Anda di halaman 1dari 52

IV.

1

BAB IV
ANALISIS DAN PERHITUNGAN
4.1. Analisa Pasang Surut
Data pasang surut diperlukan untuk menentukan elevasi muka air rencana,
kedalaman kolam pelabuhan dan dimensi bangunan-bangunan pelabuhan.
Sehingga dapat ditentukan penempatan dermaga dan elevasi deck dermaga.
4.1.1. Konstanta Pasang Surut
Hasil analisa data pasang surut mendapatkan besaran pasang surut.
Konstanta pasang surut ini umumnya menentukan gerakan air dalam periode
tengah harian sampai harian, tergantung tipe pasang surut yang terjadi pada
perairan tersebut. Dalam analisa ini digunakan metode Admiralty. Pemilihan
metode ini karena relatif labih mudah dengan menggunakan tabel-tabel yang
sudah ada. Sembilan komponen utama konstanta pasang surut yang diperoleh
adalah M2, S2, N2, K1, O1, M4, MS4, K2, dan P1.
M2 : Komponen utama bulan (semi diurnal)
S2 : Komponen utama matahari (semi diurnal)
N2 : Komponen eliptis bulan
K1 : Komponen bulan
O1 : Komponen utama bulan (diurnal)
M4 : Komponen utama bulan (kuarter diurnal)
MS4 : Komponen matahari bulan
K2 : Komponen bulan
P1 : Komponen utama matahari (diurnal)

IV.2

Tabel 4.1. Hasil Analisis harmonik pasang surut di Pulau Kambuno
A (cm)
M
2
S
2
N
2
K
1
O
1
M
4
MS
4
K
2
P
1

64 35 13 24 13 2 5 12 11
g
o
297 324 348 128 297 90 120 324 128
(Sumber: hasil perhitungan)
4.1.2. Grafik Pasang Surut
Dari data pengamatan pasang surut di lokasi penelitian daerah Pulau
Kambuno, grafik pasang surutnya adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1. Grafik Pasut Pulau Kambuno
(Sumber : hasil perhitungan)
0
50
100
150
200
250
300
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320 330 340 350
E
l
e
v
a
s
i

P
a
s
a
n
g

S
u
r
u
t

(
c
m
)

Waktu
Grafik Pasang Surut Pulau Kambuno
17 Mei - 31 Mei 2011

Data Asli MSL LWS
IV.3

HAT
MHHWS
MHHWN
136,3 cm

MHHWS
99,2 cm
MSL
-71,12 cm
MLLWN 71,12 cm
MLLWS -99,2 cm
LAT
Tunggang Pasang
Saat Neap Tide
= 142,25 cm
Tunggang Pasang
Saat Spring Tide
= 198,39
-136,3 cm

MHHWS
Dari grafik diatas terlihat grafik pasang surut dominan mempunyai puncak ganda
dan lembah ganda, yang berarti terjadinya dua kali air pasang dan dua kali air
surut dalam satu hari.
4.1.3. Tipe Pasang Surut
Setelah konstanta pasang surut diketahui, tipe pasang surut dapat
didefinisikan sebagai berikut :

() ()
() ()





Dengan mengunakan rumus diatas, diperoleh nilai Formzahl F = 0,37.
Dengan demikian pasang surut bersifat pasang surut campuran condong harian
ganda (mixed tide prevailing semi diurnal) artinya dalam satu hari terdapat dua
kali pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang berbeda.
4.1.4. Tunggang Pasang Surut
Parameter tunggang pasut ditunjukkan dalam gambar 4.2. dari tunggang
pasut Purnama sebesar 1,984 meter tergolong kecil untuk Indonesia. Tunggang
pasut kecil menguntungkan untuk konstruksi dermaga.






Gambar 4.2. Parameter Tunggang Pasang Surut
IV.4

Dalam perhitungan struktur dermaga yang dijadikan sebagai titik referensi
adalah elevasi yang paling surut selama pengamatan.
Elevasi HAT = +1,636 m
Elevasi MHHWS = +1,175 m
Elevasi MHHWN = +0,288 m
Elevasi MSL = +0,588 m
Elevasi MLLWN = +0,893 m
Elevasi MLLWS = + 0,000 m
4.2. Gelombang Rencana
Dari hasil hindcasting didapatkan data gelombang signifikan beserta
periodanya sebanyak data angin yang dimiliki yang akan dipakai dalam
perhitungan tinggi gelombang rencana. Dari nilai tinggi gelombang signifikan
maksimum pertahun dan perarah ini kemudian dilakukan analisis harga ekstrim
dan analisis frekuensi gelombang rencana dengan metode yang digunakan adalah
Metode Fisher Tippett Type 1.
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Tinggi dan Periode Gelombang di Pulau Kambuno


BARAT
Periode
Ulang (thn)
y
r
(thn) H
sr
(m)
Amplitudo
(m)
2 0,3665 0,681 0,3405
5 1,4999 1,413 0,7066
10 2,2504 1,898 0,9490
20 2,9702 2,363 1,1814
25 3,1985 2,5104 1,2552
50 3,9019 2,9648 1,4824
100 4,6001 3,4158 1,7079
IV.5

Dari tabel diatas, tampak bahwa tinggi gelombang yang dihitung hanya
dari arah barat. Dalam perhitungan desain Dermaga Pulau Kambuno digunakan
tinggi gelombang rencana periode.
4.3. Perencanaan Kapal Desain
Dermaga Pulau Kambuno kabupaten Sinjai Utara direncanakan akan
melayani kapal perintis 500 DWT. Berikut adalah data kapal yang akan digunakan
pada proses desain dermaga perintis Pulau Kambuno :
Tonnase : 500 DWT
Panjang (LOA) : 46,3 m
Lebar (B) : 9 m
Draft : 3,2 m

Gambar 4.3. Ukuran Kapal Rencana
4.4. Tipe Dermaga
Tipe dermaga yang dipilih yaitu bentuk pier. Dermaga ini dibangun bila
garis kedalaman jauh dari pantai dan perencana tidak menginginkan adanya
pengerukan kolam pelabuhan yang besar. Antara dermaga dan pantai
dihubungkan dengan jembatan penghubung (approach trestle) sebagai penerus
4,5 m
46,3 m
9 m
IV.6

dari pergerakan barang. Jembatan penghubung dapat ditempatkan di tengah.
Sedangkan jenis struktur yang digunakan adalah Deck On Pile.
4.5. Perencanaan Elevasi Deck Dermaga Berdasarkan Data Pasang Surut
Beda tinggi pasang surut sebesar 1,98 m termasuk kecil sehingga
menguntungkan dalam penentuan deck dermaga direncanakan sebesar : 1,00 m
diatas HWS 3 m LWS.

Gambar 4.4. Elevasi Deck Dermaga

4.6. Dimensi Dermaga
Panjang dermaga Pulau Kambuno Kab. Sinjai Utara di tentukan
berdasarkan dimensi kapal dan banyaknya kapal yang akan bersandar secara
bersamaan. Pada dermaga ini, direncanakan akan disandari satu kapal, sehingga
sesuai dengan ukuran kapal rencana maka ukuran dermaga sebesar 50 meter.
Sedangkan lebar dermaga adalah 8 meter.
4.6.1. Pembebanan pada dermaga
Berikut ini adalah data-data umum yang menjadi acuan dalam perhitungan
pembebanan:
MSL=+0,588 m
HAT=+1,636 m
Elevasi deck = +3m
LAT=0,00 m
IV.7

- Ukuran Dermaga
Panjang dermaga : 50 m
Lebar dermaga : 8 m
Elevasi dermaga : 3 m
- Parameter gelombang
Tinggi gelombang rencana untuk perhitungan struktur, dengan
perioda ulang 50 tahunan : 2,965
Periode gelombang rencana
T1/3 = 3,86 965 , 2 86 , 3 = 6,647 dtk
Bilangan gelombang (k), diperoleh dengan cara trial and error
menggunakan persamaan disperse :


Dimana :


h = kedalaman perairan + HWS = 4,878 + 1,636 = 6,514 m
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/dtk2
T = periode gelombang = 6,647 dtk
Dengan memasukkan variabel-variabel diatas, didapat nilai k sebesar
Panjang gelombang (L) dapat diperoleh dengan menggunakan
persamaan berikut :

Dimana :


L
0
= 69,009 m
Sehingga L bernilai = 47,883 m

2
= gk tanh (kh)
(


IV.8

- Parameter material
Berat jenis beton = 2400 kg/m
3

Berat jenis baja = 7850 kg/m
3


4.6.1.1. Beban Mati (keseluruhan)
1) Pelat
Dimensi Pelat
Panjang (l) : 50 m
Lebar (b) : 8 m
Tebal (t) : 0,25 m

pelat
=
beton
x l x b x t
= 2400 x 50 x 8 x 0,25
= 240 ton
2) Balok
Dimensi Balok
Tinggi (h) : 0,7 m
Lebar (b) : 0,5 m
Panjang total (l) : 0,25 m

balok
=
beton
x l x b x t
= 2400 x 0,5 x 0,7 x 0,25
= 0,21 ton
3) Pile Cap tipe
Dimensi Pile Cap
Panjang (l) = 1,0 m
Lebar (b) = 1,0 m
Tinggi (h) = 0,8 m
Jumlah = 39 buah
Wpile cap 1 =
beton
x l x b x h x n
= 2400 x 1,0 x 0,8 x 39
= 74,88 ton
IV.9

4) Tiang
Dimensi Tiang
Diameter (D) = 0,40604 m
Tebal (t) = 0,012 m
Jumlah = 39 buah

Perhitungan fixity point adalah sebagai berikut :
D = 40,604 cm
E = 2,1x10
6
kg/cm
3

I = 28843,27 cm
4
N SPT = 60 (merupakan nilai N-SPT dari permukaan tanah sampai dengan
kedalaman 1/|)
k
h
= 0, 15 x 60
= 90 kg/cm
3

4
4EI
D k
h
= |

| = 0,00623192
IV.10

|
1
=
r
Z
Zr = 1/0,00623192 = 160,4641784 cm 1,60 m
Diambil fixity point 1,60 meter
Luas 1 tiang (A) = ( ) | |
2 2
4
1
t D D t
= 0,00754 m
2

Panjang 1 tiang (L) = kedalaman + elevasi dermaga + fixity pont
= 4,88 + 3,00 + 1,60
= 9,48 m
W
tiang
=
baja
x l x n x A
= 7850 x 9,48 x 39 x 0,00754 = 21,883 ton
4.6.1.2. Beban Hidup
Beban hidup perencanaan struktur ini adalah uniformly distributed load
(UDL), yang berupa beban roda kendaraan pick-up 6,441 m
3
yang diuraikan
sebagai berikut. Ilustrasi pick-up yang digunakan sebagai desain dermaga dapat
dilihat pada gambar 4.5.





Gambar 4.5 Ilustrsi kendaraan pick-up sebagai beban hidup
IV.11

Perhitungan beban UDL
W = 2 ton
A = 2,560 m x 1,700 m = 4,352 m2
Sehingga beban terdistribusi adalah :
UDL = Q/A
= 2 / 4,352
= 0,459 ton/m
2
Berdasarkan perhitungan di atas uniformly distributed live load untuk
perencanaan dermaga ditetapkan sebesar
UDL : 0,459 ton/m
2

Panjang Dermaga (l) : 50 m
Lebar dermaga (b) : 8 m
W
LL
= UDL x l x b
= 0,459 x 50 x 8
= 183,6 ton

4.6.1.3. Beban Gempa

Wilayah gempa di Indonesia dibagi menjadi 6 zona berdasarkan
percepatan puncak batuan dasarnya, pembagian zona ini dapat dilihat pada
Gambar 4.6 berikut ini.
Gambar 4.6 Wilayah gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar periode ulang 500
tahun
(Sumber : SNI1726-2002)
IV.12

Berdasarkan pembagian wilayah gempa pada Gambar 4.6. terlihat bahwa
Pulau Kambuno Kabupaten Sinjai Utara termasuk dalam zona gempa 2. Nilai
faktor respon gempa bisa ditentukan berdasarkan grafik berikut ini.






Gambar 4.7 Respon spektrum gempa rencana untuk wilayah gempa 2
(Sumber : SNI-1726-2002)
Jenis tanah lokasi dermaga adalah tanah sedang berdasarkan nilai rata-rata
N-SPT pada tiap kedalaman. Nilai waktu getar bangunan Tx=Ty= 0,06 H
dengan tinggi bangunan adalah 7,88 m. Dari pembacaan grafik diatas, maka untuk
perencanaan diambil nilai koefisien gempa dasar Ci sebesar 0,38 untuk struktur
dermaga.
Berdasarkan SNI-1726-2002 Tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk bangunan gedung gaya geser dasar nominal sebagai respon ragam yang
pertama terhadap pengaruh gempa rencana menurut persamaan :

i = Faktor keutamaan = 1
C = Faktor respon gempa = 0,38
Rt = Faktor daktilitas = 5,6
Wt = Berat total struktur
= Berat (pelat + balok + poer + tiang) + 50 % beban hidup
= ( 240 + 0,21 + 74,88 +21,883) + (50 % . 183,6) = 428,882 ton
Diperoleh : V = 29,103 ton



IV.13

4.6.1.4. Beban Berthing dan Pemilihan Fender
Keperluan fender bagi suatu dermaga sangat ditentukan dari ukuran kapal
dan kecepatan merapat. Dalam memilih fender yang akan digunakan trelebih
dahulu menentukan energi yang akan bekerja pada fender. Adapun data-data yang
dipakai dalam perencanaan fender dan bollard adalah sebagai berikut.
Jenis Kapal fery
DWT ton 500
LOA m 46,3
Beam m 9
Draft m 3,2
Kecepatan Merapat m/dt 0,25
Sudut Merapat Derajat 10

1) Perhitungan beban berthing
- Koefisien Eksentrisitas (Ce)



Diambil nilai Ce maksimum = 1
- Koefisien Massa Semu (Cm)




Dimana :
W = Volume air yang dipindahkan kapal
= 1,687 . DWT
0,969

= 1,687 x 500
0,969

= 696 ton
L
pp
= Panjang garis air (m)
= 0,846, LOA
1,0193

= 42,2 m


IV.14

C
b
=



= 0,559
C
m
= 1,312
- Koefisien Softness (Cs)
Nilai koefisien softness diambil sebesar = 1 (OCDI) dengan asumsi
tidak terjadi deformasi.
- Koefisien Konfigurasi Penambatan (Cc)
Untuk jenis struktur dermaga dengan pondasi tiang, nilai Cc = 1
Sehingga besar energi berthing adalah :





= 0,087757 t/m
Energi yang diserap fender


2) Pemilihan fender
Pemilihan fender didasarkan besar energi yang diabsorsi oleh
fender tersebut (Er) yang harus lebih besar dari energi tumbukan kapal
(Ef), Er = 0,15 > Ef = 0,088 tm. Pada perencanaan ini diasumsi bahwa
beban berthing seluruhnya diterima oleh fender. Adapun tipe fender yang
digunakan fender karet type AN Arch 250 E2, dengan nilai energi fender
dan reaksinya (Rr) sebagai berikut.

(


IV.15

Tabel 4.3. Kapasitas An Arch Fender

(Sumber : hasil perhitungan)

Tabel 4.4. Dimensi Arch Fender AN-150
Body
Dimensions
H A B W F D K E PxQ Anchors
Weight
(kg/m)
AN 150 150 108 240 326 98 16 50 500 20x40 M16 28
Keterangan: semua satuan dalam mm


Gambar 4.8. Arch Fender AN-150





IV.16

3) Jarak antar fender

Gambar 4.9. Jarak Fender


( )
2 2
2 h r r L s
) log( 65 . 0 055 . 1 log DWT r + =
Log r = -1,055 + 0,65 log (DWT)
Log r = 0,699331
r = 5,0
Dimana:
L = jarak antar fender
r = radius bow kapal
h = tinggi fender
Tabel 4.5. Perhitungan jarak fender maksimum
Jenis Kapal Jenis Fender
r h L
(m) (m) (m)
500 DWT AN-150 5 1,5 7,14

Dari hasil perhitungan diatas, maka jarak antar fender yang diambil dan
memenuhi syarat kriteria sesuai dengan tabel 2.4 adalah 7 m.
L S/2
RB
h
IV.17

4.7.1.5 Beban Mooring dan Pemilihan Bollard
Tabel 4.6. Karakteristik kapal untuk perhitungan beban mooring
Uraian Satuan
Tonnage 500 DWT
LOA 46,3 m
Beam (B) 9 m
Draft (d) 3,2 m
Freeboard 1,3 m
Lpp 42,2 m

udara
= 1,25 kg/m
3


air laut
= 1025 kg/m
3

1) Perhitungan beban mooring akibat gaya angin
Beban maksimum mooring akibat gaya angin terjadi ketika arah
angin membentuk sudut 90
o
terhadap sumbu memanjang kapal. Sehingga
gaya angin yang diperhitungkan disini adalah gaya angin yang bekerja di
atas permukaan air. (tegak lurus dengan sumbu kapal dan sejajar sumbu
kapal). Tinggi kapal di atas permukaan dipengaruhi oleh kapal dalam
keadaan sarat penuh dan kosong. Bagian kapal yang terendam pada saat
kapal kosong dalah sepertiga tinggi draft kapal.
Rw = 1,1 . Qa . Aw
Dimana,
Vw = 65 km/jam = 18 m/det (kecepatan angin)
Qa = 0,063 x V2 = 0,063 x 18
2
= 20,412 kg/m (tekanan angin)
Aw = LOA x Freeboard = 46,3 x 1,3 = 60,19 m
2
Sehingga, Rw = 1,1 x 20,412 x 60,19 = 1,351 ton
IV.18

2) Perhitungan beban mooring akibat gaya arus
Arus yang bekerja pada bagian kapal yang terendam air juga akan
menyebabkan terjadinya gaya pada kapal yang kemudian diteruskan pada
dermaga dan alat penambat (boulder). Dalam perhitungan gaya arus ini
diambil gaya yang paling besar diantara pada arah sisi kapal dan pada arah
haluan kapal. Perhitungan tekanan arus adalah sebagai berikut:
a. Gaya tekanan karena arus yang bekerja dalam arah haluan :
R
f
= 0,14SV
2
Dimana,
S = Bw x Freeboard = 9 x 1,3 = 11,7 m
2
V = 0,206 m/det
Sehingga, Rf = 0,14 x 11,7 x 0,206
2
= 0,069 ton
b. Gaya tekanan karena arus yang bekerja dalam arah sisi kapal :
Rf = . p . C. V
2
. B
Dimana,
Cc = 1,3 (arus melintang)
p = 104,5 (kgf d/m4)
B = LOA . draft = 46,3 x 3,2 = 148,16 m
Sehingga, Rf = x 104,5 x 1,3 x 0,206
2
x 148,16 = 0.427 ton
3) Pemilihan bollard
Dalam merencanakan bollard dan bitt yang akan digunakan,
ditentukan berdasarkan total gaya bolder yang diakibatkan oleh arus dan
angin, P = Pc + Pw = 0,496 ton. Selain itu, pemilihan bollar dan bitt dapat
ditentukan juga berdasarkan bobot kapal yang ditambat. Untuk kapal
rencana ini, gaya tarik 15 ton untuk bollard dan 15 ton untuk bitt. Sehingga
pemilihan bollar yang sangat menentukan berdasarkan gaya tarik kapal.
Sedangkan jarak antara bitt dapat ditentukan berdasarkan tabel 2.6.
Sehingga direncanakan buah 2 bollard pada tepi dermaga dan bitt dermaga
sebanyak 4 dengan jarak antar bitt sebesar 8 meter.

IV.19

4.7. Perhitungan Momen dan Tulangan
4.7.1. Perencanaan Balok
4.7.1.1 Pemodelan 2 Dimensi Struktur Dermaga
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui gaya-gaya dalam yang terjadi
pada elemen-elemen struktur lantai dermaga guna keperluan desain penulangan
balok. Analisis struktur 2D dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SAP2000
versi 11.0.0, dengan permodelan sebagai berikut :
A. Potongan Memanjang
Dalam pemodelan ini, beban balok dalam arah melintang diwakili dengan
beban terpusat pada masing-masing joint, sedangkan untuk pelat dalam arah
melintang dan beban hidup dimodelkan dengan beban terdistribusi sesuai
dengan tributary area. Tiang pancang dimodelkan mulai dari fixity point 1,60
m terhadap seabed sampai dengan elevasi dermaga.


Gambar 4. 10.. Pemodelan dermaga arah memanjang pada SAP2000






IV.20

1). Beban Mati
- Balok melintang
q
balok
=
beton
x b x l x t
= 2400 x 0,5 x 3,0 x 0,7
= 2,52 ton
beban ini diaplikasikan pada join-join di lantai demaga
- Pelat
Distribusi beban pelat mengikuti peraturan SK SNI 03 - 2847 - 2002
dengan area distribusi sebagai berikut :
..... = Distribusi beban
V
A
= x 3,0 x 1,5 x 0,25
= 0,5625 m
3

Q
pelat
= pbeton x 2 x VA
= 2400 x 2 x 0,563
= 2,7 ton
Untuk 1 m = 2,7 ton/m

IV.21

Gambar 4. 11. Pemodelan beban mati dermaga arah memanjang pada SAP2000

2). Beban Hidup
Beban hidup pada dermaga adalah beban UDL maksimum. Distribusi area
sama dengan pembebanan pelat. Beban ini diaplikasikan pada lantai dermaga
sebagai berikut :
UDL maksimum = 0,460 t/m
2

q
UDL
= 1,379 t/m

Gambar 4.12. Pemodelan beban hidup dermaga arah memanjang pada SAP2000

IV.22

3). Beban Gempa
Pada potongan memanjang ini hanya terdapat gempa dari arah melintang,
sehingga besar beban gempa yang telah dihitung sebelumnya, kemudian
dibagi dengan jumlah join pada arah melintang.
V = 29,103 ton
Jumlah joint = 13
V = 29,103/13 = 2,2387 ton

Gambar 4. 13. Pemodelan beban gempa dermaga arah memanjang pada SAP2000
Berikut ini adalah beban-beban yang bekerja pada potongan memanjang
dermaga :
1.) Beban Mati
- Berat sendiri balok memanjang 2,52 ton
- Berat pelat 2,7 t/m
2.) Beban Hidup 1,38 t/m
3.) Beban Gempa 2,24 ton

IV.23

4). Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang digunakan berdasarkan SK SNI 03 847 -
2002, sebagai berikut :
Combo 1 1,0 DL + 1,0 LL
Combo 2 1,0 DL + 0,5 LL + 1,0
Combo 3 1,0 DL + 0,5 LL + 1,0 SL
Dimana :
DL = Beban mati
LL = Beban hidup
SL = Beban gempa
B. Potongan Melintang

1). Beban Mati
- balok memanjang
q
balok
=
beton
x b x l x t
= 2400 x 0,5 x 3,0 x 0,7
= 2,52 ton
beban ini diaplikasikan pada join-join di lantai demaga
- Pelat
Distribusi beban pelat mengikuti peraturan SK SNI 03 - 2847 -
2002 dengan area distribusi sebagai berikut :


IV.24

..... = Distribusi beban
V
A
= x 3,0 x 1,5 x 0,25
= 0,5625 m
3

Q
pelat
= pbeton x 2 x VA
= 2400 x 2 x 0,563
= 2,7 ton
Untuk 1 m = 2,7ton/m

Gambar 4.14. Pemodelan beban mati dermaga arah melintang pada SAP2000
2). Beban Hidup

Gambar 4.15. Pemodelan beban hidup dermaga arah melintang pada SAP2000
IV.25

Beban hidup pada dermaga adalah beban UDL maksimum. Distribusi area
sama dengan pembebanan pelat. Beban ini diaplikasikan pada lantai dermaga
sebagai berikut :
UDL maksimum = 0,46 t/m
2

q
UDL
= 1,379 t/m
3). Beban Gempa
Pada potongan memanjang ini hanya terdapat gempa dari arah melintang,
sehingga besar beban gempa yang telah dihitung sebelumnya, kemudian
dibagi dengan jumlah join pada arah melintang.
V = 29,103 ton
Jumlah joint = 4
V = 29,103/4 = 7,28 ton

Gambar 4.16. Pemodelan beban gempa dermaga arah melintang pada SAP2000

4). Beban Berthing
Beban ini diwakilkan oleh reaksi fender dan bekerja dengan skema sebagai
berikut :
IV.26



Gambar 4. 17. Pemodelan beban berthing dermaga arah melintang pada SAP2000

Reaksi fender diasumsikan ditahan oleh tiga tiang dengan nilai koefisien
masing-masing tiang adalah:
Tiang 1 = 0,5
Tiang 2 = 1,0
Tiang 3 = 0,5
Rfender = 74 ton
fender fender
R
koef total
tiang koef
R *
2 .

|
|
.
|

\
|
=
R
fender
=
0 , 2
0 , 1
x 74 = 37 ton
Reaksi
fender
Tiang 1
Tiang 2
Tiang 3
IV.27

5). Beban Mooring
Beban ini diwakilkan oleh berat bitt dan bekerja pada titik yang sama
dengan beban berthing.
Kapasitas bollard = 15 ton

Gambar 4.18. Pemodelan beban mooring dermaga arah melintang pada SAP2000

Berikut ini adalah beban-beban yang bekerja pada arah melintang dermaga:
1.) Beban Mati
Berat sendiri balok memanjang = 2,52 ton
Berat pelat = 2,7 t/m
2.) Beban Hidup = 1,38 t/m
3.) Beban Gempa = 7,28 ton
4.) Beban Berthing = 37 ton
5.) Beban Mooring = 15 ton


IV.28

6.) Kombinasi pembebanan
Kombinasi pembebanan yang digunakan berdasarkan SK SNI 03 2847 -
2002, sebagai berikut :
Combo 1 1,0 DL + 1,0 LL
Combo 2 1,0 DL + 1,0 ML
Combo 3 1,0 DL + 1,0 BL
Combo 4 1,0 DL + 0,5 LL + 1,0
Combo 5 1,0 DL + 0,5 LL + 1,0 SL
Combo 6 1,0 DL + 0,5 LL + 1,0 ML + 1,0 SL
Tabel 4. 7. Rekapitulasi gaya dalam maksimum pada balok
Struktur M3-3 (tm) V2-2 (ton)
Balok memanjang dermaga (+) 3,53 (+) 9,57
(-) 3,01 (-) 9,57
Balok melintang dermaga (+) 7,35 (+) 5,63
(-) 3,07 (-) 5,63
(sumber: hasil perhitungan)
4.7.1.2 Penulangan Balok Dermaga
A. Penulangan Balok memanjang
fc = 25 Mpa
fy = 320 Mpa
bw = 500 mm


IV.29

h = 700 mm
t = 250 mm
d = 70 mm
d = 6 mm
= 0,8
Menentukan lebar flens efektif,
Be = . L = . 3000 = 750 mm
Be = bw + 16t = 500 + 16 . 250 = 4000,5 mm
Be = bw + Ln = 500 + 2500 = 3000 mm
Digunakan lebar flens efektif be =750 mm
1. Balok Tumpuan
Mu = 10,012 t.m = 100120000 Nmm
Mn
perlu
=
Mu
=
100120000
= 125150000 Nmm
0,8
Mn
a=t
= 0,85 fc Be t (d - t/2)

= 0,85 35 750 250 480,5

= 2680289063 Nmm
Menentukan apakah balok akan berprilaku sebagai balok T murni
atau persegi. Karena Mn
a-t
> Mn
perlu
, maka balok diperhitungkan sebagai balok
persegi.

Hitung a
actual
Be c f
Mu
d d a
actual
. ' . . 85 , 0
2
2
|
=

IV.30

750 . 35 . 8 , 0 . 85 , 0
100120000 2
75 75
2
x
a
actual
= = 9,33
Hitung p
fy d Bw
a Be c f
p
actual
. .
. . ' . 85 , 0
=
00215 , 0
350 . 606 . 500
335 , 9 . 750 . 35 . 85 , 0
= = p
Hitung luas tulangan baja tarik yang dibutuhkan,
As = p . bw . d
= 0,00215 . 500 . 75 = 650,920 mm
2
Digunakan tulangan 3 tulangan D18 (As = 763,407mm
2
)
2. Balok Lapangan
Mu = 6,024 tm = 60240000 Nmm
Mn
perlu
=
Mu
=
60240000
= 75300000 Nmm
0,8
Mn
a=t
= 0,85 fc Be t (d - t/2)

= 0,85 35 750 250 480,5

= 2680289063 Nmm
Menentukan apakah balok akan berprilaku sebagai balok T murni atau
persegi. Karena Mn
a-t
> Mn
perlu
, maka balok diperhitungkan sebagai balok persegi.


Hitung a
actual
Be c f
Mu
d d a
actual
. ' . . 85 , 0
2
2
|
+ =

750 .. 35 .. 8 , 0 . 85 , 0
60240000 2
75 75
2
x
a
actual
+ = = 5,599

IV.31

Hitung p

fy d Bw
a Be c f
p
actual
. .
. . ' . 85 , 0
=
00129 , 0
350 . 606 . 500
599 , 5 . 750 . 35 . 85 , 0
= = p
Hitung luas tulangan baja tarik yang dibutuhkan,
As = p . bw . d
= 0,00129 . 500 . 75 = 390,490 mm
Digunakan tulangan 2 tulangan D18 (As = 508,938)
3. Tulangan geser pada daerah tumpuan
Gaya geser (Vu) = 16,348 ton = 160373,88 N
Menghitung gaya geser dukung yang dapat disumbangkan
oleh beton sendiri,
V
c
= 1/6 f
c
' b
w
d

= 1/6 . 35 . 500 . 606

= 298515,53 N
Menghitung gaya geser nominal,
Vn = Vu/ = 160373/0,8 = 267289,8 N
Cek daerah penulangan geser
Vu > Vc memakai tulangan geser structural
Vc < Vu < Vc perlu tulangan geser minimum
Vu < Vc memerlukan tulangan praktis
IV.32

Karena Vu = 298515,53 N < Vc =96224 N, maka dalam penulangan geser
hanya menggunakan tulangan praktis.
Jarak antar tulangan sengkang (s)
S = d/2 = 606/2 = 303 mm dan maksmimal 600 mm, sehingga dalam
perencanaan diambil jarak antar sengkang (s) sebesar 100 mm
Menghitung luas geser tulangan praktis (Av)

fy
s bw
Av
. 3
.
=

2
5 . 312
320 . 3
600 500
mm
x
x
Av = =
Digunakan tulangan 10 100 mm = 785 mm
2
4. Tulangan geser pada daerah lapangan
Gaya geser (Vu) = 16,348 ton = 160373,88 N
Menghitung gaya geser dukung yang dapat disumbangkan oleh beton
sendiri,
V
c
= 1/6 f
c
' b
w
d

= 1/6 . 35 . 500 . 606

= 298515,53 N
Menghitung gaya geser nominal,
Vn = Vu/ = 160373/0,8 = 267289,8 N
Cek daerah penulangan geser
Vu > Vc memakai tulangan geser structural
Vc < Vu < Vc perlu tulangan geser minimum
Vu < Vc memerlukan tulangan praktis
IV.33

Karena Vu = 160373,88 N < Vc =179109,32 N, maka dalam
penulangan geser memerlukan tulangan praktis.
Jarak antar tulangan sengkang (s)
Jarak sengkang S = d/2 = 606/2 = 303 mm dan maksmimal 600 mm,
sehingga dalam perencanaan diambil jarak antar sengkang (s) sebesar 250 mm
Menghitung luas geser tulangan praktis (Av)

fy
s bw
Av
. 3
.
=

2
5 . 312
320 . 3
600 500
mm
x
x
Av = =
Digunakan tulangan 10 250 mm = 314,2 mm
2
C. Penulangan Balok melintang
fc = 35 Mpa
fy = 320 Mpa
bw = 500 mm
h = 700 mm
t = 250 mm
d = 75 mm
d = 6 mm
= 0,8
Menentukan lebar flens efektif,
Be = . L = . 3000 = 750 mm
Be = bw + 16t = 500 + 16 . 250 = 4000,5 mm
IV.34

Be = bw + Ln = 500 + 2500 = 3000 mm
Digunakan lebar flens efektif be =750 mm
1. Balok Tumpuan
Mu = 11,540 t.m = 115400000 Nmm
Mn
perlu
=
Mu
=
115400000
= 144250000 Nmm
0,8
Mn
a=t
= 0,85 fc Be t (d - t/2)

= 0,85 35 750 250 480,5

= 2680289063 Nmm

Menentukan apakah balok akan berprilaku sebagai balok T murni
atau persegi. Karena Mn
a-t
> Mn
perlu
, maka balok diperhitungkan sebagai balok
persegi.

Hitung a
actual
Be c f
Mu
d d a
actual
. ' . . 85 , 0
2
2
|
=

750 . 35 . 8 , 0 . 85 , 0
100120000 2
75 75
2
x
a
actual
= = 10,773
Hitung p

fy d Bw
a Be c f
p
actual
. .
. . ' . 85 , 0
=

00248 , 0
350 . 606 . 500
773 , 10 . 750 . 35 . 85 , 0
= = p
Hitung luas tulangan baja tarik yang dibutuhkan,
As = p . bw . d
= 0,00215 . 500 . 75 = 751,160 mm
2
IV.35

Digunakan tulangan 3 tulangan D18 (As = 763,407mm
2
)
2. Balok Lapangan
Mu = 6,263 tm = 62630000 Nmm
Mn
perlu
=
Mu
=
62630000
= 125150000 Nmm
0,8
Mn
a=t
= 0,85 fc Be t (d - t/2)

= 0,85 35 750 250 480,5

= 2680289063 Nmm

Menentukan apakah balok akan berprilaku sebagai balok T
murniaatau persegi. Karena Mn
a-t
> Mn
perlu
, maka balok diperhitungkan sebagai
balok persegi.

Hitung a
actual
Be c f
Mu
d d a
actual
. ' . . 85 , 0
2
2
|
+ =

750 .. 35 .. 8 , 0 . 85 , 0
100120000 2
75 75
2
x
a
actual
+ =
= 5,823
Hitung p

fy d Bw
a Be c f
p
actual
. .
. . ' . 85 , 0
=
00134 , 0
350 . 606 . 500
283 , 5 . 750 . 35 . 85 , 0
= = p
Hitung luas tulangan baja tarik yang dibutuhkan,
IV.36

As = p . bw . d
= 0,00134 . 500 . 75 = 405,996 mm
Digunakan tulangan 2 tulangan D18 (As = 508,938)
3. Tulangan geser pada daerah tumpuan
Gaya geser (Vu) = 16,323 ton = 160128,630 N
Menghitung gaya geser dukung yang dapat disumbangkan
oleh beton sendiri,
V
c
= 1/6 f
c
' b
w
d

= 1/6 . 35 . 500 . 606

= 298515,53 N
Menghitung gaya geser nominal,
Vn = Vu/ = 160128,630 /0,8 = 266881,1 N
Cek daerah penulangan geser
Vu > Vc memakai tulangan geser structural
Vc < Vu < Vc perlu tulangan geser minimum
Vu < Vc memerlukan tulangan praktis
Karena Vu = 160128,630 N < Vc =179109,315 N, maka dalam
penulangan geser memerlukan tulangan praktis.
Jarak antar tulangan sengkang (s)
Spasi antar sengkang ditentukan dengan S = d/2 = 606/2 = 303 mm
dan maksmimal 600 mm, sehingga dalam perencanaan diambil jarak antar
sengkang (s) sebesar 100 mm
Menghitung luas geser tulangan praktis (Av)
IV.37


fy
s bw
Av
. 3
.
=

2
5 . 312
320 . 3
600 500
mm
x
x
Av = =
Digunakan tulangan 10 100 mm = 785 mm
2
4. Tulangan geser pada daerah lapangan
Gaya geser (Vu) = 16,323 ton = 160128,630 N
Menghitung gaya geser dukung yang dapat disumbangkan oleh
beton sendiri,
V
c

= 1/6 f
c
' b
w
d

= 1/6 . 35 . 500 . 606

= 298515,53 N

Menghitung gaya geser nominal,
Vn = Vu/ = 160128,630 /0,8 = 266881,1 N
Cek daerah penulangan geser
Vu > Vc memakai tulangan geser structural
Vc < Vu < Vc perlu tulangan geser minimum
Vu < Vc memerlukan tulangan praktis
Karena Vu = 160128,630 N < Vc =179109,315 N, maka dalam penulangan
geser memerlukan tulangan praktis.
Jarak antar tulangan sengkang (s)
Spasi antar sengkang ditentukan dengan S = d/2 = 606/2 = 303 mm
dan maksmimal 600 mm, sehingga dalam perencanaan diambil jarak antar
sengkang (s) sebesar 100 mm
IV.38

Menghitung luas geser tulangan praktis (Av)

2
5 . 312
320 . 3
600 500
. 3
.
mm
x
x
fy
s bw
Av = = =
Digunakan tulangan 10 100 mm = 785 mm
2
Gaya geser (Vu) = 16,348 ton = 160373,88 N
Menghitung gaya geser dukung yang dapat disumbangkan
oleh beton sendiri,
V
c
= 1/6 f
c
' b
w
d

= 1/6 . 35 . 500 . 606

= 298515,53 N
Menghitung gaya geser nominal,
Vn = Vu/ = 160373/0,8 = 267289,8 N
Cek daerah penulangan geser
Vu > Vc memakai tulangan geser structural
Vc < Vu < Vc perlu tulangan geser minimum
Vu < Vc memerlukan tulangan praktis
Karena Vu = 298515,53 N < Vc =96224 N, maka dalam penulangan geser
hanya menggunakan tulangan praktis.
Jarak antar tulangan sengkang (s)
Jarak sengkang S = d/2 = 606/2 = 303 mm dan maksmimal 600
mm, sehingga dalam perencanaan diambil jarak antar sengkang (s) sebesar 250
mm.
Menghitung luas geser tulangan praktis (Av)
IV.39


fy
s bw
Av
. 3
.
=

2
5 . 312
320 . 3
600 500
mm
x
x
Av = =
Digunakan tulangan 10 250 mm = 314,2 mm
2
Untuk penulangan trestle arah memanjang dan melintang, dihitung dengan
cara yang sama pada dermaga.
4.7.1.3. Rekapitulasi Penulangan Balok Dermaga
Hasil perhitungan penulangan balok dermaga dan trestle ditunjukan
pada tabel 4.9 dan 4.10, agar memudahkan mengetahui tulangan yang dipakai
Tabel 4. 8. Rekapitulasi Tulangan Balok Dermaga
Kondisi Balok Dermaga Tulangan Ket
Balok Memanjang
3 D 18 Tumpuan
2 D 18 Lapangan
Geser Balok Memanjang

10 -100 Tumpuan
10 -250 Lapangan
Balok Melintang
3 D 18 Tumpuan
2 D 18 Lapangan
Geser Balok Melintang

10 -100 Tumpuan
10 -250 Lapangan
(sumber: hasil perhitungan)

4.7.2 Perencanaan Pelat
Perhitungan momen pelat untuk dermaga dan trestle dilakukan secara
manual.



IV.40

4.7.2.1 Perhitungan Momen Pelat Dermaga

a. Plat lantai dermaga direncanakan tebal 25 cm dengan cor di tempat
b. Kondisi pembebanan
1. Akibat beban mati (DL)
Berat sendiri = 0,25 x 2,4 = 0,60 t/m
2

2. Akibat beban hidup (LL)
Muatan merata = 26 / (1,3 x 3,14) = 4,80 t/m
2

Maka, diperoleh beban terfaktor lantai dasar yaitu :
Qu = 1,2 DL + 1,6LL
= 8,400 t/m
2

= 8400 kg/m
2
c. Perhitungan momen lapangan dan momen tumpuan maksimum
Untuk perhitungan lantai dermaga, dianggap merupakan terjepit pada
keempat sisinya.


IV.41

Lx = 3,0 m
Ly = 3,0 m
Untuk Ly/Lx = 1,00 di dapat
CMlx = 21
CMly = 21
CMtx = 52
CMty = 52
Sehingga,
Mlx = 0,001 . Qu . Lx2 . CMlx
= 0,001 . 8400 . 9,0 . 21
= 1587,6 Kgm
Mly = 0,001 . Qu . Lx2 . CMly
= 0,001 . 8400 . 9,0 . 21
= 1587,6 Kgm
Mtx = 0,001 . Qu . Lx2 . CMtx
= 0,001 . 8400 . 9,0 . 52
= 3931,2 Kgm


Mty = 0,001 . Qu . Lx2 . CMty
= 0,001 . 8400 . 9,0 . 52
= 3931,2 Kgm

IV.42

4.7.2.2 Penulangan Pelat Dermaga
A. Penulangan Arah X
Tulangan Tumpuan (tulangan negatif):
Mu=3931,2 kgm = 38565072 Nmm
Nmm
Mu
Mn 48206340
8 , 0
38565072
8 , 0
= = =
Menentukan luas tulangan tumpuan (As)
) 2 / 1 ..( . a d fy As Mn =
Sebagai langkah awal anggap (d-1/2a) = 0,9d
) 75 ).( 9 . 0 ).( 320 .( 48206340 As = , Maka, As = 2231,75 mm
2

875 , 1
3000 35 85 , 0
320 775 , 2231
. ' 85 . 0
.
= = =
x x
x
b c f
fy As
a
) 875 , 21 / 1 75 ).( 320 .( 48206340 = As
As = 2260,032 mm
2
Digunakan D18 100 (As = 2544,39)
Tulangan lapangan (Tulangan Positif)
Mu =1587,6 kgm = 155743562 Nmm
Nmm
Mu
Mn 19467945
8 . 0
15574356
8 . 0
= = =
Menentukan luas tulangan tumpuan (As)
) 032 , 2260 .(
48206340
19467945
) .( =

+
= As
Mn
Mn
As
As = 912,705 mm
2
IV.43

Digunakan D18 250 (As = 1017,878 mm
2
)
B. Penulangan Arah Y
Tulangan Tumpuan (tulangan negatif):
Mu=3931,2 kgm = 38565072 Nmm
Nmm
Mu
Mn 48206340
8 , 0
38565072
8 , 0
= = =
Menentukan luas tulangan tumpuan (As)
) 2 / 1 ..( . a d fy As Mn =
Sebagai langkah awal anggap (d-1/2a) = 0,9d
) 75 ).( 9 . 0 ).( 320 .( 48206340 As = , Maka, As = 2231,75 mm
2

875 , 1
3000 35 85 , 0
320 775 , 2231
. ' 85 , 0
.
= = =
x x
x
b c f
fy As
a
) 875 , 21 / 1 75 ).( 320 .( 48206340 = As
As = 2260,032 mm
2
Digunakan D18 100 (As = 2544,39)
Tulangan lapangan (Tulangan Positif)
Mu =1587,6 kgm = 155743562 Nmm
Nmm
Mu
Mn 19467945
8 , 0
15574356
8 , 0
= = =
Menentukan luas tulangan tumpuan (As)
) 032 , 2260 .(
48206340
19467945
) .( =

+
= As
Mn
Mn
As
IV.44

As = 912,705 mm
2
Digunakan D18 250 (As = 1017,878 mm
2
)
4.7.2.3 Rekapitulasi Perhitungan Pelat Dermaga
Hasil perhitungan pelat pada dermaga di perlihatkan pada tabel 4.11 dan
4.12 agar memudahkan dalam mengetahui dimensi tulangan yang digunakan
dalam perencanaan.
Tabel 4. 9. Rekapitulasi Tulangan Plat Dermaga
Momen Tulangan Arah x Tulangan Arah y
MLx D 18 - 250
MLy D 18 - 250
Mtx D 18 - 100
Mty D 18 - 100
(Sumber : Hasil Perhitungan)








IV.45

4.7.3. Perencanaan Poer
4.7.3.1 Perencanaan Poer Dermaga
a. Poer Dermaga

Perhitungan Beban Mati
- Berat sendiri poer


= ( 1,00 x 1,00 x 1,00 ) x 2,40 = 2,40 ton
- Berat balok dari 4 arah

= ( 0,50 x 0,70 x 3,00 ) x 2,40 = 2,52 ton

( 0,50 x 0,70 x 2,50 ) x 2,40 = 2,10 ton



= 4,62 ton



IV.46

- Berat plat lantai

= ( 3,00 x 3,00 x 0,25 ) x 2,40 = 5,40 ton

( 0,50 x 3,00 x 0,25 ) x 2,40 = 0,90 ton

( 0,50 x 2,50 x 0,25 ) x 2,40 = 0,75 ton

= 3,75 ton
Beban Mati Total
= 2,40 + 4,62 + 3,75 = 10,77 ton
Perhitungan Beban Hidup
Beban Hidup Total = ( 3,00 x 3,00 x 4,84 ) = 43,58 ton
Sehingga, total beban poer tipe 1
Berat total

P = 10,77 + 43,58

= 54,35 ton
Q =
P
=
54,35
= 54,35 t/m
2

A
Poer
1,00 x 1,00
Ditinjau per meter q = 54,35 t/m
M =
1
x q x l
2

12
M =
1
x 54,35 x 0,5
2
= 1,132 tm
12

M
ult.

=
1,5 M
Mult.
=
1,5 x 1,132 tm

=
1,699 tm

= 16,985 kgcm
Penulangan poer
q (1-q) =
Mult.
bh
2
. 2 . Ko . 'bk
q (1-q) =
16,98547972
100 x 100
2

x 2 x 0,5 x 356,901
IV.47

q (1-q) = 0,00000004759
0 = q
2
- q
+
0,00000004759
diperoleh :
q
1
= 0,99999995241 1 > q
min

q
2
= 0,00000004759

< q
min

digunakan q
min
= 0,0417

Menghitung luas
A =
q . bh . 2 . Ko .
'bk
baja

=
0,0417 x 100 x 100 x 2 x 0,5 x 356,9006
3263,0912

=
45,609375 cm
2


=
4560,9375 mm
2

Digunakan 10 tulangan D25 (As = 4908,7385 mm
2
)
Kontrol Tulangan geser
Menghitung gaya lintang maksimal
Vu = 1,15 x Wu x Ln
dimana,
Wu = 1,2 qD + 1,6 qL

= 1,2 ( 2,40 + 4,62 + 3,75 ) + 1,6 ( 43,58 )

= 82,657656 ton
Vu = 1,15 x 82,657656 x 2

= 190,11261 ton
IV.48

Vu sebenarnya = 190,11261 - ( 0,59 x 1,699 )

= 189,11047 ton

Vu =
Vu sebenarnya
b x d

=
189,1104659
= 189,11047 ton/m
2

1,0 x 1,0

Karena,
u > v
1,328 Mpa > 0,5 Mpa
Tulangan tekan
A' = 20% x A

= 20% x 45,609375

= 9,121875 cm
2


= 912,1875 mm
2

Digunakan 2 tulangan D25 (As = 981,25 mm)
Digunakan Tulangan Praktis 10 - 150









IV.49

4.7.3.2. Rekapitulasi Penulangan Poer Dermaga
Tabel 4.10 Tabel Rekapitulasi Penulangan Poer
Balok
dimensi
arah
Penulangan
b h Momen Tulangan Tulangan
geser
cm cm ton,m
Tarik
(cm
2
)
Tekan
(cm
2
)
Pile Cap
Tunggal
100 100
x 1,699
10 D25 2 D25 12- 150
49,087 9,817 12- 150
y 1,699
10 D25 2 D25 12- 150
49,087 9,817 12- 150
(Sumber: hasil perhitungan)

4.8. Daya Dukung Tanah
Salah satu jenis pondasi dalam yang digunakan adalah pondasi
tiang pancang. Sistem tiang diasumsikan sebagai pile group untuk
mentransfer beban-beban horizontal dan vertikal pada dermaga ke lapisan
tanah keras yang lebih dalam agar dapat dicapai daya dukung tanah yang
lebih baik. Untuk menahan gaya lateral akibat beban berthing dan mooring
kapal juga gaya gempa diasumsikan ditahan oleh tiang miring dan tiang
tegak untuk menahannya.
4.8.1. Daya Dukung Aksial Tiang Pancang dermaga
Daya dukung pondasi tiang pancang terdiri atas daya dukung ujung
( end bearing) dan daya dukung friksi. Dalam laporan tugas akhir ini daya
dukung dihitung berdasarkan data N-SPT dengan menggunakan rumus
Meyerhof (1976) sebagai berikut :
1. Menentukan harga N-SPT rata-rata (N)
Harga N pada ujung tiang N
1
= 63
Harga rata-rata pada jarak 4D dari ujung tiang.

IV.50

57
4
63 58 55 52
2
=
+ + +
= N
Sehingga, 60
2
57 63
=
+
= N
2. Menghitung daya dukung ujung pada tiang. Karena tiang dari baja
yang mempunyai ujung terbuka. Nilai Qd diambil dari grafik
hubungan antara l/D dan qd/N, dengan diameter tiang pancang yang
direncanakan 0,5 meter.
2
2 2
203 , 0
4
508 , 0 14 , 3
4
m
x D
A = = =
t

2
/ 480 60 8 8 m ton x N qd = = =
Sehingga daya dukung ujung tiang.
ton x A qd 29 , 97 203 , 0 480 . = =
3. Menghitung gaya geser maksimum dinding. Harga rata-rata N bagi
lapisan-lapisan di dapat dari gambar bor log dan fi di tentukan
berdasarkan jenis tiang yang dipakai dan klasifikasi tanahnya. Untuk
tanah kohesif nilai fi sama dengan nilai ca atau N (12) dan tanah
berpasir direduksi sebesar 5. N/5 (10). Selanjutnya gaya geser
maksimum dinding tiang dapat diperkirakan.

= = ton x x fi li U 83 , 642 403 508 , 0 14 , 3 .








IV.51

Tabel 4.11 Gaya geser pada keliling permukaan tiang. digolongkan menurut lapisan tanah
Kedalaman
Ketebalan
lapisan li (m)
tanah
Harga rata-
rata N
fi
(t/m
2
)
li.fi
(t/m)
10 - 14 4 Pasir 26 5,2 20,8
14 - 22 8
Lempung
berpasir
28 28 224
22 - 23 1
Lempung
karang
41 41 41
23 - 25 2
Lempung
batu
59 59 118
15 - - - 403
(Sumber: hasil perhitungan)
4. Daya dukung ultimate

+ = lifi U A qd Ru .
83 , 642 26 , 97 + =
ton 09 , 740 =

5. Daya dukung yang diijinkan
Untuk waktu normal.
ton
n
Ru
Ra 70 , 246
3
09 , 740
= = =
6. Pengecekan kapasitas tiang pancang pada dermaga
Berdasarkan hasil analisis struktur menggunakan SAP2000 didapat
nilai reaksi perletakan pada arah vertikal maksimum di struktur
dermaga sebesar 105,10 ton. Sedangkan berat tiang pancang sepanjang
28,78 meter (didapat dari panjang total) adalah sebagai berikut :
Panjang tiang pancang pada dermaga:
IV.52

- Diatas LWS
(elevasi deck-elavasi poer-elevasi balok) = 2,300 meter
- Kedalaman dari LWS s/d seabed = 4,878 meter
- Kedalaman dari seabed = 21,600 meter
Panjang Tiang pancang = 28,778 meter
Volume tiang pancang:

3
2 2
529 , 0
4
3 , 28 ) 484 , 0 508 , 0 (
m
x
V =

=
t

Berat tiang pancang
ton x xV W
baja
15 , 4 529 , 0 85 , 7 = = =
Total beban pada tiang pancang. ton p
tot
25 , 109 15 , 4 10 , 105 = + =
Pengecekan kapasitas tiang pancang dermaga
Kareana ton Ru ton p
tot
70 , 246 25 , 109 = < = berarti daya dukung
tanah sangat besar dan mampu memikul total beban yang di
distribusikan ke tiang pancang.

Anda mungkin juga menyukai