Anda di halaman 1dari 38

METODOLOGI PRODUKSI GRAFIKA I

OFFSET PRINTING/LITHOGRAPHY

OLEH : Nama NIM Kelompok Dosen : Delfaq Fabiantoro : A14.2011.01136 : A14.7403 : ANNAS MARZUKI SULAIMAN, S.Sn

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2013

PENDAHULUAN
Percetakan mempunyai kisah sejarahnya. Sejarah memberitahukan informasi tanggal dari gambar dinding gua yang umurnya lebih dari 30.000 tahun silam. Pada tahun 2500 SM, orang di Mesir mengukir hieroglyphics pada bebatuan. Akan tetapi, percetakan yang sekarang kita ketahui tidak ditemukan lebih dari sekitar 500 tahun yang lalu. Orang China membuat banyak penemuan. Orang China menciptakan kertas di abad pertama dan moveable type yang terbuat dari tanah liat pada abad ke-11. Pertama kali moveable type yang terbuat dari perunggu oleh orang korea pada pertengahan abad ke-13. Tidak diketahui adanya hubungan antara penemuan awal orang Asia dan penemuan percetakan di Eropa pada abad ke-15. Di Eropa, sebelum percetakan ditemukan, semua informasi yang tercatat ditulis dengan tangan. Dijadikan sebuah buku yang dengan hati-hati disalin oleh ahli tulis (scribes) yang sering menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk

menyelesaikanya. Metode ini begitu lambat dan mahal dan hanya sedikit orang yang berkesempatan atau kemampuan untuk membaca karya yang telah selesai. Besar kemungkinan percetakan pertama kali ditemukan untuk mempermudah penggandaan Injil. Jika sebelumnya ditulis dengan tangan di ruang scriptoria, maka sejak zaman renaisans manusia berpikir untuk mempercepat proses ini lewat produksi massal. Pertama kali teknik cetak dikenal dari Kota Mainz, Jerman pada tahun 1440 yang merupakan sentra kerajinan uang logam saat itu. Metode cetak pertama kali diperkenalkan oleh Johannes Gutenberg dengan inspirasi uang logam yang digesekkan dengan arang ke atas kertas. Relief uang logam menimbulkan ide untuk

membuat permukaan dengan tinggi bervariasi. Hal ini dikenal dengan nama cetak tinggi. Secara garis besar teknologi cetak terbagi atas dua bagian besar, yaitu teknologi cetak dengan acuan cetak permanen (konvensional printing) dan teknologi cetak tanpa acuan cetak permanen (non impact printing)

Berdasarkan bentuk acuan cetak konvensional terbagi atas: A. Cetak Datar (Offset Printing/Lithography) - Sheetfeld Offset dan Web Offset B. Cetak Tinggi (Relief Printing) - Letter Press (Acuan Keras) - Flexografi (Acuan Lunak / Elastis) C. Cetak Dalam (Gravure Printing) - Rotogravure - Intaglio D. Cetak Saring (Screen Printing) - Sablon

Berdasarkan bentuk acuanya cetak permanen terbagi atas: A. Fotografi B. Electrofotografi C. Ionografi D. Magnetografi E. Ink Jet F. Thermografi

PEMBAHASAN
A. Pengertian Lithography berasal dari bahasa Yunani : lithos (batu) + ghrapein (menulis). Pengertian Lithography adalah sebuah metode untuk mencetak menggunakan batu (batu kapur litograf) atau pelat logam dengan permukaan yang benar-benar halus. litografi dapat digunakan untuk mencetak teks atau karya seni di atas kertas atau bahan lain yang cocok. Dengan bahan dasar tinta minyak dan air sebagai kondensasi nya. Cetak offset adalah teknik cetak yang banyak digunakan, di mana citra (image) bertinta di-transfer (atau di- "offset") terlebih dahulu dari plat ke lembaran karet, lalu ke permukaan yang akan dicetak. Ketika dikombinasikan dengan proses litografi, yang berdasarkan pada sifat air dan minyak yang tidak bercampur, maka teknik offset menggunakan sebuah pemuat citra yang rata (planographic) di mana citra yang akan dicetak mengambil tinta dari penggulung tinta (ink rollers), sementara area yang yang tidak dicetak menarik air, menyebabkan area yang tak dicetak bebas tinta. Teknik cetak Offset merupakan yang paling umum digunakan secara komersil di kalangan masyarakat luas dan perusahaan besar lainnya, karena kualitas dan efisiensinya dalam mencetak dalam jumlah besar, misalnya surat kabar, majalah, buku, pamflet, poster dll. Cetak offset menjadi sangat dominan dari jenis cetak komersil yang lain pada tahun 50-an.

B. Sejarah dan Perkembangan Pada awal mulanya , seseorang yang berasal dari Bayern Jerman dan dilahirkan di Praha 06 november 1771 yaitu Alois Senefelder, mempergunakan tembaga yang dikikiskan. Harga tembaga sangat mahal saat itu dan memerlukan waktu lama dalam menggosok pelat yang akan digunakan. Selanjutnya ada gagasan untuk menuangi batu yang ditulis dengan larutan sendawa sehingga gambar diatasnya akan timbul (muncul). Dia berhasil dan bagian yang terkena lemak dan sampingnya sedikit termakan oleh asam , akhirnya mencuat sekitar 1mm diatas bagian yang tidak termakan oleh asam. Sekitar tahun 1796 , Alois Senefelder menemukan cara mencetak semacam ini yang dinamakan cetak batu lithografi , dan setelah melakukan eksperimen selanjutnya yaitu sekitar satu tahun ketika saat diketahuilah bahwa pengikisan lebih rendah dari bagian yang tidak mencetak tidak perlu lagi karena pengikisan membuat bagian yang tidak mencetak menentang lemak dan menerima air (prinsip lithografi). Kejadian inilah yang disebut dengan PRINSIP LITHOGRAFI (cetak datar) yaitu dimana terjadi tolak menolak antara air dan lemak (tinta). Setelah ditemukan pemotretan di Prancis oleh LJM Daguere , sebagai acuan digunakanlah bahan yang terbuat dari pelat logam aluminium , yang digunakan saat ini. Karena pembuatan gambar di atas batu dengan tangan sudah tidak lagi digunakan karena hasilnya lambat dan pada perkembangan berikutnya. Bahan ini yaitu pelat logam alumunium adalah yang paling terbaik dari jenis logam lainnya sebagai pelat offset , lebih mudah dikerjakan dan ditangani dari pada bahan lainnya sebagai bahan cetak. Dimana pada bagian bidang tidak mencetak ( non image) dan bagian cetak (image permukaannya datar), sehingga dikatakan cetak datar karena acuan cetaknya.

Karena cetaknya dilakukan tidak langsung sehingga dikatakan cetak offset, jadi alih tinta dari acuan cetak dipindahkan dahulu ke media perantara (blanket) kemudian dipindahkan pada kertas yang akan dicetak. Pada tahun 1851, G.Sigl membuat mesin cetak batu pertama.Mesin ini menggunakan satu rol tinta, oleh karena itu hasilnya kurang baik, pada periodeperiode selanjutnya mesin ini mengalami perkembangan. Pada tahun 1984, dibuatlah mesin cetak yang terbuat dengan susunan silinder yang dibungkus dengan bahan elastic,sebagai bahan perantara untuk memindahkan gambar dari silinder plat ke kertas secara tidak langsung oleh Marinone. Kemudian pada tahun 1906,Caspar Herman seorang warga Jerman yang berimigrasi ke Amerika juga membuat mesin cetak yang memakai silinder tambahan untuk ditempatkan lembar kain karet. Penggunaan kain karet ini memungkinkan mesin mencetak dengan jumlah cukup banyak dan dapat mencetak untuk berbagai jenis kertas, terutama mencetak kertas yang permukaannya licin. Karena kerataan tinta lebih baik dari pada mencetak pada kertas yang permukaannya kasar. Dari tahun ke tahun mesin cetak offset mengalami penyempurnaan yang menghasilkan mesin-mesin cetak offset modern, dari ukuran dan type yang berbeda beda. Pada tahun yang sama yaitu 1903, Rubel dari Amerika mempunyai gagasan mempergunakan prinsip cetak offset untuk diterapkan pada cetak rotasi. Kemudian ia menghubungi pabrik mesin Otter dan pabrik ini membuat mesin rotasi offset pertama.

B. Fungsi Cetak Offset digunakan karena bisa mencetak di berbagai media kertas, antara lain kertas setebal 400gr, kertas daur ulang, kertas bermotif, kertas yang relatif tipis, dan mencetak di atas kertas yang berukuran besar 100 x 70 cm. Selain dapat mencetak di berbagai media kertas, cetak offset lebih murah biaya cetaknya dalam mencetak dalam jumlah banyak. Disamping itu kualitas warna cetak offset lebih bagus dan tahan lama ketimbang menggunakan cetak digital. Bisa menggunakan tinta berwarna emas. silver, jika menggunakan gradasi warna abu-abu, hasilnya akan lebih akurat dari cetak digital. Dan Hasil cetakannya tajam dan merata dengan tinta Full Block. Pencetakan tinta dengan cara blovk yang sering dipergunakan untuk pembuatan design type negatif. C. Proses Kerja Offset Printing Plate Prinsip dasar cetak offset adalah bahwa bidang yang mencetak dan tidak mencetak berada pada permukaan pelat cetak yang datar. Pelat cetak offset adalah keping logam tipis ataupun bahan lain yang digunakan sebagai pembawa gambar yang akan dicetak. Sifat berlawanan antara lemak (tinta) dengan air memungkinkan hanya memberikan penintaan pada bidang gambar pada pelat cetak saja. Untuk itu pelat cetak disiapkan atas dua bagian, yaitu: 1. Bagian Hidrophilic yang bersifat menarik air tetapi menolak tinta untuk bagian non-gambar yang tidak mencetak. 2. Bagian Oleophilic yang bersifat menarik tinta namun menolak air untuk bagian gambar yang mencetak.

Fungsi pelat cetak adalah menerima tinta dari rol form tinta dengan lapisan tinta tertentu dan memindahkannya ke kain karet. Dilihat dari cara kerjanya, terdapat 2 macam pelat cetak, yaitu: 1. Pelat Negatif
o o

Pembuatannya menggunakan film negatif Bagian gambar/lapisan putih bening pada film negatif meneruskan cahaya sampai ke lapisan peka cahaya pada permukaan pelat dan dikeraskan. Lapisan peka cahaya yang dikeraskan tertinggal pada waktu pengembangan dan menjadi bagian gambar yang menarik tinta

Bagian non-gambar/lapisan hitam pekat pada film negatif menahan sinar sehingga lapisan peka cahaya dibawahnya tidak dikeraskan dan akan larut pada waktu pengembangan dan menjadi bagian non-gambar yang menarik air

2. Pelat Positif
o o

Pembuatannya menggunakan film positif Bagian gambar/lapisan hitam pekat pada film positif menahan sinar sehingga lapisan peka cahaya di bawahnya tetap tinggal saat pengembangan dan menjadi bagian gambar yang menarik tinta

Bagian non-gambar/lapisan putih bening pada film positif meneruskan sinar sampai lapisan peka cahaya pada permukaan pelat terurai/larut. Lapisan peka cahaya terkena sinar akan larut waktu pengembangan dan menjadi bagian non-gambar yang menarik air

GOM arabica GOM arabica telah lama dipergunakan, dan dilihat secara kimia merupakan campuran dari kalium dan garam magnesium. Penambahan GOM arabica pada air pembasah bertujuan untuk melindungi pelat pada bagian yang tidak mencetaknya (non-image area). Bila dipergunakan bahan-bahan lain yang molekulnya tinggi kedalam air bersama-sama dengan GOM arabica, maka akan terbentuk endapan pada air pembasah. Untuk memperoleh keasaman yang stabil, maka pada awal pencetakkan dianjurkan untuk menggunakan keasaman yang lemah. Dengan keasaman yang lemah ini, nilai keasaman akan berubah dan cenderung naik, sebagai akibat adanya pengaruh keasaman kertas. Kertas berlapis (coated) memiliki pH 8-10 yang akan berpengaruh pada air pembasah selama proses pencetakkan.

Potential Hydrogen Air tidak hanya terdiri dari persenyawaan Hidrogen dan Oksigen, tetapi juga terdiri dari ion H dan ion OH yang seimbang pada air yang netral. Bila ion H lebih mendominasi larutan, maka larutan akan bersifat asam. Sebaliknya bila ion OH yang mendominasi, maka larutan akan bersifat basa/alkali. Tingkat keasaman suatu larutan dapat diketahui dengan mengatur kadar hidrogennya. Nilai pH dinyatakan dengan angka 0-14, dimana nila < 7 menunjukkan sifat asam dan bila > 7 bersifat basa, sedangkan bila bernilai 7, maka disebut netral. Dalam cetak offset, nilai pH yang tidak cocok bagi cairan pembasahnya mempunyai dampak negatif terhadap hasil cetakan. Dimana kandungan asam yang terlalu tinggi dapat memperpendek umur pelat, dan tinta akan lambat kering, atau dalam kasus yang ekstrem tinta tidak dapat mengering sama sekali. Sedangkan bila nilai pH terlalu tinggi (terlalu alkali) dapat menyebabkan pembesaran titik-titik raster

(dot gain), tinta beremulsi, dan timbulnya semacam kabut tinta pada seluruh permukaan pelat yang dapat menyebabkan pelat kotor. Jadi, air pembasah yang terlalu alkali akan mengakibatkan nada lengkap tercetak lebih berat dan image area menjadi kotor. Nilai pH yang berbeda pada permukaan kertas yang bermacam-macam jenis dan permukaannya akan sangat berpengaruh pada proses cetaknya, karena tidak hanya lapisan tinta yang dialihkan oleh blanket dalam proses cetak, tetapi sejumlah kecil air juga. Debu dan partikel-partikel kertas dari lapisan kertas yang dicetak cenderung melekat pada blanket yang basah. Pada garis kontak antara silinder blanket dan pelat, sebagian debu kertas itu juga akan dialihkan ke pelat, dan mencapai rol pembasah pelat. Akibatnya nilai pH kertas dapat mempengaruhi permukaan pelat maupun air pembasah. Dapat dikatakan bahwa kertas berlapis (coated) biasanya bersifat basah/alkali, sedangkan kertas alami (uncoated) hampir selalu bersifat asam. Untuk mencegah efek negatif dari pH yang menggunakan tingkat mutu kertas yang berbeda-beda, maka diperlukan bahan penahan yang dicampurkan dalam cairan pembasah, sehingga nilai pH air pembasah tetap baik. Telah disinggung sebelumnya bahwa untuk mengetahui pH dapat diukur dengan indikator, yaitu dengan cara membandingkan hasil ukur warna yang ditimbulkan pada kertas indikator (kertas lakmus). Cara ukur ini kurang teliti, namun bagi operator cara ukur ini paling efektif, karena hasilnya cepat diketahui. Cara ukur yang digunakan pada laboratorium lebih teliti, yaitu dengan menggunakan pH meter.

Inkking Rols, Advance Telah dijelaskan bahwa sistem penintaan merupakan bagian yang penting dalam proses cetak offset lithography, karena bagus tidaknya hasil cetakkan juga ditentukan oleh kesempurnaan kerja sistem penintaan ini. Dan untuk menghasilkan penintaan yang baik dan sempurna, maka unit penintaan memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu : 1. Toleransi presisi yang tepat 2. Lingkaran konsentrik 3. Pemeriksaan untuk mencegah kesalahan gerak 4. Kekentalan yang cukup untuk menghindari pengotoran pada kecepatan tinggi 5. Perpindahan tinta secara cepat dan tepat keatas permukaan bahan cetak Pengalihan tinta diantara rol-rol tinta akan sangat dipengaruhi oleh adanya tekanan antara rol karet (yang tidak digerakkan oleh gerigi) dengan rol logam yang digerakkan oleh gerigi. Ketepatan penyetelan akan sangat menentukan kedudukan gerigi pada kecepatan yang tinggi. A. Penyetelan Rol Penintaan Dilakukan secara seksama, dengan memperhatikan proses cetak, bahan cetak, dan SOP (Standar Operasional Produk). Kontak yang merata dan pengaturan tekanan bergantung pada beberapa faktor, yaitu : 1. Kontak yang kurang baik antar rol dapat menyebabkan pengalihan tinta yang tidak sempurna. 2. Kontak yang terlalu berat akan memberikan jumlah lapisan tinta yang tipis, yaitu tinta yang hanya bisa melewati celah antar rol-rol tadi. 3. Pemukaan rol harus rata agar tekanan tidak hanya terkonsentrasi di satu titik. 4. Rol yang lebih lunak dapat memindahkan tinta dengan lebih baik.

5. Jika rol keras dan memiliki kekuata yang tinggi, maka kontak dengan rol lain harus dikurangi. 6. Kecepatan mesin berbanding tebalik dengan lepasnya sebagian tinta pada waktu beralih, karena rendahnya viskositas tinta. 7. Pada proses cetak offset, kontak rol harus lebih ringan dibanding proses cetak lainnya.

B.

Kondisi Rol-Rol Penintaan Rol tinta terdiri dari bermacam-macam lapisan, seperti tembaga, plastik,

bahan kunstof, dan karet sintetis. Untuk rol-rol karet, diperlukan persyaratan sebagai berikut :

1. Permukaan yang redup / Tidak mengkilat (tidak licin) 2. Pori-pori terbuka (tidak tertutup residu tinta, bahan pencuci, vernish, dll) 3. Memiliki kekenyalan tertentu sesuai fungsinya 4. Tahan terhadap bahan pencuci, vernish, dan bahan pengering C. Penyetelan Kedudukan Rol-Rol Form/Penghantar Karena sangat pentingnya kedudukan rol-rol form (pelat) dalam

menghantarkan lapisan tinta pada pelat, makan penyetelan kedudukan rol-rol itu ke permukaan pelat cetak dan ke rol distribusi menjadi sangat penting. Penyetelan pada rol distribusi dilakukan dengan menggunakan dua jalur kertas atau film yang memiliki lebar 4cm dan 2,5cm dan dengan ketebalan 0,05mm. Masing-masing ditempatkan bertumpukan diantara rol-rol tinta, pelat, dan rol distribusi dengan jalur kertas yang kecil berkontak dengan rol vibrator. Jalur sempit ini digunakan sebagai jalur pengecek, karena itu jalur yang kecil ini harus dapat ditarik keluar dengan tarikan yang kuat. Rol form dipasang setelah pelat terpasang dengan tepat. Pada saat mesin cetak berhenti, rol yang telah ditintai, diturunkan ke pelat yang kering, dan kemudian rol diangkat lagi. Jalur tinta yang dihasilkan tadi dapat dilihat dan diukur, dan seharusnya jalur tinta tersebut memiliki lebar 3-4mm (6-8mm pada mesin cetak besar) dan juga tergantung dari diameter rolnya sendiri.

Characteristic of Blanket 1. Blanket Hardness Tingkat kekerasan/kelembutan blanket yang dipengaruhi oleh kualitas permukaan atau karet sintetis dan terpal/carcas. Blaket yang baik adalah

blanket

yang mempunyai

tingkat

kekerasan

yang tinggi,

sehingga

mempengaruhi kecepata proses pengalihan tinta. Kekerasan blanket dinyatakan dalam derajat shore. Nilai yang baik yang dipakai dalam proses pencetakan pada cetak offset lembaran adalah 60o 80o shore, sedangkan untuk offset gulungan ataupun offset kering 80 o - 85o shore, dengan diukur menggunakan alat yang dinamakan

durometer/shoremeter. 2. Micro Hardness Tingkat kekerasan/kelembutan blanket pada bagian permukaannya.

Dipengaruhi oleh kualitas compressible blanket. Contohnya gom arabica yang bisa menyebabkan compresibilitas blanket menjadi keras, sebaliknya solvent menyebabkan compresibilitas blanket melunak. 3. Sheet Release Merupakan kemampuan blanket untuk melepaskan bahan cetak selama proses pencetakan. Blanket yang baik, sheet releasenya cepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi sheet release diantaranya, jenis blanket, gramatur kertas, arah serat kertas, kelengketan tinta cetak, dan kecepatan mesin cetak. 4. Tensile Strength Berkaitan dengan kemampuan menahan daya tarik blanket terhadap beban yang diberikan. Kekuatan tarik blanket dipengaruhi oleh jumlah dan tipe dari serat kain yang terdapat pada lapisan terpal. Blanket compressible memiliki kekuatan tarik 70K Newton/m, blanket konvensional 61K Newton/m, sedangkan blanket alternatif yang digunakan pada cetak continuous form, memiliki kekuatan tarik 59K Newton/m.

5. Tensile Streeth Tingkat elastisitas blanket yang disebabkan oleh perubahan dimensi dari tingkat elastisitas blanket normal. Blanket compressible beban

pengencangannya 10K Newton/m dengan elastisitas 0,7% dari beban. Sedangkan untuk blanket konvensional tingkat elastisitas 0,75-0,9% dari beban. Faktor penyebab elastisitas diantaranya adalah jenis blanket dan proses pembuatannya. Dampak yang ditimbulkan dari elastisitas blanket adalah cetakan doubling dan miss register. Alat untuk mengukur elastisitas blanket adalah Tensionmeter/Tensometer.

Various of Blanket Bila dilihat dari susunan lapisan-lapisannya, kain karet bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 1. Kain karet termampatkan/kain karet biasa (konvensional) Terdiri atas lapisan karet dan benang fabrio yang letaknya berselang-seling yang masing-masing dihubungkan dengan karet penghubung. 2. Kain karet tak termampatkan (compressible) Berbeda dengan kain termampatkan pada lapisan keduanya, karena pada lapisan karet kedua ini dilengkapi dengan gelembung atau rongga udara yang berukuran microscopic.

Adapun perbedaan-perbedaan dari kedua jenis blanket tersebut dalam aplikasinya adalah sebagai berikut : 1. Blanket Konvensional Blanket konvesional memperlihatkan ketahanan yang tinggi terhadap tekanan. Hal ini disebabkan susunan lapisan-lapisannya dihubungkan dengan karet elastis biasa yang volumenya tetap. Dengan volume yang tetap ini, pada saat blanket mendapat tekanan, karet penghubung yang volumenya tetap akan bergerak kesamping, sehingga akan merubah bentuk, sehingga gambar yang ada diatasnya pun akan ikut berubah. Tekanan pelat yang telalu besar ke blanket akan menyebabkan pelat tergesek pada saat blanket berusaha kembali ke bentuk semula. Gesekan ini dapat mengakibatkan dot gain, memperpendek umur pelat, dan terjadi slurring bila tekanan blanket terlalu berat pada bahan cetak.

2. Blanket Compressible Kekenyalan blanket berasal dari lapisan compressible yang terdapat di bagian bawah dari surface layer. Bagian tengah blanket akan termampatkan

pada saat terjadi penekanan, desain ini juga disesuaikan terhadap gangguan dari proses penekanan dan transfer tinta tanpa menyebabkan dot gain.

Offset Blanket Teknik cetak offset sebagai teknik cetak tidak langsung, memerlukan media perantara untuk mengalihkan lapisan tinta dari acuan ke bahan cetak, yaitu sebuah silinder kain karet atau yang lebih dikenal dengan "Blanket". Sebagai perantara, kain karet berfungsi untuk menerima lapisan tinta dari acuan dan memindahkan lapisan tinta tersebut keatas permukaan bahan cetak. Untuk dapat menerima dan memindahkan lapisan tinta dengan sempurna, maka blanket memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya : 1. Permukaan yang redup/tidak mengkilap 2. Pori-porinya terbuka 3. Kekuatan yang merata diseluruh permukaan 4. Kemungkinan mengembang sangat kecil 5. Mudah mengambil tinta dari acuan, dan melepaskannya keatas bahan cetak 6. Tahan terhadap tekanan, bahan pencuci, dan bentangan 7. Debu kertas tidak mudah melekat di permukaannya 8. Perbedaan ketinggian hanya antara 0,005-0,025mm 9. Tidak menyerap minyak dari tinta cetak

Susunan Lembar Kain Karet Satu lembar kain karet terdiri dari beberapa lapisan yang dihubungkan dengan perekat, sehinggan menjadi satu kesatuan yang utuh. Karena itu, dalam

pemakaiannya, sebisa mungkin dihindari rusaknya hubungan antar lapisan-lapisan tersebut. Lapisan yang dimaksud adalah : 1. KARET Bagian paling atas yang langsung berhubungan dengan tinta, terbuat dari karet sintetis, dan memiliki ketebalan 0,4-0,5mmm. Karet ini harus dibuat untuk tahan terhadap berbagai macam bahan kimia, vernish, dan tinta, dan tetap tidak berubah bentuk karena persinggungannya dengan silinder pelat dan bahan cetak. 2. BENANG Lapisan ini merupakan jalinan benang yang saling mengikat dan mampu menahan bentangan serta tekanan selama proses produksi. Jaringan ini dipersiapkan sedemikian rupa, sehingga pada arah tertentu benang induk menjadi kekuatan utama dari kain karet ini. Maka dalam pemasangannya, arah benang induk harus mengarah ke klem penjepit silinder (berlawanan dengan poros silinder), agar tidak mudah mulur dan sobek. Selain kedua lapisan diatas, kain karet masih ditambah dengan terpal yang merupakan lapisan landasan kain karet yang langsung berhubungan dengan permukaan silindernya.

Offset Ink Dalam cetak offset, mula-mulat pelat akan dibasahi terlebih dahulu oleh air sebelum dilapisi dengan tinta, oleh karena itu, rol-rol tinta akan selalu bersentuhan dengan air selama proses penintaan pelat. Bila tinta cetak terlalu banyak mengambil air, maka tinta akan beremulsi. yang dapat mengakibatkan cetakan tidak dapat mengering dengan baik, warnanya pun akan terlihat lemah/pucat. Karena itu, persyaratan utama tinta cetak offset adalah menolak air. Tinta cetak letterpress tidak harus kedap air, karena dalam proses cetak tinggi memang tidak menggunakan air pembasah. Kemudian, tinta cetak tinggi pun bisa dipergunakan untuk cetak offset apabila tinta tersebut telah dipersiapkan untuk menolak air. Dalam cetak offset, pembelah tinta oleh silinder terjadi dua kali, oleh karena ini, tinta yang ada di kertas akan selalu lebih tipis daripada yang ada di pelat. Maka, untuk memperoleh kontras cetak yang baik meskipun tintanya tipis, maka tinta yang digunakan harus memilik kekuatan penodaan yang tinggi. Ada beberapa cara untuk mencapai tingkat penodaan yang baik, namun yang paling sederhana ialah meningkatkan ketebalan lapisan tinta. Untuk cetak blok, penambahan ketebalan lapisan tinta ini memang cocok untuk dilakukan, namun tidak untuk pencetakan huruf ataupun raster (nada lengkap/half tone). Karena penambahan tinta yang terlalu berlebihan justru akan menyebabkan pembesaran titik raster (dot gain). Jika tinta yang digunakan terlalu banyak, maka tinta tersebut akan meleleh didalam air, dan dapat menyebabkan cetakan yang berkabut. Selain itu, penggunaan

tinta yang berlebihan juga dapat menyebabkan cetakan yang tidak tajam, karena lubang-lubang huruf akan terisi oleh tinta. Jadi cara yang baik untuk menambah kekuatan penodaan tinta adalah dengan menambahkan kandungan pigment dalam tinta tersebut, karena makin tinggi prosentase kandungan pigment dalam tinta cetak, maka akan makin cerah cetakannya. Namun prosentasenya hanya dapat dinaikkan hingga ke ukuran tertentu saja, karena bila lebih dari itu maka tinta akan kehilangan sifat-sifat cetaknya.

Inkking Rolls Constructions Sistem penintaan membedakan beberapa jenis rol dengan diameter yang berbeda-beda dan ditempatkan secara berselang-seling, untuk memperbaiki alih tinta dan menghindarkan gesekan antar rol. Susunan rol penintaan terbagi 2, yaitu : 1. Susunan penintaan simetris, susunan dengan rol-rol form yang garis tengahnya berbeda dan setiap rol memberikan prosentase tinta yang sama sebanyak 25% dari jumlah tinta yang diperlukan pelat cetak. 2. Sistem penintaan asimetris, pada sistem ini diameter rol penghantar tidak sama besarnya dan jumlah lapisan tinta yang dialihkan pada masing-masing rol pun tidak sama

Sistem penintaan dengan susunan asimetri lebih banyak memberikan keuntungan dan lebih baik dan lebih baik dalam memberikan penintaan pada permukaan pelat. Keuntungan yang dimaksud adalah : 1. Timbulnya bayangan gambar pada proses pencetakan dapat dikurangi 2. Volume air yang terlalu banya dapat dicegah oleh rol pertama dan kedua 3. Gejala terjadinya emulsi tinta dapat dicegah

Inkking Rolls Unit penintaan merupakan unit yang penting dalam proses cetak offset (begitu juga dalam proses cetak lainnya). Oleh karena itu, untuk menghasilkan penintaan yang baik dan sempurna, maka unit penintaan memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu : 1. Toleransi presisi yang tepat 2. Lingkaran konsentrik 3. Pemeriksaan untuk mencegah kesalahan gerak 4. Kekentalan yang cukup untuk menghindari pengotoran pada kecepatan tinggi 5. Perpindahan tinta secara cepat & tepat keatas permukaan bahan cetak Pengalihan tinta diantara rol-rol akan sangat tergantung oleh adanya tekanan antara rol karet (yang tidak digerakkan oleh gerigi) dengan rol logam yang digerakkan gerigi. Ketepatan penyetelan akan sangat menentukan kedudukan gerigi pada kecepatan yang tinggi.

- Penyetelan Rol

Dilakukan secara seksama, dengan memperhatikan proses cetak, bahan cetak, dan SOP (Standar Operasional Produk). Kontak yang rata dan pengaturan tekanan bergantung pada beberapa faktor, yaitu : 1. Kontak yang kurang baik antar rol menyebabkan pengalihan tinta tidak sempurna. 2. Kontak yang terlalu berat akan memberikan jumlah lapisan tinta yang tipis, yang dapat melewati celah-celah rol. 3. Permukaan rol harus rata agar tekanan tidak terkonsentrasi di satu titik. 4. Rol yang lebih lunak dapat memindahkan tinta dengan lebih baik. 5. Rol yang keras dengan kekuatan yang tingg, kontak dengan rol yang lain dapat dikurangi. 6. Kecepatan mesin berbanding terbalik dengan lepasnya sebagian tinta pada saat beralih, karena rendahnya viskositas tinta. 7. Pada proses cetak offset, kontak rol harus lebih ringan dibanding proses cetak lainnya.

- Kondisi Rol Penintaan Rol tinta terdiri dari bermacam-macam lapisan, seperti tembaga, plastik, bahan kunstof, dan karet sitetis. Untuk rol-rol karet, diperlukan persyaratanpersyaratan sebagai berikut : 1. Permukaan yang redup 2. Pori-pori terbuka (tidak tertutup residu tinta, bahan pencuci, vernis, dll) 3. Memiliki kekenyalan tertentu sesuai fungsinya 4. Tahan terhadap bahan pencuci, vernis, dan bahan pengering

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesempurnaan pemberian tinta adalah sebagai berikut : 1. Kondisi rol-rol tinta 2. Kedudukan dan hubungan masing-masing rol 3. Jumlah dan ukuran rol 4. Gerakkan latteral rol distribusi

Web Offset Construction Mesin cetak offset gulungan memiliki prinsip perlintasan kertas yang akan dicetak, dilipat, dan dipotong tetap terbentang dalam satu lembar plano. Hal ini dikarenakan kertas yang digunakan berupa gulungan. Adapun beberapa jenis konstruksi dari mesin cetak offset gulungan, adalah sebagai berikut : 1. Sistem Blanket to Blanket Sistem ini memiliki 4 buah silinder, yaitu dua silinder pelat dan 2 silinder blanket pada tiap unitnya. Hasil cetakan akan berupa 1 warna pada 2 sisi bahan cetak dengan cara saling menekankan dua blanket tadi. Sistem blanket to blanket sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu:
o

Penghantar Kertas Vertikal Kertas dihantarkan dengan alat tegak/vertikal. Beberapa contoh mesin yang menggunakan sistem ini adalah Crabtree, Suburban, Spearhead, dan Urbanit.

Penghantar Kertas Horizontal Kertas/bahan cetak dilintaskan secara mendatar. Mesin-mesin yang menggunakan sistem ini adalah Roland, Solna, Wifag, Fairchild, Frankenthal, dll.

2. Sistem Satelit Sistem ini dilengkapi dengan 4 pasang silinder pelat, 4 pasang silinder blanket, dan sebuah silinder impresion yang diameternya dibuat tiga kali lebih besar dari silinder pelat dan silinder blanket. Keempat pasang silinder pelat dan silinder blanket akan mengelilingi silinder impresion. Sistem jenis ini memiliki keuntungan dalam mencetak warna, karena pada saat pencetakan diantara unit-unit cetaknya, kertas hanya berada pada 1 buah silinder impresion, sehingga tidak ada getaran kertas yang mempengaruhi keregisteran cetak yang disebabkan olek perpindahan kertas diantara unit-unit cetak. Beberapa jenis mesin yang menggunakan sistem satelit adalah Man Haller dan Harinoni.

Offset Print Wetting System Dua element utama yang selalu berhubungan dengan teknik cetak offset lithografi adalah tinta dan air. Karena memang pada dasarnya cetak offset lithografi adalah teknik cetak yang memanfaatkan sifat tolak menolak antara air dan minyak (tinta). Oleh karena itu tidak adil rasanya bila dikesempatan yang lalu saya telah menjelaskan sistem penintaan dan tidak membahas tentang sistem pembasahan. Sistem pembasahan memiliki sebuah tugas utama, yaitu memberikan pembahasan pada permukaan pelat sedemikian rupa tingkat kerataannya, sehingga seluruh permukaan pelat terlapisi oleh air. Untuk memperoleh pembasahan yang cukup baik dan sempurna, maka harus diperhatikan beberapa hal berikut ini.

1. Jenis Pelat dengan Permukaan yang Berbeda-beda Hal ini ditinjau dari sistem pengasaran permukaan pelat cetak, karena permukaan yang licin tidak akan mampu memegang air.

2. Susunan Konstruksi Sistem Pembasah Berkaitan dengan sistem pembasah yang ada, seperti sistem konvensional yang menggunakan kain molten dan juga sistem pembahasan yang menggunakan alkohol. 3. Gerak Udara Adanya gerak udara akan mempercepat penguapan air pembasah. 4. Suhu Air Pembasah Adanya peningkatan suhu air pembasah akan mempercepat penguapan. 5. Kemampuan Bahan Cetak Menarik Air Untuk jenis kertas yang memiliki sifat menarik air, maka pembasahan harus lebih banyak. 6. Kecepatan Putaran Mesin Semakin cepat mesin berputar, maka panas yang dihasilkan semakin besar, sehingga suplai air pembasah pun harus lebih banyak.

7. Keasaman Air Pembasah Idealnya pH air pembasah adalah 5,5-5,6 karena bila terlalu asam atau terlalu basa/alkali, maka akan mempengaruhi daya lekat tinta dan proses pengeringan. 8. Penyetelan Rol-Rol Pembasahan Penyetelan yang terlalu berat akan memperkecil pembasahan dan yang terlalu ringan akan memperbanyak pembasahan, sehingga hasil cetak akan kotor atau buram. Berikut gambaran sederhana dari sistem pembasahan konvensional mesin cetak offset lembaran

Keterangan : 1. Bak air 2. Rol bak air 3. Rol jilat air 4. Rol distribusi 5. Rol Form 6. Form/Pelat cetak

Offset Print Inking System Penintaan pada permukaan pelat cetak dilakukan oleh seperangkat rol yang harus mampu menerima dan melepaskan bagian lapisan tinta yang sangat tipis. Jumlah dari rol-rol yang ada di unit penintaan sangat menentukan kesempurnaan penintaan. Tinta harus disuplai secara cukup dalam setiap pencetakan untuk menutup permukaan gambar dengan lapisan tinta yang sama tebalnya. Bila pemberian tinta tidak cukup untuk menutup seluruh permukaan pelat, maka hasil cetakan akan terlihat "tipis" karena lapisan tinta tidak cukup untuk menutup seluruh bagian bahan cetak. Perputaran jumlah keliling rol tinta yang ideal harus lebih besar dari panjang gambar agar rol dapat menutup seluruh permukaan gambar. Penyetelan yang teliti juga harus dilakukan agar proses penintaan berjalan dengan baik. Selain itu, kualitas dari proses penintaan itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Jumlah rol-rol penintaan 2. Penataan atau pengaturan rol-rol tinta 3. Jumlah dan diameter rol-rol tinta 4. Gerak lateral dari rol tinta 5. Jumlah distribusi rol lateral Berikut adalah gambaran sederhana dari sistem penintaan pada mesin cetak offset lembaran, berikut keterangannya.

1. Ink duct / Bak tinta 2. Ink duct roll / Rol bak tinta 3. Lifter roll / Rol jilat 4. Distribution roll / Rol distribusi 5. Form rollers / Rol-rol form (acuan cetak) A : Rol-rol yang terbuat dari logam dan bergerak secara lateral untuk meratakan tinta.

Offset Machine Constructions Jika dilihat dari unit cetaknya, konstruksi mesin cetak offset lembaran bisa dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:

1. Mesin Cetak Offset 1 Warna Mesin cetak offset terdiri dari satu unit mesin dengan 3 buah silinder di dalamnya, silinder itu adalah :
o o o

Silinder pelat Silinder blanket Silinder Impresion

2. Mesin Cetak Offset 2 Warna Jenis mesin ini memiliki dua macam konstruksi, yaitu:
o

Menggunakan 2 unit secara berurutan, dimana setiap unit terdiri dari silinder pelat, silinder blanket, dan silinder impresion. Penyerahan kertas dari unit satu ke unit dua menggunakan teromol pemindah.

Hanya menggunakan satu unit yang terdiri dari 2 silinder pelat, 2 silinder blanket, dan satu silinder impresion. Konstruksi ini memungkinkan pencetakan dua warna sekaligus dalam satu cetakan.

3. Mesin Cetak Offset 4 Warna Jenis mesin ini memiliki dua macam konstruksi, yaitu:
o

Menggunakan 4 unit secara berurutan, dimana satu unit terdiri dari 1 silinder pelat, 1 silinder blanket, dan 1 silinder impresion. Dan satu unit mewakili satu warna.

Terdiri dari dua unti yang mana setiap unitnya terdiri dari 2 silinder pelat, 2 silinder blanket, dan 1 silinder impresion.

4. Mesin Cetak Offset Perfector Lain dengan tiga konstruksi sebelumnya yang hanya bisa mencetak 1, 2, atau 4 warna hanya pada satu sisi bahan cetak, maka konstruksi mesin jenis ini mampu mencetak dua sisi bahan sekaligus dalam satu kali lintasan. Konstruksinya sendiri dibagi menjadi 2 jenis konstruksi, yaitu:
o

Blanket to Blanket, yang terdiri dari 4 buah silinder, yaitu 2 silinder pelat dan 2 silinder blanket. Pada waktu pencetakan, bahan cetak berada diantara 2 silinder blanket yang saling menekan.

Dua unit (atau lebih) secara berurutan, dimana setiap unit terdiri dari 1 silinder pelat, 1 silinder blanket, dan 1 silinder impresion. Mesin ini juga dilengkapi dengan silinder pembalik kertas.

Offset Printing Cetak offset adalah teknik cetak yang banyak digunakan saat ini. Karena telah terbukti teknik cetak yang satu ini memang memiliki banyak keunggulan dibanding teknik-teknik lainnya. Kecepatan, kemampuan, dan kemajuan teknologinya bisa dibilang sebagai kekuatan utama cetak offset. Bagaimana tidak, mesin offset tersedia dalam beberapa pilihan. Mulai dari mesin satu warna seperti Hiedelberg GTO 52, Printmaster, Speed Master, Roland, hingga mesin-mesin web berukuran besarpun ada. Cetak offset mengadopsi teknik cetak datar, dimana image area dan non image area sama tingginya. Namun apakah sebenarnya cetak offset itu. Offset berasal dari kata set-off (beralih), dimana lapisan tinta yang ada di pelat cetak tidak langsung dialihkan ke permukaan bahan cetak tetapi diberikan dulu kepada sebuah blanket sebagai perantaranya.

Karena proses peralihan tadi, maka dalam mesin cetak offset setidaknya terdapat tiga buah silinder utama, yaitu silinder pelat, silinder blanket, dan silinder impresion. Dan karena dalam cetak offset tinta harus melalui blanket terlebih dahulu sebelum mencapai permukaan bahan cetak, maka cetak offset termasuk teknik cetak tidak langsung. Sama seperti stempel anda di rumah, pelat cetak offset juga terdiri dari dua bagian, yaitu image area yang nantinya akan membentuk gambar dan non image area. Bedanya juga pada stempel acuan cetaknya bergelombang, maka tidak pada cetak offset, dalam cetak offset pelat cetak yang digunakan itu datar. Cetak offset disebut juga chemical printing technique atau teknik cetak kimia, karena dalam prosesnya cetak offset memanfaatkan sifat tolak-menolak antara air dan minyak. Air yang dimaksud adalah air pembasah yang digunakan dalam cetak offset, dan minyak dianalogikan sebagai tinta yang digunakan dalam proses cetak. Bagian image area pada pelat cetak offset terbuat dari lapisan Oleophylic yang bersifat menolak air dan menerima tinta. Sebaliknya bagian non image area terbuat dari lapisan hidrophylic yang menerima air dan akan menolak tinta. Seperti diketahui bahwa air mustahil melekat pada permukaan yang licin, maka dari itu permukaan bagian oleophylic dibuat licin, sedangkan hydrophylic kasar. Dalam proses cetak offset sendiri, pertama-tama pelat akan diberi lapisan air, dan karena sifat-sifat bagian pelat tadi maka bagian hidrophylic pun akan terlapisi oleh air, sedangkan bagian oleophylic akan tetap kering. Pada tahap selanjutnya, pelat cetak akan dilapisi oleh tinta, dan karena bagian hidropylic telah terlapisi oleh air, maka mustahil tinta akan melekat diatasnya, dan karena bagian oleophylic mampu menarik tinta, maka bagian itu pun akan terlapisi oleh tinta, dan gambar-pun akan terbentuk.

HASIL CETAK OFFSET

Gambar yang dihasilkan lebih detail daripada cetak digital

Cetak offset lebih cepat

Menghasil hasil cetak yang lebih banyak dan lebih murah biayanya

KESIMPULAN
teknik cetak yang banyak digunakan, di mana citra (image) bertinta di-transfer (atau di- "offset") terlebih dahulu dari plat ke lembaran karet, lalu ke permukaan yang akan dicetak Cetak Offset dapat digunakan di berbagai media kertas Cetak Offset lebih cepat mencetak dalam jumlah banyak dan biaya murah kualitas warna cetak offset lebih bagus dan tahan lama warna gradasi lebih akurat hasil cetak tajam dan merata cocok untuk perusahaan besar di bidang percetakan

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Percetakan http://id.wikipedia.org/wiki/Cetak_offset http://zawwez.wordpress.com/2010/08/09/sejarah-pengembangan-mesin-cetak-offset/ http://lithography2011.wordpress.com/2011/08/11/what-is-lithography/ http://nuroisul.blogspot.com/2012/01/cetak-ofset.html

Anda mungkin juga menyukai