Anda di halaman 1dari 4

Epidemiologi dan Gambaran Klinis Kanker Tiroid

Emir Taris Pasaribu Divisi Onkologi Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RS H. Adam Malik, Medan

Abstrak: Kanker tiroid penyakit keganasan tersering ditemukan pada sistim endokrin, 1% dari seluruh keganasan, di Indonesia menempati urutan 9 dari 10 keganasan yang sering ditemukan. Berasal dari sel-sel parenkim dan stroma kelenjar tiroid, sehingga secara histopatologi dapat diklasifikasi, tipe papiler 75%, tipe folikuler 10%, Hurtle sel 2-4% tipe anaplatik 1-2% tipe medular 5-9%, limfoma 1- 3% dan sarkoma <1%. Pada daerah endemik insidensi kanker tiroid folikuler dan anaplastik lebih sering, terutama pada usia lanjut. Sedangkan daerah yang kaya akan jodium (Iceland) tipe papiler lebih menonjol. Golongan umur terutama pada usia 7-20thn dan 40-65thn, dimana wanita lebih sering dari pada pria ; 3:1. Gambaran klinis yang sering ditemukan berupa nodul tunggal (70-75%), sesak nafas, perubahan suara, sulit menelan, dan pembesaran kelenjar getah bening leher.Insidensi kanker tiroid sangat dipengahuri oleh banyak faktor antara lain : demografi, lingkungan, usia, riwayat keluarga dan pernah terpapar radiasi. Tidak ada gambaran klinis yang khas untuk menyatakan suatu nodul tiroid ganas sehingga perlu multi modalitas pemeriksaan untuk tidak terjadi keterlambatan terapi atau terapi yang berlebihan. Kata kunci: kanker tiroid, epidemiologi , gambaran klinis Abstract: Thyroid cancer is a common malignant disease found in endocrine system, 1% from all malignancy, in Indonesia found around 9 from 10 malignancy. Its from parenchyma cells and stroma of thyroid gland, classified from histopatology, papillary type 75%, follicular type 10%, Hurtle cell 24%, anaplastic type 1-2%, medullary type 5-9%, lymphoma 1-3% and sarcoma <1%. In endemic area, the incidens for folicular and anaplastic thyroid cancers are oftenly common, especially in old adult. While in the area with rich of Iodine (Iceland) papillary types are more common. Age group especially 7-20 years and 40-65 years , women more common than men ; 3:1. Clinical features are single nodule (70-75%), dyspdoea, choking, dysphagia, change in voice (hoarseness) and palpable neck lymph node. Thyroid cancer incidence influenced by many factors such as, demography, environment, age, family history and radiation. There is no specific clinical feature to diagnose thyroid nodule malignancy and need multimodality test in order not to delay treatment or over treatment. Keywords: thyroid cancer, epidemiology, clinical feature

PENDAHULUAN Kanker tiroid merupakan penyakit keganasan yang tidak jarang ditemukan. Sebagian besar pertumbuhan dan perjalanan penyakit lambat, sehingga morbiditas dan mortalitasnya rendah namun ada yang pertumbuhannya sangat cepat dengan prognosa yang fatal. Kanker tiroid primer merupakan keganasan yang berasal dari sel sel parenkim dan stroma, sehingga secara histopatologi dapat diklasifikasi sebagai, tipe papilar 75%, tipe folikular 10%, Hurtle sel 2-4%, tipe anaplastik 1-2%, medular 5-9%, limfoma 1-3% dan sarcoma < 1%.1-3
270

EPIDEMIOLOGI Kanker tiroid didapat 1% dari seluruh penyakit keganasan dan menempati urutan petama keganasan kelenjar endokrin.1,4 Insidens kanker tiroid sampai saat ini di Indonesia belum didapati, hanya saja pada registerasi patologi menempati urutan ke 9 (4%) dari 10 keganasan tersering.5 Di Amerika didapati 14000 penderita baru dan Republik Federal German 3000 penderita setiap tahunnya.1,6

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006

Emir Taris Pasaribu


Tabel 1. Pola kanker pada kelenjar endokrin1
Tipe Thyroid Endocrine pancreas Adrenal Thymus Pineal gland Pituitary gland Parathyroid Carotid body or paraganglia

Epidemiologi dan Gambaran Klinis Kanker Tiroid

Jumlah penderita 13.900 800 550 425 128 77 65 33

Persentase 87 5 3.4 2.6 0.8 0.5 0.4 0.2

Tabel 2. Pola penyakit kanker5


No ICD Lokasi Jumlah Kasus 1 180 Leher rahim 3.110 2 174 Payudara wanita 1.925 3 196 Limfoid sekunder 1.523 4 173 Kulit 1.394 5 147 Nasofaring 950 6 183 Ovarium 803 7 154 Rectum 735 8 171 Jaringan ikat 708 9 193 Tiroid 539 10 153 Kolon 476 Sumber data: bulletin badan registrasi kanker Indonesia BRK IAPI, No 4, 1989 Frek. Relative 25.57 % 15.83 % 12.52 % 11.46 % 7.80 % 6.60 % 6.04 % 5.82 % 4.43 % 3.91 %

Geografi dan lingkungan, pada daerah endemik goiter dijumpai peningkatan insidens kanker tiroid tipe folikuler dan anaplastik terutama pada usia lanjut sedangkan pada daerah yang kaya akan yodium (Iceland) ternyata tipe papiler yang meningkat. Di Chernobyl tempat terjadinya kebocoran reaktor nuklir ditemukan peningkatan penderita kanker tiroid.1,3,7 Dapat ditemukan pada semua golongan usia, dijumpai peningkatan pada golongan usia 7-20 tahun dan pada usia 40-65 tahun dengan perbandingan laki laki dan wanita 1:3. Bila dijumpai nodul tunggal pada seorang anak berusia < 14 tahun kemungkinan untuk keganasan 50%. Distribusi umur juga terkait dengan distribusi tipe hitopatologi.6-8 Holzer S et al., mengemukakan sebagian besar penderita kanker tiroid tipe papiler saat diagnosa ditegakkan pada usia 50 tahun sedangkan tipe folikular pada usia 55 tahun. Hundahl SA et al., mendapatkan tipe papiler pada usia 44 tahun, tipe folikular pada usia 47 tahun, Hurtle sel pada usia 61 tahun dan tipe medular dijumpai pada usia 30-39 tahun.6,8 Pemaparan radiasi pada daerah kepala dan leher semasa anak untuk pengobatan lesi jinak ternyata 6-35 tahun kemudian dapat mengkibatkan terjadinya kanker tiroid, hal ini pertama kali dilaporkan deGroot dan Paloyan di Chicago 1973. Pemaparan radiasi yang diberikan setelah berusia > 21 tahun tidak banyak perpengaruh. Pemberian Yodium 131 sebagai pengobatan dan diagnostic ternyata

tidak pernah dilaporkan dapat meningkatkan terjadinya kanker tiroid. Kanker tiroid tipe medulare sangat berhubungan erat dengan MEN 2A, 2B dan non MEN.1,2,7 GAMBARAN KLINIS Klinis kanker tiroid sangat dipengaruhi oleh tanda tanda dan gejala local, regional dan adanya Metastasis jauh. Hal ini dapat diketahui bila dilakukan anamnesa yang cermat, pemeriksaan fisik yang teliti dan tersedianya sarana penunjang yang canggih. Tidak ada gejala yang khas untuk kanker tiroid, penderita pada umumnya datang dengan keluhan benjolan yang tidak nyeri pada leher atau ditempat lain tergantung apakah yang didapat pertama kali tumor primer atau Metastasis ANAMNESA Sebagian besar penderita datang dengan keluhan adanya benjolan pada leher bagian tengah yang dapat disebabkan bukan karena proses keganasan saja. Benjolan yang disebabkan keganasan perlu diketahui faktor resiko apa yang menyertainya misalnya; apakah ada riwayat radiasi, riwayat keluarga, geografi dan lingkungan pemukiman. Pertumbuhan yang cepat dengan akibat yang terjadi terhadap organ atau jaringan sekitarnya dapat sebagai pertanda. Pada tipe anaplastik, biasanya pertumbuhannya sangat cepat dan diikuti dengan adanya rasa sakit terutama pada penderita usia lanjut. Tidak jarang penderita
271

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006

Tinjauan Pustaka

datang dengan keluhan adanya perubahan suara, , sulit menelan dan sesak nafas sebagai pertanda telah terjadi invasi kejaringan atau organ disekitarnya (n.rekuren laringeus, esofagus dan trakhea). Holzer S. et al, mendapatkan gejala utama pada penderita kanker tiroid tipe papiler dan folikular, benjolan dileher 76% & 79%, sulit menelan 25% & 27%, stridor 9% &14% dan sakit daerah leher 7% & 9%.6 Hundahl SA et al, gejala lokal yang ditemukan pada penderita kanker tiroid, benjolan pada bagian tengah leher 75,5%, sulit menelan 11,7% pada tipe anaplastik 40%, perubahan suara 8,2% pada tipe anaplastik 40%, stridor 4,2% pada tipe anaplastik 24%. Gejala regional didapati pembesaran kelenjar getah bening 26,8% pada tipe medular 37,5%, tipe anaplastik 54,2%. Sakit daerah leher 6,3% pada tipe anaplastik 26 %. Gejala sistemik relative kecil berupa penurunan berat badan 4,2%. 8 PEMERIKSAAN FISIK Secara klinis sulit membedakan nodul tiroid yang jinak dengan nodul tiroid yang ganas. Nodul tiroid ganas dapat saja muncul dalam beberapa bulan terahir tapi ada juga yang telah berpuluh tahun lamanya. Nodul tiroid dicurigai ganas bila, konsistensi keras, permukaan tidak rata, batas tak tegas, sulit digerakkan dari jaringan sekitarnya, adanya perubahan warna kulit /

ulkus, didapati pembesaran kelenjar getah bening, adanya benjolan pada tulang pipih atau ditemukan adanya Metastasis di paru. Kecenderungan keganasan pada nodul tunggal lebih besar dari multi nodusa, pada nodul tunggal 5-10% dan meningkat bila dijumpai pada laki laki usia lanjut sedangkan pada penderita dengan riwayat pernah mendapat radiasi pada masa kanak kanak, 33-37%. Nodul tiroid kistik jarang malignan tapi bila diameternya > 4 cm kemungkinan akan malignan besar. Pada satu penelitian di Sub Bagian Bedah Onkologi HNB / RSCM, bila nodul tiroid konsistensi keras , batas tidak tegas, terletak di isthmus, permukaan berbenjol dan disertai pembesaran kelenjar getah bening leher mempunyai ketepatan 82,6%.5 Pembesaran kelenjar getah bening regional pada kanker tiroid sebagian besar akan ditemukan pada daerah pre trahea dan sepanjang m sternokledomastoid. Metastasis jauh pada kanker tiroid akan menimbulkan gejala klinis sesuai dengan organ yang dikenai, Metastasis jauh sering pada paru, tulang, otak dan organ lainnya. Pada kanker tiroid tipe papiler, 5% penderita telah terjadi Metastasis jauh pada saat diagnosa ditegakkan sedangkan pada kanker tiroid tipe folikular dua kali lebih sering.

Tabel 3. Incidence karsinoma tiroid pada tiroid nodule di Indonesia (dari berbagai senter)5
Jakarta (Ramli, M) Surabaya (Martatko) Bandung (Lukito) Semarang (Tjahjono) Denpasar (Manuaba T) Palembang (Burmansjah S) Ujung Pandang (Sampapajung D) 18.4% 11.4% 12.84% 8.4% 5.39% 30% 17% (1990) (1990) (1990) (1990) (1990) (1990) (1990)

LABORATORIUM 1,2,10 Fungsi kelenjar tiroid dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan kadar TSH, T4 dan T3. Pada kanker tiroid pada umumnya tidak terjadi gangguan fungsi tiroid sehingga pada pemeriksaan kadar TSH, T4 dan T3 dalam batas
272

normal, hanya saja pada keadaan hipo / hiperfungsi kelenjar tiroid tidak selamanya menghilangkan kecurigaan akan terjadinya kanker tiroid. Kadar tiroglobulin cukup sensitif untuk pertanda suatu kanker tiroid tapi tidak spesifik,

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006

Emir Taris Pasaribu

Epidemiologi dan Gambaran Klinis Kanker Tiroid

karena kadar tiroglobulin dapat juga meningkat pada kelainan tiroid lainnya. Biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil dari suatu terapi atau mengamati terjadinya kekambuhan pada penderita kanker tiroid. Kalsitonin dapat sebagai petanda kanker tiroid tipe medulare, dimana pemeriksaan laboratorium dilakukan bila pada anamnesa ditemukan adanya riwayat keluarga, MEN 2A, MEN 2B dan tidak sebagai pemeriksaan rutin. PENCITRAAN 1,2,10 Untuk nodul tiroid pencitraan dapat dilakukan dengan menggunakan Scann tiroid dan USG, bukan untuk menentukan nodul tiroid jinak atau ganas. Fungsi dan anatomi kelenjar tiroid dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan Scann tiroid, pada satu rangkaian penelitian didapati kemungkiana terjadinya keganasan pada nodul tiroid dengan lesi dingin (cold nodule} 10-15%, lesi panas (hot nodule) 5% dan lesi normal (warm nodule) 10%. Pemeriksaan USG dapat mengetahui besarnya nodul dan jumlah nodul, tidak membedakan suatu lesi jinak atau ganas. Sebagian besar lesi dingin pada Scann tiroid terjata pada pemeriksaan USG menggambarkan lesi yang padat (solid). Kemungkinan akan keganasan pada lesi padat 20% sedangkan pada lesi kistik 7%. KESIMPULAN Insidens kanker tiroid sangat dipengaruhi oleh banyak factor antara lain, demografi, lingkungan, usia, riwayat keluarga dan pernah terpapar radiasi. Tidak ada gambaran klinis yang khas untuk menyatakan suatu nodul tiroid ganas, sehingga perlu multi modaliti pemeriksaan untuk tidak terjadi keterlambatan terapi atau terapi yang berlebihan. DAFTAR PUSTAKA 1. Fraker DL, Skarulis M, Livalsi V. Thyroid tumors. In: Cancer Principles and Practice Oncology, 5th ed. Philadelphia LippicottRoven; 1997.p. 1629 48. 2. Cady B, Rossi S. Surgery of the thyroid and parathyroid gland. 3rd ed. London: WB Saunders Company: 1991. Mazzaferri EL. Thyroid carcinoma, papillary and follicular.Endocrine tumors, New York: Blackwell scientific publications ;1993.p.278 323. Coldwell CB, Sherman CD. Carcinoma thyroid. Manual of clinical oncology.

UICC, 6th ed. Hamburg Springer Verlag; 1994. 5. Ramli M . Kanker tiroid, penatalaksanaan diagnosis dan terapi. Deteksi dini kanker. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2000. Holzer S, Reiners C, Mann K, et al. Patterns of care for patients with primary differentiated carcinoma of the thyroid gland treated in Germany during 1996. Cancer 2000 ; 89: 1; 120 6. Wheeles MH . The thyroid gland. Breast and Endocrine Surgery. London: WB Saunders; 1997.p. 35 75. Hundahl S, Cady B, Cunningham MP. Initial result from a prospective study of 5583 cases of thyroid carcinoma treated in the United State during 1996. Cancer 2000; 89: 1; 134 9. Kruseman CAN, Van De Velde CJH. Tumor kelenjar endokrin. Onkologi 5th ed. Panitia Kanker RSUP Dr Sarjito, Jogyakarta ; 1999. p. 589 616.

6.

7.

8.

9.

10. Subekti S. Pendekatan pasien dengan nodul tiroid (deteksi dini karsinoma tiroid). Dalam: Deteksi Dini Kanker. Jakrta: Balai Penerbit FK UI; 2000. 11. Cady B; Comparative analysis of thyroid carcinoma in Germany and The U.S. Cancer 2000 ;89:1; 98 101.

3.

4.

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006

273

Anda mungkin juga menyukai