KLH 2010 Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau
KLH 2010 Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau
Suparmoko,Awal Subandar,Wisnu Ali Martono, Omo Rusdiana,Rizal Bactiar,Yossy Suzanna Desain cover oleh: MATOA Foto cover dari: KLH
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Allah SWT atas diterbitkannya Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk. Panduan ini merupakan salah satu series dari Panduan Umum Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Panduan ini dimaksudkan untuk melengkapi Panduan Umum Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Kenyataan bahwa lingkungan merupakan satu kesatuan utuh di mana terdapat keterkaitan ekologis antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya, sehingga penentuan nilai atau valuasi ekonomi lingkungan seyogyanya bersifat menyeluruh serta membutuhkan metodologi yang lebih kompleks dan rumit. Namun guna penyederhanaan nilai tersebut, maka fokus panduan ini diarahkan sebagai pendekatan untuk menilik satu ekosistem tertentu, seperti Ekosistem Danau/Waduk. Panduan ini memberi gambaran tentang metodologi dan tata cara valuasi ekonomi yang spesifik dapat diterapkan di ekosistem danau/waduk serta menyajikan pengetahuan umum mengenai ekosistem danau/waduk secara sederhana. Tinjauan teoritikal yang tersaji dalam buku ini diharapkan dapat menjadi pengkayaan bagi para penggunanya, khususnya dalam melakukan valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan danau/waduk. Ekosistem danau/waduk merupakan suatu kawasan yang berperan penting dalam menjaga kestabilan ekosistem peralihan lautan dan daratan. Kawasan ini perlu dilindungi, karena memiliki banyak fungsi dan manfaat bagi manusia baik dari segi lingkungan maupun ekonomi. Di sisi lain, karena kepentingan aktifitas manusia telah banyak menyebabkan kehidupan ekosistem danau/waduk terganggu. Oleh karenanya, diperlukan suatu upaya penanganan ekosistem danau/waduk dengan pengelolaan yang dapat mempertahankan fungsi lingkungan bagi kehidupan manusia itu sendiri. Upaya penanganan tersebut membutuhkan dukungan berbagai perangkat
iii
pengelolaan lingkungan hidup. Salah satunya adalah perangkat valuasi ekonomi yang sudah mulai dipahami dapat mendukung upaya pengelolaan ekosistem danau/waduk. Kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah terlibat dalam penyusunan panduan ini, khususnya kepada para nara sumber dan praktisi ekonomi lingkungan yang telah berkontribusi dalam memberikan pengetahuan dan bahan referensi selama penyusunan panduan ini. Kami mengharapkan saran dan masukan untuk penyempurnaan panduan ini. Semoga buku ini memberi dorongan bagi berbagai pihak untuk melakukan valuasi ekonomi dan memanfaatkan hasilnya bagi pengelolaan lingkungan hidup, khususnya ekosistem danau/waduk. Semoga bermanfaat,
Jakarta, Desember 2010 Kementerian Lingkungan Hidup Deputi MENLH Bidang Tata Lingkungan
iv
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................ iii Daftar Isi................................................................................................................ v Daftar Istilah...................................................................................................... vii Bab 1 Manfaat Valuasi Ekonomi...................................................... 1 Bab 2 Ekosistem Danau/Waduk . .................................................... 5
2.1 2.2 2.3 2.4 Pengertian Ekosistem Danau/Waduk .......................................... Fungsi dan Manfaat Ekosistem Danau/Waduk ........................ Kerusakan Ekosistem Danau/Waduk ........................................... Valuasi Ekonomi Kerusakan Ekosistem Danau/waduk ......... 5 9 9 10
Bab 3 Tahapan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk....................................................... 13 Bab 4 Kerangka dan Prosedur Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk ..................................................... 19 Bab 5 Contoh Perhitungan Valuasi Ekonomi ....................... 31 Bab 6 Implikasi Kebijakan . ............................................................... . 47 Daftar Tabel
Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Klasifikasi Ukuran Danau/Waduk .................................................. 7 Luas, Kedalaman dan Volume Danau di Indonesia ................... 8 Matrik Identifikasi Fungsi dan Manfaat Kualitatif Potensi Dampak Pembangunan terhadap Ekosistem Danau/Waduk ...................................................................................... 21
Tabel 4 Prosedur Valuasi Ekonomi untuk Ekosistem Danau/Waduk........................................................................................ 23 Tabel 5 Penilaian Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk............................. 28 Tabel 6 Perhitungan Nilai Ekonomi Ikan Tangkap di Danau Toba ... . 34 Tabel 7 Perhitungan Nilai Ekonomi Ikan Budidaya (Karamba) di Danau Toba. ....................................................................................... 36 Tabel 8 Perhitungan Nilai Ekonomi Danau Toba sebagai Obyek Wisata di Kabupaten Simalungun.................................................. 38 Tabel 9 Perhitungan Nilai Ekonomi Usaha Angkutan Kapal Umum di Danau Toba. ........................................................................................ 41 Tabel 10 Nilai Ekonomi Total Danau Toba untuk Kabupaten Simalungun............................................................................................. 45
Daftar Pustaka................................................................................................... 51
vi
Daftar Istilah
1. Valuasi ekonomi SDA dan Lingkungan (SDAL) Ekosistem Danau/ waduk: Upaya pengenaan nilai moneter terhadap sebagian atau seluruh potensi sumber daya alam dan lingkungan ekosistem danau/waduk, sesuai dengan tujuan pemanfaatannya. 2. Nilai Ekonomi Total [NET] ( Total Economic Value, TEV) Ekosistem Danau/waduk: Nilai moneter sumber daya alam dan lingkungan yang merupakan proksi yang mencerminkan nilai fungsi yang dimiliki sumber daya alam dan lingkungan di ekosistem danau/waduk. Nilai Ekonomi Total
Nilai Guna Tidak Langsung Jasa lingkungan: nilai langsung, nilai tidak langsung
Nilai Pilihan
Nilai Warisan
Nilai Keberadaan
Keanekaragaman Hayati
a. Nilai atas dasar penggunaan (Use Value): Nilai ekonomi karena digunakannya sumber daya alam dan lingkungan danau/waduk b. Nilai atas dasar tanpa penggunaan (Non-use Value/Passive Value): Nilai ekonomi sumber daya alam dan lingkungan danau/waduk yang diberikan oleh masyarakat. Masyarakat memberikan nilai ini
vii
didasarkan pada alasan agar sumber daya alam dan lingkungan tetap dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang ataupun karena alasan ikut bertanggung jawab atas keberlanjutan keberadaan sumber daya alam maupun peninggalan budaya tertentu. c. Nilai keberadaan: Nilai yang diberikan oleh masyarakat lebih karena keberadaan ekosistem danau/waduk tanpa mereka harus perlu menggunakannya. Besarnya nilai ini didasarkan pada persepsi atau anggapan yang dirasakan oleh masyarakat baik dari sisi sosial maupun budaya. 3. Jasa lingkungan ekosistem danau/waduk: Jasa yang disediakan lingkungan danau/waduk, seperti: area tampungan air, pengendali banjir. 4. Kerusakan lingkungan: Perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. 5. Nilai degradasi: Nilai moneter dari dampak penurunan kualitas lingkungan pencemaran atau kerusakan sumber daya alam dan lingkungan 6. Unit rent SDA: Nilai sewa per unit SDA, contoh: nilai sewa lahan di tempat, nilai ikan per kilogram di perairan. 7. Danau/waduk: Suatu ekosistem perairan yang menggenang dan menampung air dengan inlet lebih banyak dari pada outletnya. 8. Waduk: Danau buatan yang dibentuk melalui pembangunan bendungan yang memotong aliran sungai atau dibangun pada saluran outlet danau/waduk alami sebagai pengontrol tinggi muka air danau/waduk. 9. Pengendali iklim mikro: Keberadaan ekosistem danau/waduk dapat mempengaruhi kelembaban dan tingkat curah hujan setempat. 10. Laba layak: laba (profit) yang dibayarkan kepada pelaku usaha dan dihitung sesuai dengan tingkat bunga simpanan yang berlaku.
viii
Pernyataan/Disclaimer Nilai yang dihasilkan dalam perhitungan valuasi ekonomi ini merupakan nilai pendekatan yang mencerminkan nilai fungsi yang dimiliki sumber daya alam dan lingkungan pada suatu ekosistem. Panduan ini tidak memberi arahan sampai pada tingkat penghitungan efek ganda perhitungan valuasi ekonomi pada tingkat perekonomian secara luas.
ix
Berbekal pemahaman seperti di atas, maka pemanfaatan danau/waduk perlu dilakukan secara bijaksana demi mempertahankan kelestariannya. Dalam kerangka berpikir ini valuasi ekonomi dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan harapan atas pemanfaatan danau/waduk yang bijaksana. Harapan tersebut dapat terwujud melalui beberapa manfaat yang dapat dipetik melalui valuasi ekonomi, yakni:
waduk Indikator keberhasilan pembangunan secara umum, dan khususnya pemanfaatan danau/waduk, masih terbatas pada hal-hal yang bersifat tangible (terukur). Sementara hal-hal yang sulit diukur (intangible) cenderung dinihilkan. Kelemahan indikator keberhasilan semacam ini dapat dikoreksi melalui pemanfaatan valuasi ekonomi, karena hal-hal yang intangible pun turut diperhitungkan dan diukur dalam pembuatan keputusan tentang pemanfaatan danau/waduk. Dengan demikian, indikator pemanfaatan danau/waduk yang dikaitkan dengan valuasi ekonomi akan lebih komprehensif karena mempertimbangkan seluruh hal, baik bersifat tangible maupun intangible. danau/waduk Pengetahuan atas jenis dan potensi dampak pemanfaatan danau/ waduk, serta nilai ekonominya sekaligus, akan bermanfaat bagi para pengelola danau/waduk dalam menentukan standar dan jenis pemanfaatan apa saja yang dampaknya dapat ditolerir. Standar yang
ditetapkan diharapkan dapat lebih baik karena mempertimbangkan hal-hal tangible dan intangible secara bersamaan. Dalam jangka panjang, praktek-praktek pemanfaatan danau/waduk sebagaimana diuraikan di atas diperkirakan dapat bermanfaat dalam memantau pemanfaatan danau/waduk yang berkelanjutan. Hal ini dimungkinkan karena potensi dampak pemanfaatan danau/waduk (yang bersifat tangible maupun intangible) sudah diidentifikasi, dan langkahlangkah antisipasi mengatasi dampak tersebut sudah dapat disiapkan sejak dini.
Karakteristik Danau/Waduk Indonesia yang berada di kawasan tektonik aktif memiliki jenis danau/ waduk yang sangat beragam berdasarkan tipe pembentukannya. Atas dasar kejadiannya danau dapat dikelompokkan ke dalam beberapa tipologi yaitu :
a. Danau Tektonik, yaitu danau yang terbentuk oleh tenaga endogen yang
bersumber dari gerakan tektonik seperti cekungan-cekungan akibat patahan dan lipatan. Contohnya: Danau Tempe, Danau Tondano dan Danau Towuti di Sulawesi. curah hujan yang tertampung pada lubang kepundan atau kaldera. Contohnya: Danau Kawah Gunung Kelud, Gunung Batur, dan Gunung Galunggung. proses vulkanik dan tektonik. Patahan atau depresi pada bagian permukaan bumi pasca letusan. Dapur magma yang telah kosong menjadi tidak stabil sehingga terjadi pemerosotan atau patah. Cekungan akibat patahan tersebut kemudian diisi oleh air, contohnya Danau Toba di Sumatera. gamping yang mengalami pelarutan sehingga membentuk lahan negatif atau berada di bawah rata-rata permukaan setempat. sungai secara alami dan ditinggalkan oleh alirannya sehingga disebut juga kali mati. saat gletser mencair dan meluncur ke bawah, gletser tersebut mengikis batuan yang dilaluinya sehingga terbentuklah cekungan. Jika terisi oleh air maka terbentuklah danau.
b. Danau Vulkanik, yaitu danau bekas gunung api. Air danau berasal dari
d. Danau Karst (solusional), yaitu danau yang terbentuk pada daerah batu
danau buatan manusia yang dibentuk dengan cara membendung aliran sungai. Bendungan buatan manusia lebih dikenal dengan istilah waduk,
seperti: Waduk Jatiluhur, Waduk Cirata, Waduk Saguling, Bendungan Karangkates, dan Waduk Gajahmungkur. Berdasarkan ukuran luas dan volumenya, danau/waduk dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu danau/waduk berukuran besar, medium, kecil dan sangat kecil (Tabel 1). Tabel 1. Klasifikasi Ukuran Danau/Waduk
Klasifikasi
Besar Medium Kecil Sangat Kecil
Luas (km2)
10.000 1.000.000 100 10.000 1 100 <1
Sumber : ILEC, Vol9, p.33, 1999 Danau/waduk di Indonesia memiliki ukuran yang sangat bervariasi. Danau/ waduk yang memiliki kategori luas medium adalah Danau Matano, Poso, Ranau, Singkarak, Tempe dan Towuti. Berdasarkan volume danau/waduk di Indonesia banyak yang memiliki kategori danau/waduk besar, yaitu Danau Maninjau, Matano, Ranau, Singkarak dan Toba. Bahkan Danau Toba memiliki memiliki luas 1.130 km2 dan volume sangat besar yaitu 240.000 juta m3, melebihi kategori danau besar dengan volume 100.000 juta m3. Danau Toba merupakan danau terluas di Indonesia dan salah satu yang terluas di dunia. Untuk kedalaman danau/waduk belum ada ketentuannya secara spesifik, meskipun demikian Deputi Bidang Peningkatan Konservasi SDA dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup mengusulkan kategori kedalaman danau seperti tampak pada Tabel 2; yaitu sangat dangkal (<10 m), dangkal (10-50m), medium (50-100m), dalam (100-200m) dan sangat dalam (>200m). Danau/waduk paparan banjir pada umumnya termasuk dalam kategori danau/waduk sangat dangkal (Danau Limboto dan Danau Tempe). Danau/waduk yang termasuk kategori sangat
dalam adalah Danau Dibawah, Danau Maninjau, Danau Matano, Danau Poso, Danau Ranau, Danau Singkarak, Danau Toba dan Danau Towuti. Tabel 2. Luas, Kedalaman dan Volume Danau di Indonesia
Nama Danau/ waduk Batur Bratan Buyan Diatas Dibawah Kerinci Limboto Maninjau Matano Poso Ranau Rawa Pening Sentani Singkarak Tamblingan Tempe Toba Tondano Towuti Kategori Luas Danau/ waduk Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Medium Medium Medium Kecil Kecil Medium Kecil Medium Medium Kecil Sangat besar Besar Besar Besar Besar Kecil Kategori Volume Danau/ waduk Medium Kecil Medium
No.
Luas (km2) 15,9 3,85 3,9 12,3 11,2 46 56 97,9 164,1 323,2 125,9 25 93,6 107,8 1,9 350 1,130 50
Kedalaman maks. (m) 88 22 87 44 309 97 2,5 169 590 450 229 14 42 268 90 5 529 20
Volume Juta m3 820 49 160 tad tad tad tad 10.400 55.015 tad tad 52 tad tad 27 tad tad tad
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
561,1
203
tad
Medium
2.2. Fungsi dan Manfaat Ekosistem Danau/Waduk Danau/waduk mempunyai fungsi penting baik secara ekologis, ekonomis, estetika, wisata alam maupun religi dan tradisi. Secara ekologis danau/waduk mempunyai fungsi dan manfaat sebagai tempat penampungan air, daerah resapan, dan habitat kehidupan liar, penahan instrusi air laut, sedangkan secara ekonomis berfungsi atau bermanfaat sebagai sumber air irigasi, perikanan dan wisata alam, transportasi dan sebagainya. Secara umum fungsi dan manfaat ekosistem danau/waduk adalah sebagai berikut: Sumber air baku (PDAM, industri) Sumber air irigasi Sumber air kebutuhan rumah tangga Tempat perikanan tangkap dan perikanan budidaya Sumber energi air untuk PLTA yang dibangun pada outlet danau/waduk Pengendali banjir, karena menyimpan air di waktu musim hujan Obyek pariwisata Sumber plasma nutfah (flora dan fauna endemik) Pengendali iklim mikro Sarana pendidikan dan penelitian Prasarana transportasi 2.3. Kerusakan Ekosistem Danau/Waduk Kerusakan ekosistem danau/waduk adalah tidak atau berkurangnya fungsi ekosistem danau/waduk dalam memberikan manfaat sebagai dampak dari adanya perubahan, baik secara fisik maupun non fisik terhadap ekosistem yang ada. Perubahan fisik yang dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem danau/waduk seperti adanya pembangunan rumah hunian di bagian tanggul danau/waduk, terjadinya sedimentasi yang berdampak terhadap semakin menyusutnya luasan danau/waduk. Perubahan non fisik yang dapat berdampak terhadap kerusakan ekosistem danau/waduk seperti pembuangan limbah yang dapat mengakibatkan pencemaran perairan, dan berkurangnya populasi endemik.
Ada dua faktor penyebab terjadinya kerusakan ekosistem danau/waduk, yaitu: karena faktor alam dan faktor manusia. Kerusakan ekosistem karena faktor alam adalah kerusakan ekosistem danau/waduk yang disebabkan oleh adanya bencana alam yang berdampak terhadap terjadinya kerusakan ekosistem. Sedangkan kerusakan ekosistem karena faktor manusia adalah kerusakan ekosistem danau/waduk yang diakibatkan oleh dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia. 2.4 . Valuasi Ekonomi Kerusakan Ekosistem Danau/Waduk Valuasi atau penilaian ekonomi kerusakan danau/waduk adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan menetapkan nilai ekonomi kerusakan danau/waduk. Penilaian ekonomi kerusakan danau/waduk dapat dilakukan berdasarkan nilai manfaat langsung, manfaat tidak langsung, nilai pilihan, dan nilai pewarisan dari ekosistem danau/waduk. Jadi dalam penentuan nilai (valuasi ekonomi) kerusakan sumber daya alam dan lingkungan dilakukan melalui tahapan secara ringkas, yaitu: a. Mengidentifikasi penyebab terjadinya kerusakan; identifikasi ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab kerusakan sumber daya dan lingkungan, sebagai contoh: pencemaran di waduk akibat masuknya limbah pabrik. b. Mengidentifikasi penyebaran kerusakan; bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penyebaran pencemar, apakah pencemar hanya bersifat lokal atau pencemar dapat meluas. c. Mengidentifikasi tingkat atau intensitas kerusakan; bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kerusakan yang terjadi apakah katergori besar, sedang dan ringan. Tingkat atau intensitas kerusakan didasarkan atas ekosistem yang diteliti, luasan, dampak terhadap manusia, dan dampak terhadap lingkungan. d. Mengidentifikasi sumber daya dan lingkungan yang rusak; identifikasi ini nantinya berdasarkan manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat pilihan, dan manfaat pewarisan. e. Valuasi (pemberian nilai) ekonomi. Valuasi ekonomi kerusakan ini dilakukan melalui teknik-teknik valuasi ekonomi yang telah ada. Perhitungan total nilai kerusakan sumber daya dan lingkungan terdiri dari nilai sumber daya alam dan lingkungan yang rusak; biaya restorasi untuk sumber daya alam dan lingkungan yang rusak; dan
10
biaya yang diperlukan untuk melakukan perhitungan nilai sumber daya alam dan lingkungan yang rusak. Kerusakan sumber daya alam dan lingkungan memerlukan waktu yang panjang untuk pemulihannya, mulai dari peristiwa terjadinya kerusakan hingga pulih seperti sediakala. 2.4.1 Nilai Ekonomi dan Ekologi Ekosistem Danau/Waduk Seperti telah disebutkan di atas bahwa ekosistem danau/waduk merupakan salah satu ekosistem yang banyak memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia. Manfaat tidak langsung danau/waduk antara lain sebagai penampung air, sebagai kawasan resapan air, mengurangi volume limpasan air permukaan, mengurangi banjir atau genangan. Pada kondisi tertentu, danau/waduk dapat berfungsi sebagai pembangkit listrik, pengimbuh (recharge) air pada cekungan air tanah serta penahan intrusi air asin. Berdasarkan hasil survei di Jabodetabek, fungsi danau/waduk antara lain: sebagai sumber air irigasi (44%), tandon air (reservoir) (31%), pengendali banjir (10%), perikanan (8%), wisata alam (3%), lainnya (4%) (KLH, 2007).
11
12
13
(3.a) Identifikasi Fungsi dan Manfaat 3.a. Identifikasi Fungsi dan Manfaat Ekosistem Danau/Waduk Untuk keperluan valuasi per lu diketahui fungsi dan manfaat yang dapat
(3.b) Identifikasi Permasalahan, Jenis, Klasifikasi 3.b. Pengidentifikasian Permasalahan, Jenis, Klasifikasi, dan Sebaran SDAL di Ekosistem Danau/ Waduk
14
dibedakan ke dalam fungsi penggunaan ekstraktif (seperti: perikanan, air baku air minum) penggunaan non-ekstraktif (seperti pariwisata), jasa lingkungan, jasa keanekaragaman hayati, dan pengaruh sosial/ budaya. Kemudian perlu dikelompokkan masingmasing fungsi dan manfaat danau/waduk sebagaimana dibahas dalam Bab 4, Tabel 4. Untuk perhitungan NET dilihat fungsi dan manfaat ekosistem danau/waduk yang dapat dan penting diketahui sesuai tujuan valuasinya.
Tahapan ini diarahkan untuk mengetahui secara pasti gambaran cara menghitung kerusakan/pencemaran dan akuntansi SDAL di ekosistem danau/waduk. Untuk itu perlu diketahui fungsi dan manfaat SDAL yang terganggu atau mengalami perubahan dan menjadi fokus perhitungan yang akan dilakukan sesuai tujuan valuasinya. Untuk memudahkan identifikasi permasalahan, jenis, klasifikasi dan sebaran SDAL di ekosistem danau/waduk digunakan matrik pendekatan sebagaimana tercantum pada Tabel 3 di Bab 4. Selain itu, hendaknya dicatat pula pemangku kepentingan yang mewakili ekosistem danau/ waduk.
15
16
17
18
19
Harga neto atau unit rent didapatkan dari harga pasar dikurangi dengan biaya produksi (biaya untuk mendapatkan komoditi tersebut) dan dikurangi lagi dengan laba layak. Secara matematis penghitungan rente ekonomi dapat diformulasikan sebagai berikut:
Laba layak atau balas jasa terhadap investasi biasanya diambil sebesar suku bunga (simpanan atau pinjaman) yang berlaku, misalnya sekitar 10% per tahun. Adapun indikator yang dipakai dalam menentukan nilai ekonomi ekosistem danau/waduk yang digunakan secara ekstraktif adalah nilai produksi total per satuan waktu (misal tahun) untuk masing-masing produk (dalam rupiah). Data-data yang dibutuhkan dalam penghitungan, antara lain harga pasar dari masing-masing komoditi, jumlah komoditi yang diproduksi dari ekosistem danau/waduk, dan total luasnya. Selain itu dibutuhkan pula data mengenai biaya produksi atau biaya untuk mendapatkan komoditi yang ada di ekosistem danau/waduk. Penilaian ekonomi ekosistem danau/waduk dalam penggunaannya yang bersifat non-ekstraktif, misalnya sebagai lokasi obyek wisata, dapat menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost method) yang memperhitungkan semua biaya yang dikeluarkan dan waktu yang dikorbankan oleh wisatawan hingga sampai dan menikmati obyek wisata tersebut. Sedangkan dalam penggunaannya sebagai obyek penelitian dan sarana pendidikan digunakan teknik pendekatan biaya riel penelitian. Untuk jasa keanekaragaman hayati yang diberikan oleh ekosistem danau/ waduk, yaitu antara lain sebagai daya tarik wisata, dapat digunakan pendekatan penilaian kontingensi (contingency approach) seperti kesediaan membayar (willingness to pay), oleh masyarakat untuk tetap mempertahankan keberadaan ekosistem danau/waduk beserta fungsinya.
20
Manfaat sosial-budaya yang diperoleh masyarakat setempat dari keberadaan sumber daya ekosistem danau/waduk antara lain sebagai nilai warisan, yang juga dapat dinilai dengan menggunakan pendekatan penilaian kontingensi (willingness to pay). Besarnya nilai ini dinyatakan melalui kemauan membayar masyarakat untuk mempertahankan nilai sosial-budaya yang diberikan oleh keberadaan sumber daya ekosistem danau/waduk. Tabel 3. Matrik Identifikasi Fungsi dan Manfaat Kualitatif Potensi Dampak Pembangunan terhadap Ekosistem Danau/Waduk
Jenis Kegiatan / Produk/Jasa (1)
A a. Dampak Ekonomi Penggunaan ekstraktif IkanTangkap Air baku Tanaman air Ganggang ......
Lain-lain b. Penggunaan Tidakekstraktif Sumber daya tenaga listrik atau PLTA Pariwisata Pendidikan Penelitian
21
Tabel 3. Matrik Identifikasi Fungsi dan Manfaat Kualitatif Potensi Dampak Pembangunan terhadap Ekosistem Danau/Waduk (lanjutan)
Lain-lain B. Dampak ligkungan Jasa lingkungan Jasa keanekaragaman hayati C Dampak sosial Dampak langsung Dampak tidak langsung
Keterangan: Kolom 1: Menunjuk kategori dampak yang dapat dilihat dari dampak ekonomi, lingkungan dan sosial. Dampak ekonomi dilihat dari pengunaan ekstraktif dari eksositem danau/ waduk, seperti :perikanan, dan lain-lain. Penggunaan tidak ekstraktif, seperti: pariwisata, pendidikan dan lain-lain (selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4). Dampak lingkungan dapat dibedakan untuk jasa lingkungan dan jasa keanekaragaman hayati (uraian masing-masing jasa dimaksud sebagaimana diuraikan pada Tabel 4). Dampak sosial dilihat dari dampak langsung dan tidak langsung, seperti dampak terhadap kesehatan, aksesibilitas Kolom 2: Menunjuk apakah terjadi dampak positif dan dampak negatif Kolom 3: Menunjuk pada macam penerima dampak Kolom 4: Menunjuk pada macam nilai: nilai guna atau nilai tanpa guna Kolom 5: Menunjuk dampak yang dapat dikuantifikasi atau yang tidak dapat dikuantifikasi Kolom 6: Menunjuk macam pendekatan yang digunakan
22
(1)
Perikanan (bilih, ikan mas, tawes, gabus, sepat siam, bungo, tambakan, nila, sidat, cocor bebek, dll..), molusca1)
(2)
(3)
Penggunaan Ekstraktif
(4)
(5)
Jika produk tersebut tidak diperjual belikan, namun ada produk sejenis yang diperjualbelikan, digunakan harga neto produk sejenis tersebut. Jika produk tidak diperjual belikan dan tidak ada produk sejenis yang diperjualbelikan, digunakan pendekatan biaya kesempatan (opportunity cost), yaitu nilai waktu yang hilang untuk mengganti produk yang hilang.
Gulma air
Untuk penilaian langsung: - Harga pasar setempat untuk masing-masing produk (rupiah/kg) - Jumlah produk yang dihasilkan dari danau/ waduk, yang dijual, dan yang digunakan oleh rumah tangga (Kg/Ha/ tahun) - Total luas areal kajian Nilai Produksi (Ha) total per Untuk penilaian tidak tahun untuk langsung: masing- Harga per unit untuk masing produk sejenis (rupiah/ produk unit) - Biaya bahan (Rp) (rupiah) - Waktu yang digunakan untuk panen atau membudidayakan produk (jam/minggu) - Upah yang setara dengan upah lokal untuk tenaga kerja (Rp/ hari) - Nilai Tukar - Tahun (tanggal saat data dikumpulkan)
Harga pasar dapat disesuaikan dalam kaitannya dengan musim maupun perubahan harga lain Harga pasar menunjukkan nilai yang sebenarnya dalam keseimbangan pasar persaingan sempurna Semua eksternalitas dapat diidentifikasi dan diperhitungkan dalam harga
23
(1)
Pariwisata/ rekreasi
(2)
Biaya Perjalanan (Travel Cost Method- TCM),
(3)
Jumlah uang dan nilai waktu yang dikeluarkan oleh para pengunjung untuk mendatangi tempat yang bersangkutan
(4)
- Data dari survei pengunjung (jumlah pengunjung dan tarif masuk ke lokasi wisata) - Pengeluaran yang dilakukan dalam mengunjungi lokasi wisata (biaya perjalanan dan pengeluaran harian) - Waktu yang diperlukan untuk perjalanan dari tempat asal ke lokasi wisata dan kembali lagi, beserta opportunity cost waktu yang digunakan - Frekuensi dan lamanya kunjungan - Jumlah haripengunjung (visitordays)
(5)
- Akses ke lokasi tersedia bagi semua orang - Kunjungan hanya memiliki satu tujuan, yaitu berwisata. Untuk kunjungan yang bersifat ganda (wisata dan lainnya), biaya perjalanan dan pengeluaran harus dibagi sesuai dengan bobot tujuan kunjungan - Tidak ada faktor di luar biaya perjalanan yang mempengaruhi penggunaan lokasi wisata - Harga pasar yang digunakan dalam valuasi tidak didistorsi - Lokasi pengganti harus memiliki fasilitas yang sebanding dengan lokasi yang digantikan dengan aksesibilitas yang memadai - Harga pasar yang digunakan dalam valuasi tidak didistorsi
Pendidikan, Pendekatan Olah raga biaya pengganti (Replacement Cost), yaitu Biaya mengajar di tempat lain
Total biaya yang diperlukan untuk memperoleh lokasi belajar pengganti yang memiliki fasilitas kurang lebih sama
- Jumlah kegiatan pendidikan per satuan waktu (misal: tahun) - Biaya kegiatan mengajar di tempat lain sebagai pengganti
24
Teknik Valuasi
Indikator
PLTA
Jasa Lingkungan
Sumber daya Air: Reservoir air/Area tampungan air Pengendali banjir Seluruh eksternalitas diidentifikasi dan sudah termasuk dalam harga.
Nilai total per tahun yang diberikan danau/ waduk/situ dalam ........ (Rp)
- Luas dan produksi lahan pertanian yang terlindungi - Jumlah dan nilai sumber air (sumur) yang terlindungi - Harga produk dan air
- Wilayah yang terlindungi dapat diidentifikasi. - Fungsi perlindungan dapat dimodelkan. - Pengaruh musiman dapat diperhitungkan
25
Jasa Lingkungan
Menahan sedimen Biaya penggantian: Biaya yang diperlukan untuk menggantikan sedimen yang hilang jika tidak ada danau/ waduk, biaya menggantikan nutrisi yang hilang, Biaya penggantian: Biaya menghasilkan oksigen. Nilai per tahun yang diberikan danau/ waduk dalam . (Rp) - Beban sedimen (gr/ liter) - Volume air yang harus dipurifikasi - Biaya pengolahan limbah - Standard pengolahan emisi/limbah/ sedimentasi menurut teknologi yang dipakai
Menghasilkan oksigen
Manfaat per tahun yang diberikan dalam bentuk produksi oksigen (Rp) Manfaat per tahun yang diberikan dalam bentuk penambahan fauna Total nilai untuk produksi masingmasing per tahun (Rp)
- Harga oksigen per ton - Tingkat penciptaan oksigen oleh hutan di sekitar danau/waduk
- Harga oksigen yang diperjualbelikan digunakan sebagai proksi nilai oksigen yang dihasilkan danau/waduk
Nilai jual setempat berdasarkan pada kontribusi danau/ waduk dalam perkembangbiakan fauna yang diperdagangkan Penilaian Kontingensi : Willingness to pay untuk fungsi keanekaragaman hayati
26
27
(1)
Perikanan*)
Gulma air: Pelepah enceng gondok (Eichornia crassipes) Sempadan: Pertanian pasang surut; sayur mayur Pertambangan: galian C Perkebunan X X X Harga Pasar produk pertanian yang dihasilkan Harga Pasar produk yang dihasilkan Harga Pasar produk yang dihasilkan Harga Pasar, sebagai bahan baku kerajinan
Penggunaan Tidak Ekstraktif Pariwisata/ rekreasi Pendidikan, olah raga Penelitian PLTA X X X X
Travel Cost Method Biaya Pengganti Biaya Pengganti Nilai Energi Listrik
28
x x
Manfaat Sosial / Budaya x x x x Nilai simulasi survei Nilai simulasi survei Nilai simulasi survei Nilai simulasi survei
Keterangan: 1) Masing-masing jenis ikan yang terdapat dalam ekosistem danau/waduk yang sedang divaluasi dihitung sendiri-sendiri. *) Contoh: bilih, ikan mas, tawes, gabus, sepat siam, bungo, tambakan, nila, sidat, cocor bebek, dll.., molusca 1) **) Contoh: reptile, buaya kodok, ikan arwana (Scleropages formosus), ikan ulang uli (Botia macranthus), ***) Contoh: kera hitam, babi rusa, anoa
29
30
31
mana orang yang memanfaatkannya.1 Demikian pula valuasi dibatasi hanya untuk ekosistem aquatik (perairan) Danau Toba. 5.1.4 Metodologi Seperti telah diuraikan di bab-bab sebelumnya nilai ekonomi total (NET) Danau Toba akan dibedakan menjadi nilai guna langsung yang diperoleh dari perhitungan nilai ekonomi produk-produk yang diekstraksi (diambil) dari danau dan nilai guna tidak langsung bagi jasa yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Sesungguhnya nilai ekonomi total sebuah danau dapat dihitung dengan menjumlahkan nilai ekonominya untuk setiap daerah (kabupaten/kota) yang memanfaatkan dan menerima manfaat dari danau tersebut, tetapi harus dihindari adanya penghitungan ganda (double counting). Contohnya, jangan sampai nilai ekonomi danau sebagai sumber air untuk pembangkit listrik dihitung di Kabupaten Simalungun, karena PLTA di air terjun Siguragura adanya di Kabupaten Asahan dan air Sungai Asahan yang mengalirkan air terjun Sigura-gura yang menjadi penggerak turbin PLTA Asahan.
Hal ini sejalan dengan konsep Produk Domestik Bruto (PDB). Yang dimaksud dengan domestik adalah penggunaan atau hasil yang diperoleh di lokasi studi. Misalnya PDB Indonesia adalah produksi yang dihasilkan di Indonesia, tidak memperhatikan siapa atau kebangsaan apa yang menghasilkannya. Misalnya untuk produksi ikan adalah ikan yang dihasilkan di Kabupaten Simalungun, tidak memperhatikan yang memiliki orang Jakarta, atau orang Medan.
32
5.2.1 Air Danau Toba sebagai sumber air irigasi pertanian Daerah Simalungun sebagian besar terletak di bagian atas Danau Toba, sehingga persawahan di kabupaten tersebut tidak memanfaatkan Danau Toba sebagai sumber pengairan. Banyak sungai-sungai kecil yang justru menjadi pemasok air untuk pengairan sawah dan kegiatan pertanian lainnya, sedang sisanya mengalir ke Danau Toba. Oleh karena itu manfaat Danau Toba sebagai sumber air irigasi di Kabupaten Simalungun tidak dihitung nilai ekonominya. 5.2.2 Air Danau Toba sebagai sumber air baku air minum Air minum di Kabupaten Simalungun dikelola oleh 3 (tiga) PDAM, yaitu PDAM Tirta Lihou, PDAM Tirta Uli, dan PDAM Tirta Nadi. Air baku yang dikelola dan disalurkan kepada para pemakai air minum tidak berasal dari Danau Toba tetapi dari air sungai dan air tanah. Oleh karena itu, nilai ekonomi untuk air Danau Toba sebagai air baku air minum di Kabupaten Simalungun adalah sebesar (0) nol. 5.2.3 Air Danau Toba sebagai habitat ikan tangkap Ikan hidup di dalam air; karena itu Danau Toba dengan volume airnya yang sangat berlimpah dan wilayah pengairan danau yang luas sangat besar manfaatnya untuk kehidupan ikan. Ingat dalam valuasi ekonomi Danau Toba dalam kaitannya dengan perikanan, sebenarnya yang dinilai bukan ikan yang dihasilkannya, tetapi jasa Danau Toba sebagai habitatnya sehingga ikan dapat tumbuh dan berkembang sampai dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Karena belum tergambar berapa nilai jasa Danau Toba sebagai habitat ikan dan memberikan kehidupan bagi ikan, maka metode valuasi yang digunakan adalah metode atau pendekatan produksi. Seperti tampak pada Tabel 6. Harga jual ikan diperoleh dari hasil wawancara dan di cek dengan data harga ikan yang diterbitkan oleh BAPPEDA dala Simanlungun Dalam Angka, 2009, yaitu rata-rata Rp 7.000 per Kg pada tahun 2007. Biaya total perikanan tangkap dibedakan menjadi biaya langsug dan biaya tidak langsung. Yang dimaksud dengan biaya langsung adalah biaya-biaya yang langsung berhubungan
33
dengan biaya produksi perikanan tangkap seperti biaya untuk bahan bakar; sewa kail, jala, umpan, dan perahu; serta upah tenaga awak kapal penangkap ikan. Data biaya langsung diperoleh dari hasil wawancara dengan nelayan atau buruh penangkap ikan. Nilai biaya langsung ini ditemukan sebesar Rp 2.600.000/ton. Tabel 6. Perhitungan Nilai Ekonomi Ikan Tangkap di Danau Toba
Harga per No. 1. 2. 3. Harga jual Biaya total perikanan tangkap Biaya langsung perikanan tangkap (4+5) Biaya penangkapan (langsung): 4. 5. 6. Bahan bakar Sewa sampan, kail, jala, umpan Upah tenaga 2.600.000 100.000 1.000.000 1.500.000 390.000 4.010.000 2.000.000 2.010.000 Keterangan Unit (Rp/Ton) Nilai Total Per Unit (Rp/ton) 7.000.000 7.000.000 2.990.000
Keuntungan usaha (15% * biaya tangkap) Biaya tak langsung (jasa danau yang harus diperhitungkan): Nilai pakan alami & nutrisi lainnya* Nilai air
Dengan asumsi bahwa laba atau keuntungan hasil penangkapan ikan yang layak diterima oleh penangkap ikan sama dengan biaya bunga bank (15% dari total biaya penangkapan sebagai modal usaha) dan juga diasumsikan sebagai bagian dari biaya langsung (Rp 390.000/ton), maka total biaya langsung penangkapan ikan dapat diperoleh yaitu sebesar Rp 2.990.000/ ton ikan.
34
Kemudian akan dicari nilai jasa Danau Toba sebagai kontribusi pada perikanan tangkap. Caranya adalah dengan mengurangkan seluruh biaya langsung penangkapan ikan yang termasuk laba layak pengusaha atau nelayan (Rp 2.990.000/ ton) dari nilai total hasil penjualan ikan yang ditangkap (Rp 7.000.000/ton) atau sama dengan Rp 4.010.000. Jadi perkiraan nilai ekonomi total dari konstribusi Danau Toba untuk produksi ikan tangkap rata-rata sebesar Rp 4.010.000/ton. Nilai jasa lingkungan Danau Toba untuk perikanan tangkap sebesar Rp 4.010.000/ton dapat dirinci menjadi dua bagian yaitu nilai ekonomi pakan dan nutrisi lainnya sebesar Rp 2.000.000/ton. Nilai ini diasumsikan sama dengan kalau seseorang mengusahakan ikan budidaya dengan karamba yang harus mengeluarkan biaya untuk pakan ikan sebesar Rp 2.000.000/ ton ikan). Jasa danau toba lainnya adalah nilai air yang dimanfaatkan untuk kehidupan ikan diperoleh dengan mengurangkan nilai pakan dan nutrisi lainnya dari nilai jasa lingkungan Danau Toba untuk kehidupan ikan tangkap yaitu sebesar (Rp 4.010.000/ton - Rp 2.000.000/ton = Rp 2.010.000/ton. Selanjutnya dengan produksi ikan tangkap yang tercatat di Dinas Perikanan Kabupaten Simalungun sebanyak 154,60 ton pada tahun 2007, nilai ekonomi total Danau Toba sebagai penghasil produk ekstraktif ikan tangkap sebesar 154,6 x Rp 4.010.000 = Rp 619.946.000 atau hampir mencapai Rp 0,62 miliar/ tahun. 5.2.4 Air Danau Toba sebagai wadah (media) budidaya ikan (karamba) Untuk perikanan budidaya (jaring apung atau karamba), metode perhitungannya tidak jauh berbeda dengan perhitungan pada fungsi Danau Toba sebagai wadah atau habitat dari ikan tangkap. Secara rinci perhitungan hasil usaha dan nilai ekonomi jasa lingkungan Danau Toba disajikan pada Tabel 7. Bedanya terletak pada pemberian pakan untuk ikan yang dibudidaya dan penyediaan jaring atau karamba sebagai tempat mengurung ikan supaya tidak meninggalkan tempat.
35
Dalam perhitungan ini diasumsikan harga ikan per ton hasil produksi karamba sama dengan harga ikan tangkap Rp 7000/Kg atau Rp 7.000.000/ton. Adapun biaya produksi langsung dapat dirinci sebagai: penyusutan jaring dan kerangka karamba, bahan bakar/listrik, pakan, dan upah tenaga kerja, dan laba layak pengusaha, yang keseluruhannya berjumlah Rp 4.657.500/ton ikan. Dengan demikian maka dapat diperoleh nilai konstribusi Danau Toba dalam memberikan jasa lingkungan danau sebesar 7.000.000/ton - Rp 4.657.500/ ton = Rp2.342.500/ton ikan. Kemudian nilai ekonomi jasa lingkungan ini dapat dirinci menjadi nilai nutrisi lainnya yang diberikan Danau Toba sebesar Rp2.342.500/ton - Rp 2.010.000 = Rp 332.500 / ton ikan. Tabel 7. Perhitungan Nilai Ekonomi Ikan Budidaya (Karamba) di Danau Toba
Harga per Unit (Rp/Ton) Nilai Total Per Unit (Rp/Ton)
7.000.000 7.000.000 4.657.500
No.
1. 2. 3.
Keterangan
Harga jual Biaya total perikanan jaring apung Biaya langsung jaring apung Biaya pemeliharaan ikan di jaring karamba) 4.050.000
4.
Penyusutan jaring & kerangka karamba Bahan bakar/listrik Pakan Upah tenaga Keuntungan usaha (15% * biaya langsung) Nilai nutrisi lainnya Nilai air danau Toba LABA NORMAL
5.
Biaya tak langsung (jasa danau yang harus diperhitungkan): 6. 7. 332.500 2.010.000
0 (Nihil)
36
Catatan: o Produksi 20 ton per tahun, karena panen 3 tahun o Biaya investasi jaring apung Rp 25.000.000 untuk 10 ton ikan/tahun, umur pakai selama 5 tahun o Nilai nutrisi lainnya didapat dari biaya tidak langsung dikurangi nilai air (seperti pada perikanan tangkap)
Jadi nilai ekonomi Danau Toba sebagai wadah budidaya perikanan jaring apung adalah Rp 2.342.500 per ton ikan. Kalau pada tahun 2007 diketahui jumlah produksi ikan jaring apung sebanyak 1.636 ton, maka nilai ekonomi total danau toba sebagai wadah budidaya jaring apung mencapai 1.636 x Rp 2. 342.500 = Rp 3.832.330.000 atau lebih dari Rp 3,8 miliar/tahun. 5.2.5 Danau Toba sebagai obyek rekreasi dan pariwisata Di samping Danau Toba dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan di atas, Danau Toba juga digunakan sebagai tempat kegiatan pariwisata dan rekreasi langsung seperti untuk lomba dayung dan berbagai atraksi pada saat perayaan nasional setiap tanggal 17 Agustus. Pemerintah Daerah melalui Dinas Pariwisata mengeluarkan biaya perayaan tersebut. Nilai anggaran Pemerintah Daerah ini dapat dianggap sebagai nilai sewa terhadap jasa lingkungan danau beserta air dan pemandangan alam serta iklimnya. Nilai anggaran tersebut mencapai sekitar Rp 380.000.000/tahun pada tahun 2007 (Laporan Dinas Pariwisata, Kabupaten Simalungun, 2007). Banyak wisatawan yang datang ke Danau Toba untuk menyaksikan keindahanan pemandangan danau dan sekitarnya serta ingin datang untuk menyaksikan secara langsung seperti apa sesungguhnya Danau Toba itu. Dalam hal ini pendekatan yang dapat dipakai adalah pendekatan yang sudah umum dipakai untuk menilai tempat wisata atau taman nasional, yaitu dengan pendekatan biaya perjalanan (travel cost method). Hal yang penting dalam pendekatan biaya perjalanan ini adalah: Biaya perjalanan dari kota asal sampai di kota tujuan (Danau Toba) Lamanya waktu dalam menempuh perjalanan Pengeluaran makan dalam perjalanan Lamanya tinggal di tempat tujuan (Danau Toba), Pengeluaran untuk hotel, makan-minum, dan rekreasi lainnya.
37
Data perjalanan dari Medan ke Danau Toba yang memakan waktu 5 jam perjalanan karena lalu lintas sudah semakin padat dibanding dengan 10 tahun yang lalu. Diperkirakan biaya kesempatan (opportunity costs) sebesar Rp 250.000/jam. Biaya sewa taksi Rp 700.000 per hari dan ditumpangi oleh 4 orang dan 1 orang sopir. Pengeluaran untuk bahan bakar Rp 300.000,per hari. Keperluan makan di perjalanan Rp 500.000. Kemudian bermalam dan tinggal di Hotel selama 2 hari dengan biaya sewa hotel Rp 320.000 per malam untuk 2 orang per kamar. Selama di kawasan Danau Toba pengunjung tidak melakukan kegiatan rekreasi, tetapi hanya menikmati pemandangan alam, sehingga pengeluaran yang terjadi hanya pengeluaran untuk makan siang dan makan malam, karena makan pagi sudah disediakan oleh hotel. Perhitungan nilai ekonomi total tempat wisata alam sebagai berikut (Lihat Tabel 8). Karena tidak ada data mengenai jumlah pengunjung. maka digunakan perkiraan atas dasar jumlah hotel dan jumlah kamar serta jumlah tempat tidur yang ada di Kabupaten Simalungun yang jumlahnya sebanyak 50 hotel dengan 1303 kamar dan berisi 2.273 tempat tidur. Dari wawancara dengan beberapa pemilik hotel diperkirakan occupancy rate hotel dan penginapan sebesar 60% pada tahun 2007. Tabel 8. Perhitungan Nilai Ekonomi Danau Toba sebagai Obyek Wisata di Kabupaten Simalungun.
Dari luar Wilayah Kabupaten (Rp/ orang) 3.690.000 Dari dalam Wilayah Kabupaten (Rp/orang) 1.765.000
No.
Keterangan Nilai Ekonomi Total Danau Toba sbg taman wisata alam Biaya perjalanan dari tempat asal ke Danau Toba Biaya transport (pp)
1)
2) a
3.000.000 250.000
1.075.000 75.000
38
Tabel 8. Perhitungan Nilai Ekonomi Danau Toba sebagai Obyek Wisata di Kabupaten Simalungun (lanjutan).
No. b c 3) a b c Keterangan Biaya makan (pp) Time cost: 10 jam (pp) Pengeluaran selama di Danau Toba Tranport lokal Hotel Pengeluaran konsumsi Dari luar Wilayah Kabupaten (Rp/ orang) 250.000 2.500.000 690.000 250.000 240.000 200.000 Dari dalam Wilayah Kabupaten (Rp/orang) 250.000 750.000 690.000 250.000 240.000 200.000
Sumber: Hasil perhitungan Di samping itu diperkirakan pula pengunjung dari Medan ke Danau Toba hanya sebanyak 20% dari total pengunjung pada tahun 2007 dan sisanya 80% pengunjung berasal dari sekitar kabupaten terdekat sehingga biaya perjalanan lebih murah yang diperkirakan hanya setinggi 30% biaya perjalanan dari Medan. Atas dasar data dan informasi tersebut dapat dihitung nilai ekonomi Danau Toba sebagai obyek wisata alam untuk Kabupaten Simalungun sebesar: - 20% x (60% x 2.273) x Rp 3.690.000 = Rp 1.006.484.400 (untuk pengunjung dari Medan) ditambah dengan - 80% x (60% x 2.273) x (Rp 1.765.000) = Rp 1.925.685.600 (untuk pengunjung dari sekitar Kabupaten Simalungun); sehingga nilai total Danau Toba sebagai lokasi wisata adalah sebesar Rp 1.006.484.400 + Rp 1.925.685.600 = Rp 2.932.170.000/tahun. Jadi nilai ekonomi Danau Toba sebagai obyek wisata alam untuk Kabupaten Simalungun pada tahun 2007 mencapai Rp 2.932.170.000/tahun, pada tahun 2007. Jika diperhitungkan pula nilai rekreasi di Danau Toba sebesar Rp 380.000.000/tahun, maka nilai Danau Toba sebagai tempat wisata dan rekreasi sebesar Rp 3.312.170.000/tahun, atau Rp 3.31 miliar/tahun.
Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk 39
5.2.6 Danau Toba sebagai prasarana transportasi danau Danau Toba banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bepergian dari satu kota/desa ke kota/desa lain dengan menggunakan angkutan kapal melalui perairan Danau Toba. Untuk menghitung nilai ekonomi total Danau Toba sebagai prasarana transportasi digunakan pendekatan berapa kapal dan berapa kali setiap kapal yang melintasi Danau Toba dalam satu tahun. Untuk kapal angkutan penumpang diperlukan data jumlah penumpang dan tarif angkutan per penumpang. Demikian pula untuk barang-barang yang diangkut oleh kapal-kapal tersebut. Kapal penumpang ada yang menggunakan tarif angkutan per perjalanan atau trayek perjalanan tetapi ada pula yang menggunakan sistem sewa khususnya untuk penumpang / pengunjung wisatawan.
: Kapal Kayu : Rp 150.000.000,-/ kapal : 25 ton : 60 orang : 4 rit/hari : 30 lt/rit : Rp. 20.000,-/orang
Biaya Perawatan Perawatan rutin (Pengecatan, dempul, seng plat) : Rp 1.000.000,-/tahun Pergantian gerbok : Rp 3 jt s/d 8 jt / 7 tahun Pemilik kapal kebanyakan dari orang-orang Pulau Samosir
40
Atas dasar data yang ada dapat dihitung nilai ekonomi jasa Danau Toba untuk sektor transportasi seperti pada Tabel 6. Setelah dilakukan perhitungan ditemukan bahwa nilai ekonomi jasa Danau Toba dalam mendukung kegiatan transportasi kapal penumpang adalah Rp 456.273.715/kapal/tahun. Sehingga jika ada 4 kapal yang dioperasikan sebagai kapal penumpang di perairan Danau Toba yang termasuk wilayah Kabupaten Simalungun, maka nilai jasa Danau Toba secara total untuk kapal angkutan penumpang mencapai 4 x Rp 456.273.715 = Rp 1.825.094.860. Perlu dicatat bahwa data yang tersedia khusus untuk kapal angkutan umum ternyata tidak mencukupi untuk menghitung nilai-nilai ekonomi total jasa Danau Toba. Untuk mengatasi kekurangan data digunakan berbagai informasi yang ada seperti data yang ditemukan dalam perhitungan kapal sewaan untuk usaha budidaya perikanan maupn bagi para wisatawan. Jadi data dari sumber lain boleh juga digunakan; dan hasilnya seperti yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Perhitungan Nilai Ekonomi Usaha Angkutan Kapal Umum di Danau Toba
No. Keterangan Nilai per unit (Rp/tahun) Nilai total (Rp)
1.
Penerimaan;- Hari biasa 300 hari @4 rit: 4 x .75 x 60 x Rp 20.000 x 300 - Hari libur 50 Hari : 4 x 60 x Rp 20.000 x 50 ......... (hari besar & libur sekolah) Total penerimaan Biaya operasional (langsung): 785,205,714 7.500.000 504.000.000 264.000.000
2.
Penyusutan kapal harga Rp 150.000.000, umur teknis 20 thn Bahan bakar (solar) (60 liter/rit): 60 x 1400 rit x Rp 6.000 Upah awak kapal (2-3 orang): 20% dari penerimaan
41
Tabel 9. Perhitungan Nilai Ekonomi Usaha Angkutan Kapal Umum di Danau Toba (lanjutan)
No. Keterangan Perawatan: - rutin Rp 1.000.000/tahun Perawatan: - oli Rp 300.000/bulan x 12 bulan Perawatan: - ganti gebok jt / 7 tahun : Rp. 3 jt s/d 8 Nilai per unit (Rp/tahun) 1.000.000 3.600.000 785.714 4.200.000 120.000 456.273.715 1.241.479.429 78,520,571 Nilai total (Rp) -
Pungutan parkir : 1.400 x Rp 3000 Retribusi ke Dinas perhubungan Rp 10.000/bulan 3. 4. 5. Biaya tak langsung (jasa danau): total penerimaan biaya operasional langsung laba layak*) Biaya total (langsung & tidak langsung)
Catatan: *) Nilai laba layak harus dihitung terlebih dahulu seperti yang tampak pada baris ke 5. Hasilnya digunakan bersama dengan nilai biaya operasional langsung untuk mengurangi nilai total penerimaan, sehingga diperoleh nilai biaya tak langsung yaitu jasa Danau Toba yang dimanfaatkan dimanfaatkan dalam kegiatan transportasi untuk penumpang umum.
b) Kapal Sewaan Disewa oleh PT. AQUA FARM Di samping kapal angkutan umum ada juga kapal yang disewa oleh perusahaan budidaya ikan. Yang dominan dalam usaha ini adalah PT. Aqua Farm. Data persewaan kapal oleh PT. Aqua Farm tampak seperti dalam kotak di bawah ini. Namun dalam buku Pedoman ini tidak dipaparkan perhitungan nilai ekonomi total jasa Danau Toba untuk kegiatan persewaan kapal bagi usaha perikanan. Para pemakai buku ini diharapkan dapat mencoba sendiri dengan metode yang sama dengan yang telah dibuat pada perhitungan nilai jasa Danau Toba untuk angkutan kapal penumpang.
42
Kapal disewa rutin oleh PT. Aqua Farm: Jenis kapal: Kapal kayu Muatan : Pelet Tujuan : Keramba Rata-rata rit : 4 rit/minggu Ongkos : Rp. 27,-/Kg (Rp. 27,-/Ton) Rata-rata mengangkut : 18 25 ton/rit/sekali jalan Kapasitas barang : 25 ton atau 60 orang Rata-rata 4 rit/hari Bahan Bakar (Solar + oli) yang dibutuhkan 30 lt/rit Biaya karcis Rp. 20.000,-/orang Biaya Perawatan Perawatan rutin (Pengecatan, dempul, seng plat) : Rp. 1.000.000,-/ tahun Pergantian gerbok: Rp. 3 jt s/d 8 jt / 7 tahun Pemilik kapal kebanyakan dari orang-orang Pulau Samosir
c) Kapal wisatawan charter Disamping kedua kegiatan penggunaan kapal sebagai alat transportasi di Danau Toba seperti diuraikan di atas, masih ada lagi kapal yang diusahakan dengan sistem charter, khususnya untuk wisatawan. Data yang dapat dikumpulkan untuk kapal wisata ini seperti dipaparkan sebagai berikut: Jenis Kapal Harga Kapal Kapasitas penumpang Jumlah awak kapal Kapal wisata tujuan Jumlah kapal wisata : Kapal Kayu : Rp. 150.000.000,-/kapal : 60 orang. : 2 orang : Parapat, Tomok, Ambarita dan Batu Gantung : pemilik swasta/perorangan
43
Harga sewa : Rp. 800.000,-/5 jam/kapal Harga perorangan : Rp. 20.000,-/orang Jarak waktu tempuh ke Parapat dan Batu Gantung 2 jam Jarak waktu tempuh ke Tomok - Ambarita : 2 jam + 1 jam jalan darat Pada hari-hari biasa kapal wisata hanya 1rit x/hari, untuk hari besar (lebaran dan natal) rata-rata 2-3 rit/hari. Kebutuhan Bahan Bakar : - Ke Parapat : 35 lt solar - Ke Batu Gantung : 25 lt solar Gaji Upah Krue kapal wisata (2 0rang): 20% dari total pendapatan Komisi Agen: 10% dari total pendapatan Retribusi Retribusi ke Dinas Perhubungan : Rp. 10.000,-/bulan (sejak tahun 2001) Parkir ke Dinas Perhubungan : Rp. 3.000,-/sandar (hanya di Pulau Samosir) Biaya Perawatan Perawatan rutin (Pengecatan, dempul, seng plat) : Rp. 1.000.000,-/ tahun Pergantian gerbok : Rp. 3 jt s/d 8 jt / 7 tahun. Seperti halnya dengan nilai ekonomi jasa Danau Toba untuk angkutan kapal charter, perhitungan nilai ekonomi untuk kapal wisata tidak diberikan hasil perhitungannya dalam buku i. Para pembaca dapat melakukan perhitungan sendiri dengan metode yang relatif sama. Sebagai rangkuman dari bab ini harus ditunjukkan berapa sesungguhnya nilai jasa Danau Toba untuk berbagai jenis penggunaan. Dalam buku pedoman
44
ini belum semua jenis penggunaan atau aktivitas sudah diberikan contoh penghitungannya. Dengan mengidentifikasi secara lebih cermat akan dapat diperoleh macam penggunaan yang sebenarnya. Atas dasar perhitungan yang dilakukan dalam contoh perhitungan yang telah diuraikan di atas dapat diperoleh nilai ekonomi total (NET) jasa Danau Toba pada Kabupaten Simalungun seperti pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai Ekonomi Total Danau Toba untuk Kabupaten Simalungun
Rp/Unit /tahun M3 M3 Ton Ton Orang Orang 1 kali Kapal Kapal Kapal Produksi /tahun 0 0 154,60 1.636,00 273 1.091 1 kali 4 tad tad Nilai jasa danau (Rp/Unit) 0 0 4.010.000 2.342.500 3.690.000 1.765.000 50.000.000 456.273.715 tad tad Total nilai jasa danau (Rp/tahun) 0 0 619,946,000 3,832,330,000 1,007,370,000 1,925,615,000 50,000,000 1,825,094,860 tad tad 9,260,355,860
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis Penggunaan Sumber air irigasi pertanian Sumber air baku air minum Habitat perikanan tangkap Habitat perikanan budidaya Pariwisata (turist luar kabupaten) Pariwisata (turist dlm kabupaten) Wadah rekreasi air Jasa transportasi kapal penumpang Jasa transportasi u/ kapal karamba Jasa transportasi u/ kapal wisata Total Nilai Ekonomi Danau Toba
Sumber: Tabel 6 - 9
45
Secara keseluruhan Nilai Ekonomi Total Danau Toba berdasarkan hasil perhitungan atas dasar data yang ada mencapai Rp 9.260.355.860 atau lebih dari Rp 9,26 miliar/ tahun pada tahun 2007. Angka ini akan menjadi lebih besar lagi bila data yang dibutuhkan dapat diperoleh dan semakin lengkap diketahui fungsi atau penggunaan jasa dari Danau Toba pada tahun 2007. Metode valuasi ekonomi ini dapat diaplikasikan pada danau-danau lainnya yang mungkn sekali memiliki jenis penggunaan atau fungsi yang berbeda dengan yang ada di Danau Toba dan untuk Kabupaten Simalungun.
46
47
Hal ini mudah dijelaskan karena pengambil keputusan melihat dampak positif memiliki nilai yang nyata dan relatif besar. Sementara dampak negatif hanya berupa pernyataan kualitatif yang sulit dibayangkan wujud fisiknya. Sekarang, bayangkan kalau dampak negatif tersebut disajikan dalam bentuk hasil valuasi sebagai berikut: i. erosi yang ditimbulkan menimbulkan kerugian setara Rp. 2 miliar. ii. sedimentasi mengakibatkan kerugian senilai Rp. 4 miliar. iii. kehilangan daerah pemijahan ikan yang nilainya diperkirakan setara Rp. 15 miliar. iv. penurunan tangkapan ikan yang berdampak terhadap penurunan penghasilan nelayan dan nilainya diperkirakan mencapai Rp. 750 juta. Dengan memperhatikan besaran dampak positif (Rp. 4,9 miliar) dan dampak negatif (Rp. 21,75 miliar), maka mau tak mau pengambil keputusan harus berpikir keras dalam menentukan nasib proyek tersebut. Sekarang pengambil keputusan bisa melihat kalau nilai dampak negatif (mudharat) yang ditimbulkan dari proyek tersebut jauh lebih besar dibandingkan nilai dampak positif (manfaat). Dengan ilustrasi seperti di atas, maka akan dapat dibayangkan implikasi kebijakan yang mungkin ditimbulkan dari valuasi ekonomi. Beberapa implikasi yang mungkin timbul dan akan sangat berpengaruh terhadap pembuatan kebijakan, adalah sebagai berikut: Mengembangkan sikap bijaksana dalam membuat keputusan yang terkait dengan eksploitasi danau dan sikap ini dapat dimunculkan dengan menyajikan dampak positif dan negatif hasil valuasi ekonomi. Mengembangkan sikap lebih berhati-hati dalam menyusun programprogram pembangunan yang memiliki potensi dampak terhadap danau, karena dampak yang dipertimbangkan tidak semata-mata dampak positif saja tetapi juga dampak negatif. Menumbuhkan sikap antisipatif terhadap potensi dampak yang ditimbulkan akibat eksploitasi danau, serta mencarikan jalan pencegahan atau penanganan kuratifnya bila terpaksa.
48
49
50
Daftar Pustaka
Badan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, 2009, Profil Kawasan Danau, Medan. Deputi MENLH Bidang Peningkatan Konservasi SDA dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan, 2006, Profil Danau Indonesia, Edisi 1 Tahun 2006, Jakarta. Deputi MENLH Bidang Peningkatan Konservasi SDA dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan, 2007, Strategi dan Rencana Aksi Pelestarian Situ Wilayah Jabodetabek, Jakarta. Deputi MENLH Bidang Peningkatan Konservasi SDA dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan, Gambaran Umum Potensi dan Kondisi Danau Indonesia dan Dampak Perubahan Iklim, Jakarta, 2009. Deputi MENLH Bidang Peningkatan Konservasi SDA dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan, 2009, Pengertian Danau3_KLH.Pdf, Jakarta. Suharti, Titing, 2004. Institut Pertanian Bogor, Pengelolaan Sungai, Danau dan Waduk untuk Konservasi Sumber Daya Air, Bogor. [http://www.highestlake.com/ Lists of the highest lakes in the US and the world] [http://www.mlswa.org/lkclassif1.htm Lake Classification Systems].
51
52