Anda di halaman 1dari 26

http://groups.yahoo.

com/group/assunnah/message/26340
Berbagi tentang Homeschooling

Options
o o o

< Prev Next >

Posted By: AnonThu Jul 20, 2006 9:16 pm |

Assalamualaikum warohmatullohi wa barokatuh. Alhamdulillah Sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Shollollohu alaihi wa sallam. Dengan segala kerendahan hati saya mau berbagi dengan ikhwan sekalian tentang Homeschooling. Di milis ini beberapa waktu lalu saya menanyakan tentang Homeschooling sebagai alternatif pemberian pendidikan anak. Alhamdulillah al akh fakhurrahman ternyata memilki program yang sedang saya pelajari. Kemudian kami berhubungan via japri dan juga via telefon untuk mendapatkan gambaran seutuhnya tentang program Homeschooling yang beliau jalankan. Lebih dari itu saya mengadakan survey ke kediaman bapak Fatkhurrahman di Karawang yang menyelenggarakan program semi pesantren dengan mengambil jalur paket A dari diknas untuk mengambil ijazah. Subhanalloh saya terkesan dengan program yang dijalankan oleh bapak Fatkhurrahman dan ustadz Ade Abdurrohman. Mereka berdua adalah orangtua yang berinisiatif untuk memberikan sendiri pendidikan anak-anaknya, sehingga tidak khawatir memendam rindu serta kehilangan kesempatan memberikan kasih sayangnya kepada anaknya yang masih kecil. Dan tidak khawatir anak-anaknya terkena pengaruh buruk pergaulan SD-SD umum. Apa yang mereka lakukan sebenarnya merupakan impian para Homeschooler di beberapa belahan dunia. saya telah mempelajari konsep-konsep Homeschooling di Internet namun saya menemukan gambaran nyata pelaksanaan Homeschooling yang dilaksanakan oleh Ikhwah salafiyyin di Karawang. Ketika kami berkunjung ke Karawang tanggal 28 mei lalu, Ustadz Ade mengatakan sebenarnya kami tidak mengetahui apa itu Homeschooling. Namun saya bersyukur kepada Alloh ternyata program yang mereka laksanakan yaitu penyelenggaraan pendidikan dari orangtua untuk anak-anaknya betul betul merupakan representasi dari Homeschooling. Hal ini membuat hati saya semakin mantap untuk memberikan pendidikan bagi Maryam anak saya yang berusia 5.5 tahun tanpa menyekolahkan di SD Umum, atau pesantren yang berada jauh di luar kota cilegon atau SDIT yang dikelola oleh Hizbi, mengingat belum tersedianya SD bermanhaj salaf di kota kami. Saya ingin sekali berbagi dengan antum semua tentang program yang dijalankan oleh Al Akh Fatkhurrahman dan Ustadz Ade di karawang yang sangat memotivasi saya

untuk membuka program yang sama di Cilegon untuk anak-anak salafiyyin. Al Akh fatkhurrahman dan Ustadz Ade adalah dua orangtua yang memondokkan anaknya yang masih kecil di luar kota karawang. Dalam satu perjalanan ke kota tempat pondok anaknya timbul inisiatif untuk menarik anaknya dari pondok tersebut mengingat banyaknya waktu, tenaga serta harta yang tersita untuk menengok anaknya yang masih kecil. Disamping itu mereka menyadari bahwa anak mereka yang masih kecil masih belum bisa mengurus diri serta masih butuh kasih sayang orangtua. Dan yang lebih penting menurut mereka tanggung jawab memberikan pendidikan bagi anak adalah orangtua sendiri. Didasari pemikiran-pemikiran tadi maka mulailah mereka menyusun langkah untuk memberikan sendiri pendidikan untuk anaknya sendiri. Mereka tidak mengenal apa itu Homeschooling, yang mereka ketahui adalah pemberian pendidikan anak adalah tanggung jawab orangtua itu sendiri. Karena tidak mau rencana mereka menguap begitu saja mereka mulai membuka lembaga pendidikan yang dipelopori oleh para orangtua yang menitipkan anaknya di lembaga pendidikan tersebut yang mereka beri nama Ma'had Al Bayyinah. Yang menakjubkan adalah semua penyelenggaraan pendidikan tersebut dilakukan sepenuhnya oleh para orangtua. Demikian sekilas tentang penyelenggaraan Homeschooling di Karawang yang kami dapatkan dari al Akh fatkhurrahman dan Al Ustadz Ade ketika kami survey ke Karawang. Mudah-mudahan Al Akh fatkhurrahman bisa menambahkan di milis ini. Kami survey bersama para ikhwah lainnya yang didampingi para istrinya untuk memantapkan niat untuk "tidak menyekolahkan" anak kami. walhamdulillah para orangtua tersebut bertambah mantap untuk tidak memondokkan anaknya nun jauh disana serta tidak menyekolahkan di SD-SD umum. Ada yang terlupa... pada bulan april setelah saya mencari info tentang Homeschooling di milis tercinta ini dan mendapatkan jawaban serta gambaran sedikit dari Al Akh Fatkhurrahman kami mengadakan seminar kecil-kecilan dengan tema "Rumah(kontrakan)ku Ma'had anakku: Mengulas wacana Homeschool" dalam rangka sosialisasi istilah Homeschooling dan memberikan alternatif bagi orangtua yang tidak ingin anaknya berada jauh dari sisinya dengan menitipkan di pondok. Responnya beragam. Ada yang bilang tidak realistis. Ada yang bilang sulit menerapkannya. Ada lagi orangtua yang bilang tidak sanggup melaksanakannya. wallohu a'lam. saya sebagai pembicara memaparkan bahwa Homeschooling ini bukanlah sesuatu yang baru di Amrik sana. saya paparkan juga bahwa pemerhati anak di negeri ini yaitu Kak Seto juga "tidak menyekolahkan" anaknya dan memberikan program Homeschooling ini untuk anaknya. Dan saya juga memaparkan tentang penjelasan Al Akh Fatkhurrahman di milis ini serta paparan beliau via japri.

Seiring berjalannya waktu, seorang teman di kantor saya yang juga "tidak menyekolahkan" anaknya memberikan kabar bahwa di kantor Depdiknas Jakarta akan diadakan Seminar bertajuk "Homeschooling? Siapa takut" tanggal 18 Juni 2006 walhamdulillah saya ucapkan serta berkata dalam hati saya memang tidak pernah takut untuk memberikan Homeschooling bagi Maryam. Walhamdulillah. Dalam seminar tersebut tampil Kak Seto sebagai orangtua yang memberikan Homeschooling untuk kedua anaknya sekaligus ketua Asosiasi Sekolahrumah dan Pendidikan alternatif (ASAH PENA), tampil juga Dirjen Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas, tidak ketinggalan kepala Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Depdiknas, serta Direktur Pendidikan kesetaraan Dijen PLS Depdiknas RI, dan juga salah satu orangtua yang berbagi pengalaman tentang Homeschooling yang dia jalankan untuk anaknya. Semua petinggi-petinggi Depdiknas RI menyatakan Homeschooling adalah bentuk pendidikan yang legal dan sah. Walhamdulillah. Kesemua hal tersebut membuat kami tambah mantap untuk "tidak menyekolahkan" anak kami. Sekarang kami menampung anak-anak salafiyyin yang ingin belajar dengan kami yang tenaga pengajarnya tidak lain dan tidak bukan adalah para orangtua terutama para ibu yang dikatakan "Al Umm Madrosah". Walhamdulillah dengan adanya fenomena seperti ini membuat para ibu menyadari kembali fungsinya sebagai madrosah. Maryam, Khodijah, salsabil, Fadhillah adalah beberapa anak yang diajarkan oleh Ummu Maryam, Ummu Salsabil, Ummu fadhillah :Orangtua mereka sendiri (!!!) Adapun selain mereka adalah Fathih, Royyan, maulana, Aliyah, ratu. Mereka mempercayakan kami serta memantapkan niat untuk "tidak sekolah" salah satu anugerah Alloh yang lain adalah bergabungnya salah seorang penghafal Qur-an bernama Ummu Abdillah Al Atsariyyah dan suaminya Abu Abadillah yang akan menampung anak-anak kami untuk merasakan mondok walaupun hanya satu kali dalam satu minggu yakni sabtu dan ahad. Ummu Zulfa juga sangat antusias untuk memberikan ruangan di rumah kontrakannya untuk dijadikan kelas. Maka jadilah rumah-rumah kontrakan para orangtua tadi menjadi ma'had bagi anak-anak salafiyyin Cilegon: "Rumah(kontrakan)ku Ma'had bagi Anakku" Dengan program seperti ini kami dapat merancang sendiri kurikulum untuk anak kami yang sesuai dengan manhaj salaf. Walhamdulillah. Tahfidzul Qur-an adalah prioritas kami disamping tentu saja Aqidah, fiqih, ibadah, akhlaq dan pelajaran umum seperti matematika, komputer, sains, IPS terpadu yang semuanya akan kami upayakan untuk melalui tahapan Tashfiyyah terlebih dahulu.

Jika merujuk kepada terminologi yang diberikan DEPDIKNAS maka program yang kami dan Al Akh Fatkhurrahman jalankan adalah "Sekolahrumah majemuk" sedangkan bagi orangtua yang menyelenggarakan sendiri untuk anaknya sendiri disebut "Sekolahrumah Tunggal." Bagi ikhwah yang ingin menyelenggarakan Sekolahrumah ini silahkan mengambil jalur Paket A Diknas atau juga untuk sekedar mendapatkan ijazah kelak ketika anak kita berusia 12 tahun. Alhamdulillah kita tidak mengharapkan ijazah bagi pemberian pendidikan anak kita namun ada maslahat lain dari ijazah tersebut sehingga kita tidak menafikannya. Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan ini bermanfaat bagi antum semua. Tak lupa kami sampaikan terimakasih kepada admin milis ini yang telah menjadi wasilah bagi ana dalam mendapatkan info penting dan berharga bagi pendidikan anak saya. Saya ucapkan juga terimakasih kepada Al Akh Fatkhurrahman serta Ustadz Ade di Karawang yang telah memotivasi kami untuk mengikuti Sunnah Hasanah yang mereka buat. Kami ucapkan terimakasih banyak karena tidak disebut bersyukur kepada Alloh orang yang tidak berterimakasih terhadap manusia. Wallohu A'lam Abu Maryam Cilegon
Re: [assunnah] Re: Berbagi tentang Homeschooling

Options
o o o

< Prev Next >

Posted By: AnonTue Jul 25, 2006 2:58 pm |

"SEKOLAH RUMAH, SIAPA TAKUT??" Assalamualaikum warohmatullohi wa barokatuh Alhamdulillah, Sekolah Rumah manhaj salaf banyak manfaatnya, >>Untuk anak Insya Allah : 1. Anak terhindar dari pengaruh buruk lingkungan 2. Anak sejak dini mengenal manhaj salaf, tidak seperti kita-kita, sehingga diharapkan memahami Manhaj salaf dengan lebih paripurna 3. Lingkungan pergaulan mereka terkontrol oleh ikhwan-ikhwan salaf 4. Anak dengan riang menghafal Al-quran 5. Setiap hari setiap aktivitas dengan do'a yang shohih

6. Sholat dengan cara nabi, berdzikir juga 7. Tidak tertinggal pengetahuan umumnya karena kita mengontrol sendiri pelajaran umumnya sesuai kelasnya. 8. Bisa ujian negara, Dapat Ijazah negeri dari Dep.Dik.Nas (GRATIS) tingkat SD, SMP, SMA (sedikit ada biaya) 9. Bisa melanjutkan ke sekolah-sekolah formal jika menghendaki. 10. Dan lain-lain >> Untuk Orang tua Insya Allah 1. Terpacu untuk meningkatkan kualitas dien (tidak boleh kalah sama anak) 2. Menigkatkan kreativitas, menigkatkan kualitas komunikasi antara suami istri 3. Menumbuhkan jalinan silaturahmi antar orang tua 4. Orang tua harus selalu belajar terus menerus dien dan umum, karena orangtua adalah gurunya 5. Orang tua "dipaksa" menjadi teladan bagi anak didiknya yaitu anak sendiri. 6. Menigkatkan komunikasi yang berkualitas antara anak dan orang tua melalui pelajaran. 7. Mengetahui secara langsung kondisi kejiwaan anak dan apa yang di butuhkan oleh anak 8. Mengetahui kesehan fisik dan pertumbuhan fisik anak 9. Hemat secara financial, optimal dari segi hasil 10. Dan lain-lain >> Bagi lingkungan Insya Allah 1. Menumbuhkan suasana lebih religius terhadap lingkungan 2. Pengaruh pergaulan salaf pada lingkungan yang dipancarkan oleh keluarga-keluarga yang menerapkan pembelajaran salaf. 3. Menghidupkan masjid dengan sholat 5 waktu secara konsisiten 4. Tersebarnya koloni ikwan-ikhwan salaf sehingga membantu tersebarnya dakwah salaf 5. Dan lain-lain >> Diharapkan Insya Allah ; 1. sekolah rumah dapat menjadi cikal bakal Lembaga pendidikan manhaj salaf di daerah masing masing yang formal, yang dapat dijadikan rujukan oleh masyarakat umum untuk menitipkan anaknya. Sehingga dapat memotong pemahaman yang salah dari orang tuanya dan menanamkan pemahaman salaf kepada anak didik. 2. Usulan : Bisa kita buat organisasi JARINGAN SEKOLAH RUMAH BERMANHAJ SALAF diantara kita untuk berbagi informasi dan dapat memasyarakatkan Sekolah

Rumah ini sebagai satu alternatif. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi wa barakatuh... Abu Samhan

----- Original Message ----From: <buat_assunnah@...> To: <assunnah@yahoogroups.com> Sent: Tuesday, July 25, 2006 1:18 AM Subject: [assunnah] Re: Berbagi tentang Homeschooling > Assalamualaikum warohmatullohi wa barokatuh > > Bagaimana ikhwan/akhwat sekalian di Bogor, maukah kita mengikuti jejak > saudara kita di Bandung dan Karawang??? > > Kalau memang sudah ada, tolong informasinya ke Ana... > > Wassalamu'alaikum Warahmatullahi wa barakatuh... > Abu Afra > 1976 M > > > lulu aliudin writes: > >> Assalamualaikum warohmatullohi wa barokatuh. >> Alhamdulillah Sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad >> Shollollohu alaihi wa sallam. >> Dengan segala kerendahan hati saya mau berbagi dengan ikhwan sekalian >> tentang Homeschooling. >> Di milis ini beberapa waktu lalu saya menanyakan tentang Homeschooling >> sebagai alternatif pemberian pendidikan anak. Alhamdulillah ..... >> > ---- deleted

Re: [assunnah] Berbagi tentang Homeschooling

< Prev Next >

Options
o o o

Posted By: AnonWed Jul 26, 2006 6:20 pm |

Assalaamu Alaikum warohmatullahi wabarokatuh Dengan segala kerendahan hati, saya ingin berbagi pengalaman tentang penyelenggaraan Sekolah rumah. Sebetulnya kebingungan yang ikhwah hadapi untuk menyelenggarakan Sekolah rumah, sama dengan yang kami hadapi pada masa yang lampau, Kami bingung, bagaimana cara memulainya, Tapi alhamdulillah Allah memberikan jalan keluar atas kebingungan kami tersebut. Walaupun kami sudah tahu bahwa sekolah rumah itu diakui, tapi kadang-kadang juga ada sedikit kekhawatiran. Untuk lebih memantapkan hati kami maka kami juga mengikuti seminar nasional yang diadalak Diknas yang dipandu oleh Kak seto, sehingga tambah mantap untuk kami untuk mlanjutkan program Sekolah rumah ini. Sebetulnya, tidak terlalu sulit untuk memulainya insya Alloh, tapi karena kurang informasi maka terasa gamang, walaupun keinginan sangat besar. Sistim Sekolah rumah ini diakui oleh Diknas, bahkan ada dirjennya yaitu Dirjen Pendidikan Luar sekolah (PLS) Program PLS terdiri dari dan program ini adalah gratis (cuma-cuma) 1. Program Pemberantasan buta huruf Target : Orang dewasa 2. Program Kejar Paket A (SD), Paket B (SMP), C (SMA), Paket D (D2) Target : - Anak usia sekolah sampai dewasa dperuntukkan untuk yag putus sekolah/daerah terpencil/pekerja usia dini/pesantren/anak jalanan/nelayan/PSK dll 3. Program PAUD (pendidikan usia Dini) Target : Untuk anak usia TK yang tidak bisa masuk TK 4. Program Life Skill : Untuk Remaja dan dewasa yang menginginkan ketrampilan yang produktif. Untuk program Sekolah rumah; menginduk pada pragram kejar paket A atau B atau C atau D Untuk program sekolah rumah setingkat SD menginduk pada program kejar paket A.

Standar penyelenggaraan Paket A adalah sebagai berikut : 1. Kumpulkan peserta Didik 15~20 orang 2. Penyelenggara 1 orang 3. Tutor 2 orang (siapa aja yang bisa/ tidak perlu S1) 4. Laporkan ke Dik nas kecamatan atau menginduk pada PKBM yang sudah ada. PKBM adalah Program kegiatan belajar masyarakat, yang dikelola oleh para "relawan" 5. Dana akan turun untuk, penyelenggara, tutor, siswa 6. Buku panduan mata pelajaran diberikan secara "cuma-cuma" 7. Ujian Negara-->ijazah negara. 8. Tempat belajar --> dimana saja boleh bahkan dikolong jembatan juga boleh, pakai tiker saja juga boleh. 9. Seragam apa saja boleh Itu standarnya, Jadi program paket itu ditujukan bagi mereka yang karena alasan tertentu tidak dapat masuk ke sekolah formal. jadi penyelenggaraan program paket itu disesuaikan dengan tujuan dari pihak penyelnggara. Untuk sekolah rumah (Home schooling) masuk kepada program paket ini, sehingga ijazah yang diberikan adalah ijazah paket setara dan dapat melanjutkan kejenjang sekolah berikutnya termasuk sekolah tinggi. berdasarkan UU sisdinas no 20. Untuk cara memulai program sekolah rumah, ada beberapa cara (berdasarkan pengalaman) A. Swadaya 1. Mulai saja, kelas anak disesuaikan dengan usia 2. Tutor dari orang tua atau yang ditunjuk. 3. Pakai buku panduan Paket A /B/C atau juga pakai buku yang banyak di toko 4. Waktu belajar terserah kita, anak belajar minimal 2 x 3 jam 4. Ujian semester adakan sendiri 5. rapot : buat sendiri; pakai lembaran nilai juga boleh 6. Nanti kalau sudah kelas 6 daftarka ke penyelenggara ujian negara 7. bila anak dapa menyelesaikan soal ujian negara dengan benar, anak lulus, mendapat Ijazah 8. Ujian diselenggarakan tiap tahun sekitar bulan september B. dengan dana bantuan dari pemerintah 1. Mulai saja, kelas anak disesuaikan usianya, 2. Waktu kelas 4 daftarkan ke PKBM setempat untuk di data, dan akan dapat

bantuan sampai kelas 6 C. Penyelenggaraan sekolah rumah tidak hanya setara SD saja bahkan sampai SMA pun ada programnya D. Bagi ikhwan-ikhwan yang kesulitan untuk mendaftarkan ke PKBM setempat, bisa menginduk sementara ke karawang, sampai bisa mendapatkan jalur di diknas setempat. Tentang Fokus pembelajaran yang lainnya terserah kita Contoh : di "K" fokus pembelajaran pada Dirosah Arobiyyah dan Tahfidz al quran, Aqidah dan manhaj salaf Sistem pembelajaran Boarding school dari senin sampai jum'at, Sabtu dan ahad Libur di kota "C" fokus pembelajaran "sama" sistem belajar : senin - jumat belajar di rumah, sabtu & minggu boarding school dll Kesimpulannya : Sistem penyelenggaraan bebas, terserah kita, yang penting anak didik dapat lulus ujian pada saat ujian negara. Namun untuk lulus ujian negara tersebut tentunya dengan proses belajar yang disiplin Insya Allah. Mungkin ini dulu yang dapat dipaparkan, kurang lebihnya mohon maaf kalau ada hal yang kurang berkenan, Wallahu a'lam Abu samhan Fatkhurohman (KARAWANG)

----- Original Message ----From: "Rizki Mulyawan" <rizki.mulyawan@...> To: <assunnah@yahoogroups.com> Sent: Tuesday, July 25, 2006 1:45 AM Subject: Re: [assunnah] Berbagi tentang Homeschooling > Wa 'alaykumus salaam wa rachmatullaahi wa barokaatuh, > > Subchanallaah, saya benar2 tertarik dengan Homeschooling ini. >

> Saya pribadi adalah seorang pemuda yang dibesarkan dengan pendidikan > formal > umum (TK, SD, SMU, S1 Teknik). Terus terang, saya sangat kecewa dengan > pendidikan yang saya terima. > > Pendidikan umum konvensional tidak berdasarkan akidah Islam, namun > berbasis > filsafat. Akibatnya, pendidikan ini menghasilkan pribadi2 yang jahil > terhadap akidah Islam, dan akibatnya akhlak dan pandangan2 hidupnya kurang > Islami. Alchamdulillaah, setelah saya mengenal salafi dan tekun menuntut > ilmu syar'i, kejahilan ini berangsur-angsur dapat diobati. > > Selain itu, jalur pendidikan yang saya tempuh, yakni pendidikan > non-kejuruan, ternyata jauh dari kenyataan. Ilmu yang saya dapatkan di > bangku pendidikan formal ternyata tidak terlalu banyak membantu di dunia > kerja. > > Berbeda dengan keterampilan2 yang saya dapatkan di kursus2 dan pelatihan2. > Nah, ilmu2 praktis ini benar2 bermanfaat. Juga, karena sifatnya teknis dan > jauh dari filsafat, ilmu2 seperti ini tidak berpengaruh buruk terhadap > akidah. > > Saya selalu menasihatkan kepada penerus saya, bahwa seyogyanya pendidikan > itu dimulai dari pendidikan akidah Islam, dan juga cabang2 ilmu syar'i > yang > lain. Kemudian, untuk mencari nafkah secara halal, dan juga agar kita bisa > bermanfaat bagi lingkungan, maka kita perlu membekali diri kita dengan > keterampilan2 yang dibutuhkan masyarakat. Keterampilan2 dapat diperoleh > dengan mengikuti kursus2 dan pelatihan2, atau dengan bersekolah di > Politeknik yang bermutu. > > Namun, saya tidak mengerti realisasi ide ini secara rinci. Nah, > bagaimanakah > program Homeschooling yang telah dilaksanakan oleh para ikhwah Salafiyyun? > Bagaimana kurikulumnya? Apakah dalam tahap awal, pendidikan dasar > diberikan > orangtua di rumah, dan kemudian dilanjutkan dengan kursus2 praktis? > > Wassalaam, > Rizki Mulyawan > Thaalib >

> > Pada tanggal 06/07/20, lulu aliudin <laliudin@...> menulis: >> >> Assalamualaikum warohmatullohi wa barokatuh. >> Alhamdulillah Sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad >> Shollollohu alaihi wa sallam. >> Dengan segala kerendahan hati saya mau berbagi dengan ikhwan sekalian >> tentang Homeschooling. >> > ..........................deleted

Islamic Homeschooling

Upaya mengembalikan fungsi rumah sebagai wahana tarbiyah Islamiyyah sebagaimana diamalkan Salaful Ummah Oleh : Abu Muhammad Ade Abdurrahman

Home-Schooling secara harfiah berarti : bersekolah di rumah. Home-Schooling diselenggarakan ketika orangtua berkeberatan atau merasa kesulitan menyekolahkan anaknya, baik karena alasan jarak (karena tinggal di pedalaman, misalnya) ataupun karena alasan-alasan tertentu lainnya. Mengapa disebut Home-Schooling (bersekolah di rumah), bukan Home-Learning (belajar di rumah) ? Padahal istilah yang kedua sebenarnya lebih tepat. Barangkali ini adalah bias budaya. Kita maklum, saat ini bersekolah merupakan tradisi yang sudah sedemikian merata. Hingga kemudian dianggap suatu kelaziman, atau bahkan keharusan bagi anak-anak. Karena itu, ketika seseorang mencoba untuk tidak menyekolahkan anaknya maka dia khawatir akan dianggap telah melakukan pelanggaran terhadap hak asasi anak. Untuk itulah, barangkali, para orangtua yang menyelenggarakan pembelajaran anak-anak mereka di rumah seakan hendak membela diri, bahwa merekapun sebenarnya menyekolahkan anak -anak mereka juga. Hanya berbeda lingkungan dan metodenya. Itulah, mengapa kemudian disebut Home-Schooling. Untungnya, dalam hal ini pemerintah tidak salah kaprah sehingga menetapkan kebijakan : wajib belajar. Dan tidak menetapkan wajib bersekolah. Substansi dari bersekolah (schooling) sebenarnya adalah belajar (learning). Belajar dapat dilakukan di manapun. Bersekolah hanyalah salah satu cara untuk belajar. Jadi, para orangtua tak perlu merasa bersalah atau rendah diri dengan menjalankan HomeSchooling. Juga, mereka yang menyekolahkan anaknya ke sekolah massal pun jangan dulu berbangga hati.

Sebab, kalau kita mau lebih menukik pada kedalaman realitas, kita patut mempertanyakan : Apakah benar bersekolah itu otomatis sama dengan belajar ? Jawabannya : Belum tentu ! Mari kita pelajari faktanya ! Saat ini, berapa puluh juta lulusan sekolah menengah atas dan perguruan tinggi ? Di sisi lain, berapa puluh juta pula yang berstatus pengangguran ? Padahal, betapa besar karunia Allah berupa kekayaan alam di negeri ini. [1] Apa yang mereka pelajari di sekolah ? Inilah salah satu fakta bahwa belajar di sekolah belum tentu efektif. Dengan kata lain bersekolah belum tentu berarti belajar. Dalam banyak kasus, bersekolah bahkan menjadi penyebab kegagalan hidup seorang anak. Tidak sedikit anak yang terjerumus kepada hal-hal negatif yang menghancurkan hidup mereka, justeru mereka dapatkan lewat pergaulan di sekolah, baik dari (oknum) guru-guru mereka atau dari (oknum) kawankawan mereka. Tanpa perlu penelitian mendalam, banyak yang menilai bahwa metode pembelajaran dan sistem evaluasi yang sekarang berjalan pun cenderung menciptakan mental-block (hambatan mental) yang menghambat laju kreatifitas anak, padahal justeru hal itu amat dibutuhkan di era informasi global saat ini. Sekiranya otak anak terus menerus hanya dijadikan keranjang informasi iptek (itupun hanya sebatas untuk keperluan menyelesaikan soal-soal ujian). Maka dapat dibayangkan, betapa akan kesusahannya dia mengejar laju pertambahan informasi iptek yang terus berkembang dalam hitungan jam, atau bahkan menit. Mengapa tidak terpikirkan oleh kita - para orangtua - untuk melatih dan mengasah otak mereka yang ajaib itu agar mampu memola ulang informasi tersebut, sehingga akhirnya mereka mampu menciptakan informasi baru ? Merangsang anak untuk bertanya Apa .? , Mengapa . ? dan Bagaimana. ? adalah hal yang penting sekali. Keingintahuan adalah tabiat dasar mereka. Namun di samping itu, kita pun perlu merangsang anak untuk bertanya : Mengapa tidak .? dan Bagaimana jika .?. Agar mereka menjadi insan-insan kreatif. Jangan keliru, kreatifitas pun sebenarnya adalah bakat alamiah setiap anak, jika saja para orangtua tidak malas mengasahnya. Atau, malah menyiasiakannya. Sayang sekali, keingintahuan (curiosity) dan kreatifitas (creativity) - dua mutiara terpendam dalam jiwa anak - saat ini justeru banyak ditelantarkan di sekolah massal (formal). Wajar kalau Robert T. Kiyosaki berteriak lantang : If You Want To Be Rich And Happy, Dont Go To School !. Ada alasan lain : Keunikan. Anak itu unik! Cara belajar mereka juga unik, seunik sidik jari mereka; yakni masing-masing anak secara individual memiliki pembawaan dan cara yang khas dalam menyerap serta menggali pengetahuan. Jadi, bagaimana mungkin anak-anak dapat menemukan cara belajar mereka yang unik, jika mereka dituntut harus berseragam di sekolah ? Berdasarkan penelitian [2] bahwa seseorang menjadi jenius adalah pada saat dia mampu menemukan sendiri cara belajarnya yang unik dan orisinil. [3] Seperti dikatakan Enstein : Saya tidak memiliki bakat bakat khusus, tetapi hanya memiliki rasa keingintahuan yang besar sekali.. Keingintahuan yang sangat besar - dilandasi keikhlasan - jugalah nampaknya yang membuat Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah mampu bersabar duduk berjam-jam lamanya di sudut sepi perpustakaan. Beliau lakukan itu berpuluh-puluh tahun lamanya hingga akhirnya menjadi jenius di bidang hadits dan ilmu-ilmu syari lainnya. Menjadi mujaddid abad ini sebagaimana diakui ulama besar yang sezaman dengan beliau, Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz rahimahullah. Namun, agar tidak memunculkan kontroversi yang sia-sia, perlu ditegaskan di sini bahwa :

Menyelenggarakan home-schooling tidak berarti hendak mengingkari atau menggugat profesi keguruan. Menyelenggarakan home-schooling tidak berarti hendak mengingkari atau menggugat peran sekolah formal yang sudah ada dan banyak memberikan kontribusi kepada masyarakat. Kami pun tidak mengklaim bahwa : Home-schooling adalah satu-satunya cara untuk mendidik Anak. Tetapi . yang kami yakini : - Home-Schooling adalah : Sarana paling efektif dalam upaya membangun hubungan baik dan hangat dengan Anak. Mendampinginya saat ia menjalani hari-harinya untuk terus tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa. - Home-Schooling adalah : Alternatif terbaik dalam mendidik Anak, memelihara fithrahnya serta mengembangkan potensinya yang unik. Karena berpijak pada orisinalitas dan individualitasnya sebagai hamba Allah. - Home-Schooling adalah : Sebuah kesempatan emas (furshoh dzahabiyyah) untuk menunaikan secara optimal peran dan tugas keorangtuaan yang nanti akan dituntut pertanggungjawabannya di hadapan Allah. - Home-Schooling adalah : Sebuah kesempatan emas (furshoh dzahabiyyah) untuk mengembangkan potensi orangtua dan anak dalam hal penguasaan ilmu syari, memperbaiki akhlaq diri, membina keluarga sakinah, mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisai, bahkan mengembangkan potensi ekonomi. ISLAMIC HOME-SCHOOLING Islamic Home-Schooling (Selanjutnya akan disingkat IHS) adalah Home-Schooling yang diselenggarakan bertitik tolak dari pertimbangan syari, yakni kewajiban orangtua untuk mengasuh dan mendidik anak, serta dijalankan dengan mengikuti tuntunan AlQuran dan AsSunnah sebagaimana dipahami dan diamalkan para pendahulu ummat ini yang shalih (AsSalafush Sholih). Tujuannya adalah : 1. Terciptanya keluarga sakinah; yang di dalamnya semua hak dan kewajiban tertunaikan dengan sebaikbaiknya 2. Terbentuknya generasi penerus yang bertauhid, berpegang kepada sunnah, berakhlaq mulia, berbadan sehat, multi-cerdas, kreatif dan mandiri serta memiliki semangat untuk membela Islam dan kaum muslimin SUBYEK IHS IHS PERMATA HATI dimaksudkan bagi anak usia 0 - 13 tahun secara umum. Atau sampai anak berusia 16 tahun bagi orangtua yang memiliki kemampuan mengajarkan gramatika Bahasa Arab (kitab gundul) dan ilmu-ilmu syari tingkat menengah. Adapun setelah anak memasuki usia baligh maka anak harus diarahkan untuk melakukan rihlah ilmiyyah guna menimba ilmu dari para ulama, jika hal itu memungkinkan (dan memang harus diupayakan). MENGAPA ISLAMIC HOME-SCHOOLING ?

Menyelenggarakan IHS membutuhkan motivasi yang luar biasa besar dari pihak orangtua. Motivasi akan muncul ketika seseorang dengan sadar dan yakin memahami alasan mengapa dia melakukan sesuatu. Maka kita dituntut untuk memiliki prinsip. Ada beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan prinsip dalam menyelenggarakan IHS : 1. Pertimbangan syari. Dalam syariat, kewajiban mendidik anak adalah tanggung jawab orangtua. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim : 6) Setiap anak yang dilahirkan berada di atas fithroh (Islam), maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan dia yahudi atau nasrani atau majusi. (HSR. Malik, Ahmad, AlBukhori, Muslim, Abu Daud, AtTirmidzi) 2. Pertimbangan fakta sejarah. Banyak kisah dalam AlQuran yang menggambarkan peran orangtua dalam mengasuh dan mendidik anak-anak mereka. (Baca : Qs. Maryam 54-55, QS. Luqman : 13) Interaksi Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam dengan cucu beliau, Hasan dan Husain, atau dengan sepupu beliau, Ibnu Abbas, atau dengan putera asuhnya yang berkhidmat kepada beliau, Anas bin Malik juga dapat kita jadikan referensi. Dari kalangan ulama Islam, tercatat misalnya Ibnul jauzi yang menulis kitab khusus untuk puteranya yang berisi petunjuk menuntut ilmu secara lengkap, Laftatul kabid fi nashihatil walad (Kitab ini patut menjadi rujukan dalam IHS). 3. Pertimbangan naturalitas. Perhatikanlah, anak ayam belajar tentang hidup kepada induknya. Anak kucing belajar tentang hidup kepada induknya. Bayi ikan paus belajar tentang hidup berpuluh tahun pada induknya. Tapi lihatlah si ujang dan si nyai. Kepada siapa mereka belajar tentang hidup ? Ah kasihan sekali, mereka belajar tentang hidup kepada orang lain yang tidak benar-benar mengenalnya ! 4. Pertimbangan orisinalitas dan individualitas anak. Orisinalitas (keaslian) seorang anak adalah : fithroh, keingintahuan dan kreatifitasnya. Sedangkan individualitas (ke-diri-an), meliputi qolb dan jasad (contoh yang jelas : sidik jari, suara dan DNA). Orisinalitas dan individualitas menyebabkan tiap anak unik dalam segala hal, termasuk cara belajar mereka. Agar mereka dapat menemukan cara belajar mereka yang unik, anak wajib mendapatkan kebebasan. [4] DARI MANA KITA MEMULAI ? a. Tash-hihun Niyyah (memperbaiki niat) Mendidik diri dan keluarga adalah ibadah. Ada dua rukun ibadah, salah satunya adalah niat yang ikhlash. Rukun yang lain : muwaafaqotusy-syari, yakni cocok dengan aturan syariat. Jika salah satu rukunnya rusak maka amal akan menjadi sia-sia. Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia, Maka kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir (terjauhkan dari rahmat Allah) QS. AlIsra: 18 Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Huud : 15-16)

Niatkan ber-IHS dalam rangka menjalankan kewajiban syari dengan mengharap keridhoan Allah dan jannah-Nya. b. Bagi yang masih lajang dan berniat ber-IHS, maka berhati-hatilah memilih calon ibu/ayah dari anak anda. Tetapkan pilihan Anda itu di atas dasar Din. Jangan silau dengan penampilan zhahir. c. Keluarga sakinah sebagai prasyarat Salah satu keuntungan ber-IHS adalah kita memiliki kemauan kuat dan terprogram untuk mewujudkan Keluarga Sakinah. Hal yang mungkin terabaikan jika kita melempar tanggung jawab mendidik anak (usia 0-13 thn) kepada orang lain. Alasannya sederhana. Saat kita memutuskan ber-IHS, kita ingin suasana lingkungan rumah tertata se-Islami mungkin. Kita takut anak kita mendapat pengaruh buruk dari kebiasaan buruk kita selaku orang tua. Maka selalu ada upaya untuk memperbaiki diri dan keluarga. Apa itu Keluarga Sakinah ? Definisi yang paling teknis adalah : Keluarga yang di dalamnya, semua hak dan kewajiban tertunaikan dengan baik. Syaikh Muhammad Bin Sholih Al-Utsaimin dalam kitabnya, Huququn daat ilaihal fithroh wa qorrorot-hasy syariah, menerangkan 10 hak yang wajib ditunaikan, yakni : Hak-hak Allah, hak-hak Nabi, hak-hak orangtua, hak-hak anak, hak-hak kerabat, hak-hak suamiistri, hak-hak pemimpin dan rakyat, hak-hak tetangga, hak-hak kaum muslim secara umum, hak-hak non muslim. Semua hak ini wajib dipelajari secara rinci agar bisa ditunaikan dengan benar dan sempurna. Langkah pertama adalah mempelajari. Langkah kedua menerapkannya. Langkah ketiga terus-menerus mengevaluasi sisi mana yang belum tertunaikan. Mewujudkan keluarga sakinah menjadi bukan khayalan lagi, melainkan kesungguh-sungguhan yang berkesinambungan. d. Dengan sepenuh hati menyukai anak anda. Senang bersamanya, sedih berpisah darinya. IHS menuntut komitmen total dari orangtua, khususnya ibu. IHS bukan sekedar memindahkan belajar dari sekolah ke rumah melainkan sebuah pola interaksi ideal orangtua-anak yang dibalut kehangatan dan kelembutan. e. Menjaga rumah dari syetan Kita adalah keluarga besar Nabi Adam alaihis salam. Apa yang menimpa beliau bersama isterinya, Hawa, adalah bagian dari sejarah dan hidup kita hari ini. Adam adalah bapak kita dan Hawa adalah ibu kita, dan kita mengetahui apa yang telah menimpa mereka diakibatkan kedengkian iblis. Membaca ulang kisah awal penciptaan manusia akan membantu kita memahami - atau tepatnya : selalu tersadarkan tentang asas pendidikan Islami yang sebenarnya. Maka kenalilah iblis dan tipu dayanya lalu jadikanlah dia musuh untuk diperangi. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka jadikalah ia musuh(mu), Karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu Hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS. Fathir : 6) Beberapa kiat menjaga rumah dari syetan : 1. Perbanyak melakukan sholat di rumah [5] , 2. Perbanyak membaca Al Quran di rumah, 3. Biasakan dzikir pagi dan sore, 4. Jaga adab-adab di rumah yang di dalamnya ada bacaan-bacaan yang disyariatkan, 5. Bersihkan rumah dari gambar atau bentuk-bentuk salib, 6. Bersihkan rumah dari gambar-gambar hewan dan manusia, 7. Bersihkan rumah dari patung hewan dan manusia, 8. Bersihkan rumah dari suara lonceng, 9. Bersihkan rumah dari suara musik, 10. Jangan biarkan anjing berkeliaran di sekitar rumah. 11. Bersihkan rumah dari kemungkaran. f. Menciptakan lingkungan rumah yang kondusif : aman, sehat serta penuh daya-rangsang terhadap kreatifitasnya

Tentang kriteria aman, sehat dan penuh daya rangsang dapat dipelajari lebih lanjut dari beragai referensi. Hanya saja ada 2 prinsip yang perlu dicatat : Pertama, lebih baik membatasi lingkungan daripada membatasi anak. Kedua, kurangi aturan (omelanomelan) dengan cara menetapkan tempat tertentu untuk barang tertentu kemudian beri label dan tempel aturan singkat yang jelas dan dapat dibaca anak. g. Memiliki kemauan keras untuk mempelajari baca tulis AlQuran dan ilmu-ilmu syari tingkat dasar Dapat dikatakan bahwa materi pelajaran inti yang wajib diajarkan kepada anak usia s/d 13 tahun (usia ibtida-iyyah) adalah apa yang juga wajib diketahui semua muslim dan muslimah. Maka tidak ada alasan untuk menghindari kewajiban mempelajarinya, walaupun sekiranya kita tidak memiliki anak. Apalagi jika kita memiliki anak. Jelaslah ber-IHS merupakan peluang emas bagi kita untuk meningkatkan kwalitas keislaman kita. h. Mempelajari keterampilan mendidik dengan cinta Peran orangtua dalam mendidik anak persis seperti petani yang menanam padi di sawah. Yang harus dikerjakan dan selalu diperhatikan ada 5 hal : 1. Mempelajari ilmu tentang bercocok tanam (poin g dan h) 2. Memilih benih yang unggul (poin b) 3. Mempersiapkan lahan dengan mencangkul dan membajak (a, d, c dan f) 4. Memberikan nutrisi yang cukup : air dan pupuk 5. Menjaga dari hama (poin e) Selanjutnya petani tidak ikut campur lagi. Bagaimana benih padi itu akan tumbuh, berapa lama berbiji dan menghasilkan biji seberapa banyak adalah merupakan ketentuan Allah. Petani tidak boleh dan memang tidak bisa intervensi. Petani sudah berusaha maksimal. Dia akan mendapatkan pahala di sisi Allah, jika amalnya itu ikhlash dan sesuai dengan syariat. Semuanya sudah dijelaskan kecuali nomor 4, memberikan nutrisi. Nutrisi dalam mendidik adalah : Rasa hormat yang tulus pada anak, Penuh pengertian, Peka terhadap masalah dan kebutuhannya, Menerima apa adanya dengan lapang dada. Jika menggunakan kosakata populer : Respek, Empati, Sensitif dan Penerimaan (dapat disingkat RESeP). APA YANG HARUS DIAJARKAN ? Untuk matapelajaran umum dapat mengacu pada kurikulum Diknas. Bisa juga menetapkan sendiri. Menjadikan hidup sebagai kurikulum, tidak ada yang melarang. Penting untuk selalu diingat : bahwa cara dan pola pendekatan Home-Schooling dalam menyampaikan materi pelajaran murni berbeda dengan di sekolah. Dalam Home-Schooling yang ditekankan adalah memilih cara berinteraksi dan berkomunikasi yang tepat serta khas antara orangtua dan anak. Orangtua dituntut kreatif dalam memilih metode dan media yang membuat interaksi menjadi hangat dan akrab. Jadikan proses belajar sebagai proses alamiah hubungan orangtua-anak (seperti halnya melahirkan, menyusui dan memberi makan). Semua momen interaksi orangtua-anak adalah belajar. Jadi

dalam Home-Schooling anda bisa gunakan waktu kapanpun - jika dianggap tepat - untuk memberikan penguatan-penguatan pada salah satu materi yang menurut anda perlu diperkuat. Materi Diniyyah yang diajarkan di IHS PERMATA HATI, secara garis besar meliputi : A. Tarbiyah Syakhshiyyah (Pembinaan Karakter) B. Tahfizhul Quran C. Tahfizhul Ahaadits B. Ulum Syariyyah (Ilmu-ilmu Syari) : Aqidah, Manhaj, Fiqh, Tafsir, Akhlaq, Tarikh C. Bahasa Arab MENEPIS KERAGUAN Keraguan Pertama : Aku tidak bisa menghadapi anak ! Jawaban : Kala anda memutuskan untuk menikah, apakah tidak terpikirkan bakal memiliki anak ? Mempelajari keterampilan mengasuh dan mendidik anak adalah konsekwensi yang harus anda pikul dari keputusan yang anda ambil itu. Kecuali anda seorang egois yang hanya memikirkan kesenangan pribadi dari sebuah pernikahan ! Perhatikanlah, banyak orang yang mempelajari keterampilan seksual dengan cara membeli banyak buku referensi atau berkonsultasi kepada pakar seks, meski keterampilan tersebut amat sangat bersifat primitif dan - maaf - menjijikan kala dibuka di depan publik. Mengapa anda kalah oleh mereka. Anda bisa bersaing dengan mereka dengan mempelajari keterampilan yang jauh lebih penting, yakni keterampilan mendidik anak. Banyak wanita khawatir penampilannya tidak lagi menarik di hadapan suami lalu berusaha keras dengan berbagai cara. Tapi amat sedikit yang khawatir kalau penampilannya tidak lagi menarik di hadapan anak-anaknya sehingga tidak melakukan apapun untuk mereka. Ah, tragis sekali ! Keraguan kedua : Aku bukan ustadz ! Jawaban : Ini sudah dijelaskan, bahwa materi pelajaran inti yang wajib diajarkan kepada anak usia s/d 13 tahun (usia ibtidaiyyah) adalah apa yang juga wajib (fardhu ain) diketahui setiap muslim dan muslimah. Maka tidak ada alasan untuk menghindari kewajiban mempelajarinya, walaupun sekiranya kita tidak memiliki anak. Apalagi jika kita memiliki anak. Anda bisa bertanya pada diri sendiri : Apakah kalau aku tidak ber-IHS, aku bebas dari kewajiban mempelajarinya ?. Keraguan ketiga : Seorang ibu barangkali berkata : Kalau aku secara total harus mengurus anak, bagaimana aku bisa mengembangkan diri ? Jawaban : Saya ingin menepis keraguan ini dengan menukil beberapa kalimat yang ditulis seorang wanita barat yang beragama nasrani, agar kaum muslimat - yang telah dijaga kehormatan dirinya oleh Allah dengan hijab - dapat merenungkannya (semoga kesimpulan mereka sama dengan saya, bahwa kalimatkalimat ini lebih layak diucapkan oleh seorang muslimah yang berhijab) : Dalam budaya Barat, terbebas dari tanggung jawab mengasuh anak seringkali dipandang sebagai cara terbaik dan satu-satunya cara bagi seorang ibu untuk mengembangkan diri. Saya tidak setuju sama sekali dengan pandangan seperti itu. Waktu yang saya habiskan di rumah, bermain dan belajar bersama anakanak, adalah masa paling produktif dalam hidup saya. Saya serius!. (Marty Layne, Ibuku Guruku, hal. 26) Selanjutnya dia berkata di hal. 364 : Sebenarnya hanya dengan benar-benar merawat dan mengasuh anaklah kita belajar bagaimana menjadi ibu. . Lanjutnya lagi, masih di hal. 364 : Mari kita lihat

sebagian cara untuk mengembangkan kehidupan yang tidak mengharuskan pemisahan dari anak-anak kita. Kemudian dia memberikan contoh : membaca, merajut, membuat karya tulis atau berolah raga ringan ! MEMETIK MANFAAT Apa manfaat menjalankan IHS ? Kalau saja tidak ada manfaat lain dari IHS selain pahala dari sisi Allah atas upaya kita menunaikan peran dan kewajiban selaku suami/istri dan atau ayah/ibu secara maksimal dan optimal, maka bagi seorang mukmin hal itu sudah cukup. Tapi ada banyak manfaat lain yang semuanya sudah disinggung pada penjelasan yang terdahulu. Semoga bermanfaat. Karawang, 28 Shafar 1428 H/18 Maret 2007 [1] Contoh kecil : Menurut keterangan Direktur Bank Muamalat Indonesia, bahwa panjang pantai Indonesia adalah 88.000 km sehingga menempatkan Indonesia termasuk 10 negara berpantai terpanjang di dunia. Ironisnya, kita masih mengimpor 1,5 juta ton garam per tahun ! [2] Your child can think like a genius, How to unlock the gifts in every child, karya Bernadette Tynan, presiden Beautiful Minds, sebuah lembaga amal yang didirikan untuk mendanai penelitian-penelitian yang bertujuan mengembangkan bakat alami anak-anak, mantan dosen senior pada Research Centre for Able Children di Oxford. (Diterjemahkan dengan judul : Melatih anak berpikir seperti jenius, Menemukan dan mengembangkan bakat yang ada pada setiap anak, Penerbit Gramedia). Inti buku itu adalah memperkenalkan : Thumb Print Learning, yakni : cara belajar seunik sidik jari. [3] Belajar secara mulaazamah kepada masyayikh, sebagaimana dijalankan para salafus sholih berabadabad lamanya, memberikan banyak kebebasan kepada siswa untuk menentukan matapelajaran apa yang akan dipelajari dan bagaimana dia mengembangkannya. Sehingga para siswa memiliki kesempatan yang luas untuk menemukan sendiri cara belajarnya yang unik. Allaahu alam. [4] Bebas adalah keadaan seseorang ketika melakukan sesuatu dengan senang hati dan atas pilihannya sendiri. Mukmin, ketika melakukan ketaatan (menunaikan perintah Allah dan menjauhi laranganNya) melakukannya dengan senang hati dan berdasarkan pilihannya sendiri, bukan karena tekanan. Maka mukmin adalah orang yang sungguh-sungguh bebas dalam makna yang hakiki. Munafiq adalah orang yang sungguh-sungguh terbelenggu jiwanya. Kafir juga bebas, tetapi kebebasannya bersifat maya (semu), karena secara internal dia sedang berperang dengan fithrohnya dan terbelenggu oleh hawa-nafsunya, serta berada di bawah ancaman azab. Dari definisi ini, dapat disimpulkan bahwa peran orangtua adalah menanamkan pemahaman yang benar tentang kebaikan dan keburukan ke dalam pikiran anak, sehingga nanti anak bertindak berdasarkan pemahaman, bukan karena paksaan dari luar. Proses menanam ini harus dilakukan dengan dengan : ikhlash, berkesinambungan, multi-metode serta pendekatan lembut dan penuh kesabaran. Tidak ada batasan waktu tertentu yang diperlukan untuk proses ini. Nabi Nuh alaihi salam tinggal bersama kaumnya selama 950 th, berdakwah siang malam (kesinambungan), dengan ilan dan isror (multi-metode). Tidak dapat dikatakan gagal, hanya karena sedikit yang mengikutinya. Tidak ada kata GAGAL dalam kamus mendidik, jika sudah dilakukan dengan benar. Kita bertanggung jawab pada proses bukan pada hasil ! Menemukan cara yang pas untuk menanamkan pemahaman yang benar pada pikiran anak adalah sebuah seni mendidik yang amat indah! Selebihnya adalah kesiapan kita untuk memberi tempo yang cukup kepadanya untuk tumbuh dan berkembang. [5] Pria dewasa wajib sholat fardhu di masjid. Jadi yang dimaksud bagi mereka adalah memperbanyak sholat-sholat sunnah di rumah.

Dari makalah yang diposting Bapak Fatkhurohman di milis asahpenaindonesia. Sangat memberi pencerahan buat saya pribadi. Jika ingin mengetahui lebih lanjut mengenai komunitas Permata Hati, bisa menghubungi : Permata Hati (Perhimpunan Orangtua Pemerhati Islam) Perumnas Bumi Teluk Jambe Blok S No. 238 Karawang telp: 0267-8456046, direct 081381149700 (Fatkhurohman)

Apa Itu Sekolah Rumah?


Sekolah rumah adalah salah satu model alternatif belajar selain di sekolah. Pengertian umumnya adalah proses pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua/keluarga di rumah atau tempat lain, dimana proses belajar mengajar berlangsung dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal.

Sekolah Rumah : Sebuah Alternatif


Di luar negeri istilah homeschooling (sekolah rumah) bukanlah hal baru. Istilah ini merujuk pada aktifitas pembelajaran anak yang dilakukan di rumah oleh orang tua atau orang dewasa lain di rumah. Bukan sekedar belajar, tapi belajar yang terstruktur sistematis dan mengacu kepada sebuah metode serta kurikulum standar. Ada beberapa alasan yang menyebabkan orang tua memilih sistem ini sebagai pola pembelajaran anak. Pertama, orang tua sering berpindah tempat karena profesinya. Sekolah rumah membuat keluarga tidak terpisah dan anak punya banyak waktu bersama orang tuanya. Kedua, ada keluarga yang merasa bahwa anaknya membutuhkan lebih dari sekedar akademis. Anak butuh pengalaman belajar yang sesuai dengan minat anak dan juga tantangan. Sistem belajar di rumah memberikan lingkungan belajar dengan perbandingan guru dan murid yang ideal. Orang tua dan anaklah yang menentukan mau belajar apa, kapan dan dimana? Ketiga, mempertahankan keimanan dan ritual keagamaan anak. Sistem ini memungkinkan orang tua melatih anak bagaimana mempraktekkan hidup islami sehari-hari. Keempat, menghindari dan menjaga dari lingkungan sekolah yang berbahaya seperti dipalak atau dikompas anak nakal, tawaran narkoba, seks bebas atau tindakan kriminal lainnya. Kelima, meningkatkan keakraban keluarga di jaman di mana anak lebih banyak dididik oleh pengasuhnya atau orang dewasa lain atau dititipkan di sekolah yang sekaligus melayani penitipan anak. Sistem ini dapat menyambung kehangatan di dalam keluarga karena lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Karena itu, sebelum memutuskan anak pergi ke sekolah atau belajar di rumah, perlu diperhatikan betul kelebihan dan kekurangan kedua metode belajar ini dan pilihlah metode paling cocok yang memungkinkan anak mendapatkan pilihan terbaik.

Taken from Ummi Edisi Spesial

Metode dalam Sekolah Rumah

Saat pertama kali melakukan pencarian informasi tentang homeschooling enam tahun lalu, saya benar-benar bingung bagaimana memulainya. Awalnya saya mengira metode tradisional itu yang terbaik karena saya punya jadwal dan pelajaran yang jelas setiap harinya. Ternyata setelah sempat mencoba membuat jadwal dan menyusun pelajaran yang akan diberikan, saya akhirnya sadar bahwa homeschooling tuh gak selamanya seperti sekolah, terlebih lagi jika seperti saya yang bekerja penuh waktu dan masih harus memikirkan urusan rumah pula! Berdasarkan pencarian, ada beberapa metode dalam homeschooling. Ini daftar singkatnya: Charlotte Mason Method: Charlotte Mason mengembangkan pendekatan khusus terhadap pendidikan yang lebih fokus pada kurikulum berbasis literatur. Montessori Method: Menurut Dr. Maria Montessori, learning is a natural, self-directed process which follows certain fundamental laws of nature. Rekomendasinya kepada orang tua dan guru adalah Follow the Child. The Eclectic Homeschooler: Banyak keluarga yang akhirnya memilih metode ini, karena untuk mengajarkan sebuah materi kita bisa menggunakan pendekatan yang berbeda-beda tergantung tujuan yang ingin dicapai. Kita bisa mengkombinasikan berbagai metode yang ada sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Traditional or School-at-Home Method: Metode tradisional lebih mirip memindahkan sekolah ke rumah, karena kita harus menyusun kurikulum, harus ada system penilaian dan pencatatan kegiatan belajar, serta adanya jadwal yang jelas. Unschooling or Natural Learning Method: Kalau metode ini kebalikannya dari metode tradisional, tergantung keinginan anak Untuk informasi lebih lanjut kunjungi situs ini. Unit Studies Approach: Metode ini menggabungkan semua mata pelajaran ke dalam satu tema atau topic. Ehm, kalau pernah dengar istilah spider web, nah ini lah metodenya. Jadi untuk satu tema dinosaurus misalnya, kita bisa mengajarkan sejarah, IPA, matematika, melukis, dll. Waldorf Method: Dikembangkan oleh Rudolf Steiner, metode ini menekankan seni dan kerajinan tangan, musik dan gerakan. Anak belajar membaca dan menulis dengan membuat buku sendiri. Kalau pernah dengar istilah Notebooking atau lapbooking, nah ini dasarnya. Kunjungi situs ini, jika ingin mengetahui metode Waldorf lebih lengkap.

Untuk informasi yang lebih lengkap, silahkan kunjungi situs ini

FAQ
Bagaimana dengan Kurikulum ? Tentang kurikulum, memang di Indonesia cuma ada kurikulum tunggal (www.puskur.net). Itulah asyiknya homeschooling, kita bisa meracik sendiri kurikulum untuk anak kita sesuai dengan kebutuhan mereka. Ambil saja kurikulum luar yang bebas, lalu padu padankan sesuai kondisi anak-anak kita.

Bagaimana dengan ijazah untuk anak? Untuk mendapat ijazah negara setara SD, SMP atau SMA, maka bisa menggunakan alternatif Ikut Program Paket. Caranya kita bisa konsultasi Ke Kantor DIKNAS setempat, bagian subdinas Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dan biasanya akan diarahkan untuk mengikuti unit penyelenggara program kegiatan belajar Masyarakat (PKBM) yang ada disekitar wilayah kita tinggal. By the way, Paket A (setara SD) bisa melanjutkan ke SLTP formal, Paket B (setara SMP) bisa melanjutkan ke SLTA formal, Paket C (setara SMA) bisa melanjutkan ke Universitas Negeri maupun swasta (Eksak maupun Sosial). Dijamin Undang-undang negara Catatan untuk para keluarga yang memutuskan HS :

1. Sebisa mungkin segera melapor ke Diknas masing-masing untuk pendataan, terutama HSer yang
sudah memasuki usia sekolah. Sepertinya Diknas tiap kota akan beda kebijakannya, jadi aktiflah mencari info. 2. Mungkin akan berbeda tiap wilayah, tetapi belajar dari pengalaman teman-teman di Malang, Diknas tidak mau mengurusi HSer orang per orang/keluarga per keluarga, jadi sebaiknya segera dibentuk Asahpena Wilayah sebagai wadah, berapapun anggotanya. Selanjutnya Diknas hanya bersedia menerima laporan dari wadah Asahpena ini, bukan perorangan. 3. Belajar dari Malang, Diknas kota/kab TIDAK PEDULI apa yang terjadi di Diknas pusat (kesepakatan Asahpena-Diknas, dll) dan untuk di wilayahnya diberlakukan ketentuan sesuai prosedur yang berlaku di daerah. Kalau anak bosan, bisakah mereka pindah/masuk kembali ke sekolah formal? Sekarang banyak terdapat komunitas - tempat berkumpulnya keluarga Homeschooling. Bergabung dengan komunitas mempunyai keuntungan tersendiri. Selain adanya tempat untuk berkonsultasi, komunitas merupakan pendukung utama dalam pelaksanaan kegiatan Homeschooling keluarga. Contohnya komunitas Kerlip di daerah Tanjung Barat, mereka mempunyai sekolah mitra. Dengan adanya sekolah mitra kerlip seperti SD Hikmah Teladan, SD Tumbuh Kembang Al Amanah, SD Plus Marhas, SDIT Mutiara Hati, SMP Plus Al Amanah, SMA Plus PGRI Cibinong, anak-anak dapat melanjutkan atau pindah sekolah setiap diperlukan. Jadi tidak perlu khawatir kan? Adakah persyaratan khusus bagi anak homeschooler untuk ikut ujian kesetaraan? Persyaratan peserta ujian nasional pendidikan kesetaraan bagi peserta didik yang belajar secara mandiri yang pindah jalur dari pendidikan formal ke pendidikan nonformal adalah:

a. memiliki laporan lengkap penilaian hasil belajar pada satuan pendidikan mulai semester I tahun
pertama hingga semester I tahunterakhir pada satuan pendidikan formal yang setara b. memiliki ijazah dari satuan pendidikan setingkat lebih rendah kecuali untuk mengikuti ujian nasional pendidikan kesetaraan Paket A

Persyaratan peserta ujian nasional pendidikan kesetaraan bagi pesertadidik yang belajar secara mandiri adalah:

a. memiliki laporan hasil belajar berupa portofolio, transkrip, rapot, sertifikat, surat penghargaan,

surat keterangan tentang keikutsertaan dalam pelatihan, pagelaran, pameran, lomba, olimpiade, dan kegiatan unjuk prestasi lainnya, atau

b. hasil tes kelayakan untuk mengikuti ujian nasional


Informasi lengkap bisa dibaca di situs asah pena dan sekolah maya. Semoga membantu.

Post a Comment

Hide Comments (4)

Ririn Ibunya Nabila: Web yang keren, terima kasih. Kami bisa belajar dr informasi yg disampaikan. Anak kami Nabila, HS sudah sekitar 4 bulan. Dia sangat menikmati & potensinya muncul.

RBBC: Yang ingin ditanyakan... Untuk orang tua yang ingin anaknya HS apa yach? kalau masih tetap butuh Ijsah atau pengakuan lebih baik disekolahkan di sekolah formal saja httP://rumahbelajarbumicendekia.blogspo t.com wahidah: Terimakasih pak Budi atas tambahan penjelasannya. Saya memang belum menambahkan informasi tersebut. budi trikorayanto: ass. wr. wb. salah satu yang paling penting dalam pendidikan kita adalah PENGAKUAN. Ada ijasahnya tidak? Yang terlegitimasi. Karenanya harus ikut UN atau UNPK yang diselenggarakan Depdiknas. Bagaimana caranya untuk bisa ikut ujian sekolah formal (UN)? atau untuk ikut ujian kesetaraan (UNPK), silakan kontak komunitas yang telah berpengalaman menyelenggarakan (HS Pelangi Ibu Erlin (021) 93005792, HS Berkemas) atau tanyakan ke ASAHPENA atau HIPSKI. Ass. Wr. Wb. Budi

Sebelum Memutuskan : Mengukur Daya Dukung


Sebelum memutuskan untuk melakukan praktek sekolah rumah, pertimbangkan betul sisi kuat dan lemah metode ini. Lantas, ukurlah daya dukung yang anda miliki. Apa pilihan yang akan diambil? Sekolah, homeschooling atau semi homeschooling? Faktor Penguat Melakukan Sekolah Rumah

Sekolah rumah merupakan sebuah program belajar mandiri di rumah. Maka, pendekatan yang digunakan pun bersifat lebih individual. Setiap anak akan memperoleh pendidikan dengan potensi dan kecenderungan minat masing-masing. Setiap karakter khas anak, dan perkembangan dirinya, dapat selalu dipantau orang tua secara personal. 2. Fleksibilitas kurikulum 3. Anak dan orang tua akan terlibat aktif dalam kegiatan sehari-hari sehingga keakraban dalam keluarga akan semakin kuat terjalin, sementara pengaruh buruk dari lingkungan dapat diminimalisir.

1.

Faktor Penghambat Melakukan Sekolah Rumah

1. Biaya. Sekolah rumah bisa jadi mahal, tetapi bisa juga murah. Biaya bisa jadi penghambat tapi

bisa juga jadi penguat. Semua tergantung dari sudut mana kita memandang. 2. Pengawasan. Sekolah rumah memang membutuhkan perencanaan dan pengawasan optimal. Disiplin dan konsistensi orang tua dalam mengajar atau memfasilitasi akan mempengaruhi sukses tidaknya sekolah rumah yang akan dijalani. 3. Kapabilitas orang tua. Tidak hanya berkaitan dengan kemampuan mengajar anak tetapi juga kemauan orang tua untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Namun yang paling penting apakah orang tua mempunyai kepercayaan diri yang cukup besar untuk mengambil alih tanggung jawab pendidikan anak sepenuhnya.

Sebelum Memutuskan : Hal-Hal Yang Harus Dipertimbangkan


Banyak keluarga yang menjalankan sekolah rumah pada awalnya tidak serta merta langsung memutuskan untuk memilih menyekolahkan anak di rumah. Mereka justru mengalami perjalanan panjang dalam menimbang baik buruknya sekolah rumah bagi keluarga, belum lagi tekanan dari keluarga besar serta lingkungan saat mengutarakan ingin sekolah rumah. Seperti halnya keluarga kami. Walaupun riset sudah dilakukan sejak anak pertama lahir 6 tahun lalu, karena keterbatasan akhirnya kami hanya mencoba setengah konsep ini untuk anak sulung kami. Karena ada banyak hal yang harus dipertimbangkan dengan serius sebelum memutuskan untuk menjalankan sekolah rumah antara lain: Komitmen Waktu - Homeschooling akan menghabiskan sebagian besar waktu anda, ini bukan sekedar duduk membaca buku selama beberapa jam khususnya jika anda, seperti saya, memilih meng-HS pra sekolah/bayi. Akan ada banyak eksperimen dan kegiatan yang harus dilakukan, ada pelajaran yang harus disiapkan, ada pekerjaan yang harus dinilai, ada field trips, dan lain-lain. Ada baiknya membuat jadwal, namun tanpa jadwal pun tidak masalah. Pengorbanan Pribadi Orang tua yang memilih HS harus menyadari bahwa mereka akan kehilangan waktu pribadi untuk diri sendiri, karena sebagian besar waktu dihabiskan bersama anak-anak. Namun kita bisa membuat kesepakatan dengan anak-anak atau membuat jadwal khusus pribadi yang harus dikomunikasikan kepada mereka. Ini juga pembelajaran agar anak-anak menghormati kesepakatan serta menghormati bahwa orang tua mereka perlu waktu untuk memulihkan diri. Hambatan Keuangan Homeschooling bisa jadi mahal bisa juga tidak, namun butuh komitmen waktu yang berarti salah satu orang tua harus berada di rumah. Saya sendiri bukan stay at home mother dan masha Allah sulit sekali. Beberapa teman, akhirnya menyiasati dengan mengatur waktu sehingga

mereka bisa sekolah 5 hari dalam seminggu dan bekerja di 2 hari yang tersisa. Untuk keluarga saya, kami kebanyakan beraktifitas malam hari selama 5 hari seminggu dan bisa full saat akhir minggu. Biasanya di akhir minggu ini kami jalan-jalan. Sosialisasi Perhatian lebih sangat diperlukan untuk memberi kesempatan anak bergaul dengan orang lain. Kelebihan HS adalah kita bisa mengontrol dengan siapa anak bersosialisasi, sehingga pengaruh buruk bisa diminimalisir.. Pengaturan Rumah Tangga Pekerjaan rumah tangga dan cucian masih harus dikerjakan, tapi tidak mungkin diselesaikan semuanya di pagi hari. Jika anda orang yang suka kerapihan, bersiap-siaplah karena HS membuat berantakan seluruh rumah. Ini hanya masalah pengaturan yang baik. Dan semua saya yakin bisa. Kedua Orang Tua Sepakat Hal yang penting adalah kedua orang tua sama-sama sepakat untuk mencoba HS. Akan lebih sulit jika salah satu orang tua tidak setuju. Apakah Anak Bersedia? Anak yang bersedia untuk mencoba HS akan memudahkan orang tua menjalankan HS sehari-hari. Satu Tahun Sekali Ini bukan komitmen seumur hidup. Banyak keluarga yang mengevaluasi HS mereka setiap tahun. Takut Mengajar?- Jika anda bisa membaca dan menulis, anda pasti bisa mengajar anak anda. Anda tidak harus punya gelar untuk bisa mengajar anak anda sendiri. Jangan biarkan orang lain menghalangi anda! Memohon Petunjuk Jangan lupa sholat Istikharah. Memohon petunjuk Allah atas segala yang akan kita pilih dan lakukan. Berbicara dengan orang tua lain yang menjalankan HS atau bergabung dengan komunitas juga sangat membantu.

Post a Comment

Hide Comments (2)

kamal: saya kira dalam pendidikan anak yang bagus malah orang- orang nu. mereka menyekolahkan anak- anak mereka pada kiai dan belajar dipesantren. ijasah tetap ada, budaya belajar seperti orang umum juga ada. via: homeschooling di jakarta di mana ???

Tips Untuk Orang Tua

Demi kelancaran proses pembelajaran di rumah, tips berikut ini mungkin bisa membantu:

Tempatkan alat-alat bermain untuk latihan dengan rapi dan teratur agar anak pun belajar menjaga kerapihan dengan pemahaman mempermudah saat kita membutuhkan. Berikan latihan pada saat yang tepat, yaitu sesuai tahapan perkembangan anak atau saat anak menunjukkan minat dan ketertarikannya. Jangan cepat merasa putus asa dan merasa anak tidak akan mampu melakukannya, karena setiap anak membutuhkan waktu untuk belajar. Bersabarlah, jangan terburu-buru mengoreksi kesalahan yang dilakukan anak. Biarkan ia mengatasi sendiri dan belajar dari kesalahannya Orang tua harus belajar menekan keinginan untuk selalu membantu anak agar anak dapat belajar mandiri. Jangan lakukan sesuatu, jika sebenarnya ia mampu melakukannya sendiri. Ketika anak berhasil mengerjakan dengan baik, berilah pujian yang tulus. Tetapi jangan memberi komentar yang negatif ketika ia belum berhasil. Ciptakan suasana yang tenang tapi menyenangkan agar anak dapat melatih berkonsentrasi dan menyelesaikan proses sesuai kemampuannya tanpa tekanan. Jangan pernah membandingkan perkembangan anak Anda dengan anak sebayanya yang lain, karena setiap individu memiliki potensi yang unik. Latihlah kemampuan Anda untuk menjelaskan kepada anak dengan kata-kata yang sederhana dan gerakan seminim mungkin, karena penjelasan yang terlalu panjang justru mempersulit anak memahaminya. Siapkan peralatan untuk pembelajaran sebaik-baiknya.

Perlengkapan Belajar

1. Buku buku cerita, non fiksi, buku mewarnai, buku mengenal huruf, buku mengenal angka, buku mengenal warna, buku mengenal bentuk, seri cerita nabi, buku cerita islami, buku sejarah dunia, atlas, kamus untuk anak, buku belajar matematika, buku science, buku aktivitas yang penuh ide belajar. 2. Kertas kebanyakan sih kertas putih biasa, tapi kertas bergaris boleh juga. Saya sendiri punya persediaan kertas tebal dalam berbagai warna. Sebagian sudah dipotong seukuran kartu pos. 3. Pulpen dan pensil pensil warna, crayon, boardmarker dan permanent marker. 4. Perlengkapan seni - kertas mengkilat, glue sticks, PVA glue, piring kertas, gunting khusus anak, kertas tissue, cat, kuas gambar and lain-lain.. 5. Flashcard saya punya beberapa buatan pabrik, tapi ada juga yang saya buat sendiri. 6. Magazine holders & clear boxes: saya gunakan untuk menyimpan kertas dan banyak hal lain. Meja belajar jadi agak lumayan rapi. 7. Perlengkapan belajar science: kaca pembesar, magnet, peralatan berkebun, beberapa buku eksperimen (kebetulan punya buku terbitan lama yg lumayan bagus), buku-buku HarunYahya terutama tentang binatang.

8. Perlengkapan belajar matematika: sempoa, jam tiruan, uang-uangan (seperti yang di monopoli), blocks, timbangan sederhana, penggaris, kalkulator (kadang dibutuhkan juga) 9. Permainan edukatif: misalnya Alphabet Bingo, Cubes, Junior Scrabble, ular tangga, monopoli masih banyak lagi Anak-anak bisa belajar melalui permainan. Beberapa saya buat sendiri karena gak bisa didapat di pasaran. Dan sumbernya ya dari internet. 10. Perlengkapan lain yang disarankan: globe, peta, stickers, stensil, lego atau building toys lain, kostum untuk bermain kreatif, dan lain-lain. 11. Yang juga penting: komputer dan printer! (duh rasanya gimana waktu kemarin-kemarin gak punya printer serba terbatas deh). Akhirnya punya printer warna yang sekaligus scanner. Printer xerox yang didapat dari hasil lelang di kantor, dipensiunkan dulu. Satu lagi yang masuk daftar wishlist adalah mesin laminating! Sedang menabung untuk membelinya, karena lihat di Ace Hardware harganya hampir 300-rban.

Post a Comment

Hide Comments (1)

Bunda Alam: beli printer yg sekaligus bs buat copy & scan aja Bunda...ada koq yg harga sekitar 1,3jtan...sy jd terobsesi utk membuat homeschooling di rumah buat ke-2 anak kami, kebetulan yg sulung kena syndrome taurette jd butuh perhatian extra & serba rileks...sayangnya sy kerja di luar rmh dr pg hingga sore...so jd kurang deh rasanya waku bersama anak2....salam

Anda mungkin juga menyukai