Anda di halaman 1dari 53

Lampiran 2.

1 PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA


1. INTAKE dan BANGUNAN PEMBILAS INTAKE 1.1 Hitungan Dimensi Intake Intake Kanan Kebutuhan pengambilan rencana untuk bangunan pengambilan kanan (QSX) adalah 3 m3/dt. Dengan adanya kantong lumpur debit rencana pengambilan ditambah 20%, sehingga debit rencana pengambilan menjadi: Qrencana = Qn.ka = 1,2 x 3 = 3,6 m3/dt. Kecepatan pengambilan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: v = m 2. g . z 1.00 = 1,0

2.9,80.z

z = 0.051 m syarat z = 0,15 m 0,30 m, maka dipakai : z 0.15 m Dengan kecepatan pengambilan rencana 1.00 m/dt, kehilangan tinggi energi yang diperlukan menjadi 0.15 m Elevasi dasar bangunan pengambilan (d) sebaiknya 0,2 m diatas muka kantong dalam keadaan penuh, guna mencegah pengendapan partikel sedimen di dasar pengambilan itu sendiri. Dengan menggunakan ukuran pintu yang ada dipasaran (Lihat Tabel 1.1.1), maka dimensi pintu dan bukaannya dapat diketahui sebagai berikut: Tabel 1.1.1 Dimensi Pintu Air Ukuran daun pintu Tinggi Lebar Tebal (hp) (Bp) (tp) PINTU TARIK : 200 mm 200 mm 6 mm 300 mm 300 mm 6 mm 400 mm 300 mm 6 mm PINTU ULIR : 400 mm 400 mm 6 mm 500 mm 500 mm 6 mm 600 mm 600 mm 8 mm 700 mm 700 mm 8 mm 800 mm 800 mm 8 mm PINTU ULIR : 800 mm 1.000 mm 60 mm (1 Stangdrat) 900 mm 1.100 mm 60 mm 1.100 mm 1.200 mm 60 mm 1.000 mm 1.500 mm 60 mm PINTU ULIR : 1.100 mm 1.750 mm 80 mm (2 Stangdrat) 1.200 mm 1.800 mm 80 mm 1.400 mm 2.000 mm 80 mm 1.500 mm 2.500 mm 80 mm Sumber : SHBJ 2007 DI Yogyakarta Jenis Pintu Tinggi gawang 1.100 mm 1.100 mm 1.100 mm 1.600 mm 1.600 mm 1.600 mm 1.600 mm 1.600 mm 2.500 mm 2.500 mm 2.750 mm 2.750 mm 3.000 mm 3.000 mm 4.000 mm 4.000 mm Bahan Besi Besi Besi Besi Besi Besi Besi Besi Kayu jati Kayu jati Kayu jati Kayu jati Kayu jati Kayu jati Kayu jati Kayu jati

Misalkan, menggunakan pintu dengan;

= np.(Bp 2.BTakikan) = 2.(1,80 2 x 0.10) = 3,2 m Dengan menggunakan persamaan Q = .b.a.(2.g.z)0.5, maka Tinggi bukakan (a) = Qn.ka /( .b.(2.g.z)0.5) = 0,80 = 3,6 /(0,80.3,2.(2.9,81.0.15) 0.5) = 0.820 m < 1.20 ok! Apabila tidak ok! atau selisih antara a h p besar, maka dicoba dengan dimensi pintu yang berbeda atau jumlah pintu yang berbeda. Sehingga digunakan 2 pintu dengan lebar 1,8 m, dan tinggi 1.2 m. Karena sungai (diasumsikan) mengangkut material pasir dan kerikil, maka tinggi ambang pengambilan (p) dipakai 1,00 m. Berikut (Gambar 1.1a) diperlihatkan tiga tipe pintu pengambilan.

Jenis pintu Bahan Lebar pintu (Bp) Tinggi Pintu (hp) Jumlah Pintu (np) Lebar Takikak (BTakikan) Lebar Pilar (Bpl) Maka dapat diketahui, Lebar efektif (b)

= Pintu Ulir 2 Stangdrat = Kayu Jati = 1,80 m = 1,20 m =2 = 0.10 m = 0,80 m

a= e le va si da sa rsung a i ra ta -ra ta

p 0,50-1,50m
d 0,15-0,25m z 0,15-0,30m n 0 ,05m t 0,10m
1.40

1.20

n= 0.05 n= 0.05 a=0.82 h=0.82 1.03 d=0.16 1.44 h=1.20 a=1.20

z=0.15

z=0.15

Q
+ 87.5

h2=1.35 h1=1.85

h2=0.97 h1=1.47 p=0.50


+ 88

+ 87.84

+ 87.84 d=0.24 B

p=0.50

+ 87.5

KANAN

KIRI

Gambar 1.1a Potongan Memanjang Pintu Pengambilan Intake Kiri Kebutuhan pengambilan rencana untuk bangunan pengambilan kanan (QSY1) adalah 7,76 m3/dt. Dengan adanya kantong lumpur debit rencana pengambilan ditambah 20%, sehingga debit rencana pengambilan menjadi: Qrencana = Qn.ki = 1,2 x 2.645 = 9,312 m3/dt. Kecepatan pengambilan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: v = m 2. g . z 1.00 = 1,0

2.9,80.z

z = 0.051 m syarat z = 0,15 m 0,30 m, maka dipakai : z 0.15 m Dengan kecepatan pengambilan rencana 1.00 m/dt, kehilangan tinggi energi yang diperlukan menjadi 0.15 m

Elevasi dasar bangunan pengambilan (d) sebaiknya 0,2 m diatas muka kantong dalam keadaan penuh, guna mencegah pengendapan partikel sedimen di dasar pengambilan itu sendiri. Dengan menggunakan ukuran pintu yang ada dipasaran (Lihat Tabel 1.1.2), maka dimensi pintu dan bukaannya dapat diketahui sebagai berikut: Tabel 1.1.2 Dimensi Pintu Air Ukuran daun pintu Tinggi Lebar Tebal (hp) (Bp) (tp) PINTU TARIK : 200 mm 200 mm 6 mm 300 mm 300 mm 6 mm 400 mm 300 mm 6 mm PINTU ULIR : 400 mm 400 mm 6 mm 500 mm 500 mm 6 mm 600 mm 600 mm 8 mm 700 mm 700 mm 8 mm 800 mm 800 mm 8 mm PINTU ULIR : 800 mm 1.000 mm 60 mm (1 Stangdrat) 900 mm 1.100 mm 60 mm 1.100 mm 1.200 mm 60 mm 1.000 mm 1.500 mm 60 mm PINTU ULIR : 1.100 mm 1.750 mm 80 mm (2 Stangdrat) 1.200 mm 1.800 mm 80 mm 1.400 mm 2.000 mm 80 mm 1.500 mm 2.500 mm 80 mm Sumber : SHBJ 2007 DI Yogyakarta Jenis Pintu Tinggi gawang 1.100 mm 1.100 mm 1.100 mm 1.600 mm 1.600 mm 1.600 mm 1.600 mm 1.600 mm 2.500 mm 2.500 mm 2.750 mm 2.750 mm 3.000 mm 3.000 mm 4.000 mm 4.000 mm Bahan Besi Besi Besi Besi Besi Besi Besi Besi Kayu jati Kayu jati Kayu jati Kayu jati Kayu jati Kayu jati Kayu jati Kayu jati

Misalkan, menggunakan pintu dengan; Jenis pintu = Pintu Ulir 2 Stangdrat Bahan = Kayu Jati Lebar pintu (Bp) = 2,00 m Tinggi Pintu (hp) = 1,40 m Jumlah Pintu (np) =3 Lebar Takikak (BTakikan) = 0.10 m Lebar Pilar (Bpl) = 0.8 m Maka dapat diketahui, Lebar efektif (b) = np.(Bp 2.BTakikan) = 3.(2,00 2 x 0.10) = 5,4 m Dengan menggunakan persamaan Q = .b.a.(2.g.z)0.5, maka Tinggi bukakan (a) = Qn.ka /( .b.(2.g.z)0.5) = 0,80 = 9,312 /(0,80.5,4.(2.9,81.0,15) 0.5) = 1,257 m < 1.40 ok! Apabila tidak ok! atau selisih antara a h p besar, maka dicoba dengan dimensi pintu yang berbeda atau jumlah pintu yang berbeda. Sehingga digunakan 3 pintu dengan lebar 2,00 m, dan tinggi 1,4 m. Karena sungai (diasumsikan) mengangkut material pasir dan kerikil, maka tinggi ambang pengambilan (p) dipakai 1,00 m.

Berikut (Gambar 1.1b) diperlihatkan dua tipe pintu pengambilan.

a= e le va s i da sa rsun g a i ra ta -ra ta

p 0,50-1,50m
d 0 ,1 5-0 ,2 5m z 0 ,1 5-0 ,3 0m n 0,0 5m t 0,1 0m
1.20 1.40

n= 0.05 n= 0.05 a=0.82 h=0.82 1.03 d=0.16 1.44 h=1.20 a=1.20

z=0.15

z=0.15

Q
+ 87.5

h2=1.35 h1=1.85

h2=0.97 h1=1.47
+ 88

+ 87.84

p=0.50

+ 87.84 d=0.24 B

p=0.50

+ 87.5

KANAN

KIRI

Gambar 1.1b Potongan Memanjang Pintu Pengambilan 1.2 Hitungan Dimensi Bangunan Pembilas Intake Berdasarkan KP-02 (1986), dari pengalaman yang diperoleh dari banyak bendung dan pembilas yang dibangun. Dinyatakan bahwa, lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari total pengambilan termasuk pilar-pilarnya. Pembilas kanan Sehingga lebar bersih bangunan pembilas ( B sc ) adalah 0.6 x (lebar total pengambilan + lebar total pilar). Bsc 0,6 . (b + npl.Bpl) Lp=Bsc = 3 m Dan untuk pemisah antara pembilas dengan bendung dipakai pilar dengan lebar 0,80 m. Pembilas kiri Sehingga lebar bersih bangunan pembilas ( B sc ) adalah 0.6 x (lebar total pengambilan + lebar total pilar). Bsc 0,6 . (b + npl.Bpl) Lp=Bsc = 5,64 m Dan untuk pemisah antara pembilas dengan bendung dipakai pilar dengan lebar 0.80 m. 2. BENDUNG 2.1 Hitungan Dimensi Mercu Bendung 1. 2. 3. 4. 5. Muka Air Rencana di Intake Kehilangan tinggi energi pada alat ukur (asumsi) Kehilangan tinggi energi pada pengambilan saluran primer Kehilangan tinggi energi pada pengambilan Keamanan Elevasi Mercu Bendung = 89,257 = 0,20 = 0,10 = 0,15 = 0,10 = 89,807 m m m (zpengambilan) m (zintake) m+ m

Bendung di rencanakan sebagai bendung pasangan batu dengan mercu bulat*. Muka hulu berkemiringan 1 : 0 (tegak) dan kemiringan hilir 1 : 1. Lebar Sungai = 33,30 m

Lebar antar abutment (B) = 1,2 x lebar sungai (lebar pembilas + lebar pilar) = 33,30 x 1,2 (npl.Bpl ka+ npil.Bpil ka+ npl.Bpl ki+ npil.Bpil ki) = 33,30 x 1,2 + (4,08+0,8) = 33,52 m Elevasi dasar sungai = 87,50 m Tinggi bendung dari dasar sungai (P) = elevasi dasar mercu bendung elevasi dasar sungai = 89,807 87,50 = 2,307 m Dari rumus debit bendung (KP-02,1986), muka air banjir rencana dapat ditentukan : Qb = Cd.2/3.

2 .g .be.H11,5 3

dimana: Qb = debit banjir (Q10 = 231,424 m3/dt) Cd = koefisisen debit C0.C1.C2. Harga-harga koefisien C0 , C1, C2 dapat ditentukan dari grafik. be = lebar efektif H1 = tinggi energi hulu Asumsi be = B dan nilai Cd = 1,30 Qb = Cd.2/3.

2 .g .be.H11,5 3
2 .9,80 . 33,52.H11,5 3

231,424 = 1,30.2/3.

H1 = 3,091 m Lebar efektif bendung: be = B 2.H1(n.Kp+Ka) Dimana : B = Lebar antar abutmen bendung n = jumlah pilar, (tidak ada pilar, n = 0) Kp = Koefisien kontraksi pilar (=0,01) Ka = Koefisien kontraksi pengkal bendung (=0,2) be = B 2.H1(n.Kp+Ka) = 33,52 2 x 3,091( 0 x 0.01 + 0.2) = 32,283 m Asumsi Awal, Jari-jari ( r ) mercu bendung = a.H1; a = 0,3 0,7 untuk bendung pasangan batu a = 0,1 0,7 untuk bendung beton digunakan asumsi jari-jari mercu bendung; r = 0,5 x 2,51 = 1,255 m dan diketahui tinggi bendung (P) = 2,307 m. Maka nilai-nilai C0, C1 dan C2 diketahui berturut-turut dengan menggunakan Grafik pada Gambar 2.a, Gamabr 2.b dan Gambar 2.c.

Gambar 2.a Koefisien Co untuk bendung mercu bulat sebagai fungsi dari nilai banding H1/r

Gambar 2.b Koefisien C1 sebagai nilai banding fungsi H1/hd

Gambar 2.c Koefisien C2 sebagai nilai banding fungsi p/H1 Dengan menggunakan asumsi, rumus dan grafik di atas, grafik rating curve mercu bendung dapat diketahui seperti yang terlihat pada Tabel 2.1 Berikut; Tabel 2.1 Perhitungan Debit Di Atas Bendung Mercu Ogee h=hd 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 H1 0,39 0,79 1,19 1,59 1,99 2,39 2,78 3,19 p 2,30 7 2,30 7 2,30 7 2,30 7 2,30 7 2,30 7 2,30 7 2,30 7 p/hd 4,61 2,31 1,54 1,15 0,92 0,77 0,66 0,58 C0 0,85 1,02 1,20 1,25 1,32 1,38 1,41 1,43 c1 1 0,99 0,97 0,96 0,95 0,93 0,92 0,91 c2 0,992 0,994 0,995 0,997 0.998 0,999 1,010 1,030 cd 0,843 1,003 1,158 1,196 1,251 1,282 1,310 1,340 Be 33,32 33,12 32,92 32,72 32,52 32,32 32,12 31,92 Q 16,935 56,677 119,418 188,77 274,275 367,095 469,79 583,533

Dari tabel hasil hitungan, dapat digambarkan Grafik Rating Curve seperti yang terlihat pada Gambar 2.1a.

Gambar 3.1a Rating Curve Bendung Dengan melihat pada Rating Curve yang telah di buat, dapat diketahui ketinggian air yang melintas di atas bendung pada tiap-tiap debit yang mengalir. H1 = 0,0743Q0,5873 Qb = 231,424 m3/s H1 = 1,81 m dengan jari-jari mercu (r) = 1,25 m Karena bendungnya terbuat dari pasangan batu kali, besar tekanan harus -1,00m < /g<1m dengan H1/r = 2,51/1,25=2 Dengan menggunakan grafik hubungan tekanan yang bekerja pada bendung seperti yang terlihat pada Gambar 2.1b berikut.

Gambar 3.1b Grafik Hubungan Tekanan yang Bekerja Pada Bendung Besar tekanan adalah /g=-0,1 x 3,09 = -0,309 > -1,0 . Ok!!

2.2 Hitungan Dimensi Kolam Olak

Karena banjir diperkirakan mengangkut pasir dan kerikil akan dipakai peredam energi tipe bak tenggelam. Untuk menetukan dimensi diperlukan data data sebagai berikut : Debit satuan ( Q ) = q = Q / be = 231,4238/32,28 = 7,2 m3/dt Kedalaman kritis ( hc ) =
q100 g

51,39 9.8

= = 1,75 m Tinggi energy hulu = elv. Mercu + H = + 89,807 + 3.09 = + 92,897m Muka air hilir sebelum terjadi degradasi a = elv. 0.25 = + 87,5 0,25 = + 87,25 m Tinggi energi hilir = a + 0.1 = + 87,25 + 0.1 = + 87,35m H = elv. Tinggi energi di hulu - elv. Tinggi energi di hilir = +92,897 87,35 = 5,572 m

Jari jari bak minimum yang diijikan (Rmin) dapat dibaca dari gambar 2.2a

Gambar 3.2a Jari jari minimum bak

Batas muka air hilir minimum yang diijikan (Tmin) dapat dibaca dari gambar 2.2b

Gambar 3.2b Batas muka air hilir

Jari jari minimum (Rmin) yang dijinkan


H 2,807 = hc 1,75

= 1,606

maka Rmin =1,55 hc

Rmin

= hc x 1,55

= 1,75 x 1,55 = 2,712 m

Batas muka air hilir minimum (Tmin) yang diijinkan :


H 2,807 = hc 1,75

= 1,606

maka Tmin = 2,22 hc

Tmin

= hc x 2,22 = 1,75 x 2,22 = 3,885 m


H1 = 1.82 Hc = 1.75
? H = 2.80

R1.25

4.13 P = 2.31
R1.25

1 1

90

T = 3.85 0.1R = 0.27 1.40 0.50 R2.71 0.80 3.00 0.50 2 - 3*H1 = 7.05 0.80 3.00 0.85 8.29

Gambar 4 Kolam Olak Bak Tenggelam 3. KANTONG LUMPUR dan PENGURAS KANTONG LUMPUR Kantong Lumpur Kanan Dari pengujian laboratorium didapatkan kandungan sedimen melayang (TSS) rata-rata : TSS = 0,035 gr/ltr = 0,035 Kg/m3

partikel = 0,06 mm (berdasarkan KP-02 hal 138, dimana 0,07mm) Direncanakan : Qs Qn = 0,50 0/00 Qn = 3 m3/dtk

Suhu = 20 oC Dari grafik hubungan antara diameter butiran dengan kecepatan endap (KP-02 hal 143) didapat : Misal : F.B = 1,00 w = 0,006 m/dtk 1. Dimensi kantong lumpur berdasarkan kecepatan pengendapan

Dimana :

L = panjang B = lebar kantong lumpur H = kedalaman air kantong lumpur w = kecepatan partikel endapan v = kecepatan aliran

(m) (m) (m) (m/dtk) (m/dtk)

a. Luas Rata-rata Permukaan Syarat : L/B > 8, maka L > 8.B L.B = Qn/w B2 B = Qn / (8.w) = (3/(8.0,006))0,5 = 7,906 m (agar aliran tidak meander di dalam kantong)

Diambil B = 8 m, maka : L =8x8 = 64 m diambil L = 64 m

Check : L/B 64/8 8

8 8 8 ok!!

b. Penentuan in (eksploitasi normal, kantong sedimen hampir penuh) Untuk mencegah tumbuhnya vegetasi : Vn = 0,50 m/dtk Kn = 40 An = Qn/Vn = 3/0,5 = 6 m2 c. Kedalaman air (hn) hn = An/B = 6/8 = 0,75 m d. Keliling basah (P) P = B + (2 x hn) = 8 + (2 x 0,75) = 9,5 m e. Jari-jari hidrolis (R) R = An/P = 6/9,5

= 0,63 m f. I dapat ditentukan sebagai berikut : In = Vn2/(R2/3.kn)2 = 0,52/(0,632/3.40)2 = 0,0000271 Jika dipakai L =64 m, maka : IL Is ds di = 0,017 m = 0,0077 =1m = 0,5 m

2. Dimensi kantong lumpur berdasarkan Kapasitas Tampungan a. Volume kantong lumpur T = 14.24.3600 = 1209600 detik (2 mingguan) V = 0,0005.Qn.T = 0,0005 x 3 x 1209600 = 1814,4 m3 diambil V = 1815 m3

b. Menentukan panjang kantong lumpur

Kedalaman tampungan di ujung kantong lumpur (ds) biasanya sekitar 1 m untuk debit 10m3/dtk, jadi untuk debit (Qn) = 3 m3/dtk maka : V = 0,5.(ds+di).L.B L L = 1815/(0,5.(1+0,5).8) = 302,4 m diambil L = 303 m

c. Check rencana muka air L awal H awal Dimana : wo vo = 0,006 m/dtk = 0,5 m/dtk = 303 m = 0,75 m

menurut kriteria Shinohara Tsubaki vo/w > 5/3 v* = (g.h.I)0,5 = (9,81.0,75.0,0077)0,5 = 0,0283 w < 0,01702 w = 0,1 menurut Vlugter : v < w/1,6.I w < 0,006169 dari dua persamaan yang memenuhi adalah : w = 0,006169

w/wo = 0,0062/0,006 = 1,03 w/vo = 0,0062/0,5 = 0,012 Didapat dari grafik nilai efisiensi 75 %

3. Penentuan is (pembilasan, penentuan kantong lumpur kosong) Debit pembilasan diambil 20% lebih besar dari Q normal : Qp = 1,2.Qn = 3,6 m3/dtk Kecepatan rerata untuk pembilasan diandaikan : vs ks As = 1,5 m/dtk = 40 = Q p/ v s = 3,6/1,5 = 2,4 m2

a. Kedalaman air (hs) B =8m hs = As/B = 2,4/8 = 0,30 m b. Keliling basah (P) P = B+(2.hs) = 8+(2 x 0,30) = 8,60 m c. Jari-jari hidrolis (R) R = As/P = 2,4/8,6 = 0,279 m d. Penentuan is

Is = vs2/(R2/3.ks)2 = 1,52/(0,2792/3.40)2 = 0,007711

Agar pembilasan dapat dilakukan dengan baik, kecepatan aliran tetap sub kritis Fr < 1,00 Dengan : v h = 1 m/dtk = hs

Fr = v/(g.h)0,5 = 1,5/(9,81.0,30)0,5 = 0,874 Rekap Dimensi Kantong Lumpur Terpakai : B = 8 m Hn L = = 0,75 m 303 m < 1 ok!!

IL In di ds Is

= = = = =

0,017 0,00027 0,5 1 0,007711

m m m

Kantong Lumpur kiri Dari pengujian laboratorium didapatkan kandungan sedimen melayang (TSS) rata-rata : TSS = 0,035 gr/ltr = 0,035 Kg/m3

partikel = 0,07 mm (berdasarkan KP-02 hal 138, dimana 0,07mm) Direncanakan : Qs Qn = 0,50 0/00 Qn = 7,76 m3/dtk

Suhu = 20 oC Dari grafik hubungan antara diameter butiran dengan kecepatan endap (KP-02 hal 143) didapat : Misal : F.B = 1,00 w = 0,006 m/dtk

1. Dimensi kantong lumpur berdasarkan kecepatan pengendapan

Dimana :

L = panjang B = lebar kantong lumpur H = kedalaman air kantong lumpur w = kecepatan partikel endapan v = kecepatan aliran

(m) (m) (m) (m/dtk) (m/dtk)

a. Luas Rata-rata Permukaan Syarat : L/B > 8, maka L > 8.B L.B = Qn/w B2 B = Qn / (8.w) = (7,76/(8.0,006))0,5 = 12,715 m (agar aliran tidak meander di dalam kantong)

Diambil B L

= 13 m, maka : = 8.13 = 104 m diambil L = 104 m

Check : L/B 104/13

8 8

8 ok!!

b. Penentuan in (eksploitasi normal, kantong sedimen hamper penuh) Untuk mencegah tumbuhnya vegetasi : Vn = 1 m/dtk Kn = 40 An = Qn/Vn = 7,76/1 = 7,76 m2 c. Kedalaman air (hn) hn = An/B = 7,76/13 = 0,596 m d. Keliling basah (P) P = B + (2.hn) = 13 + (2 x 0,596) = 14,19 m e. Jari-jari hidrolis (R) R = An/P = 7,76/14,19 = 0,546 m f. I dapat ditentukan sebagai berikut : In = Vn2/(R2/3.kn)2 = 12/(0,5462/3.40)2 = 0,00128 Jika dipakai L = 104 m, maka :

IL Is ds di

= 0,134 m = 0,0041 =1m = 0,6 m

2.

Dimensi kantong lumpur berdasarkan Kapasitas Tampungan a. Volume kantong lumpur T = 18.24.3600 = 1555200 detik V = 0,0005.Qn.T = 0,0005 x 7,76 x 1555200 = 6034,176 m3 diambil V = 6035 m3 (18 hari)

b. Menentukan panjang kantong lumpur Kedalaman tampungan di ujung kantong lumpur (ds) biasanya sekitar 1 m untuk debit 10m3/dtk, jadi untuk debit (Qn) = 7,76 m3/dtk maka : V = 0,5.(ds+di).L.B L L = 6034/(0,5.(1+0,6).13) = 580,21 m diambil L = 581 m

c. Check rencana muka air L awal H awal Dimana : wo vo = 0,006 m/dtk = 1 m/dtk = 581 m = 0,59 m

menurut kriteria Shinohara Tsubaki vo/w > 5/3 v* = (g.h.I)0,5 = (9,81 x 0,59 x 0,0041)0,5 = 0,01212 w < 0,0072 w = 0,1

menurut Vlugter : v < w/1,6.I w < 0,006626 dari dua persamaan yang memenuhi adalah : w = 0,006626 w/wo = 0,006626/0,006 = 1,104 w/vo = 0,0066/1 = 0,0066 Didapat dari grafik nilai efisiensi 73 %

3.

Penentuan is (pembilasan, penentuan kantong lumpur kosong) Debit pembilasan diambil 20% lebih besar dari Q normal :

Qp

= 1,2.Qn = 9,312 m3/dtk

Kecepatan rerata untuk pembilasan diandaikan : vs ks As = 1,5 m/dtk = 40 = Q p/ v s = 9,312/1,5 = 6,208 m2

a. Kedalaman air (hs) B = 13 m hs = As/B = 6,208/13 = 0,478 m b. Keliling basah (P) P = B+(2.hs) = 13 + (2 x 0,478) = 13,955 m c. Jari-jari hidrolis (R) R = As/Ps = 6,208/13,955 = 0,444 m d. Penentuan is Is = vs2/(R2/3.ks)2 = 1,52/(0,4442/3.40)2

= 0,00414

Agar pembilasan dapat dilakukan dengan baik, kecepatan aliran tetap sub kritis Fr < 1,00 Dengan : v = 1,5 m/dtk h = hs Fr = v/(g.h)0,5 = 1,5/(9,81 x 0,478)0,5 = 0,693 < 1 ok!!

Penguras Kantong Lumpur Kanan


Kebutuhan pengambilan rencana untuk bangunan pengambilan adalah 3 m 3/dt. Dengan adanya kantong lumpur debit rencana pengambilan ditambah 20%, sehingga debit rencana pengambilan menjadi : Qrencana = 1,2 x 3 = 3,6 m3/dt. Kecepatan pengambilan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : V 1,5 Z = m 2. g . z = 1 2.9,81.z = 0,051 m

Dengan kecepatan pengambilan rencana 1,5 m/dt, kehilangan tinggi energi yang diperlukan menjadi 0,15 m. Elevasi dasar bangunan pengambilan sebaiknya 0,20 m di atas muka kantong dalam keadaan penuh, guna mencegah pengendapan partikel sedimen di dasar pengambilan itu sendiri. Misalkan, menggunakan pintu dengan : Jenis pintu Bahan Lebar pintu (B) Tinggi Pintu (h) Maka dapat diketahui, Lebar efektif = (np x bp) (2 x np x Takikan) = Pintu Ulir 2 Stangdrat = Kayu Jati = 1,80 m = 1,20 m

= 2 x 1,80 2 x 2 x 0,10 = 3,2 m Dengan menggunakan persamaan Q = b a (2gZ)0.5, maka Tinggi bukakan (a) = Q/ b (2gZ)0.5 = 3,6/(1 x 2,00(2 x 9,81 x 0,15) 0.5) = 0,820 m < h ok! Sehingga digunakan 2 pintu dengan lebar 1,20 m, dan tinggi 1,10 m.

Penguras Kantong Lumpur Kiri


Kebutuhan pengambilan rencana untuk bangunan pengambilan adalah 7,76 m 3/dt. Dengan adanya kantong lumpur debit rencana pengambilan ditambah 20%, sehingga debit rencana pengambilan menjadi: Qrencana = 1,2 x 7,76 = 9,312 m3/dt. Kecepatan pengambilan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : V 1,5 Z = m 2. g . z = 1 2.9,81.z = 0,051 m 0,05 m

Dengan kecepatan pengambilan rencana 1,5 m/dt, kehilangan tinggi energi yang diperlukan menjadi 0,15 m. Elevasi dasar bangunan pengambilan sebaiknya 0,20 m di atas muka kantong dalam keadaan penuh, guna mencegah pengendapan partikel sedimen di dasar pengambilan itu sendiri. Misalkan, menggunakan pintu dengan : Jenis pintu Bahan Lebar pintu (B) Tinggi Pintu (h) Maka dapat diketahui, Lebar efektif = (np x bp) (2 x np x Takikan) = 3 x 2 2 x 3 x 0,1 = 5,4 m Dengan menggunakan persamaan Q = b a (2gZ)0.5, maka Tinggi bukakan (a) = Q/ b (2gZ)0.5 = 9,312/(0,80.5,4.(2 x 9,81 x 0,15) 0.5) = Pintu Ulir 2 Stangdrat = Kayu Jati = 2,00 m = 1,40 m

= 1,25 m < h ok! Sehingga digunakan 4 pintu dengan lebar 2,00 m, dan tinggi 1,40 m.

4. PENGAMBILAN KE SALURAN PRIMER 4.1 Perhitungan dimensi pintu pengambilan saluran primer kanan bendung Kebutuhan pengambilan rencana untuk bangunan pengambilan adalah 3 m 3/dt. Qrencana = 3 m3/dt. Kecepatan pengambilan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : V 1,5 Z = m 2. g . z = 1 2.9,81.z = 0,05 m

Dengan kecepatan pengambilan rencana 1,5 m/dt, kehilangan tinggi energi yang diperlukan menjadi 0,15 m. Elevasi dasar bangunan pengambilan sebaiknya 0,50 m di atas muka kantong dalam keadaan penuh, guna mencegah pengendapan partikel sedimen di dasar pengambilan itu sendiri. Misalkan, menggunakan pintu dengan : Jenis pintu Bahan Lebar pintu (B) Tinggi Pintu (h) = Pintu Ulir 2 Stangdrat = Kayu Jati = 1,80 m = 1,20 m

Maka dapat diketahui : Lebar efektif = (np x bp) (2 x np x Takikan) = 2 x 1,80 2 x 2 x 0,10 = 3,2 m Dengan menggunakan persamaan Q = b a (2gZ)0.5, maka : Tinggi bukakan (a) = Q/ b (2gZ)0.5 = 3/(1 x 2,6(2 x 9,81 x 0,15) 0.5) = 0,820 m < h ok! Sehingga digunakan 2 pintu dengan lebar 1,80 m, dan tinggi 1,20 m.

Karena sungai (diasumsikan) mengangkut material pasir dan kerikil, maka tinggi ambang pengambilan (p) dipakai 1,00 m.

4.2 Perhitungan dimensi pintu pengambilan saluran primer kanan bendung Kebutuhan pengambilan rencana untuk bangunan pengambilan adalah 7,76 m3/dt. Qrencana 7,76 m3/dt. Kecepatan pengambilan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : V 1,5 Z = m 2. g . z = 1 2.9,81.z = 0,05 m

Dengan kecepatan pengambilan rencana 1,5 m/dt, kehilangan tinggi energi yang diperlukan menjadi 0,15 m. Elevasi dasar bangunan pengambilan sebaiknya 0,50 m di atas muka kantong dalam keadaan penuh, guna mencegah pengendapan partikel sedimen di dasar pengambilan itu sendiri. Misalkan, menggunakan pintu dengan : Jenis pintu Bahan Lebar pintu (B) Tinggi Pintu (h) = Pintu Ulir 2 Stangdrat = Kayu Jati = 2,00 m = 1,40 m

Maka dapat diketahui : Lebar efektif = (np x bp) (2 x np x Takikan) = 3 x 2,0 2 x 3 x 0,10 =5,40 m Dengan menggunakan persamaan Q = b a (2gZ)0.5, maka : Tinggi bukakan (a) = Q/ b (2gZ)0.5 = 7,76 /(0,80 x 5,4.(2 x 9,81 x 0,15) 0.5) = 1,25 m < h ok! Sehingga digunakan 3 pintu dengan lebar 2,00 m, dan tinggi 1,40 m. Karena sungai (diasumsikan) mengangkut material pasir dan kerikil, maka tinggi ambang pengambilan (p) dipakai 1,00 m.

5.

SALURAN PEMBAWA dan BAGI SADAP

5.1 Perhitungan dimensi pintu dan saluran pembawa kanan bendung

Perhitungan dimensi saluran Bangunan BB1 diketahui: Data Saluran Primer SX1: Q A b h I m v = 3 m3/dtk = 5,71 m2 = 3,19 m = 1,28 m = 0,0001831 = 1,5 = 0,52 m/dtk

Data Saluran Primer SX2: Q A = 2,28 m3/dtk = 4,63 m2

b h I m v

= 2,3 m = 1,12 m = 0,0000637 = 1,5 = 0,49 m/dtk

Perhitungan debit Q70 , diambil 70% dari debit saluran primer 1. Q70 = 70%.Qsaluran primer 1 = 70%.3 = 2,1 m3/dtk A70 = Q70/v saluran primer 1 = 2,1/0,52 = 4,03 m2 b = bsal primer 1 (2xhsal primer 1) = 3,19 - (2x1,28) = 0,63 m H70 = A70/ bsal primer 1 = 4,03/3,19 = 1,26 m

Tabel 5.1.1 Bangunan Bagi Sadap BB1


Bangunan BB1 Saluran Diketahui SX1 SX2 SB1 Tka 0,19 1 0,09 9 Tki 0,09 8 0,05 1 -

Elv. Muka Air Rencana

Q70 (m3/dtk)

A70 (m2)

b dasa r (m)

H70 (m)

Q (m3/dtk) A (m2) b (m) h (m) I (%) m v (m/dtk)

3 5,71 3,19 1,28 0,00018 3 1,5 0,52

2,28 4,63 2,30 1,12 0,00006 4 1,5 0,49

1,33 4,63 2,3 1,15 0,000162 1,5 0,44

87,289

2,1

4,03

0,63

1,26

Selanjutnya menentukan jumlah pintu dan debit pintu dengan menggunakan tabel karakteristik alat ukur Romijin standar yang ada di buku penunjang perencanaan irigasi. Diketahui : Qrencana Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit = 2,28 m3/dtk = 900 liter/detik = 0,9 m3/detik = 3 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 3 x 0,9 = 2,7 m3/detik > Q rencana Ok!!

Dari nilai jumlah pintu = 3 buah dan debit/pintu = 0,9 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,75 m

Perhitungan Saluran Sekunder SB1 diketahui: Data Saluran SB1: Qrencana A b h I m v = 1,33 m3/dtk

= 3,04 m2 = 1,86 m = 0,93 m = 0,000162 = 1,5 = 0,44 m/dtk = 900 liter/detik = 0,9 m3/detik = 2 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 2 x 0,9 = 1,8 m3/detik > Q rencana Ok!!

Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit

Dari nilai jumlah pintu = 2 buah dan debit/pintu = 0,9 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m Perhitungan Saluran Tersier kanan diketahui: Data Saluran Tersier kanan : Qrencana = 0,1919 m3/dtk

= 0,099 m2 = 300 liter/detik = 0,30 m3/detik = 1 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 1 x 0,30 = 0,30 m3/detik > Q rencana Ok!!

Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit

Dari nilai jumlah pintu = 1 buah dan debit/pintu = 0,30 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m Perhitungan Saluran Tersier kiri diketahui: Data Saluran Tersier kiri: Qrencana A = 0,09831 m3/dtk

= 0,0507 m2 = 160 liter/detik = 0,16m3/detik = 1 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 1 x 0,16 = 0,16 m3/detik > Q rencana Ok!!

Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit

Dari nilai jumlah pintu = 1 buah dan debit/pintu = 0,16 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m

Tabel 5.1.2 jumlah pintu, debit/pintu, dan lebar pintu bangunan bagi sadap saluran primer SX1
Bangunan Sadap Primer Pintu (m) Debit Rencana (m3/dtk) Lebar (m) 0,75 Jumlah Debit/Pintu (lt/dtk) 900 Jumlah Debit (lt/dtk) Elevasi Pintu Terendah (m) Elevasi Dasar (m)

2,28

2700

86,7750

85,395

Bangunan Sadap Sekunder Debit Rencana (m3/dtk) 1,33 Pintu (m) Lebar (m) 0,5 Jumlah 2 Debit/Pintu 900 Jumlah Debit (lt/dtk) 1800 Elevasi Pintu Terendah (m) Elevasi Dasar (m) 85,395

86,7750

Bangunan Sadap Tersier Pintu (m) Debit Rencana (lt/dtk) 0,19196 0,09831 Lebar (m) 0,5 0,5 Jumlah 1 1 Debit/Pintu 300 160 Jumlah Debit (lt/dtk) 300 160 Elevasi Pintu Terendah (m) Elevasi Dasar (m) 86,6746 86,6746

88,0550 88,0550

Perhitungan Bangunan BA1

BA1 pembuang SA1


diketahui: Data Saluran Primer SX2:

SX2

Q A b h I m v

= 2,28 m3/dtk = 4,63 m2 = 2,30 m = 1,12 m = 0,0000637 = 1,5 = 0,49 m/dtk

Data Saluran pembuang: Q A b h I m v = - m3/dtk = - m2 =-m =-m === - m/dtk

Perhitungan debit Q70 , diambil 70% dari debit saluaran primer 2. Q70 = 70%.Qsaluran primer2 = 70%.2,28 = 1,59 m3/dtk A70 = Q70/v saluran primer 2 = 1,59/0,49 = 3,26 m2

= bsal primer 2 (2xhsal primer 2) = 2,30 - (2x1,12) = 0,06 m

H70

= A70/ bsal primer 2 = 3,347/2,92 = 1,145 m

Tabel 5.1.3 Bangunan Bagi Sadap BA1


Bangunan BA1 Saluran Diketahui SX2 Q (m3/dtk) A (m2) b (m) h (m) I (%) m v (m2/dtk) 2,28 4,63 2,30 1,12 0,000064 1,5 0,49 pembuang SA1 1,60 3,51 3,75 1,88 0,000307 1,5 0,46 Tka 0,136 0,054 Tki 0,13 9 0,07 0 Elv. Muka Air Rencana

Q70 (m3/dtk)

A70 (m2)

b dasar (m)

H70 (m)

87,789

1,596

3,25 7

0,06 0

1,416

Selanjutnya menentukan jumlah pintu dan debit pintu dengan menggunakan tabel karakteristik alat ukur Romijin standar yang ada di buku penunjang perencanaan irigasi. Diketahui : Qrencana Debit/pintu Jumlah pintu = 0 m3/dtk = 160 liter/detik = 0,16 m3/detik = 1 buah

Jumlah debit

= jumlah pintu x debit/pintu = 1x0,16 = 0,16 m3/detik > Q rencana Ok!!

Dari nilai jumlah pintu = 1 buah dan debit/pintu = 0,16 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m

Perhitungan Saluran Sekunder SA1 diketahui: Data Saluran Sekunder SA1: Qrencana A b h I m v = 1,60 m3/dtk

= 3,51m2 =3,75 m = 1,88 m = 0,000307 = 1,5 = 0,46 m/dtk = 160 liter/detik = 0,16m3/detik = 2 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 2 x 0,16 = 3,20 m3/detik > Q rencana Ok!!

Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit

Dari nilai jumlah pintu = 2 buah dan debit/pintu = 0,16 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m

Perhitungan Saluran Tersier kanan diketahui: Data Saluran Tersier kanan : Qrencana A = 0,1363 m3/dtk

= 0,0545 m2 = 160 liter/detik = 0,16m3/detik = 1 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 1 x 0,16 = 0,16 m3/detik > Q rencana Ok!!

Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit

Dari nilai jumlah pintu = 1 buah dan debit/pintu = 0,16 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m

Perhitungan Saluran Tersier kiri diketahui: Data Saluran Tersier kiri: Qrencana A = 0,1396 m3/dtk

= 0,070 m2 = 160 liter/detik = 0,16m3/detik = 1 buah

Debit/pintu Jumlah pintu

Jumlah debit

= jumlah pintu x debit/pintu = 1 x 0,16 = 0,16 m3/detik > Q rencana Ok!!

Dari nilai jumlah pintu = 1 buah dan debit/pintu = 0,16 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m Tabel 5.1.4 jumlah pintu, debit/pintu, dan lebar pintu bangunan bagi sadap saluran primer SX2
Bangunan Sadap Primer Debit Rencana (m3/dtk) 0 Pintu (m) Lebar (m) 0,5 Jumlah Debit/Pintu Jumlah Debit (lt/dtk) 160 Elevasi Pintu Terendah (m) 87,585 Elevasi Dasar (m)

160

86,233

Bangunan Sadap Sekunder Debit Rencana (m3/dtk) 1,60 Pintu (m) Lebar (m) 0,5 Jumlah 2 Debit/Pintu 160 Jumlah Debit (lt/dtk) 320 Elevasi Pintu Terendah (m) 87,585 Elevasi Dasar (m) 86,233

Bangunan Sadap Tersier Pintu (m) Debit Rencana (m3/dtk) 0,1363 0,1396 Lebar (m) 0,5 0,5 Jumlah Debit (lt/dtk) 160 160 Elevasi Pintu Terendah (m) 88,055 88,055 Elevasi Dasar (m)

Jumlah

Debit/Pintu

1 1

160 160

86,6746 86,6746

Perhitungan Saluran sekunder 1 diketahui: Data Saluran Sekunder SA1 Qrencana A = 1,59 m3/dtk

= 3,51 m2

b h I m v

= 3,75 m = 1,87 m = 0,000307 = 1,5 = 0,46 m/dtk

Data Saluran Sekunder SA2: Q A b h I m v = 1,41 m3/dtk = 3,19 m2 = 1,91 m = 0,95 m = 0,000163 = 1,5 = 0,44 m/dtk

Perhitungan debit Q70 , diambil 70% dari debit saluran sekunder 2. Q70 = 70%.Qsal sekunder SA1 = 70%.1,59 = 1,12 m3/dtk A70 = Q70/vsal sekunder SA1 = 1,12/0,46 = 2,46 m2 b = bsal sekunder SA1 (2xh sal sekunder SA1) = 3,75 - (2x1,87)

= 0,93 m

H70

= A70/ bsal sekunder SA1 = 2,45/3,75 = 0,65 m Tabel 5.1.5 Bangunan Bagi Sadap BA1
Bangunan BA1 Saluran SA1 1,59 3,51 3,75 1,87 0,000307 1,50 0,46 SA2 1,41 3,19 1,91 0,95 0,000163 1,50 0,44 Tka 0,136 0,055 Tki 0,139 0,070 88,06 1,12 2,46 0,94 0,65 Elv. Muka Air Rencana Q70 (m3/dtk) A70 (m2) b dasar (m)

Diketahui Q (m /dtk) A (m ) b (m) h (m) I (%) m v (m2/dtk)


2 3

H70 (m)

Selanjutnya menentukan jumlah pintu dan debit pintu dengan menggunakan tabel karakteristik alat ukur Romijin standar yang ada di buku penunjang perencanaan irigasi. Diketahui : Qrencana Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit = 1,41 m3/dtk = 750 liter/detik = 0,75 m3/detik = 2 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 2 x 0,75 = 1,5 m3/detik > Q rencana Ok!!

Dari nilai jumlah pintu = 2 buah dan debit/pintu = 0,75 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m

Perhitungan Saluran Tersier kanan diketahui: Data Saluran Tersier kanan: Qrencana A = 0,136 m3/dtk

= 0,055 m2 = 160 liter/detik = 0,16m3/detik = 1 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 1 x 0,16 = 0,16 m3/detik > Q rencana Ok!!

Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit

Dari nilai jumlah pintu = 1 buah dan debit/pintu = 0,16 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m Perhitungan Saluran Tersier kiri diketahui: Data Saluran Tersier kiri: Qrencana A = 0,139 m3/dtk

= 0,070 m2 = 160 liter/detik = 0,16m3/detik = 1 buah

Debit/pintu Jumlah pintu

Jumlah debit

= jumlah pintu x debit/pintu = 1 x 0,16 = 0,16 m3/detik > Q rencana Ok!!

Dari nilai jumlah pintu = 1 buah dan debit/pintu = 0,16 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m

Tabel 5.1.6 jumlah pintu, debit/pintu, dan lebar pintu bangunan bagi sadap saluran sekunder SA2
Bangunan Sadap Sekunder Pintu (m) Debit Rencana (m3/dtk) Lebar (m) Jumlah Debit/Pintu Jumlah Debit (m3/dtk) Elevasi Pintu Terendah (m)

Elevasi Dasar (m)

1,416

0,5

750 Bangunan Sadap Tersier

1500

86,34

84,85

Pintu (m) Debit Rencana (m3/dtk) 0,136 0,139 Jumlah Debit (m3/dtk) 160 160

Lebar (m)

Jumlah

Debit/Pintu

Elevasi Pintu Terendah (m) 86,512 86,512

Elevasi Dasar (m)

0,5 0,5

1 1

160 160

83,843 83,843

Perhitungan Saluran Sekunder 2 diketahui: Data Saluran Sekunder SA2 Q A b = 1,416 m3/dtk = 3,19 m2 = 1,91 m

h I m v

= 1,87 m = 0,000307 = 1,5 = 0,46 m/dtk

Data Saluran Sekunder SA3: Q A b h I m v = 1,22 m3/dtk = 2,85 m2 = 1,81 m = 0,902 m = 0,000161 = 1,5 = 0,43 m/dtk

Perhitungan debit Q70 , diambil 70% dari debit saluran sekunder 3. Q70 = 70%.Qsal sekunder SA2 = 70%.1,41 = 0,99 m3/dtk A70 = Q70/vsal sekunder SA2 = 0,99/0,44 = 2,24 m2 b = bsal sekunder SA2 (2xh sal sekunder SA2) = 1,91 - (2x0,95) = 0,48 m

H70

= A70/ bsal sekunder SA2 = 2,23/1,91 = 1,17 m Tabel 5.1.7 Bangunan Bagi Sadap BA2
Bangunan BA2 Saluran SA2 1,416 3,19 1,91 0,95 0,000163 1,5 0,44 SA3 1,22 2,85 1,81 0,902 0,000161 1,50 0,43 Tka 0,13 7 0,06 9 Tki 0,13 1 0,06 6 Elv. Muka Air Rencana Q70 (m3/dtk) A70 (m2) b dasar (m) H70 (m)

Diketahui Q (m3/dtk) A (m2) b (m) h (m) I (%) m v (m2/dtk)

86,06

0,99

2,23

0,477

1,17

Selanjutnya menentukan jumlah pintu dan debit pintu dengan menggunakan tabel karakteristik alat ukur Romijin standar yang ada di buku penunjang perencanaan irigasi. Diketahui : Qrencana Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit = 1,22 m3/dtk = 750 liter/detik = 0,75 m3/detik = 2 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 2 x 0,75 = 1,5 m3/detik > Q rencana Ok!!

Dari nilai jumlah pintu = 2 buah dan debit/pintu = 0,75 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m

Perhitungan Saluran Tersier kanan

diketahui: Data Saluran Tersier kanan: Qrencana A = 0,1376 m3/dtk

= 0,069 m2 = 160 liter/detik = 0,16m3/detik = 1 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 1 x 0,16 = 0,16 m3/detik > Q rencana Ok!!

Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit

Dari nilai jumlah pintu = 1 buah dan debit/pintu = 0,16 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m Perhitungan Saluran Tersier kiri diketahui: Data Saluran Tersier kiri: Qrencana A = 0,131 m3/dtk

= 0,066 m2 = 160 liter/detik = 0,16m3/detik = 1 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 1 x 0,16 = 0,16 m3/detik > Q rencana Ok!!

Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit

Dari nilai jumlah pintu = 1 buah dan debit/pintu = 0,16 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m

Tabel 5.1.8 jumlah pintu, debit/pintu, dan lebar pintu bangunan bagi sadap saluran sekunder SA3
Bangunan Sadap Sekunder Debit Rencana (m3/dtk) 1,22 Pintu (m) Lebar (m) 0,5 Jumlah 2 Debit/Pintu 750 Bangunan Sadap Tersier Pintu (m) Debit Rencana (m3/dtk) 0,1376 0,1310 Lebar (m) 0,5 0,5 Jumlah 1 1 Debit/Pintu 160 160 Jumlah Debit (m3/dtk) 160 160 Elevasi Pintu Terendah (m) 85,95 85,95 Elevasi Dasar (m) 84,02 84,02 Jumlah Debit (m3/dtk) 1500 Elevasi Pintu Terendah (m) 85,77 Elevasi Dasar (m) 84,45

5.2 Perhitungan dimensi pintu dan saluran pembawa kiri bendung

BC1 SY1 SC1


Perhitungan dimensi saluran Perhitungan Bangunan BC1 diketahui: Data Saluran Primer SY1:

SY2

Q A b h I m v

= 7,76 m3/dtk = 11,93 m2 = 4,62 m = 1,85 m = 0,000194 = 1,5 = 0,65 m/dtk

Data Saluran Primer SY2: Q A b h I m v = 5,00 m3/dtk = 8,49 m2 = 3,89 m = 1,56 m = 0,000189 = 1,5 = 0,59 m/dtk

Perhitungan debit Q70 , diambil 70% dari debit saluran primer SY1. Q70 = 70%.Qsaluran primer SY1 = 70%.7,76 = 5,43 m3/dtk A70 = Q70/v saluran primer SY1 = 5,43/0,65 = 8,35 m2

= bsal primer SY1 (2 x hsal primer SY1) = 4,62- (2 x 1,85) = 0,92 m

H70

= A70/ bsal primer SY1 = 8,35/4,62 = 1,81 m

Tabel 5.2.1 Bangunan Bagi Sadap BC1


Bangunan BC1 Saluran Diketahui Q (m3/dtk) A (m ) b (m) h (m) I (%) m v (m2/dtk)
2

SY1 7,76 11,93 4,62 1,85 0,000194 1,5 0,65

SY2 5,00 8,49 3,89 1,56 0,000189 1,50 0,59

SC1 1,66 3,61 2,03 1,01 0,000164 1,50 0,46

Tka 0,157 0,083 -

Tki 0,101 0,053 -

Elv. Muka Air Rencan a

Q70 (m3/dt k)

A70 (m2)

b dasar (m)

H70 (m)

87,37

5,43

8,36

0,92

1,81

Selanjutnya menentukan jumlah pintu dan debit pintu dengan menggunakan tabel karakteristik alat ukur Romijin standar yang ada di buku penunjang perencanaan irigasi. Diketahui : Qrencana Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit = 5,00 m3/dtk = 900 liter/detik = 0,9 m3/detik = 6 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 6 x 0,9

= 5,4 m3/detik > Q rencana

Ok!!

Dari nilai jumlah pintu = 6 buah dan debit/pintu = 0,9 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 1,25 m

Perhitungan Saluran Sekunder SC1 diketahui: Data Saluran Sekunder SC1: Qrencana A b h I m v = 1,66 m3/dtk

= 3,61 m2 = 2,03 m = 1,01 m = 0,000164 = 1,5 = 0,46 m/dtk = 300 liter/detik = 0,30 m3/detik = 1 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 1 x 0,30 = 0,30 m3/detik > Q rencana Ok!!

Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit

Dari nilai jumlah pintu = 1 buah dan debit/pintu = 0,30 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m Perhitungan Saluran Tersier kanan diketahui:

Data Saluran Tersier kanan: Qrencana A = 0,157 m3/dtk

= 0,083 m2 = 160 liter/detik = 0,16m3/detik = 1 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 1 x 0,16 = 0,16 m3/detik > Q rencana Ok!!

Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit

Dari nilai jumlah pintu = 1 buah dan debit/pintu = 0,16 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m

Perhitungan Saluran Tersier kiri diketahui: Data Saluran Tersier kiri: Qrencana A = 0,101 m3/dtk

= 0,0053 m2 = 160 liter/detik = 0,16m3/detik = 1 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 1 x 0,16 = 0,16 m3/detik > Q rencana Ok!!

Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit

Dari nilai jumlah pintu = 1 buah dan debit/pintu = 0,16 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m

Tabel 5.2.2 jumlah pintu, debit/pintu, dan lebar pintu bangunan bagi sadap saluran primer SY1
Bangunan Sadap Primer Debit Rencana (m3/dtk) 5,00 Pintu (m) Lebar (m) 1,25 Jumlah Debit/Pintu Jumlah Debit (lt/dtk) 5400 Elevasi Pintu Terendah (m) 86,832 Elevasi Dasar (m)

900

85,349

Bangunan Sadap Sekunder Debit Rencana (m3/dtk) 1,66 Pintu (m) Lebar (m) 0,5 Jumlah 1 Debit/Pintu 300 Jumlah Debit (lt/dtk) 300 Elevasi Pintu Terendah (m) 86,832 Elevasi Dasar (m) 85,349

Bangunan Sadap Tersier Pintu (m) Debit Rencana (m3/dtk) 0,1573 0,1013 Lebar (m) 0,5 0,5 Jumlah Debit (lt/dtk) 160 160 Elevasi Pintu Terendah (m) 88,055 88,055 Elevasi Dasar (m)

Jumlah

Debit/Pintu

1 1

160 160

86,6746 86,6746

Perhitungan Saluran Sekunder SC1 diketahui: Data Saluran Sekunder SC1 Qrencana A b = 1,655 m3/dtk

= 3,605 m2 = 2,029 m

h I m v

= 1,015 m = 0,000164 = 1,5 = 0,46 m/dtk

Data Saluran Sekunder SC2: Q A b h I m v = 1,454 m3/dtk = 3,26 m2 = 1,93 m = 0,965 m = 0,000163 = 1,5 = 0,45 m/dtk

Perhitungan debit Q70 , diambil 70% dari debit saluran sekunder SC1. Q70 = 70%.Qsal sekunder SC1 = 70%.1,655 = 1,159 m3/dtk A70 = Q70/vsal sekunder SC1 = 1,159/0,46 = 2,52 m2 b = bsal sekunder SC1 (2xh sal sekunder SC1) = 2,029 - (2 x 1,015) = 0,51 m

H70

= A70/ bsal sekunder SC1 = 2,52/1,015 = 1,24 m Tabel 5.2.3 Bangunan Bagi Sadap BC2
Bangunan BC2 Elv. Muka Air Rencana

Diketahui SC1 Q (m3/dtk) A (m2) b (m) h (m) I (%) m v (m2/dtk) 1,655 3,605 2,029 1,0149 0,000164 1,50 0,46

Saluran SC2 1,454 3,261 1,931 0,965 0,000163 1,50 0,45 Tka 0,1125 0,056 Tki 0,1029 0,051

Q70 (m3/dtk)

A70 (m2)

b dasar (m)

H70 (m)

85,632

1,159

2,5236

0,508

1,243

Selanjutnya menentukan jumlah pintu dan debit pintu dengan menggunakan tabel karakteristik alat ukur Romijin standar yang ada di buku penunjang perencanaan irigasi. Diketahui : Qrencana Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit = 1,454 m3/dtk = 750 liter/detik = 0,75 m3/detik = 2 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 2 x 750 = 1,5 m3/detik > Q rencana Ok!!

Dari nilai jumlah pintu = 2 buah dan debit/pintu = 0,75 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m

Perhitungan Saluran Tersier kanan diketahui: Data Saluran Tersier kanan: Qrencana A = 0,112 m3/dtk

= 0,056 m2 = 160 liter/detik = 0,16 m3/detik = 1 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 1 x 0,16 = 0,16 m3/detik > Q rencana Ok!!

Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit

Dari nilai jumlah pintu = 1 buah dan debit/pintu = 0,16 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m Perhitungan Saluran Tersier kiri diketahui: Data Saluran Tersier kiri: Qrencana A = 0,102 m3/dtk

= 0,051 m2 = 160 liter/detik = 0,16 m3/detik = 1 buah = jumlah pintu x debit/pintu = 1 x 0,16

Debit/pintu Jumlah pintu Jumlah debit

= 0,16 m3/detik > Q rencana

Ok!!

Dari nilai jumlah pintu = 1 buah dan debit/pintu = 0,16 m3/detik, maka dari tabel romijin dapat ditentukan lebar pintunya = 0,5 m

Tabel 5.2.4 jumlah pintu, debit/pintu, dan lebar pintu bangunan bagi sadap saluran sekunder SC1

Bangunan Sadap Sekunder Debit Rencana (m3/dtk) 1,454 Pintu (m) Lebar (m) 0,5 Jumlah 2 Debit/Pintu 750 Jumlah Debit (m3/dtk) 1500 Elevasi Pintu Terendah (m) 85,361 Elevasi Dasar (m)

84,028

Bangunan Sadap Tersier Debit Rencana (m3/dtk) 0,112 0,102 Pintu (m) Lebar (m) Jumlah 1 1 Debit/Pintu Jumlah Debit (m3/dtk) 160 160 Elevasi Pintu Terendah (m) 85,531 85,531

Elevasi Dasar (m)

0,5 0,5

160 160

83,558 83,558

Anda mungkin juga menyukai