Anda di halaman 1dari 3

Kerjasama Politik Keamanan ASEAN Komunitas Politik Keamanan ASEAN Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 didasarkan

salah satunya melalui pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN. Komunitas Keamanan ASEAN yang kemudian diubah menjadi Komunitas Politik Keamanan ASEAN sejalan dengan Piagam ASEAN bertujuan mempercepat kerjasama politik keamanan di ASEAN untuk mewujudkan perdamaian di kawasan, termasuk dengan masyarakat internasional. Dalam mencapai Komunitas Politik Keamanan ASEAN, disusun langkah langkah yang tertuang dalam ASEAN Political Security Community Blueprint (APSC) Bluerpint sebagai kelanjutan dari Rencana Aksi Komunitas Keamanan ASEAN dan Vientiane Action Programme (VAP). Dalam kaitan ini, berbagai usulan Indonesia telah dapat diterima seperti pemajuan prinsip-prinsip demokrasi, pemajuan dan perlindungan HAM, mendorong tata kelola pemerintahan yang baik dengan memerangi korupsi, kerjasama penanangan illegal fishing, mensinergikan langkah pembentukan Komisi Pemajuan dan Perlindungan Hak Perempuan dan Anak, dan mendorong penyusunan instrumen ASEAN untuk pemajuan dan perlindungan hak pekerja migran. Kejahatan Lintas Negara Upaya pemberantasan kejahatan lintas negara (transnational crimes/TC) atau disebut pula sebagai non-traditional security issue di dalam Piagam ASEAN merupakan salah satu prioritas kerjasama ASEAN. Untuk mendukung pemberantasan TC, ASEAN telah membentuk ASEAN Ministers Meeting on Transnational Crime (AMMTC) pada tahun 1997 dengan mekanisme Senior Official Meeting on Transnational Crime (SOMTC) sebagai subordinasinya. Negara anggota ASEAN menyepakati 8 (delapan) bentuk kejahatan transnasional yang harus ditangani secara bersama, yaitu: terorisme, Perdagangan Manusia / Trafficking in Persons, Penyelundupan obat-obatan terlarang, Pembajakan di Laut, Pencucian Uang, Kejahatan Ekonomi Internasional, Penyelundupan senjata, Kejahatan Maya / Cyber Crime. Pemberantasan Terorisme Pemberantasan terorisme merupakan salah satu bentuk kerjasama di bawah mekanisme AMMTC. Untuk memperkuat kerjasama, ASEAN telah menyusun dan menandatangani ASEAN Convention on Counter Terrorism (ACCT), saat KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina, pada tanggal 13 Januari 2007. Konvensi ini merupakan instrumen penting kerjasama ASEAN yang memberikan dasar hukum yang kuat guna meningkatkan kerjasama untuk pencegahan, penanggulangan dan pemberantasan terorisme. ACCT belum berlaku efektif karena baru diratifikasi oleh Singapura dan Thailand. Untuk mendorong proses ratifikasi dan sebagai langkah implementasi dari Cetak Biru Komunitas Politik Keamanan ASEAN, saat SOMTC ke-9 di Nay Pyi Taw, Myanmar, tangal 30 Juni 2009, disepakati ASEAN Comprehensive Plan of Action on Counter Terrorism (ACPoA on CT). Kesepakatan ACPoA on CT perlu dicatat pula sebagai keberhasilan Indonesia mengingat dalam kerangka SOMTC, Indonesia menjadi lead shepherd pembahasan terorisme.

Treaty of Amity and Cooperation on South East Asia (TAC) Terkait dengan Treaty of Amity and Cooperation on South East Asia (TAC), tercatat 16 negara di luar kawasan yang telah mengaksesi TAC. Negara-negara tersebut adalah Papua New Guinea (5 Juli 1989), China (8 Oktober 2003), India (8 Oktober 2003), Jepang (2 Juli 2003), Pakistan (2 Juli 2004), Korea Selatan (27 November 2004), Federasi Rusia (29 November 2004), Mongolia (28 Juli 2005), New Zealand (28 Juli 2005), Australia (10 Desember 2005), Perancis (13 Januari 2007), Timor Leste (13 Januari 2007), Sri Lanka (1 Agustus 2007), Bangladesh (1 Agustus 2007), Korea Utara (24 Juli 2008), dan Amerika Serikat (22 Juli 2009). Pembentukan Badan HAM ASEAN ASEAN telah mencapai perkembangan baru dalam bidang pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia dengan disepakatinya pembentukan suatu badan HAM ASEAN yang bernama ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) sesuai dengan Pasal 14 Piagam ASEAN. AICHR merupakan consultative intergovermental body dalam struktur Organisasi ASEAN. Menjadikan suatu komisi HAM ASEAN yang memiliki mandat dan fungsi yang berimbang antara pemajuan dan perlindungan dilalui dengan pendekatan evolusi. Isu HAM masih merupakan isu yang sangat sensitif di ASEAN mengingat perbedaan pembangunan politik di masing-masing negara anggota. Indonesia terus memainkan peran aktif dalam Komisi HAM ASEAN terutama menjadikan komisi HAM ASEAN sebagai badan yang kredibel dan melindungi hak-hak warga ASEAN. Komite Wakil Tetap untuk ASEAN Piagam ASEAN telah memandatkan negara anggota untuk menunjuk seorang wakil tetap untuk ASEAN pada tingkat duta besar yang berkedudukan di Jakarta. Para wakil tetap (permanent representative) asal negara-negara ASEAN secara kolektif tergabung dalam Komite Wakil Tetap untuk ASEAN (Committee of Permanent Representatives to ASEAN / CPR). Tugas-tugas CPR antara lain adalah mendukung Dewan Komunitas ASEAN ( ASEAN Community Councils), Badan Sektoral ASEAN (ASEAN Sectoral Ministerial Bodies), Sekretaris Jenderal ASEAN dan memfasilitasi kerjasama ASEAN dengan external partners atau negara mitra wicara ASEAN. Pada saat ini, 8 (delapan) negara ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Laos Malaysia, Myanmar, Singapura dan Viet Nam telah menunjuk wakil tetap untuk ASEAN. Sedangkan Indonesia dan Thailand sementara ini masih menunjuk wakil tetap sementara (ad interim) untuk ASEAN. Tugas wakil tetap ad interim Indonesia untuk ASEAN saat ini dirangkap oleh Dirjen Kerjasama ASEAN, Departemen Luar Negeri. Myanmar Perkembangan politik Myanmar mempengaruhi citra ASEAN di mata dunia internasional dan menjadi kendala dalam kerjasama ASEAN dengan beberapa negara mitra wicara terutama Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Kanada dan Uni Eropa. ASEAN secara terus menerus selalu mengangkat isu Myanmar pada setiap Pertemuan para Menlu ASEAN dan pada tingkat Kepala Negara/Pemerintahan. Dalam kaitan ini, Indonesia selalu bersikap kritis

terhadap tindakan Myanmar yang menghambat proses rekonsiliasi dan demokrasi. Namun demikian, Indonesia berulang kali juga menyampaikan baik dalam forum bilateral maupun ASEAN bahwa Indonesia siap sedia membantu Myanmar dalam melaksanakan tahapan Roadmap to Democracy khususnya pelaksanaan Pemilu pada tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai