beda, yaitu : 1. gelombang delta - frekuensinya 0.1 - 3.9 Hz - dalam kondisi tidur tanpa mimpi atau koma sekalipun 2. gelombang theta - frekuensinya 4 - 7.9 Hz - dalam kondisi tidur dengan mimpi yang ditandai dengan gerakan bola mata yang berputar cepat - dialami oleh penemu dan musisi 3. gelombang alpha - frekuensinya 8 - 13.9 Hz - dalam kondisi normal bekerja tanpa beban - merasakan nyaman, tenang dan bahagia 4. gelombang beta - frekuensinya 14 - 100 Hz - dalam kondisi bekerja dengan banyak pikiran - merasakan cemas, khawatir, stress dan marah perbedaan frekuensi yang dihasilkan inilah yang mempengaruhi tindak-tanduk seseorang.

sebagai contoh : variasi (frekuensi) yang dihasilkan dengungan suara dari headphone stereo dapat memberikan efek yang beraneka ragam pada pendengarnya, seperti menjadi rileks, meningkatkan daya ingat dan konsentrasi, menghilangkan rasa sakit serta merasakan sensasi yang berada di luar tubuh. kokain misalnya bisa membuat seseorang merasakan halusinasi mengkonsumsi narkoba yang dirasakan setelah 15-60 menit mendengarkan dengungan suara dari headphone stereo tersebut. sama berlakunya untuk halusinasi auditori, pada frekuensi tertentu bisa jadi seseorang berhalusinasi bahwa gelombang pikirannya juga dirasakan orang lain dan dia seolah-olah diperintahkan melakukan sesuatu (yang biasanya berbahaya). suatu hal yang sebenarnya dikendalikan dari gelombang otak orang tersebut. untuk itu, dengan mengetahui gelombang otak manusia untuk tiap kondisinya, tentu dapat menstimulus otak untuk melakukan tindakan yang sewajarnya. hal ini bisa jadi dapat membantu orang-orang yang mengalami halusinasi auditori untuk dapat terlepas dari kungkungan pikiranpikirannya sendiri. Skizofrenia, telinga awam tentu asing dengan istilah ini. Namun coba kita ganti dengan kata gila atau kurang waras, jelas semua orang mengerti apa yang kita maksud. Gelandangan yang sering dijumpai di jalanan, tanpa pakaian dan berkomat-kamit sendiri merupakan salah satu contoh pengidap skizofrenia. Namun tahukah Anda bahwa tidak semua yang disebut gila ini tidak bisa disembuhkan? Skizofrenia sendiri memiliki empat tipe, skizofrenia katatonik, skizofrenia paranoid, skizofrenia hebefrenik, dan skizofrenia simpleks. Di antara keempatnya, skizofrenia katatonik merupakan skizofrenia dengan prognosis atau keberhasilan terapi yang paling baik. Sementara gelandangan yang jamak kita temui di jalanan merupakan salah satu contoh skizofrenia simpleks. Masing-masing skizofrenia ini ditandai dengan gejala yang paling menonjol. Pada skizofrenia katatonik, gelaja psikomotorlah yang menonjol, penderita umumnya tampak gaduh gelisah atau justru keaktivan motoriknya menurun (katalepsi, fleksibilitas cerea). Sementara pada skizofrenia paranoid, gejala waham dan halusinasinya begitu menonjol. Skizofrenia hebefrenik ditandai dengan gerakan-gerakan stereotipi (gerakan berulang yang tak bertujuan) dan disorganisasi pikiran yang menonjol, sedangkan skizofrenia simpleks ditandai dengan kemauan yang menurun (terutama kemauan untuk perawatan diri). Beberapa faktor mempengaruhi tingkat keberhasilan terapi pada masing-masing skizofrenia tersebut. Mulai dari usia awal timbulnya gangguan hingga kualitas dukungan dari keluarga. Oleh karena itu, perlu kita ingat, janganlah mengecap orang dengan sebutan gila, mereka masih memiliki pengharapan untuk sembuh dan beraktivitas seperti orang sehat yang lain
Skizofrenia adalah suau bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi, kamauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi; asoisasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan emosi perilaku bizar. Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut

gangguan

ini

sebagai

demensia

precox.

JENIS Skizofrenia simplex : dengan gejala utama kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan Skizofrenia hebefrenik, gejala utama gangguan proses fikir gangguan kemauan dan depersonalisasi. Banyak terdapat waham dan halusinasi Skizofrenia katatonik, dengan gejala utama pada psikomotor seperti stupor maupun gaduh gelisah katatonik. Skizofrenia paranoid, degnan gejala utama kecurigaan yang ekstrim diserttai waham kejar atau kebesaran episoda schizoprenia akut (lir schizoprenia), adalah kondisi akut mendadak yang disertai dengan perubahan kesadaran, kesadaran mungkin berkabut. Skizofrenia psiko-afektif, yaitu adanya gejala utama Skizofrenia yang menonjol dengan disertai gejala depresi atau mania Skizofrenia residual adalah schizoprenia dengnan gejala-gejala primernya dan muncul setelah beberapa kali serangan Skizofrenia. ETIOLOGI 1. 2. 3. 4. 5. 6. Keturunan Endokrin Metabolisme Ssp Meyer Freud.

Teori Teori

Adolf Sigmund

GEJALA (MENURUT BLEULER) I. GEJALA PRIMER 1. Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yna gpaling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi 2. Gangguan afek emosi Terjadi kedangkalan afek-emosi Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat) Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan Emosi berlebihan Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik 3. Gangguan kemauan Terjadi kelemahan kemauan Perilaku negativisme atas permintaan Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain 4. Gejala psikomotor Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme Stereotipi Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama Echolalia dan echopraxia 5. Autisme. II. GEJALA SEKUNDER

1. 2.

Waham Halusinasi

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. RESIKO TINGGI TERHADAP KEKERASAN : DIARAHKAN PADA DIRI SENDIRI ATAU ORANG LAIN Tujuan : klien tidak membahayakan dirinya maupun orang lain INTERVENSI RASIONAL Pertahankan lingkungan dalam tingkat stimulus yang rendah Obseervasi secara ketat perilaku klien Singkirkan semua benda berbahaya Salurkan Lakukan perilaku fiksasi meningkata klien obat dalam dalam merusak pada bila kegiatan fisik diperlukan tranquilizer stimulus aman

Berikan Kecemasan Mewmastikan

lingkungan penuh keadaan

Dalam keadaan gelisah, bingung dapat menggunakan benda tajam untuk melukai Menghilangvkan ketegangan yang terpendam Keamanan klien merupakan prioritas perawatan Menurunkan kecemasan/ketegangan 2. KOPING INDIVIDU TAK EFEKTIF Tujuan : Klien tidak menggunakan lebih banyak ketrampilan penggunaan koping adaptif INTERVENSI RASIONAL Usahakan petugas kesehatan tetap Hindari kontak fisik Hindari Jujur Periksa Jangan Motifasi tertawa, dan mulut untuk berbisik selalu didekat menepati minum yang pasien janji. obat kompetitif sebenarnya

klien berikan mengungkapkan

setelah kegiatan perasaan

Sikap asertif Menigkatkan hubungan saling Mungkin dianggap bentuk penganiayaan Mengurangi rasa

percaya fisik curiga

Meningkatkan hubungan saling percaya Klien sering manipulatif dalam minum obat Merupakan ancaman pada pasien curiga Mengnungkapkan perasaan secara verbal dalam lingkungan yang tidak

mengancam mungkin akan menolong pasien untuk sampai pada keadaan tertentu dimana pasien mencurahkan perasaan setelah sekian lama terpendam Pasien curiga tidak memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan sikap yang bersahabat atau ceria sekali 3. PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI Tujuan : Klien tidak menggunakan lebih banyak ketrampilan penggunaan koping adaptif INTERVENSI RASIONAL Observasi tanda halusinasi Hindari menyentuh pasien secara tiba-tiba, yakinkan bahwa ia aman disentuh Sikap menerima dan mendorong pasien menceritakan halusinasi Jangan mendukung halusinasi

Alihkan perhatian pasien dari halusinasi agresif yang Pasien dapat mengartikan

Intervensi awal untuk mencegah respon diperntahkan halusinasi sentuhan sebagai ancaman

Mencegah kemungkinan cidera pasien atau orang lain karena ada perintah adari halusinasi Perawat harus jujur pada pasien pada pasien sehingga pasien menyadari suara itu tidak ada Keterlibatan pasien dalam kegiatan interpersonal; akan menolong klien kembali dalam realitas 4. PERUBAHAN PROSES FIKIR Tujuan : Klien menyatakan berkurangnya pikiran-pikiran waham INTERVENSI RASIONAL Tunjukkan sikap menerima keyakinan pasien tanpa sikap mendukung Tidak membantah/menyangkal keyakinan pasien Bantu pasien untuk menghubungkan keyakinan yang salah dengan peningkatan kecemasan Fokus dan kuatkan realitas Bantu dan dukung pasiend alam mengungkapkan secara verbal perasaan ansietas, takut, tak aman Penting untuk dikomunikasikan pada pasien bahwa perawat tidak menerima delusi sebagai realita Membantah pasien tidak menimbulkan manfaat, dapat merusak hubungan Jika pasien dapat belajar menghentikan kecemasan, pikiran waham mungkin dapat dicegah Mengurangi pikiran-pikiran waham Ungkapan secara f\verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk mengungkapkan perasaan yang mungkin terpendam PENGKAJIAN

Tanggal Waktu Sumber

Pengkajian Pengkajian data :

: : Ny. R

16 (ibu

Desember 10.35 klien) dan

2002 WIB Klien Identitas

I. Identitas Inisial Umur J. Agama Suku/bangsa St. Pendidikan Pekerjaaan Alamat Inisial Umur J. Agama Suku/bangsa St. Pendidikan Pekerjaan Hub. Data Tanggal Cara No. Diagnosa Masalah

Klien : : Kelamin : Perkawinan: : : : Identitas : : Kelamin : Perkawinan: : : Dg masuk masuk CM Medik Utama : : : Ibu klien 16

S tahun : Laki-laki : Islam jawa/Indonesia belum kawin tidak sekolah Tukang Becak Surabaya Penanggungjawab Ny. R 54 tahun : Laki-laki : Islam Jawa/Indonesia Kawin rumah tangga : Ibu 25

Tn.

Medik Desember 2002 : Lewat IRD : 1007078 Skizofrenia Katatonik Gangguan Koping

II. Alasan Masuk (Faktor Presipitasi) Klien dibawa masuk ke Rumah Sakit oleh keluarga setelah sebelumnya (tanggal 15 Desember 2002) tiba-tiba berteriak-teriak dan lari keluar rumah dengan melepaskan seluruh pakaian yang dikenakannya tanpa alasan yang jelas sekitar pukul 09. 00 WIB. Sebab yang mungkin menyebabkan klien histerik adalah akibat dirinya tersinggung dengan ucapan adik klien yang menyuruhnya mandi dan menyinggung bagaimana klien akan mendapatkan jodoh nantinya apabila tidak mau mengurus dirinya. Selanjutnya klien lari dari lingkungan rumah (pergi). Dua hari kemudian klien ditemukan dan dibawa kembali ke rumah klien oleh tetangga dan orang yang mengenal klien (teman) sesama tukang becak. Klien ditemukan dalam keadaan tidak terurus dan tidak mengenakan baju. Selanjutnya klien dibawa ke rumah sakit. Keadaan saat masuk; kien gelisah dan gaduh; tidak mau makan dan minum serta tidak mampu merawat diri; cenderung diam saat ditanya dan berbicara dengan kalimat yang tidak jelas isinya. Melawan dan berontak terhadap restriksi fisik. III. Faktor Predisposisi

Klien sebelumnya tidak pernah mengalami gangguan jiwa dan atau menunjukkan gejala gangguan jiwa. Klien sebelumnya tidak pernah mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, pernah merasa ditolak oleh pacar atau keinginannya oleh orang tuanya dan orang lain. Klien mengatakan tidak berani minta yang macam-macam pada keluarga. Dalam keluarga dan lingkungan saudara dekat dengan klien; tidak ditemukan ada yang mengalami gangguan jiwa. Ny. R mengatakan bahwa menurutnya kien tidak pernah mengalami hal-hal yang membuat klien sedih atau mengalami kejadian yang membuat klien sedih sebelumnya. Kllien mengatakan bahwa ia belum pacaran dan sebenarnya memiliki hasrat untuk menikah tetapi ia tidak sanggup mengungkapkannya karena sulit mengungkapkan. Klien tidak menjawab apakah klien merasa pernah mengalami kesedihan atau rasa tidak senang dimasa yang lalu. Faktor Premorbid : Klien cenderung pendiam, tidak pernah sekolah. IV. TD BB : 110/80 Pemeriksaan mmHg N 76 X/mnt : P 18 Fisik X/mnt 56 S 36,8OC Kg

Keluhan fisik : tidak ada Tidak ditemukan adanya gangguan fungsi atau kecacatan pada bagian tubuh, terdapat luka gores pada kulit daerah punggung dan bokong (telah mengering) IV. Genogram Psikososial :

Keluarga mengatakan tidak ada keturunan dalam keluarganya yang menderita gangguan jiwa. enam saudara klien telah menikah dan berumah tangga sendiri. Saat ini klien tinggal dengan orang tua dan kedua adiknya di rumah. Konsep Diri a. Citra tubuh : Klien mengatakan bahwa ia tidak merasa bahwa tubuhnya kurang sesuai dengan apa yang diharapkannya. Klien mengatakan bahwa ia ingin badannya agak gemuk; tetapi ia tidak mempermasalahkan kondisi badannya yang kurus saat ini. b. Identitas Klien mampu menyebutkan nama dan pekerjaannya, klien menyatakan bahwa ia senang dengan pekerjaannya sekarang. c. Peran Klien mengatakan bahwa ia sebagai seorang yang telah bekerja sudah tidak ingin merepotkan keluarga; saat ini klien merasa senang sudah tidak minta uang lagi untuk beli rokok d. Ideal diri Klien mengarapkan agar nantinya ia bisa berumah tangga dan memiliki pekerjaan yang tetap. e. Harga diri Klien menganggap dirinya telah berguna bagi orang lain dan ia diterima oleh teman-temannya. Ia tidak merasa hina dengan kondisinya saat ini Hubungan Sosial

Orang yang diangggap berarti bagi klien selama ini adalah adiknya yang selalu memberikan perhatian pada dirinya. Klien selalu berusaha untuk menyenangkan hati adiknya. Klien mengatakan ia biasa bekerja sebagai tukang becak dan mangkal di pinggir jalan bersama teman-temannya serta mengatakan tidak merasa minder dengan teman-temannya. Spiritual Klien beragama Islam dan ia mengatakan bahwa ia percaya bahwa Allah sebagai penolongnya dan ia perlu dengan bantuan Allah, walaupun ia jarang melakukan Shalat dan berdoa. Klien mengatakan ia jarang melakukan shalat dan berdoa. VI. Penampilan Klien berpakaian Status rapi, pakaian kusut tetapi Mental sesuai.

Pembicaraan Klien berbicara dengan menatap pada perawat, mampu mengucapkan kata-kata dengan jelas walaupun kadang-kadang memerlukan waktu yang lama untuk menemukan kalimat. Klien mampu diajak bicara dengan bahasa jawa dan tampak lebih lancar dengan menggunakan bahasa jawa. Klien mampu mengembangkan percakapan dan memberikan alasan yang logis terhadap pendapat, kalimat tidak gagap atau inkoheren. Aktivitas Motorik Klien berjalan dan melakukan gerakan relatif lambat, tidak terdapat tik, grimasem, tremor atau tindakan konfulsif. Alam Perasaan Hal yang saat ini difikirkan oleh klien belum terkaji. Klien mengatakan ia masih pening dan tidak ingin membicarakan masalah yang dihadapinya. Saat ini klien tampak sedih dan murung. Afek Afek stabil dan sesuai/adekuat saat berbicara

Interaksi selama wawancara Klien mau mengadakan kontak mata dengan perawat dan bersedia diajak berbicara (kooperatif) dalam jangka waktu yang relatif lama; klien mampu mengungkapkan penolakan saat diajak berbicara tentang masalah yang dihadapinya dan mengatakan ingin membicarakannya lain waktu Persepsi Klien tidak mengalami halusinasi; baik dengar, penglihatan, perabaan, pengecapan maupun penghidu. Hal yang difikirkan (isi pikir) tidak terungkap secara verbal. Pikiran adekuat. Klien mengatakan bahwa dirinya tidak merasa ada yang salah dengan kondisi tubuhnya, adanya waham belum terkaji.

Isi Fikir Klien mengatakan saat ini ia tidak ingin memikirkan masalahnya. Klien mengatakan ia tidak mengalami ketakutan atau merasa dikuasai oleh sesuatu yang lain. Selama komunikasi tidak terdapat sisip pikir, siar pikir atau teridentifikasi adanya gejala waham Arus Pikir Arus pikir tidak bloking, asosiasi pembicaraan adekuat. Mampu bercerita tentang pekerjaannya dalam rangkaian kata yang sesuai. Tingkat Kesaadaran Composmentis; GCS : E 4 kesadaran V5 M6

Memori Klien mampu mengingat siapa yang telah menngajarinya membaca saat kecil, Klien mampu mengingat apa yang telah dilakukannya tadi pagi; klien tidak menyebutkan (mengatakan tidak ingat) apakah dia lari dari rumah dengan bertelanjang. Kemampuan Konsentrasi dan Berhitung Klien mampu menghitung terbalik sepuluh sampai angka Satu. Mampu melakukan penambahan sederhana Daya Tilik Diri Klien mengatakan bahwa dirinya tidak tahu mengapa ia dibawa ke rumah sakit. Ia merasa bahwa dirinya tidak sakit, walaupun saat ini ia mengalami susah tidur. Klien mengatakan ia ingin pulang. VII. Kebutuhan Persiapan Pulang Makan Klien mengatakan ia makan tiga kali sehari; selalu menghabiskan/menyisakan sedikit makanan yang disajikan di rumah sakit. Klien mengatakan tidak ada makanan pantang khusus BAB/BAK Klien mengatakan ia kencing dan berak di kamar mandi, tidak mengompol. Klien tampak rapi dalam berpakaian setelah BAB/BAK (alloanamnessa) Mandi Klien mengatakan telah mandi sendiri menggunakan sabun dan meggosok gigi dua hari sekali. Klien tidak memotong kuku karena tidak membawa pemotong kuku. Klien tampak bersih dan rapi. Rambut tidak panjang/acak-acakan. Berpakaian Klien mampu memakai pakaian sendiri dengan rapi. Klien ganti baju sekali sehari. Istirahat dan Tidur Klien mengatakan ia belum bisa tidur dengan nyenyak. Klien mengatakan tidak tahu sebab mengapa ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Ibu mengatakan anaknya sering terbangun saat tidur

Penggunaan Obat Klien mengatakan rajin minum obat, ia mendapatkan obat tiga macam dan diminum semua segera setelah mendapatkan obat. Pemeliharaan Kesehatan Ibu menanyakan apakah anaknya bisa sembuh. Ibu mengatakan tidak tahu apa yang harus dipersiapkan oleh keluarga bila nanti pulang Aktivitas Klien tidak pernah/jarang mengikuti kegiatan olahraga atau bermain. Klien mengatakan ia mengantuk pada saat pagi hari/saat berolahraga. Klien mengatakan ia mampu melakukan catur dan biasanya bermain dengan teman-temannya. Klien mengatakan jika pulang ia ingin bekerja lagi (menarik becak).

Terapi Triofluperazine Artan CPZ 3 2 0 X X 0 5 2

Obat mg mg 100mg

ANALISA DATA Data Rasional Masalah DS : Klien mengatakan tidak bisa tidur Keluarga mengatakan anaknya selalu bangun Klien mengatakan mengantuk saat pagi hari DO : Mata merah, kuyu. Klien tidur pada pagi hari Penderita Skizoprenia jenis stupor katatonik dalam masa perbaikan sering mengalami gangguan tidur (tidak tidur) dengan sebab yang tidak jelas. Bioritme sebagai tukang becak malam dapat mempengaruhi kemampuan tidur malam hari Gangguan Pola Tidur DS : Klien mengatakan mempunyai masalah, tetapi menolak mengungkapkan masalahnya Klien mengatakan kepalanya pening saat diajak membicarakan masalahnya Klien mengatakan ia ingin membicarakan lain kali DO : Kontak mata dengan perawat baik Komunikasi verbal lancar Adanya ketidakmampuan untuk memecahkan masalah membuat klien menggunakan koping pembelaan ego (ego oriented task) dengan melakukan penyangkalan (penghindaran). Koping Individu tidak efektif DS : Klien mengatakan mengantuk pada pagi hari Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan olahraga dan bermain DO : Klien tidak mengikuti kegiatan Olahraga hari ini dan kemarin Adanya gangguan tidur pada malam hari mengakibatkan klien merasa mengantuk pada siang hari dan mengalami kelemahan (fatique). Adanya masalah yang dihadapi dan atau dampak obat mengakibatkan klien mengalami penurunan minat terhadap aktivitas Gangguan peran Sosial DS : Ibu kien menanyakan apakah anaknya bisa sembuh

Ibu klien mengatakan ia tidak tahu apa yang harus dipersiapkan bila anaknya pulang Kurangnya informasi menye-babkan keluarga tidak mengetahui manajemen terapeutik di rumah sakit maupun pasca rawat (saat pulang) Resiko tinggi Penatalaksanaan terapeutik tidak efektif

Skizofrenia termasuk dalam kelompok psikosa fungsional, Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana mana sejak dahulu kala. sebelum Kraepelin (1856-1926) tidak ada kesatuan pendapat mengenai berbagai gangguan jiwa yang sekarang yang dinamakan Skizofrenia. Kraepelin adalah seorang ahli kedokteran jiwa di kota Munich dan ia mengumpulkan gejala - gejala serta sindrom itu kemudian menggolongkanya ke dalam satu kesatuan yang dinamakan dimensia prekox . Menurut kraepelin pada penyakit ini terjadi kemunduran intelegensi sebelum waktunya. Sebab itu dinamakan demensia yang berarti kemunduran intelegensi dan prekox yang berarti muda, sebelum waktunya. 1. ETIOLOGI Teori Somatogenetik 1. Endokrin, Dahulu Skizofrenia mungkin disebabkan oleh suatu gangguan endokrin. Teori ini dikemukakan karena skizofrenia sering timbulnya pada waktu pubertas, waktu kehamilan, atau puerperium dan waktu klimakterium. tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan. 2. Metabolisme, Ada orang yang menyangka bahwa skizofrenia disebabkan oleh gangguan metabolisme, karena penderita dengan skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat. Ujung extremetas agak sianotis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun Teori Psikogenik 1. Teori Adolf Meyer, Skizofrenia tidak disebabkan oleh suatu penyakit badaniah, sebab dari dahulu hingga sekarang para sarjana tidak dapat menemukan kelainan patologis-anatomis atau fisiologis yang khas pada susunan syaraf. Menurutnya skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, maladaptasi . Oleh karena itu timbul suatu disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orangi itu menjauhkan diri dari kenyataan . Hipotesa Meyer ini kemudian memperoleh banyak penganut di Amarika serikat dan mereka memakai istilah reaksi Skizofrenik . 2. Teori Sigmund Freud, Bila kita memakai formula freud maka pada sikofrenia terdapat :

Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatis

Super ego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan ID yang berkuasa dan terjadi suatu regresi ke fase narsisisme Kehilangan kapasitas untuk pemindahan( transferennce ) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin 3. Eugen Bleuler, dalam tahun 1911 Bleuler menganjurkan supaya lebih baik dipakai istilah skizofrenia karena nama ini dengan tepat sekali menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu : Jiwa yang terpecah belah Adanya keretakan atau disharmoni pada proses berfikir, perasaan dan perbuatan Bleuler membagi gejala gejala skizofrenia menjadi 2 kelompok a. Gejala Primer Gangguan proses pikir Gangguan emosi Gangguan kemauan Autisme b. Gejala Sekunder Waham Halusinasi Gejala Katatonik atau gagasan psikomotorik yang lain. Bleuler menganggap bahwa gejala gejala primer merupakan manifestasi penyakit badaniah, sedangkan gejala gejala sekunder adalah manifestasi dari usaha penderita untuk menyesuaikan diri terhadap gangguan primer tadi. 4. Teori lain, skizofrenia merupakan syndrome yang dapat disebabkan dengan berbagai macam macam sebab, antara lain : Keturunan Pendidikan yang salah Maladaptasi Tekanan jiwa Penyakit badani seperti lues otak Atherosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui

Akhirnya timbul pendapat bahwa skizofrenia itu suatu gangguan psikosomatis, gejala gejala pada badan hanya sekunder karena gangguan dasar psikogenik, atau merupakan manifestasi somatis dari gangguan psikogenik Teori tentang etiologi skizofrenia saat ini 1. Genetik, Dapa dipastikan bahwa ada faktor genetik yang turut menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga keluarga penderita skizofrenia dan terutama anak anak kembar satu telur Angka kesakitan bagi saudara tiri Bagi saudara kandung Bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia Bagi kembar dua telur Bagi kembar satu telur 2. : 7 16 % : 2 15 % : 61 86 % Bila kedua orang tua menderita skizofrenia : 40 68 % : 0,9 1,8 % : 7 15 %

Neurokimia, Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh

overaktivitas pada jaras dopamin mesolimbik. Hal ini di dukung oleh temuan bahwa amfetamin, yang kerjanya meningkatkan pelepasan dopamin, dapat menginduksi psikosis yang mirip dengan skizofrenia ; dan obat antipsikotik bekerja dengan mengeblok reseptor dopamin, terutama reseptor D. 3. Hipotesis perkembangan saraf ( Neurodevelopmental hypothesis ), Studi autopsi dan

studi pencitraan otak memperlihatkan abnormalitas struktur dan morfologi otak penderita skizofrenia, antara lain berupa berat otak yang rata rata lebih kecil 6% daripada otak normal dan ukuran anterior posterior yang 4% lebih pendek ; pembesaran vetrikel otak yang nonspesifik ; gangguan metabolisme di daerah frontal dan temporal ; dan kelainan susunan seluler pada struktur saraf di beberapa daerah kortex dan subkortex tanpa adanya gliosis yang menandakan kelainan tersebut terjadi pada saat perkembangan. Semua bukti tersebut melahirkan hipotesis perkembangan saraf yang menyatakan bahwa perubahan patologis gangguan ini terjadi pada awal kehidupan, mungkin sekali akibat pengarih genetik, dan kemudian dimodifikasi oleh faktor maturasi dan lingkungan

3.

GEJALA GEJALA Gejala psikotik ditandai oleh abnormalitas dalam bentuk dan isi pikiran, persepsi, dan emosi

serta perilaku. Berikut ini beberapa gejala yang dapat di amati pada skizofrenia. a) Penampilan dan perilaku umum Tidak ada yang penampilan dan perilaku yang khas pada penderita skizofrenia. Beberapa bahkan dapat berpenampilan dan berperilaku normal . Mungkin mereka tampak berpreokupasi terhadap kesehatan, penampilan badan, agama atau minatnya. Pasien dengan skizofrenia kronis cenderung menelantarkan penampilannya. Kerapian dan higiene pribadi juga terabaikan. Mereka juga cenderung menarik diri dari sosial. b) Gangguan pembicaraan Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang terganggu utama adalah asosiasi. Asosiasi longgar berarti tidak adanya hubungan antar ide. Kalimat kalimatnya tidak saling berhubungan. Kadang kadang satu idea belum selesai di utarakan, sudaj dikemukakan lagi ide lain. Atau terdapat pemindahan maksud. misal : tani dikatakan sawah . Bnetuk yang lebih parah lagi adalah inkoherensi. Tidak jarang digunakan arti simbolik, seperti merah bila dimaksudkan berani . Atau terdapat asosiasi bunyi ( Clang association ) oleh karena pikiran sering tidak mempunyai tujuan tertentu, misal : dulu waktu hari, lalu saya lari, jah memang matahari dan lain sebagainya. Neologisme : Kadang kadang pasien membentuk kata baru untuk menyatakan arti yang hanya dipahami oleh dirinya sendiri. Mutisme : Sering tampak pasien skizrofenia katatonik Kadang kadang pikiran seakan akan berhenti, tidak ada timbul idea lagi. Keadaan ini dinamakan Blocking , biasanya berlangsungbeberapa detik saja, tetapi kadang kadang sampai beberapa hari. c) Gangguan perilaku Salah satu gangguan motorik pada skizofrenia adalah gejala katatonik yang dapat berupa stupor atau gaduh gelisah Stupor Tidak bergerak tidak berbicara

tidak berespons walaupun sepenuhnya sadar Pada stupor juga bisa didapati fleksibilitas serea dan katelepsi Fleksibilitas serea : Bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti pada lilin atau malam dan posisi itu dipertahankan agak lama. Katelepsi : Bila suatu posisi badan dipertahankanuntuk waktu yang lama Gaduh gelisah Aktifitas yang tidak terkendali Gangguan perilaku lain adalah Stereotipi dan manerisme . Stereotipi adalah melakukan gerakan atau mengambil sikap badan tertentu secara berulang ulang sedangkan manerisme adalah stereotipi tertentu pada skizofrenia yang dapat dilihat dalam bentuk grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan gaya berjalan Negativisme : Menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa yang disuruh. Otomatisme komando : Semua perintah dituruti secara otomatis, bagaimana ganjilpun Ekholalia : Penderita meniru kata kata yang diucapkan orang lain Ekhopraxia : Penderita meniru perbuatan atau gerakan orang lain d) Gangguan afek Kedangkalan respons emosi, Misalnya penderita menjadi acuh tak acuh terhadap hal hal yang penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan keluarga dan masa depannya. Perasaan halus sudah hilang. Juga sering didapati anhedonia. Parathimi : Apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada penderita timbul rasa sedih atau marah. Paramimi : Penderita ini merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis Sensitivitas emosi : Penderita skizofrenia sering menunjukkan hipersensivitas terhadap penolakan, bahkan sebelum menderita sakit. e) Gangguan persepsi Halusinasi : Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain. Paling sering pada

skizofrenia adalah halusinansi pendengaran, halusinai pengecapan atau halusinasi rabaan, halusinasi penglihatan f) Gangguan pikiran Waham : Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizar.Penderita tidak menginsafi hal ini dan baginya wahamnya merupakan fakta yang tidak dapat diubah oleh siapapun. Mayer Gross membagi waham menjadi 2 kelompok, yaitu : Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa apa dari luar. Sedangkan Waham sekunder biasanya logis kedengarannya. Waham primer agak jarang terjadi dan lebih sulit ditentukan dengan pasti. 2. JENIS JENIS SKIZOFRENIA Pembagian Skizofrenia menurut Kreapelin menjadi beberapa jenis hingga sekarang masih dipakai, penderita digolongkan kedalam salah satu jenis menurut gejala utama ang terdapat padanya, akan tetapi batas batas golongan ini tidak jelas, gejala dapat berganti ganti atau mungkin seorang penderita tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu jenis . Pembagiannya ialah sebagai berikut : Skizofrenia Paranoid : Skizofrenia paranoid ini berjalan dengan konstan. Sering timbul pada usia di atas 30 tahun yang di awali dengan sub akut. Kepribadian penderita sebelum sakit sering dapat digolongkan skizoid. Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri, agak congkak, dan kurang percaya pada orang lain Gejala yang menyolok antaralain Waham primer yang disertai dengan waham waham sekunder halusinasi Skizofrenia Hebefrenik : Permulaannya perlahan lahan atau subakut dan sering timbul pada maa remaja atau antaran 15 25 tahun. Gejala yang mnggejolak ialah : Gangguan proses berfikir Gangguan kemauan Adanya depersonalisasi dan double personality. Gangguan psikomotor seperti : mannerism, neologisme atau perilaku kekanak kanakan sering terdapat pada hebefrenik. Waham dan halusinasi banyak sekali.

Skizofrenia Katatonik : Timbul pertama kali antara usia 15 30 tahun dan biasanya akut sering didahului oleh stress emosional. jenis katatonik terbagi menjadi 2 kelompok : 1. Stupor katatonik penderita tidak menunjukkan perhatian sama sekali terhadap lingkungannya. Emosionalnya sangat dangkal. Gejala yang terjadi pada psikomotornya antara lain : Mutisme, kadang kadang dengan mata tertutup Muka tanpa mimik, seperti topeng Stupor, Penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang lama, beberapa hari, bahkan terkadang sampai beberapa bulan Negativisme, bila diganti posisinya maka pendrita akan menentang Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul di dalam mulut dan meleleh keluar Air seni dan feses ditahan Terdapat grimas ndan katalepsi ( gejala penyakit yang mengakibatkan otot tidak dapat digerakkan kembali pada posisi semula ) Pada akhirnya, secara tiba tiba atau perlahan penderita keluar dari keadaan stupor dan mulai berbicara dan bergerak. 2. Gaduh gelisah katatonik Terdapat hiperaktivitas motorik, tetapi tidak disertai dengan emosi yang semsetinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar. Gejala yang terjadi antara lain : Terus berbicara atau bergerak saja Menunjukkan stereotipi, menerisme, grimas dan meologisme Tidak tidur, tidak makan, dan tidak minum yang berakibat dehidrsi atau kolaps dan bahkan bisa berdampak pada kematian Seorang yang telah mulai membaik dari Skizofrenia jenis gaduh gelisah katatonik akan berulang ulang minta dipulangkan dari rumah sakit yang diutarakan dengan berbagai cara. Skizofrenia simplex : Sering timbul pertama kali pada saat pubertas, gejala utama pada jenis simplex ini ialah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauana. Gangguan proses berfikir biasanya sukar ditemukan. Jenis ini timbulnya perlahan lahan sekali, pada permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik dirinya dari pergaulan.

Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelaram dan lain lain.

dan akhirnya menjadi

pengangguran dan bila tidak ada orang yangmenolongnya ia akan mungkin menjadi pengemis Skizofrenia residual : Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala gejala berkembang ke arah gejala negatif yang lebih menonjol. Gejala negatif terdiri dari : Kelambata psikomotor Penurunan aktifitas Penumpulan afek Pasif dan tidak ada inisiatif Kemiskinan pembicaraan Ekspresi nonverbal yang menurun Buruknya perawatan diri Buruknya fungsi social 3. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING Menurut Bleuler diagnose skizofrenia sudah boleh dibuat bila terdapat gangguan-gangguan primer dan disharmoni (keretakan, perpecahan atau ketidak-seimbangan) pada unsur-unsur kepribadian (proses berpikir, afek/emosi, kemauan, dan psikomotorik), diperkuat dengan adanya gejala-gejala sekunder. Kurt Scheider (1939) menyusun 11 gejala ranking pertama (first rank symtomps) dan berpendapat bahwa diagnosis skizofrenia sudah boleh dibuat bila terdapat satu gejala dari kelompok A dan satu gejala dari kelompok B, dengan syarat bahwa kesadaran penderita tidak menurun. Gejala-gejala ranking pertama menurut Schneider ialah : A. Halusinasi pendengaran 1. Pikirannya dapat didengar sendiri 2. Suara-suara yang sedang bertengkar 3. Suara-suara yang mengomentari perilaku penderita B. Gangguan Batas Ego 1. Tubuh dan gerakan-gerakan penderita dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari luar

2. Pikirannya diambil atau disedot keluar 3. Pikirannya dipengaruhi oleh orang lain atau pikirannya itu dimasukkan ke dalamnya oleh orang lain 4. Pikirannya diketahui orang lain atau pikirannya disiarkan keluar secara umum 5. Perasaanya dibuat oleh orang lain 6. Kemauannya atau tindakannya dipengaruhi oleh orang lain 7. Dorongannya dikuasai orang lain 8. Persepsi yang dipengaruhi waham Kusumanto Setyonegoro (1967) membuat diagnose skizofrenia dengan memperhatikan gejalagejala pada tiga buah koordinat, yaitu : Koordinat pertama ( intinya organobiologik ) Yaitu : autisme, gangguan afek dan emosi, gangguan asosiasi (proses berfikir), ambivalensi (gangguan kemauan), gangguan aktivitas (abulia atau kemauan yang menurun) dan gangguan konsentrasi

Koordinat kedua Yaitu : gangguan pada cara berpikir yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan kepribadian, dengan memperhatikan perkembangan ego, sistematik motivasi dan psikodinamika dalam interaksi dengan lingkungan Koordinat ketiga (intinya sosial) Yaitu : gangguan pada kehidupan social penderita yang diperhatikan secara fenomenologis Skizofrenia simplex kadang-kadang perlu dibedakan dari gangguan kepribadian, dan jenis hebefrenik dari retardasi mental. Skizofrenia paranoid tidak jarang sukar dibedakan dari reksi paranoid akut dan kadang-kadang dari kepribadian paranoid dan obsesi yang berat. Episoda skizofrenia akut dan jenis gaduh-gelisah katatonik hamper serupa dengan gaduh-gelisah reaktif (psikosa reaktif).

Dengan pemeriksaan yang teliti dapat ditemukan gejala-gejala primer skizofrenia yang idak terdapat pada yang bukan skizofrenia. 4. PROGNOSIS Dahulu bila diagnosaa skizofrenia telah dibuat, maka ini berarti bahwa sudah tidak ada harapan lagi bagi orang yang bersangkutan, bahwa kepribadiannya selalu akan menuju ke kemunduran mental (deteriorasi mental). Dan bila seorang dengan skizofrenia kemudian menjadi sembuh maka diagnosanya harus diragukan. Sekarang dengan pengobatan modern ternyata bahwa bila penderita itu datang berobat dalam tahun pertama setelah serangan pertama, maka kira-kira sepertiga dari mereka akan sembuh sama sekali (full remission atau recovery). Sepertiga yang lain dapat dikembalikan ke masyarakat walaupun masih didapati cacat sedikit dan mereka masih harus sering diperiksa dan diobati selanjutnya (social recovery). Yang sisanya biasanya mempunyai prognosa yang jelek, mereka tidak dapat berfungsi di dalam masyarakat dan menuju ke kemunduran mental, sehingga mungkin menjadi penghuni rumah sakit jiwa. Untuk menetapkan prognosa, harus mempertimbangkan semua factor dibawah ini : 1. Kepribadian prepsikotik : bila schizoid dan hubungan antar manusia kurang memuaskan, maka prognosa jelek 2. Bila skizofrenia timbul secara akut, maka prognosa lebih baik daripada bila penyakit itu mulai secara pelan-pelan 3. Jenis : prognosa jenis katatonik yang paling baik dari semua jenis. Sering penderita-penderita dengan katatonia sembuh dan kembali ke kepribadian prepsikotik. Kemudian menyusul jenis paranoid. Banyak penderita ini dapat dikembalikan ke masyarakat 4. Hebefrenia dan skizofrenia simplex mempunyai prognosa yang sama jelek. Biasanya penderita dengan jenis skizofrenia ini menuju kemunduran mental 5. Umur : makin muda umur permulaannya, makin jelek prognosa 6. Pengobatan : makin lekas diberi pengobatan, makin baik prognosanya 7. Dikatakan bahwa bila terdapat factor pencetus, seperti penyakit badaniah atau setres psikologik, maka prognosa lebih baik. 8. Factor keturunan : prognosa menjadi lebih berat bila di dalam keluarga terdapat seorag atau lebih yang juga menderita skizofrenia.

Untuk menjawab pertanyaan dapatkah penderita bekerja lagi seperti semula, sebaiknya tunggu sampai pengobatan berjalan beberapa bulan dan bergantung kepada keadaan inilah kemudian dianjurkan ia dapat ditempatkan pada pekerjaan sebelum sakit, pindah ke bagian yang lain dengan tangung jawab yang lebih kurang atau mungkin harus menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang jauh lebih sederhana. Tergantung juga pada peraturan-peraturan yang berlaku di tempat pekerjaan itu, umpamanya angkatan bersenjata. Tentang pernikahan, terserah kepada kedua belah pihak, tetapi dianjurkan agar calon suami/isteri diberi tahu tentang keadaan. Tentang hal mendapatkan anak kiranya perlu diterangkan pengaruh factor krturunan, taraf kesembuhan dan frekuensi serangan, dan pengaruh obat. Di samping itu suami isteri mempertimbangkan hal-hal lain. 5. PENGOBATAN Pengobatan harus dilakukan secepat mungkin, karena keadaan psikoyik yang lamamenimbulkan kemungkinan lebih besar penderita menuju kemunduran mental. Biarpun penderita mungkin tidak sembuh sempurna, tetapi dengan pengobatandan bimbingan yang baik penderita dapat ditolong untuk berfungsi terus, bekerja sederhana dirumah ataupun di luar rumah serta dapat membesarkan dan menyekolahkan anaknya. Keluarga atau orang lain di lingkungan diberi penerangan ( manipulasi lingkungan ) agar mereka lebih sabar dalam menghadapinya. A. Farmakoterapi Indikasi pemberian obat antipsikotik pada skizofrenia adalah untuk mengendalikan gejala aktif dan mencegah kekambuhan. Strategi pengobatan tergantung pada fase penyakit apakah akut atau kronis. Fase akut biasanya ditandai oleh gejala psikotik yang perlu segera di atasi. Tujuan pengobatan ini adalah mengurangi gejala psikotik yang parah. 2 3 minggu waham dan halusinasi hilang 4 8 minggu gejala gejala sdikit teratasi, tetapi resiko relaps masih tinggi. Jika pengobatan terputus maka pasien akan stress 6 bulan pasien masuk ke fase rumatan ( maintenance ) yang bertujuan untuk mencegah kekambuhan. Untuk pengobatan akan lebih baik bila antipsikotik mulai diberi dalam dua tahun pertama dari penyakit. Pemilihan obat lebih banyak berdasarkan profil efek samping dan respons pasien

pada pengobatan sebelumnya. Untuk pasien yang pertama kalinya mengalami skizofrenia, pemberian obat harus diupayakan agar tidak terlalu memberikan efek samping, karena pengalaman yang buruk dengan pengobatan akan mengurangi ketaat berobatan ( compliance ) atau kesetia berobatan ( adherence ). Dianjurkan untuk menggunakan antipsikotik atipik atau antipsikotik tipikal, tetapi dengan dosis yang rendah. B. Terapi Elektro Konvulsi ( TEK ) Terapi konvulsi dapat memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah kontak dengan penderita. Akan tetapi terapi ini tidak mencegah serangan yang akan datang. Terapi Elektro Konvulsi lebih mudah diberikan, dapat dilakukan secara ambulant, bahaya lebih sedikit, lebih murah dan tidak memerlukan tenaga yang khusus seperti pada terapi koma insulin.Terapi Elektro Konvulsi baik hasilnya pada jenis skizofrenia katatonik terutama stupor. Terhadap skizofrenia simplex efeknya mengecewakan : bila gejalanya ringan dan diberi Terapi Elektro Konvulsi kadang kadang gejala menjadi lebih berat C. Psikoterapi dan Rehabilitasi Yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif individual atau kelompok, serta bimbingan praktis dengan maksud mengembalikan penderita ke masyarakat. Teknik terapi kognitif belakangan dicoba pada penderita skizofrenia dengan hasil yang menjanjikan. Terapi kerja adalah baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supayaia tidak mengasingkan diri lagi, karena bila menarik diri ia akan membentuk kebiasaan yang kurang baik. Perlu juga diperhatikan lingkungan penderita. Lingkungan sekitar yang tidak stabil serta hostilitas dan ikut campur emosional yang di alami pasien dari orang orang yang dekat dengannya akan membeawa risiko tinggi untuk kambuh D. Lobotomi Prefontal Lobotomi Prefontal dilakukan bila terapi lain yang diberikan secara intensif selama kira kira 5 tahun tidak berhasil dan bila penderita sangat menggangu lingkungannya. Istilah skizofrenia berasal dari kata schizos : pecah belah dan phren : jiwa. Skizofrenia menjelaskan mengenai suatu gangguan jiwa dimana penderita

mengalami perpecahan jiwa adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan, Kraepelin seorang ahli kedokteran jiwa dari kota Munich memaparkan skizofrenia sebagai bentuk kemunduran intelegensi sebelum waktunya yang dinamakannya demensia prekox (
demensia : kemunduran intelegensi) prekox (muda, sebelum waktunya). Ada banyak perkiraan sebagai penyebab terjadinya skizofrenia, baik yang berasal dari badaniah (somatogenik) maupun psikologis (psikogenik). Perkiraan penyebab skizofrenia yang berasal dari segi fisik yang pertama adalah berasal dari faktor genetik atau faktor keturunan, hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga

penderita skizofrenia. Potensi untuk mendapatkan skizofrenia tidak langsung diturunkan melalui gen resesif, potensi ini mungkin kuat tapi mungkin lemah sebab selanjutnya juga akan tergantung pada lingkungan individu apakah akan menjadi skizofrenia atau tidak. Sama seperti penderita diabetes mellitus walaupun ia adalah resesif diabetes namun jika ia dapat menjaga pola hidup yang sehat maka ia tidak akan menderita diabetes. Selanjutnya adalah kelainan susunan syaraf pusat, yang terletak pada diensefalon atau kortex otak, kelainan tersebut mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem. Ada beberapa ahli yang menjelaskan mengenai teori psikogenik yang pertama adalah teori Adolf Meyer, menurut meyer skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, oleh karena itu timbul suatu disorganisasi kepribadian dan lama-kelamaan orang itu menjauhkan diri dari kenyataan (otisme). Kemudian teori Sigmund Freud, menurut Freud dalam skizofrenia terdapat kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik maupun somatik, superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme. Gejala-gejala skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu gejala primer dan gejala sekunder, gejala primer diantaranya gangguan proses pikiran (bentuk,langkah dan isi pikiran), gangguan afek dan emosi, gangguan kemauan, banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan dan tidak dapat mengambil tindakan dalam suatu keputusan. Dan yang terakhir adalah gejala psikomotor juga dinamakan gejala katatonik atau gangguan perbuatan. Kemudian gejala sekunder yang terdiri dari waham, waham yang diderita penderita skizofrenik sering tida logis dan bizar. Tetapi penderita tidak memahami hal tersebut dan menganggap bahwa wahamnya merupakan fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun. Gejala sekunder yang kedua adalah halusinasi, pada skizofrenia halusinasi timbul tanpa ada penurunan kesadaran dan hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain. Paling sering pada skizofrenia adalah halusinasi pendengaran, halusinasi penciuman, halausinasi citarasa atau halusinasi taktil (singgungan). Kraepelin membagi skizofrenia mejadi beberapa jenis: 1. Skizofrenia kompleks, gejala utama pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. 2. Jenis bebefrenik, gejala yang menonjol adalah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personality.

3. Jenis katatonik, biasanya akut dan didahului oleh stress emosional, dapat terjadi stupor katatonik (penderita tidak menampakkan sama sekali ketertarikannya terhadap lingkungannya) dan gaduh gelisah katatonik ( terdapat hiperaktifitas motorik, tetapi tidak disertai emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi rangsangan dari luar). 4. Jenis paranoid, gejala-gejala yang menyolok adalah waham primer disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. 5. Episoda skizofrenia akut, gejala skizofrenia muncul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Dalam keadaan ini seakan-akan dunia luar dan dirinya sendiri berkabut. 6. Skizofrenia residual gejala yang menyolok adalah gangguan afek dan emosi, gangguan pikiran dan kemauan. 7. Jenis skizo-afektif disamping gejala skizofrenia menonjol pada saat bersamaan juga gejala depresi atau gejala mania. Jenis- jenis pengobatan pada skizofrenia: 1. Farmakologi, pemberian neroleptika dosis rendah untuk skizofrenia menahun sedangkan dosis yang lebih tinggi diberikan pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat. 2. Terapi elektro-konvulsi (TEK) terapi konvulsi dapat memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah kontak dengan penderita. 3. Terapi koma insulin, bila diberikan pada permulaan penyakit, maka akan mendapatkan hasil yang memuaskan. 4. Psikoterapi dan rehabilitasi, psikoterapi yang dilakukan berbentuk suportif individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat. 5. Lobotomi prefrontal, dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila penderita sangat mengganggu lingkungannya. Pengobatan pada skizofrenia tidak dapat sempurna sembuh tetapi dengan pengobatan dan bimbingan yang baik penderita dapat ditolong untuk berfungsi terus, bekerja sederhna dirumah ataupun diluar rumah. Keluarga atau orang lain dilingkungan penderita diberi penerangan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.

Download Jurnal Free e-Book About Us

HOME Psychology
o o o

Tokoh-Tokoh Psikologi Psikologi Agama Psikologi Faal

o o o o o o

Psikologi Kepribadian Psikologi Perkembangan Psikologi Sosial Psikologi Umum Perkembangan Bayi dan Anak Psikologi Remaja

Health
o o o o o o

Penyakit Gangguan Psikologis Kesehatan Mental dan Psikoterapi Psikologi Klinis dan Abnormal Gizi dan Nutrisi Psikologi Kesehatan Kesehatan Anak

Education
o o o o

Psikologi Pendidikan Bimbingan dan Konseling Psikologi Eksperimen-Metpen Pengukuran Psikologi

Tips dan Life Style


o o o o o o

Rokok dan Kesehatan Homoseksual Tips Kesehatan Tips-Tips Psikologi Ilmu dan Teknologi Manusia dan Gaya Hidup

Humanity
o o

Identitas Gender Dinamika Keluarga

o o o o o o

Psikologi Cinta Motivasi dan Cerita Inspiratif Psikologi Positif Islam dan Organisasi Da'wah Umum Foto-Foto

Culture
o o o

Psikologi Lintas Budaya Gangguan Latah dan Budaya Jelajah Budaya

Business
o o o

Bisnis dan Dunia Kerja Bisnis On-line Psikologi Industri dan organisasi

Dunia Blogging
o o

Psikologi Dunia Maya Tutorial Blog

Gangguan Skizofrenia Merupakan Gangguan Psikosis Fungsional Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra). Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon

tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada fluida cerebrospinal. Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog. Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosialbudaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992).Banyak pembahasan yang telah dikeluarkan para ahli sehubungan dengan timbulnya skizofrenia pada lanjut usia (lansia). Hal itu bersumber dari kenyataan yang terjadi pada lansia bahwa terdapat hubungan yang erat antara gangguan parafrenia, paranoid dan skizofrenia. Parafrenia lambat (late paraphrenia) digunakan oleh para ahli di Eropa untuk pasien-pasien yang memiliki gejala paranoid tanpa gejala demensia atau delirium serta terdapat gejala waham dan halusinasi yang berbeda dari gangguan afektif. Skizofrenia terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh dunia. Skizofrenia terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang sama. Gejala-gejala awal biasanya terjadi pada masa remaja atau awal dua puluhan. Pria sering mengalami awitan yang lebih awal daripada wanita. Gangguan skizofrenia sebenarnya dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu: 1. Skizofrenia paranoid (curiga, bermusuhan, garang dsb) 2. Skizofrenia katatonik (seperti patung, tidak mau makan, tidak mau minum, dsb) 3. Skizofrenia hebefrenik (seperti anak kecil, merengek-rengek, minta-minta, dsb) 4. Skizofrenia simplek (seperti gelandangan, jalan terus, kluyuran)

5. Skizofrenia Latent (autustik, seperti gembel) Pada umumya, gangguan skizofrenia yang terjadi pada lansia adalah skizofrenia paranoid, simplek dan latent. Sulitnya dalam pelayanan keluarga, para lansia dengan gangguan kejiwaan tersebut menjadi kurang terurus karena perangainya dan tingkahlakunya yang tidak menyenangkan orang lain, seperti curiga berlebihan, galak, bersikap bermusuhan, dan kadangkadang baik pria maupun wanita perilaku seksualnya sangat menonjol walaupun dalam bentuk perkataan yang konotasinya jorok dan porno (walaupun tidak selalu). Gangguan Jiwa Afektif Gangguan jiwa afektif adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya gangguan emosi (afektif) sehingga segala perilaku diwarnai oleh ketergangguan keadan emosi. Gangguan afektif ini antara lain: a. Gangguan Afektif tipe Depresif --- Gangguan ini terjadi relatif cepat dalam beberapa bulan. Faktor penyebabnya dapat disebabkan oleh kehilangan atau kematian pasangan hidup atau seseorang yang sangat dekat atau oleh sebab penyakit fisik yang berat atau lama mengalami penderitaan.Gangguan ini paling banyak dijumpai pada usia pertengahan, pada umur 40 50 tahun dan kondisinya makin buruk pada lanjut usia (lansia). Pada usia pertengahan tersebut prosentase wanita lebih banyak dari laki-laki, akan tetapi diatas umur 60 tahun keadaan menjadi seimbang. Pada wanita mungkin ada kaitannya dengan masa menopause, yang berarti fungsi seksual mengalami penurunan karena sudah tidak produktif lagi, walaupun sebenarnya tidak harus begitu, karena kebutuhan biologis sebenarnya selama orang masih sehat dan masih memerlukan tidak ada salahnya bila dijalankan terus secara wajar dan teratur tanpa menggangu kesehatannya. Gejala gangguan afektif tipe depresif adalah: sedih, sukar tidur, sulit berkonsentrasi, merasa dirinya tak berharga, bosan hidup dan kadang-kadang ingin bunuh diri. Beberapa pandangan menganggap bahwa terdapat 2 jenis depresi yaitu Depresi tipe Neurotik dan Psikotik. Pada tipe neurotik kesadaran pasien tetap baik, namun memiliki dorongan yang kuat untuk sedih dan tersisih. Pada depresi psikotik, kesadarannya terganggu sehingga kemampuan uji realitas (reality testing ability) ikut terganggu dan berakibat bahwa kadang-kadang pasien tidak dapat mengenali orang, tempat, maupun waktu atau menjadi seseorang yang tak tahu malu, tak ada rasa takut, dsb.

b. Gangguan Afektif tipe Manik --- Gangguan ini sering timbul secara bergantian pada pasien yang mengalami gangguan afektif tipe depresi sehingga terjadi suatu siklus yang disebut gangguan afektif tipe Manik Depresif. Dalam keadaan Manik, pasien menunjukkan keadaan gembira yang tinggi, cenderung berlebihan sehingga mendorong pasien berbuat sesuatu yang melampaui batas kemampuannya, pembicaraan menjadi tidak sopan dan membuat orang lain menjadi tidak enak. Kondisi ini lebih jarang terjadi dari pada tipe depresi. Kondisi semacam ini kadang-kadang silih berganti, suatu ketika pasien menjadi eforia, aktif, riang gembira, pidato berapi-api, marah-marah, namun tak lama kemudia menjadi sedih, murung, menangis tersedusedu yang sulit dimengerti. c. Neurosis --- Gangguan neurosis dialami sekitar 10-20% kelompok lanjut usia (lansia). Sering sukar untuk mengenali gangguan ini pada lanjut usia (lansia) karena disangka sebagai gejala ketuaan. Hampir separuhnya merupakan gangguan yang ada sejak masa mudanya, sedangkan separuhnya lagi adalah gangguan yang didapatkannya pada masa memasuki lanjut usia (lansia). Gangguan neurosis pada lanjut usia (lansia) berhubungan erat dengan masalah psikososial dalam memasuki tahap lanjut usia (lansia). Gangguan ini ditandai oleh kecemasan sebagai gejala utama dengan daya tilikan (insight) serta daya menilai realitasnya yang baik. Kepribadiannya tetap utuh, secara kualitas perilaku orang neurosis tetap baik, namun secara kuantitas perilakunya menjadi irrasional. Sebagai contoh : mandi adalah hal yang biasa dilakukan oleh orang normal sehari 2 kali, namun bagi orang neurosis obsesive untuk mandi, ia akan mandi berkali-kali dalam satu hari dengan alasan tidak puas-puas untuk mandi. Secara umum gangguan neurosis dapat dikategorikan sebagai berikut:

Neurosis cemas dan panic Neurosis obsesif kompulsif Neurosis fobik Neurosis histerik (konversi) Gangguan somatoform

Faktor resiko penyakit ini termasuk: 1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga 2. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan diri, dan/atau impulsivitas.

3. Stress lingkungan 4. Kelahiran pada musim dingin. Faktor ini hanya memiliki nilai prediktif yang sangat kecil. 5. Status sosial ekonomi yang rendah sekurang-kurangnya sebagian adalah karena dideritanya gangguan ini Tidak ada jalur etiologi tunggal yang telah diketahui menjadi penyebab skizofrenia. Penyakit ini mungkin mewakili sekelompok heterogen gangguan yang mempunyai gejala-gejala serupa. Secara genetik, sekurang-kurangnya beberapa individu penderita skizofrenia mempunyai kerentanan genetic herediter. Kemungkinan menderita gangguan ini meningkat dengan adanya kedekatan genetic dengan, dan beratnya penyakit, probandnya. Penelitian Computed Tomography (CT) otak dan penelitian post mortem mengungkapkan perbedaanperbedaan otak penderita skizofrenia dari otak normal walau pun belum ditemukan pola yang konsisten. Penelitian aliran darah, glukografi, dan Brain Electrical Activity Mapping (BEAM) mengungkapkan turunnya aktivitas lobus frontal pada beberapa individu penderita skizofrenia. Status hiperdopaminergik yang khas untuk traktus mesolimbik (area tegmentalis ventralis di otak tengah ke berbagai struktur limbic) menjadi penjelasan patofisiologis yang paling luas diterima untuk skizofrenia. Semua tanda dan gejala skizofrenia telah ditemukan pada orang-orang bukan penderita skizofrenia akibat lesi system syaraf pusat atau akibat gangguan fisik lainnya. Gejala dan tanda psikotik tidak satu pun khas pada semua penderita skizofrenia. Hal ini menyebabkan sulitnya menegakkan diagnosis pasti untuk gangguan skizofrenia. Keputusan klinis diambil berdasarkan sebagian pada: 1. Tanda dan gejala yang ada 2. Riwayat psikiatri 3. Setelah menyingkirkan semua etiologi organic yang nyata seperti keracunan dan putus obat akut. Gejala - Gejala Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial). Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan,

mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin. Secara umum, gejala-gejala yang muncul pada penderita skizofrenia adalah sebagai berikut:

muncul delusi dan halusinasi. Delusi adalah keyakinan/pemikiran yang salah dan tidak sesuai kenyataan, namun tetap dipertahankan sekalipun dihadapkan pada cukup banyak bukti mengenai pemikirannya yang salah tersebut. Delusi yang biasanya muncul adalah bahwa penderita skizofrenia meyakini dirinya adalah Tuhan, dewa, nabi, atau orang besar dan penting. Sementara halusinasi adalah persepsi panca indera yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya penderita tampak berbicara sendiri tetapi ia mempersepsikan ada orang lain yang sedang ia ajak berbicara.

kehilangan energi dan minat untuk menjalani aktivitas sehari-hari, bersenang-senang, maupun aktivitas seksual, berbicara hanya sedikit, gagal menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain, tidak mampu memikirkan konsekuensi dari tindakannya, menampilkan ekspresi emosi yang datar, atau bahkan ekspresi emosi yang tidak sesuai konteks (misalkan tiba-tiba tertawa atau marah-marah tanpa sebab yang jelas).

menampilkan perilaku tidak terorganisir, misalnya menampilkan pose tubuh yang aneh, pembicaraan yang tidak tertata dengan baik (bicara melompat-lompat dari satu topik ke topik yang lain atau 'tidak nyambung').

Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas: 1. Gejala-gejala Positif. Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain. 2. Gejala-gejala Negatif. Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/ mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia). Meski bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit dibedakan dengan gangguan kejiwaan seperti autisme, sindrom Asperger atau ADHD atau gangguan perilaku dan gangguan

Post Traumatic Stress Dissorder. Oleh sebab itu diagnosa penyakit psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus dilakukan dengan sangat berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang bersangkutan. Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren. Tidak semua orang yang memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis. Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Perawatan terpenting dalam menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan obat-obatan antipsikotik yang dikombinasikan dengan perawatan terapi psikologis. Terapi Penyakit Skizofrenia Pemberian obat-obatan Obat neuroleptika selalu diberikan, kecuali obat-obat ini terkontraindikasi, karena 75% penderita skizofrenia memperoleh perbaikan dengan obat-obat neuroleptika . Kontraindikasi meliputi neuroleptika yang sangat antikolinergik seperti klorpromazin, molindone, dan thioridazine pada penderita dengan hipertrofi prostate atau glaucoma sudut tertutup. Antara sepertiga hingga separuh penderita skizofrenia dapat membaik dengan lithium. Namun, karena lithium belum terbukti lebih baik dari neuroleptika, penggunaannya disarankan sebatas obat

penopang. Meskipun terapi elektrokonvulsif (ECT) lebih rendah dibanding dengan neuroleptika bila dipakai sendirian, penambahan terapi ini pada regimen neuroleptika menguntungkan beberapa penderita skizofrenia. Pendekatan Psikologi Hal yang penting dilakukan adalah intervensi psikososial. Hal ini dilakukan dengan menurunkan stressor lingkungan atau mempertinggi kemampuan penderita untuk mengatasinya, dan adanya dukungan sosial. Intervensi psikososial diyakini berdampak baik pada angka relaps dan kualitas hidup penderita. Intervensi berpusat pada keluarga hendaknya tidak diupayakan untuk mendorong eksplorasi atau ekspresi perasaan-perasaan, atau mempertinggi kewaspadaan impuls-impuls atau motivasi bawah sadar. Tujuannya adalah: 1. Pendidikan pasien dan keluarga tentang sifat-sifat gangguan skizofrenia. 2. Mengurangi rasa bersalah penderita atas timbulnya penyakit ini. Bantu penderita memandang bahwa skizofrenia adalah gangguan otak. 3. Mempertinggi toleransi keluarga akan perilaku disfungsional yang tidak berbahaya. Kecaman dari keluarga dapat berkaitan erat dengan relaps. 4. Mengurangi keterlibatan orang tua dalam kehidupan emosional penderita. Keterlibatan yang berlebihan juga dapat meningkatkan resiko relaps. 5. Mengidentifikasi perilaku problematik pada penderita dan anggota keluarga lainnya dan memperjelas pedoman bagi penderita dan keluarga. Psikodinamik atau berorientasi insight belum terbukti memberikan keuntungan bagi individu skizofrenia. Cara ini malahan memperlambat kemajuan. Terapi individual menguntungkan bila dipusatkan pada penatalaksanaan stress atau mempertinggi kemampuan social spesifik, serta bila berlangsung dalam konteks hubungan terapeutik yang ditandai dengan empati, rasa hormat positif, dan ikhlas. Pemahaman yang empatis terhadap kebingungan penderita, ketakutan-ketakutannya, dan demoralisasinya amat penting dilakukan. Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang parah dan sulit ditangani. Penderita skizofrenia tidak dapat disembuhkan secara total, dalam arti halusinasi dan delusi tidak dapat hilang total, karena tanpa pengobatan yang terus-menerus dan dukungan dari lingkungan, maka gejalagejala skizofrenia dapat kembali muncul saat individu berada dalam tekanan atau mengalami

stres. Intervensi sejak dini merupakan hal yang sangat penting dan bermanfaat dalam penanganan skizofrenia demi mencegah perkembangan gangguan ke arah yang semakin parah. Penanganan gangguan skizofrenia membutuhkan berbagai pendekatan selain dengan obat-obatan, tetapi juga dengan terapi-terapi baik terapi individu, kelompok (difokuskan pada keterampilan sosial, penyelesaian masalah, perubahan pemikiran, dan keterampilan persiapan memasuki dunia kerja), maupun keluarga. Dalam terapi keluarga, diberikan informasi dan edukasi mengenai skizofrenia dan pengobatannya, selain itu terapi juga diarahkan untuk menghindarkan sikap saling menyalahkan dalam keluarga, meningkatkan komunikasi dan keterampilan pemecahan masalah dalam keluarga, mendorong penderita dan keluarga untuk mengembangkan kontak sosial, dan meningkatkan motivasi penderita skizofrenia dan keluarganya. Prognosis Penyakit Skizofrenia Fase residual sering mengikuti remisi gejala psikotik yang tampil penuh, terutama selama tahun-tahun awal gangguan ini. Gejala dan tanda selama fase ini mirip dengan gejala dan tanda pada fase prodromal; gejala-gejala psikotik ringan menetap pada sekitar separuh penderita. Penyembuhan total yang berlangsung sekurang-kurangnya tiga tahun terjadi pada 10% pasien, sedangkan perbaikan yang bermakna terjadi pada sekitar dua per tiga kasus. Banyak penderita skizofrenia mengalami eksaserbasi intermitten, terutama sebagai respon terhadap situasi lingkungan yang penuh stress. Pria biasanya mengalami perjalanan gangguan yang lebih berat dibanding wanita. Sepuluh persen penderita skizofrenia meninggal karena bunuh diri. Prognosis baik berhubungan dengan tidak adanya gangguan perilaku prodromal, pencetus lingkungan yang jelas, awitan mendadak, awitan pada usia pertengahan, adanya konfusi, riwayat untuk gangguan afek, dan system dukungan yang tidak kritis dan tidak terlalu intrusive. Skizofrenia Tipe I tidak selalu mempunyai prognosis yang lebih baik disbanding Skizofrenia Tipe II. Sekitar 70% penderita skizofrenia yang berada dalam remisi mengalami relaps dalam satu tahun. Untuk itu, terapi selamanya diwajibkan pada kebanyakan kasus. Download File-nya Disini!!!

Related post:

Posted in: Psikologi Klinis dan Abnormal

0 komentar: Poskan Komentar

Berlangganan
Dapatkan Informasi Terbaru dari "PSYCHOLOGYMANIA" Gratis, langsung ke e-mail anda...
Tulis email

Masuk ke e-mail anda, dan segera verifikasi e-mail dari kami

Home
o

Ikii loo aku!!

Archives
o

July 2011

Categories
o o

dunia kedokteran hobby

aku dan duniaku!!


Just another Student Blogs UMM site
Istilah kedokteran

freelancer,yes i am!! No Comments

Apa Skizofrenia itu??


2011 07.06

Skizofrenia adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan mental yang ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas. Distorsi persepsi dapat mempengaruhi semua lima indera, termasuk penglihatan, pendengaran, rasa, bau dan sentuhan, tapi paling sering bermanifestasi sebagai halusinasi pendengaran, delusi paranoid atau aneh, atau pidato teratur dan berpikir dengan disfungsi sosial atau pekerjaan yang signifikan.

Onset gejala biasanya terjadi pada dewasa muda, dengan sekitar 0,4-0,6% dari populasi yang terkena. Diagnosa didasarkan pada yang dilaporkan sendiri pasien pengalaman dan perilaku yang diamati. Tidak ada tes laboratorium untuk skizofrenia saat ini ada. Studi menunjukkan bahwa genetika, lingkungan awal, neurobiologi, proses psikologis dan sosial merupakan faktor penyumbang penting; beberapa obat rekreasi dan resep tampak menyebabkan atau memperburuk gejala. Penelitian psikiatri saat ini difokuskan pada peran neurobiologi, tapi tidak ada penyebab organik tunggal telah ditemukan. Sebagai hasil dari kombinasi banyak kemungkinan gejala, ada perdebatan tentang apakah diagnosis merupakan kelainan tunggal atau sejumlah sindrom diskrit. Untuk alasan ini, Eugen Bleuler disebut penyakit schizophrenias (jamak) ketika ia menciptakan nama itu. Meskipun etimologinya, skizofrenia adalah tidak sama dengan gangguan identitas disosiatif, sebelumnya dikenal sebagai gangguan kepribadian ganda atau kepribadian ganda, yang telah keliru bingung. Peningkatan dopamin aktivitas di jalur mesolimbic otak secara konsisten ditemukan pada individu skizofrenia. Andalan pengobatan obat antipsikotik, obat jenis ini terutama bekerja

dengan menekan aktivitas dopamin. Dosis antipsikotik yang umumnya lebih rendah daripada di dekade awal penggunaan mereka. Psikoterapi, dan rehabilitasi kejuruan dan sosial juga penting. Dalam kasus yang lebih serius di mana ada resiko untuk diri dan orang lain rawat inap paksa mungkin diperlukan, walaupun tetap rumah sakit kurang sering dan untuk waktu yang lebih pendek dari mereka di masa sebelumnya. Kelainan ini diduga terutama mempengaruhi kognisi, tetapi juga biasanya memberikan kontribusi untuk masalah kronis dengan perilaku dan emosi. Orang dengan skizofrenia cenderung memiliki tambahan (komorbiditas) kondisi, termasuk depresi mayor dan gangguan kecemasan; terjadinya penyalahgunaan zat seumur hidup adalah sekitar 40%. Masalah sosial, seperti jangka panjang, kemiskinan pengangguran dan tunawisma, yang umum. Selanjutnya, harapan hidup rata-rata orang dengan gangguan tersebut adalah 10 sampai 12 tahun kurang daripada mereka yang tidak, karena meningkatnya masalah kesehatan fisik dan tingkat bunuh diri lebih tinggi. Skizofrenia terjadi sama pada pria dan perempuan, meskipun biasanya muncul lebih awal pada pria usia puncak onset adalah 20-28 tahun untuk laki-laki dan 26-32 tahun untuk betina. Onset pada masa kanak-kanak jauh lebih jarang, seperti di tengah-onset atau usia tua. Prevalensi skizofrenia seumur hidup proporsi individu diperkirakan akan mengalami penyakit tersebut pada setiap saat dalam kehidupan mereka umumnya diberikan pada 1%. Namun, tinjauan sistematis studi 2002 banyak ditemukan prevalensi seumur hidup 0,55%. Meskipun kebijaksanaan menerima bahwa skizofrenia terjadi pada tingkat yang sama di seluruh dunia, prevalensi bervariasi di seluruh dunia, dalam negara, dan pada tingkat lokal dan lingkungan. Salah satu temuan khususnya stabil dan ditiru telah menjadi hubungan antara yang hidup di lingkungan perkotaan dan diagnosis skizofrenia, bahkan setelah faktor-faktor seperti penggunaan narkoba, kelompok etnis dan ukuran kelompok sosial telah dikendalikan untuk. Skizofrenia dikenal menjadi penyebab utama kecacatan. Dalam sebuah penelitian 1999 dari 14 negara, psikosis aktif peringkat kondisi ketiga-paling-nonaktifkan setelah quadriplegia dan demensia dan menjelang paraplegia dan kebutaan. Account dari sindrom seperti skizofrenia dianggap langka dalam catatan sejarah sebelum tahun 1800-an, meskipun laporan perilaku irasional, tidak dapat dimengerti, atau tidak terkendali yang umum. Ada penafsiran yang catatan singkat dalam papirus Ebers Mesir Kuno mungkin menyiratkan skizofrenia, tapi review lain tidak menyarankan koneksi apapun. Sebuah tinjauan literatur Yunani dan Romawi kuno menunjukkan bahwa meskipun psikosis digambarkan, ada tidak memperhitungkan kondisi memenuhi kriteria untuk skizofrenia. Psikotik keyakinan aneh dan perilaku yang mirip dengan beberapa gejala skizofrenia dilaporkan dalam literatur medis dan psikologis Arab selama Abad Pertengahan. Dalam The Canon of Medicine, misalnya, Ibnu Sina menggambarkan sebuah kondisi yang agak menyerupai gejala-gejala skizofrenia yang disebut Junun Mufrit (kegilaan yang parah), yang dibedakan dari bentuk-bentuk lain dari kegilaan (Junun) seperti mania, rabies dan psikosis manic depressive. Namun, tidak ada kondisi yang menyerupai skizofrenia dilaporkan dalam Bedah Imperial erafeddin Sabuncuolu, sebuah buku medis utama Islam abad ke-15. Mengingat bukti-bukti historis yang terbatas, skizofrenia (lazim seperti sekarang ini) mungkin merupakan fenomena modern, atau alternatif mungkin telah dikaburkan dalam tulisan-tulisan sejarah oleh konsep-konsep terkait seperti melankolis atau mania.

Sebuah laporan kasus rinci pada 1797 tentang James Tilly Matthews, dan rekening oleh Phillipe Pinel diterbitkan pada 1809, sering dianggap sebagai kasus awal skizofrenia dalam literatur medis dan psikiatris. Skizofrenia pertama kali digambarkan sebagai sindrom yang berbeda yang mempengaruhi remaja dan dewasa muda oleh Benedict Morel pada tahun 1853, disebut dmence prcoce (harfiah demensia dini). Istilah demensia digunakan praecox pada tahun 1891 oleh Arnold Pilih dalam laporan kasus gangguan psikotik. Pada tahun 1893 Emil Kraepelin memperkenalkan perbedaan baru yang luas dalam klasifikasi gangguan mental antara dementia praecox dan gangguan suasana hati (disebut depresi manik dan termasuk unipolar dan bipolar depresi). Kraepelin percaya bahwa dementia praecox merupakan penyakit otak, dan khususnya suatu bentuk demensia, dibedakan dari bentuk-bentuk lain dari demensia, seperti penyakit Alzheimer, yang biasanya terjadi di kemudian hari. Klasifikasi Kraepelin perlahan-lahan mendapatkan penerimaan. Ada keberatan dengan penggunaan dari demensia istilah meskipun kasus pemulihan, dan beberapa pembelaan diagnosa diganti seperti kegilaan remaja. Skizofrenia kata yang diterjemahkan secara kasar sebagai membelah pikiran dan berasal dari akar Yunani schizein (, memisahkan) dan phrn, phren-(, -, pikiran) diciptakan oleh Eugen Bleuler pada tahun 1908 dan dimaksudkan untuk menggambarkan pemisahan fungsi antara kepribadian, berpikir, memori, dan persepsi. Bleuler menggambarkan gejala utama sebagai 4 A: rata Mempengaruhi, Autisme, gangguan Asosiasi ide dan Ambivalensi. Bleuler menyadari bahwa penyakit itu bukan demensia karena beberapa pasien membaik daripada memburuk dan karenanya mengusulkan istilah skizofrenia sebagai gantinya. Istilah skizofrenia biasanya disalahpahami berarti bahwa orang yang terkena dampak memiliki kepribadian ganda. Meskipun beberapa orang didiagnosis dengan skizofrenia mungkin mendengar suara-suara dan mungkin mengalami suara sebagai kepribadian yang berbeda, skizofrenia tidak melibatkan orang berubah antara kepribadian ganda yang berbeda. Kebingungan muncul sebagian karena makna istilah skizofrenia Bleuler itu (secara harfiah split atau pikiran hancur). Penyalahgunaan pertama dikenal istilah berarti kepribadian yang terbelah adalah dalam sebuah artikel oleh penyair TS Eliot pada tahun 1933. Pada paruh pertama abad kedua puluh skizofrenia dianggap cacat keturunan, dan penderita tunduk pada eugenika di banyak negara. Ratusan ribu orang disterilkan, dengan atau tanpa persetujuan mayoritas di Nazi Jerman, Amerika Serikat, dan negara-negara Skandinavia. Seiring dengan orang lain berlabel mental layak, banyak didiagnosis dengan skizofrenia dibunuh dalam program Aksi T4 Nazi. Pada awal 1970-an, kriteria diagnostik untuk skizofrenia adalah subyek dari sejumlah kontroversi yang akhirnya mengarah

Adalah gangguan mental yg mempunyai dasar organik yg patologis yg dapat diidentifikasi misal tumor otak, penyakit serebrovaskular, intoksikasi obat2an. Ada 3 kelompok gangguan ini yg gejala utamanya adalah gangguan kognitif berupa gangguan daya ingat, gangguan berbahasa dan gangguan perhatian yaitu:

* * * A.

gangguan

Delirium Dimensia Amnestik Delirium

Gangguan utama: Gangguan kesadaran,gangguan kognitif. Gangguan mental: gangguan mood, gangguan persepsi, gangguan perilaku. Gangguan neurologis: tremor, nistagmus, inkoordi-nasi, inkontinentia urine. Onset mendadak: beberapa jam hari. Perjalanan penyakit singkat dan Perbaikan cepat, bila penyebab teridentifi-kasi dan Faktor predisposisi: usila, anak2, cedera otak yg telah ada ketergantungan alkohol, berfluktuasi. dihilangkan. sebelumnya, kanker

Gambaran klinis: penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan dgn penurunan kemampuan unt memusatkan, mem-pertahankan atau mengalihkan perhatian yg berfluktuasi. Gangguan awal: kecemasan, mengantuk, insomnia, halusinasi, mimpi yg menakutkan pada malam hari dan gelisah Gangguan penyerta: gangguan tidur-bangun, sering mengantuk pada siang hari, tidur terputus-putus dan singkat disertai mimpi yg menakutkan Terapi Prognosis: B. simptomatik, antipsikotik. reversibel.. Dimensia

Suatu sindroma yg ditandai dgn berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yg terganggu: inteligensia umum, belajar, ingatan, bahasa, memecah-kan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan sosial Gangguan dapat progresif, statis, permanen dan reversibel bila diberi pengobatan tepat waktu. Merupupakan. Penyakit. Lansia, 50-60% menderita demensia tipe Alzheimer Penyebab : 75% demensia Alzheimer dan demensia vaskular, sisanya oleh karena penyakit Pick, penyakit Huntington, penyakit Parkinson, HIV, trauma kepala Gambaran gangguan awal yg menonjol mulanya hanya pada peristiwa klinis: Gangguan daya ingat yg baru, seterusnya ingatan lama juga akan terganggu. Juga didapati gangguan bahasa dan gangguan orientasi. Gangguan neurologis: apraksia, agnosia, kejang2, nyeri kepala, pusing sampai pingsan Yang Dapat paling mengganggu pada keluarga adalah perubahan kepribadian

menjadi introvert, waham paranoid yaitu memusuhi keluarga, mudah marah dan meledak-ledak, juga dapat dijumpai halusinasi. tertawa atau menangis patologis.Gangguan mental lain : depresi, cemas, gangguan afek Terapi simptomatis. C. Gangguan Amnestik

Ditandai dengan Gangguan tunggal: Gangguan daya ingat yg menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan. Paling sering ditemukan pada Gangguan penggunaan alkohol dan Cedera kepala Gangguan daya ingat ditandai dengan gangguan pada kemampuan untuk mempelajari informasi baru (Amnesia anterograd) dan ketidakmampuan untuk mengingat pengetahuan sebelumnya (Amnesia retrograd). Daya ingat jangka pendek (short term memory), daya ingat segera (recent memory) biasanya terganggu juga. Onset dapat tiba2 atau bertahap. Gangguan dapat sementara atau menetap Pemulihan yg lengkap bisa terjadi pada Epilepsi lobus temporalis, ECT, penggunaan obat tertentu seperti benzodiazepin dan barbiturat. Terapi simptomatis.

Anda mungkin juga menyukai