Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331225636

PEMETAAN JASA EKOSISTEM

Article · February 2019


DOI: 10.24895/SNG.2018.3-0.962

CITATIONS READS

0 2,036

7 authors, including:

Akhmad Riqqi Dini Aprilia Norvyani


Bandung Institute of Technology Bandung Institute of Technology
19 PUBLICATIONS   4 CITATIONS    2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Dian Afriyanie
Bandung Institute of Technology
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

UDARA ITB View project

All content following this page was uploaded by Dini Aprilia Norvyani on 11 June 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pemetaan Jasa Ekosistem .............................. (A.Riqqi, Hendaryanto, S. Safitri, N. Mashita, E. Sulistyawati, D. A. Norvyani, D. Afriyanie)

PEMETAAN JASA EKOSISTEM


(Mapping of Ecosystem Services)

Akhmad Riqqi1, Hendaryanto2, Sitarani Safitri1, Nusa Mashita2, Endah


Sulistyawati3, Dini Aprilia Norvyani1, Dian Afriyanie4
Teknik Geodesi dan Geomatika, Institut Teknologi Bandung 1
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan2
Biologi, Institut Teknologi Bandung3
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung 4
Jalan Ganesha No.10, Labtek IXC, Teknik Geodesi dan Geomatika, Institut Teknologi Bandung
E-mail: akhmad.riqqi@gmail.com

ABSTRAK
Jasa ekosistem merupakan manfaat yang diperoleh manusia dari ekosistem. Maraknya tuntutan untuk
melaksanakan pembangunan berkelanjutan, kebutuhan terhadap informasi jasa ekosistem semakin meningkat
sebagai bahan pertimbangan dalam berbagai kebijakan dan perencanaan pembangunan. Salah satu
pemanfaatan informasi jasa ekosistem adalah untuk pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam, serta
perencanaan tata ruang. Menjawab kebutuhan tersebut, beberapa peneliti telah mengembangkan berbagai
metode dalam menyediakan informasi jasa ekosistem. Metode yang seringkali digunakan adalah penyusunan
peta jasa ekosistem menggunakan pendekatan yang diperoleh dari data tutupan lahan. Metode ini dinilai
cukup efektif dan efisien dari sisi biaya dan waktu, khususnya untuk wilayah kajian di skala global, regional
dan nasional, mengingat data tutupan lahan pada skala tersebut dapat diperoleh dengan mudah. Namun
beberapa ahli berpendapat bahwa kekurangan dari metode tersebut adalah akurasi hasilnya belum mumpuni,
tetapi dapat diatasi melalui kombinasi dari beberapa variabel yang dapat menjelaskan hubungan antara proses
ekosistem dengan jasa yang dihasilkannya. Paper ini mengkaji pendapat para ahli tersebut, dan secara khusus
membahas perbandingan hasil peta jasa ekosistem yang disusun melalui pertimbangan para ahli terhadap
potensi jasa ekosistem pada tutupan lahan dan kombinasi antara tutupan lahan dan ekoregion. Pembobotan
jasa ekosistem terhadap tutupan lahan dan ekoregion dilakukan melalui Analytical Hierarchy Process (AHP)
dengan metode perhitungan pairwise comparison. Wilayah studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Pulau Jawa, sedangkan jenis jasa ekosistem yang dianalisis adalah penyedia pangan. Hasil dari
perhitungan menunjukkan bahwa nilai indeks jasa ekosistem yang dihasilkan dari kombinasi tutupan lahan
dan ekoregion menghasilkan peta jasa ekosistem yang lebih akurat informasinya secara kualitatif.

Kata kunci: Jasa Ekosistem, Pairwise Comparison Methods, penilaian pakar, ekoregion, pendekatan berbasis
tutupan lahan.

ABSTRACT
Ecosystem services are benefits that humans get from ecosystems. Sustainable development era has
increased demand on ecosystem services information to be incorporated into various development policies
and planning. Environmental and natural resources management as well as spatial planning are among those
policies and plannings. Many studies has developed various methods in providing ecosystem services
information. The most common method in formulating ecosystem services map is land use based proxy. The
method is considered quite effective and efficient in terms of cost and time, especially at global, regional and
national scale, considering that land cover data on those scales can be obtained easily. However, some experts
argue that the disadvantanges of the method is that the accuracy of the results is not yet qualified, but can
be overcome through a combination of several variables that can explain the relationship between ecosystem
processes and their services. This paper specifically discusses the comparison of the results of maps of
ecosystem services formulated through experts' judgement on land use based proxy and a combination of
land cover and ecoregion. We use Analytical Hierarchy Process (AHP) with pairwise comparison method to
asssess the potential of ecosystem services from land cover and ecoregion. The case study area is Java Island,
while the type of ecosystem services analyzed is the food provider. The results of the calculations show that
the index of ecosystem services resulting from a combination of land cover and ecoregion produces a more
accurate map of ecosystem services with qualitative information.

Keywords: ecosystem services, Pairwise Comparison Methods, expert judgement, ecoregion, land use based
proxy.

1
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional

PENDAHULUAN
Millenium Ecosystem Assessment (2005) mendefinisikan jasa ekosistem sebagai manfaaat yang
diperoleh manusia melalui ekosistem. Konsep jasa ekosistem sejak pertama kali dikenalkan oleh
Gretchen Daily (1997) hingga diadopsi oleh UN Millenimum Ecosystem Assessment (2005),
mengenalkan empat kategori jasa ekosistem, yaitu: (1) Penyediaan (berupa produk yang diperoleh
dari ekosistem seperti makanan, serat, air); (2) Pengaturan (berupa manfaat yang diperoleh dari
proses ekosistem, seperti penyaringan air dan udara); (3) Budaya (berupa manfaat non-materi yang
diperoleh dari ekosistem seperti pengayaan spiritual, pengembangan kognitif, rekreasi dan
pengalaman estetika); dan (4) Pendukung (berupa fungsi ekologi seperti polinasi, siklus nutrient dan
pembentukan tanah). Saat ini jasa ekosistem semakin diperhitungkan perannya dalam pengambilan
keputusan untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Pemanfaatan data dan informasi jasa ekosistem dapat digunakan sebagai acuan dalam
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta perencanaan pembangunan. Informasi
mengenai jasa ekosistem dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan untuk memastikan
kelestarian ekosistem yang menghasilkan berbagai jasa ekosistem yang dibutuhkan bagi kehidupan
manusia. Informasi dan data mengenai ketersediaan dan kebutuhan jasa ekosistem dapat memandu
para penyusun kebijakan untuk menentukan lokasi prioritas dalam pemulihan ekosistem yang kritis
tetapi jasanya diperlukan.
Adanya kebutuhan yang terus meningkat mengenai informasi jasa ekosistem, telah memicu
banyak peneliti untuk mengembangkan metode dalam penyajian data dan informasi mengenai
ketersediaan dan kebutuhan jasa ekosistem. Salah satu bentuk penyajian informasi jasa ekosistem
yang sering dilakukan adalah dalam bentuk peta. Peta jasa ekosistem merupakan alat bagi para
pengambil kebijakan untuk dapat mengidentifikasi sebaran jasa ekosistem secara spasial serta
keterkaitan atau hubungan antara satu jasa ekosistem dengan jasa ekosistem lainnya. Peta tersebut
dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan terutama dalam pengelolaan lingkungan dan
penataan ruang yang berbasis pada daya dukung lingkungan hidup.
Menurut Martinez-Harms & Balvanera (2012) sedikitnya terdapat lima metode dan pendekatan
dalam penyusunan peta jasa ekosistem yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, yaitu: (1)
Menyusun proxy jasa ekosistem melalui penggunaan tabel nilai jasa ekosistem (look-up table) untuk
setiap kelas tutupan lahan; (2) Menyusun proxy jasa ekosistem melalui pertimbangan ahli yang
menilai potensi jasa ekosistem dari masing-masing kelas tutupan lahan; (3) Menyusun proxy jasa
ekosistem melalui identifikasi hubungan antara proses ekosistem dengan jasa yang dihasilkan; (4)
Melakukan ekstrapolasi data jasa ekosistem yang dikumpulkan melalui survei primer dan dipetakan
melalui proses kartografi; (5) Melakukan pemodelan regresi terhadap data jasa ekosistem yang
dikumpulkan melalui survei primer sebagai variabel dan proxy untuk menyusun peta jasa ekosistem.
Dari kelima metode dan pendekatan tersebut, dua metode terakhir menggunakan data primer hasil
pengukuran atau observasi terhadap kondisi jasa ekosistem di lapangan; sedangkan tiga metode
pertama menggunakan data sekunder, yaitu data tutupan lahan.
Penyusunan peta jasa ekosistem menggunakan data primer tentunya memiliki keuntungan
dalam menyediakan estimasi informasi yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan data
sekunder atau data tutupan lahan (Eigenbrod et al., 2010). Namun, jika wilayah kajian atau wilayah
pemetaannya cukup luas, maka penggunaan data primer untuk penyusunan jasa ekosistem akan
memakan biaya yang cukup tinggi. Di sisi lain, penggunaan data sekunder atau tutupan lahan
memungkinkan untuk memetakan wilayah yang cukup luas misalnya skala global, regional atau kota,
tetapi kekurangannya terletak pada ketelitian informasi mengenai jasa ekosistem yang dihasilkan
dari tutupan lahan, karena sifatnya masih berbentuk proxy jasa ekosistem. Eigenbrod et al. (2010)
berpendapat bahwa kekurangan menggunakan data tutupan lahan tersebut dapat diatasi atau
diminimalisasi melalui kombinasi dari beberapa variabel yang dapat menjelaskan hubungan antara
proses ekosistem dengan jasa yang dihasilkannya, tetapi tetap memerlukan kehati-hatian dalam
menentukan hubungan di antara variabel-variabel tersebut.
Paper ini membuktikan pendapat Eigenbrod, et al. (2010) dalam mengatasi kekurangan
menggunakan data tutupan lahan dengan melakukan kombinasi dari beberapa variabel yang dapat
menjelaskan hubungan antara proses ekosistem dengan jasa yang dihasilkannya. Secara khusus
paper ini membahas perbandingan hasil peta jasa ekosistem yang disusun melalui pertimbangan
2
Pemetaan Jasa Ekosistem .............................. (A.Riqqi, Hendaryanto, S. Safitri, N. Mashita, E. Sulistyawati, D. A. Norvyani, D. Afriyanie)

para ahli terhadap potensi jasa ekosistem pada (1) tutupan lahan dan (2) kombinasi antara tutupan
lahan dan ekoregion. Pembobotan potensi jasa ekosistem terhadap tutupan lahan dan ekoregion
dilakukan melalui Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan metode perhitungan pairwise
comparison. Wilayah studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pulau Jawa, sedangkan
jenis jasa ekosistem yang dianalisis adalah jasa ekosistem penyediaan pangan. Perbandingan hasil
dua peta tersebut diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan pertimbangan bagi berbagai pihak
dalam menyusun peta jasa ekosistem yang diperlukan untuk berbagai kebutuhan pembangunan,
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.
Paper ini terbagi dalam lima bagian. Sub bab dari bagian Pendahuluan di paper ini membahas
mengenai konsepsi jasa ekosistem dan kaitannya dengan ekoregion serta daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup. Bagian Metode menguraikan metode dan alat yang digunakan untuk
analisis. Bagian selanjutnya menguraikan hasil dan pembahasannya yang dilanjutkan dengan
kesimpulan pada bagian akhir.

Hubungan Antara Ekoregion, Jasa Ekosistem dengan Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan Hidup

Ekosistem adalah entitas yang kompleks terdiri atas komunitas tumbuhan, binatang dan
mikroorganisme yang dinamis beserta lingkungan abiotiknya yang saling berinteraki sebagai satu
kesatuan unit fungsional (Millenium Ecosystem Assessment, 2005). Ekosistem memiliki struktur dan
proses untuk dapat menjalankan fungsinya. Struktur ekosistem adalah berbagai elemen biotik dan
abiotik yang terdapat pada ekosistem tersebut. Proses pada ekosistem adalah interaksi antar elemen
tersebut yang biasanya berupa aliran materi, energi dan informasi. Fungsi ekosistem adalah
kemampuan komponen ekosistem untuk melakukan proses alam dalam menyediakan materi dan
jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik secara langsung maupun tidak
langsung (de Groot, 2010). Sementara itu, jasa ekositem merupakan manfaat yang diperoleh
manusia dari ekosistem (Millenium Ecosystem Assessment, 2005).
Klasifikasi fungsi dan jasa ekosistem telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang kemudian
diadopsi oleh Millenium Ecosystem Assessment (2005) menjadi empat kategori dan 23 kelas jasa
ekosistem sebagai berikut:
1. Penyediaan: (1) Bahan makanan, (2) Air bersih, (3) Serat, bahan bakar dan bahan dasar lainnya,
(4) Materi genetic, (5) Bahan obat dan biokimia, dan (6) Spesies hias.
2. Pengaturan: (7) Pengaturan kualitas udara, (8) Pengaturan iklim, (9) Pencegahan gangguan,
(10) Pengaturan air, (11) Pengolahan limbah, (12) Perlindungan tanah, (13) Penyerbukan, (14)
Pengaturan biologis, dan (15) Pembentukan tanah.
3. Budaya: (16) Estetika, (17) Rekreasi, (18) Inspirasi, (19) Warisan dan identitas budaya, (20)
Spiritual dan keagamaan, serta (21) Pendidikan.
4. Pendukung: (22) Habitat dan berkembang biak dan (23) Perlindungan plasma nuftah.
Informasi mengenai fungsi ekosistem dapat mewakili kondisi daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup. Dengan kata lain, daya dukung dan daya tampung merupakan kapasitas dari
fungsi dan jasa ekosistem dalam mendukung prikehidupan manusia atau mahluk lainnya yang
berada pada suatu lokasi atau ekoregion tertentu. Daya dukung dan daya tampung juga dapat
mengindikasikan kualitas dari sebuah jasa ekosistem tertentu. Semakin baik atau tinggi daya dukung
dan daya tampung suatu lokasi atau ekoregion, maka dapat dikatakan ekosistem di ekoregion
tersebut memiliki kualitas yang baik dan dapat berfungsi dengan baik untuk menyediakan jasa
ekosistemnya. Biasanya, fungsi regulasi dari ekosistem terkait erat dengan daya tampung,
sedangkan penyediaan, pengaturan dan budaya terkait erat dengan daya dukung lingkungan hidup.
Sementara itu, konsep ekoregion dapat dikatakan sebagai bentuk implementasi konsep
ekosistem, atau dapat dikatakan sebagai ekosistem region. Sebuah peta ekoregion biasanya memuat
informasi mengenai karakteristik bentang alam berupa geomorfologi dan morfogenesa, yang mampu
mendelineasi batas-batas karakteristik tersebut sehingga dapat terlihat perbedaan karakteristiknya.
Peta ekoregion mampu memberikan indikasi fungsi ekosistem yang mungkin dominan pada suatu
ekoregion tertentu, karena setiap jenis ekoregion membentuk dan/atau memiliki ekosistem dan
fungsi ekosistem sesuai karakteristiknya masing-masing. Untuk itu, penggabungan peta ekoregion
dengan peta tutupan lahan dapat menyediakan informasi mengenai proxy jasa ekosistem yang lebih
3
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional

akurat dibandingkan dengan informasi yang hanya didasarkan pada data tutupan lahan semata. Hal
ini sejalan dengan pendapat Eigenbrod et al., (2010). Dalam hal ini, data ekoregion digunakan
sebagai variabel atau data tambahan selain data tutupan lahan dalam menentukan hubungan antara
proses dan jasa ekosistem untuk menghasilkan peta (proxy) jasa ekosistem. Hubungan ekoregion,
fungsi dan jasa ekosistem, dan daya dukung dan daya tampung ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan ekoregion, fungsi & jasa ekosistem, serta daya dukung dan daya tampung lingkungan.

METODE
Tahapan dan metode pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini secara umum
meliputi identifikasi jasa ekosistem dari tutupan lahan, penilaian dan pembobotan jasa ekosistem
berdasarkan penilaian ahli (expert judgement) terhadap data ekoregion dan tutupan lahan, analisis
spasial dan perhitungan indeks jasa ekosistem (IJE), serta visualisasi spasial IJE. Penilaian dan
pembobotan jasa ekosistem oleh para ahli terhadap tutupan dan ekoregion dilakukan melalui
Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan metode perhitungan pairwise comparison. Sementara
itu, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Ekoregion Pulau Jawa skala 1:500.000
tahun 2013 bersumber dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Peta
Tutupan Lahan Pulau Jawa skala 1:250.000 tahun 2014 bersumber dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK). Proses penilaian dan pembobotan jasa ekosistem dengan metode
pairwise comparison dilakukan seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.
Penilaian jasa ekosistem oleh para ahli dilakukan dengan mengisi kuesioner yang disusun untuk
menilai bobot setiap jasa ekosistem dari masing-masing jenis ekoregion dan tutupan lahan.
Kuesioner yang disebarkan ini berisi tabel-tabel yang menggambarkan perbandingan skala penilaian
jasa ekosistem terhadap setiap kelas tutupan lahan dan jenis ekoregion. Pengisian daftar pertanyaan
dilakukan berdasarkan teori dan pengetahuan, pengamatan dan pengalaman yang dimiliki oleh para
ahli terhadap kondisi faktual. Pemetaan jasa ekosistem dengan pendekatan land use based proxy
yang menggunakan penilaian pakar (expert judgement) dari multidisiplin ilmu dapat menghasilkan
penilaian yang komprehensif (Maynard et al., 2010). Adapun ahli yang terlibat dalam proses
penilaian terdiri dari pakar geomorfologi, kehutanan, biologi, perencanaan wilayah, dan pakar
lingkungan. Penilaian ahli secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dianggap sebagai data sehingga
bisa digunakan sebagai bobot pada berbagai kelas lahan berbeda (Meyer dan Booker, 1991). Contoh
tabel kuesioner yang disebarkan untuk diisi oleh pakar ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 2. Proses penilaian dan pembobotan jasa ekosistem dengan metode pairwise comparison.
4
Tabel 3.2 – Kuisioner Penilaian Jasa Ekosistem Penyedia Pangan terhadap
Pemetaan Jasa Ekosistem .............................. (A.Riqqi, Hendaryanto, S. Safitri, N. Mashita, E. Sulistyawati, D. A. Norvyani, D. Afriyanie)
Penutup lahan

Gambar 3. Kuesioner penilaian jasa ekosistem penyedia pangan terhadap tutupan lahan.

Mengingat keragaman fenomena bentang lahan dan tutupan lahan di wilayah pengamatan,
Pengisian prinsip
maka dilakukan daftar generalisasi
pertanyaan dilakukan berdasarkan
sesuai dengan teori skala
kedalaman dan pengetahuan,
pengamatan. Proses
transformasi data dari bentang lahan dan tutupan lahan
pengamatan dan pengalaman yang dimiliki oleh pengisi kuisionermenjadi nilai jasa ekosistem
terhadapdilakukan
dengan menjawab sejumlah pertanyaan tentang kepentingan dan peran bentang lahan dan tutupan
lahan terhadap besar kecilnya
kondisi faktual. Mengingat nilaikeragaman
jasa ekosistem.
fenomena Prinsipnya
bentangadalah
lahan perbandingan
dan penutup tingkat
kepentingan atau peran jenis-jenis bentang lahan dan tutupan lahan terhadap jenis-jenis jasa
ekosistemLahan di wilayah
(prinsip pengamatan, maka dilakukan prinsip generalisasi sesuai dengan
relativitas).
Setelah diperolehskala
kedalaman nilai pengamatan.
bobot jasa ekosistem dari tutupan lahan
Proses transformasi dan ekoregion,
data dari pengolahan
bentang lahan dan data
selanjutnya adalah analisis spasial menggunakan perangkat lunak ArcGIS Desktop dan Microsoft
Excel. Pada penelitian
penutup lahanini, dilakukan
menjadi dua ekosistem
nilai jasa jenis analisis spasialdengan
dilakukan untuk menghasilkan dua peta jasa
menjawab sejumlah
ekosistem berdasarkan data tutupan lahan dan kombinasi antara data tutupan lahan dan ekoregion.
pertanyaan
Adapun tahapan dan tentang
prosedurkepentingan dan peran
analisisnya adalah sebagaibentang lahan dan penutup lahan
berikut:
1. Analisis Spasialbesar
terhadap menggunakan
kecilnya hasil
nilai pembobotan
jasa ekosistem. jasaPrinsipnya
ekosistem dari
adalahtutupan lahan.
perbandingan
Analisis spasial jasa ekosistem intinya merupakan proses overlay antara data spasial dengan
nilai jasatingkat
ekosistem hasil pembobotan
kepentingan atau peranyangjenis-jenis
dilakukanbentang
melalui metode
lahan dan pairwise comparison
penutup lahan . Pada
tahap ini, analisis spasial dilakukan dengan meng-overlay data hasil pembobotan jasa ekosistem
terhadapterhadap jenis-jenis
tutupan lahan dengan jasadata
ekosistem
spasial(prinsip
tutupanrelativitas).
lahan, melalui pengisian nilai bobot kedalam
tabel data atribut dari data spasial tutupan lahan. Hasilnya menunjukkan sebaran spasial dari IJE
berdasarkan data tutupan lahan. Secara singkat, proses keseluruhan untuk menghasilkan peta jasa
ekosistemTingkat
berdasarkan data tutupan
kepentingan diukur lahan
dengan ditampilkan
skala likertpada
olehGambar 4. yang kompeten.
panel pakar
Skala likert yang digunakan yaitu sebagai berikut:

15

Gambar 4. Tahapan penyusunan peta jasa ekosistem berdasarkan data tutupan lahan (dalam Burkhard et
al., 2009).
5
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional

2. Analisis spasial menggunakan hasil pembobotan jasa ekosistem dari tutupan lahan dan
ekoregion.
Proses pada tahap ini dilakukan melalui beberapa prosedur. Pertama dilakukan pengolahan data
spasial melalui prosedur overlay (intersect) antara data ekoregion dan tutupan lahan untuk
menghasilkan unsur spasial baru dari irisan kedua data spasial tersebut. Kedua, dilakukan proses
overlay antara unsur spasial baru tersebut dengan nilai IJE hasil pembobotan pada tahap
sebelumnya, dengan memasukkan nilai IJE dari tutupan lahan dan ekoregion ke dalam tabel atribut
data spasial hasil interseksi antara tutupan lahan dan ekoregion. Perhitungan nilai tutupan lahan
dan ekoregion untuk menghasilkan IJE dilakukan dengan menggunakan Persamaan 1 berikut:

IJE=√(IJEeco×IJElulc)/(maks(√(IJEeco×IJElulc))) .............................................................. (1)


dimana:
IJE = Indeks Jasa Ekosistem
maks = nilai maksimum dari perhitungan hasil perkalian dan akar terhadap nilai indeks JE penutup
lahan dan ekoregion.
Hasil yang diperoleh menunjukkan sebaran spasial dari indeks jasa ekosistem berdasarkan data
tutupan lahan dan ekoregion. Secara singkat proses keseluruhan untuk menghasilkan peta jasa
ekosistem berdasarkan data tutupan lahan dan ekoregion ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Tahapan penyusunan peta jasa ekosistem dengan data tutupan lahan dan ekoregion.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Nilai indeks jasa ekosistem (IJE) adalah nilai yang mencerminkan kualitas atau taraf dari suatu
jasa ekosistem yang dihasilkan dari fungsi ekosistem yang berjalan pada suatu wilayah. Jenis jasa
ekosistem yang dinilai pada penelitian ini adalah penyediaan pangan. Hasil perhitungan dan analisis
dalam penyusunan peta jasa ekosistem dengan metode pairwise comparison terhadap penilaian
para ahli pada data tutupan lahan dan ekoregion, menghasilkan nilai IJE untuk setiap tutupan lahan
(Tabel 1), untuk setiap jenis ekoregion (Tabel 2) dan untuk kombinasi antara tutupan lahan dan
ekoregion (Tabel 3).
Tabel 1 menunjukkan bahwa potensi jasa ekosistem penyediaan pangan tertinggi berada pada
jenis tutupan lahan sawah, diikuti oleh ladang/tegalan/huma. Hal ini dapat dipahami karena kedua
jenis tutupan lahan tersebut merupakan sumber penghasil pangan. Perkebunan dan perairan
memiliki nilai indeks yang sama, yaitu 0,320. Sementara itu, potensi jasa ekosistem penyediaan
pangan terendah berada pada jenis tutupan lahan lahan terbangun, lahan terbuka, dan semak
belukar. Hal ini dapat dipahami karena jenis tutupan lahan tersebut tidak menghasilkan atau sangat
rendah potensinya dalam menghasilkan sumber pangan.

6
Pemetaan Jasa Ekosistem .............................. (A.Riqqi, Hendaryanto, S. Safitri, N. Mashita, E. Sulistyawati, D. A. Norvyani, D. Afriyanie)

Tabel 1. Nilai indeks jasa ekosistem (IJE) untuk setiap tutupan lahan.

Lahan Terbangun
Ladang/Tegalan/

Padang Rumput/
Perkebunan (C)

Lahan Terbuka
Semak Belukar

Terbangun (K)
Rumput Rawa
Hutan Lahan

Hutan Lahan

Lahan Tidak

Perairan (L)
Tutupan

Sabana (G)
Sawah (A)

Kering (D)

Basah (E)
Huma (B)
Lahan

(H)
(F)

(J)
(I)
Nilai 0,91 0,71 0,32 0,16 0,23 0,08 0,08 0,11 0,04 0,04 0,16 0,32

Tabel 2. Nilai indeks jasa ekosistem (IJE) untuk setiap ekoregion.

Solusional (I)
Solusional (H)
Struktural (D)

Struktural (E)

Struktural (F)
Pegunungan

Pegunungan
Vulkanik (A)

Vulkanik (C)
Vulkanik (B)
Perbukitan

Perbukitan

Perbukitan
Fluvial (G)
Ekoregion
Dataran

Dataran

Dataran

Dataran
Nilai 0,48 0,29 0,28 0,20 0,13 0,16 1,00 0,25 0,16

Pantai Perbukitan

Organik Coral (R)


Denudasional (K)

Rawa Perbukitan
Denudasional (J)

Rendah Organik
Dataran Marin

Pegunungan

Gambut (O)
Aeolian (L)
Perbukitan

Ekoregion Glasial (N)

Karst (P)

Karst (Q)
Dataran

Dataran
(M)

Nilai 0,30 0,14 0,05 0,30 0,05 0,19 0,13 0,11 0,04

Tabel 3. Nilai indeks jasa ekosistem (IJE) penyediaan pangan untuk tutupan lahan dan ekoregion.
Tutupan
A B C D E F G H I J K L
Lahan
Ekoregion
A 0,692 0,608 0,409 0,290 0,346 0,202 0,202 0,242 0,147 0,147 0,290 0,409
B 0,542 0,476 0,321 0,227 0,271 0,158 0,158 0,190 0,115 0,115 0,227 0,321
C 0,532 0,467 0,315 0,223 0,266 0,155 0,155 0,186 0,113 0,113 0,223 0,315
D 0,448 0,394 0,265 0,188 0,224 0,131 0,131 0,157 0,095 0,095 0,188 0,265
E 0,357 0,314 0,211 0,150 0,179 0,104 0,104 0,125 0,076 0,076 0,150 0,211
F 0,398 0,350 0,235 0,167 0,199 0,116 0,116 0,139 0,084 0,084 0,167 0,235
G 1,000 0,879 0,592 0,419 0,501 0,292 0,292 0,350 0,212 0,212 0,419 0,592
H 0,497 0,437 0,294 0,208 0,249 0,145 0,145 0,174 0,105 0,105 0,208 0,294
I 0,401 0,352 0,237 0,168 0,201 0,117 0,117 0,140 0,085 0,085 0,168 0,237
J 0,550 0,483 0,325 0,230 0,275 0,160 0,160 0,192 0,117 0,117 0,230 0,325
K 0,371 0,326 0,220 0,155 0,186 0,108 0,108 0,130 0,079 0,079 0,155 0,220
L 0,229 0,201 0,135 0,096 0,115 0,067 0,067 0,080 0,048 0,048 0,096 0,135
M 0,550 0,483 0,325 0,230 0,275 0,160 0,160 0,192 0,117 0,117 0,230 0,325
N 0,229 0,201 0,135 0,096 0,115 0,067 0,067 0,080 0,048 0,048 0,096 0,135
O 0,440 0,387 0,260 0,184 0,220 0,128 0,128 0,154 0,093 0,093 0,184 0,260
R 0,357 0,314 0,211 0,150 0,179 0,104 0,104 0,125 0,076 0,076 0,150 0,211

Berdasarkan Tabel 2, ekoregion yang memiliki nillai IJE relatif lebih tinggi dari yang lainnya
adalah Dataran Vulkanik, Dataran Denudasional, dan Dataran Marin. Dataran Marin meliputi hampir
di seluruh wilayah pesisir bagian utara dan selatan Pulau Jawa, dengan luas mencapai 2.448,11 km2.

7
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional

Sebagaimana deskripsi ekoregion oleh Kementerian Lingkungan Hidup (2013), kondisi klimatologi
Dataran Marin relatif beriklim basah dengan variasi curah hujan mulai rendah hingga tinggi.
Umumnya, di seluruh Marin Utara Jawa mempunyai curah hujan tinggi, sedangkan di Marin Selatan
relatif bervariasi, dengan curah hujan tinggi di Jawa Barat dan semakin ke timur semakin rendah.
Material penyusun Dataran Marin juga bervariasi. Secara umum, Marin Utara Jawa tersusun atas
material aluvium lempungan, dengan beberapa lokasi tersusun atas batuan beku vulkanik, seperti
di pantai barat dan utara Provinsi Banten, pantai utara dan timur Gunung Berapi Muria di Kabupaten
Pati dan Gunung Berapi Lasem di Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah, sebagian pantai utara
Kabupaten Situbondo (Gunung berapi Argopuro), dan marin/pantai timur Kabupaten Banyuwangi
(Gunung berapi Baluran) Provinsi Jawa Timur. Topografi Dataran Marin berupa dataran, dengan
morfologi atau relief datar, dan kemiringan lereng secara umum 0-3%, pada beberapa lokasi agak
miring (3-8%). Tanah dan penggunaan lahan di Marin Utara Jawa, dengan material penyusun
berupa bahan aluvium berukuran lempung, pada umumnya membentuk tanah-tanah grumusol atau
vertisol’. Tanah ini cukup subur dan mempunyai potensi tinggi untuk pengembangan pertanian
apabila cukup dengan air. Pemanfaatan lahan secara umum berupa pertanian, perikanan tambak,
hutan mangrove, permukiman (kota), dan industri. Hal ini yang menyebabkan potensi jasa ekosistem
penyedia pangan pada Dataran Marin cukup tinggi.
Pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa potensi jasa ekosistem penyedia pangan yang memiliki nilai
indeks diatas 0,5 terdapat pada kombinasi lokasi dengan gabungan ekoregion dan tutupan lahan:
1. Ekoregion Dataran Fluvial dan lahan sawah, memiliki nilai IJE tertinggi, yaitu 1.
2. Ekoregion Dataran Fluvial dan lahan ladang/tegalan/huma, memiliki nilai IJE sebesar 0,879.
3. Ekoregion Dataran Vulkanik dan lahan sawah, memiliki nilai IJE sebesar 0,692.
4. Ekoregion Dataran Vulkanik dan lahan ladang/tegalan/huma, memiliki nilai IJE sebesar 0,608.
5. Ekoregion Dataran Fluvial dan lahan perkebunan, memiliki nilai IJE sebesar 0,592.
6. Ekoregion Dataran Fluvial dan lahan perairan, memiliki nilai IJE sebesar 0,592.
7. Ekoregion Dataran Denudasional dan lahan sawah, memiliki nilai IJE sebesar 0,550.
8. Ekoregion Dataran Marin dan lahan sawah, memiliki nilai IJE sebesar 0,550.
Untuk memastikan hasil perhitungan IJE tersebut, dilakukan validasi perhitungan guna mengkaji
akurasi tematik dengan menggunakan sampling point dan survei lapangan untuk melakukan
perhitungan kappa index menggunakan tabel confusion matrix. Hasil perhitungan kappa index pada
confusion matrix ditunjukkan pada Gambar 6. Nilai kappa index dari confusion matrix lebih besar
dari 70 yakni 71,9. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pembobotan dan perhitungan IJE di Pulau Jawa
memiliki akurasi cukup baik dalam memberikan informasi indikasi jasa ekosistem.
Lapangan
Produser
Morfologi Morfogenesa Tutupan Lahan DDLH
Pertanian Lahan Kering Campur
Hutan Lahan Kering Sekunder

Savanna/ Padang rumput


Hutan Lahan Kering Primer

Hutan Mangrove Sekunder

Pertanian Lahan Kering


Hutan Mangrove Primer

Bandara/ Pelabuhan
Hutan Rawa Sekunder
Hutan Rawa Primer

Hutan Tanaman

Percent Correct
Denundasional

Tanah Terbuka

Pertambangan
Belukar Rawa

Transmigrasi
Pegunungan

Perkebunan

Pemukiman
Perbukitan

Struktural

Badan Air
Vulkanik
Dataran

Tambak
Organik

Rendah
Belukar

Sedang
Glasial

Sawah
Fluvial
Marin

Tinggi
Rawa
Karst

Total

Dataran 16 16 100
Morfolo

Perbukitan 5 14 19 73.7
gi

Pegunungan 13 13 100
Marin 0
Fluvial 5 5 100
Morfogenesa

Vulkanik 26 26 100
Denundasional 0
Struktural 4 6 7 17 41.2
Karst 0
Organik 0
Glasial 0
Hutan Lahan Kering Primer 0
Hutan Lahan Kering Sekunder 0
Hutan Mangrove Primer 0
Hutan Rawa Primer 0
Hutan Mangrove Sekunder 0
Hutan Rawa Sekunder 0
Hutan Tanaman 13 13 100
Peta

Belukar 0
Perkebunan 0
Tutupan Lahan

Pemukiman 1 1 2 50
Tanah Terbuka 0
Savanna/ Padang rumput 0
Badan Air 0
Belukar Rawa 0
Pertanian Lahan Kering 3 4 7 42.9
Pertanian Lahan Kering Campur 0
Sawah 8 17 25 68
Tambak 0
Bandara/ Pelabuhan 0
Transmigrasi 0
Pertambangan 0
Rawa 0
Tinggi 44 13 57 77.2
DDLH

Sedang 27 138 165 83.6


Rendah 13 17 30 0
284 0
Total 21 27 0 0 9 32 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 0 0 1 0 0 0 8 3 0 22 0 0 0 0 0 84 168 0 395
User
Percent Correct 76 52 56 81 100 100 100 0 100 77 52 82 71.9
Gambar 6. Hasil perhitungan kappa index pada confusion matrix.
8
Pemetaan Jasa Ekosistem .............................. (A.Riqqi, Hendaryanto, S. Safitri, N. Mashita, E. Sulistyawati, D. A. Norvyani, D. Afriyanie)

Visualisasi spasial hasil perhitungan indeks jasa ekosistem penyedia pangan yang telah dihitung
pada Tabel 1 dan Tabel 3 disajikan dalam bentuk “Peta Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Pulau
Jawa” pada Gambar 7. Pembagian kelas IJE dilakukan dengan menggunakan pronsip distribusi
equal interval, yaitu dengan membagi rentang nilai indeks 0 hingga 1 menjadi tiga kelas dengan
rentang yang sama besar. Dengan demikian, kelas IJE Penyediaan Pangan dibagi menjadi "Rendah"
(0 - 0,33), "Sedang" (0,34 - 0,66), dan "Tinggi" (0,67 - 1,00). Terdapat dua peta hasil perhitungan
berdasarkan data yang digunakan, yaitu: data tutupan lahan, dan kombinasi antara data tutupan
lahan dan data ekoregion. Peta yang dihasilkan dari data tutupan lahan menunjukkan sebaran IJE
penyediaan pangan yang bernilai tinggi dan cukup luas dibandingkan dengan peta IJE dari hasil
kombinasi tutupan lahan dan ekoregion.
Perbedaan peta hasil perhitungan indeks jasa ekosistem penyedia pangan yang diperoleh dari
data tutupan lahan dengan kombinasi data tutupan lahan dan ekoregion secara detail dapat dilihat
pada Gambar 8. Kedua grafik pada gambar tersebut menunjukkan bahwa perbedaan yang
signifikan adalah tidak tersedianya nilai indeks “sedang” pada peta yang disusun dari data tutupan
lahan. Namun, secara umum, jasa ekosistem pada masing-masing ekoregion memiliki proporsi luas
yang sama di antara kedua peta tersebut. Hanya saja, peta yang dihasilkan dari gabungan data
tutupan lahan dan ekoregion, menunjukkan tingkatan indeks yang lebih detail secara kualitatif
dengan adanya indeks bernilai sedang. Hal ini mengkonfirmasi pendapat Eigenbrod et al., (2010)
yang menyatakan bahwa kekurangan menggunakan data tutupan lahan dapat diatasi atau
diminimalisasi melalui kombinasi dari beberapa variabel yang dapat menjelaskan hubungan antara
proses ekosistem dengan jasa yang dihasilkannya.

Gambar 7. Peta Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Pulau Jawa (1) IJE hanya dari tutupan lahan dan (2) IJE
sintesis/kombinasi antara tutupan lahan dan ekoregion.

Gambar 8. Grafik luas wilayah ekoregion per kelas IJE penyediaan pangan berdasarkan pendekatan (a)
tutupan lahan dan (b) berdasarkan pendekatan tutupan lahan dan ekoregion.
9
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional

KESIMPULAN
Penyusunan peta jasa ekosistem menggunakan land use based proxy berdasarkan expert
judgement merupakan metode yang sering digunakan karena selain mudah juga data tutupan lahan
relatif lebih mudah dan murah diperoleh dibandingkan dengan melakukan survei primer terhadap
kondisi jasa ekosistem. Namun demikian, penggunaan data tunggal dari tutupan lahan memiliki
kelemahan dari tingkat akurasi hasil. Para ahli berpendapat bahwa untuk mengatasi kekurangan
tersebut dapat diatasi dengan kombinasi dari beberapa variabel yang dapat menjelaskan hubungan
antara proses ekosistem dengan jasa yang dihasilkannya. Studi atau kajian ini menggunakan data
ekoregion yang dapat menjelaskan hubungan antara proses dan jasa ekosistem untuk
mengkombinasikannya sebagai variabel tambahan terhadap data tutupan lahan. Hasil dari kajian ini
mengkonfirmasi pendapat ahli bahwa gabungan beberapa variabel yang menjelaskan hubungan
antara proses ekosistem dengan jasa yang dihasilkannya dapat memperbaiki tingkat akurasi hasil
peta jasa ekosistem.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang telah memfasilitasi diskusi dengan para ahli/pakar dalam
penyusunan dan pembobotan nilai jasa ekosistem terhadap data tutupan lahan dan ekoregion.
Selain itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada Badan Informasi Geospasial (BIG) yang telah
menyediakan data dan peta tutupan lahan untuk Pulau Jawa.

DAFTAR PUSTAKA
Burkhard, B., Kroll, F., & Müller, F. (2009). Landscapes’ Capacities to Provide Ecosystem Services – a Concept
for Land-Cover Based Assessments. Landscape Online, 1–22. https://doi.org/10.3097/LO.200915
Daily, G. C. (1997). Nature’s Services: Societal Dependence on Natural Ecosystems. Washington, DC: Island
Press.
de Groot, R. S., Alkemade, R., Braat, L., Hein, L., & Willemen, L. (2010). Challenges in integrating the concept
of ecosystem services and values in landscape planning, management and decision making. Ecological
Complexity, 7(3), 260–272. https://doi.org/10.1016/j.ecocom.2009.10.006
Eigenbrod, F., Armsworth, P. R., Anderson, B. J., Heinemeyer, A., Gillings, S., Roy, D. B., … Gaston, K. J.
(2010). The impact of proxy‐based methods on mapping the distribution of ecosystem services. Journal
of Applied Ecology, 47(2), 377–385. https://doi.org/10.1111/j.1365-2664.2010.01777.x
Kementerian Lingkungan Hidup. (2013). Deskripsi Peta Ekoregion Pulau/Kepulauan (Vol. 1). Jakarta,
Indonesia: Deputi Tata Lingkungan.
Martínez-Harms, M. J., & Balvanera, P. (2012). Methods for mapping ecosystem service supply: a review.
International Journal of Biodiversity Science, Ecosystem Services & Management , 8(1–2), 17–25.
https://doi.org/10.1080/21513732.2012.663792
Maynard, S., James, D., & Davidson, A. (2010). The Development of an Ecosystem Services Framework for
South East Queensland. Environmental Management, 45, 881–895. https://doi.org/10.1007/s00267-010-
9428-z
Meyer, M., & Booker, J. (2001). Eliciting and Analyzing Expert Judgment. Society for Industrial and Applied
Mathematics. https://doi.org/10.1137/1.9780898718485
Millennium Ecosystem Assessment (Program). (2005). Ecosystems and Human Well-being: Synthesis.
Washington, DC: Island Press.
RI (Republik Indonesia). (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun 2009, No.140. Sekretariat
Negara, Jakarta.

10

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai