Anda di halaman 1dari 13

BAB III LAPORAN KASUS

3.1

Identitas Pasien Nama Umur Alamat Agama Pekerjaan Register : Tn. D : 60 tahun : Jl. Raya Purwodadi Pasuruan : Islam : Pensiunan Tentara : 10557755

3.2

Anamnesis Keluhan utama : mata kiri kabur Pasien mengeluh mata kirinya mulai kabur sejak 5 tahun yang lalu. Penglihatan kabur secara perlahan lahan, dan makin lama makin berat. Cekot-cekot (-), kemeng (-), mual (-), muntah (-), pusing (-), silau (-), mata merah (-), nrocoh (-), riwayat trauma (-), riwayat meneteskan obat mata (-). Sebelumnya pasien pernah operasi katarak pada mata kanan pada tahun 2007 di RSSA. Saat ini pasien melihat mata kirinya telah putih semua.

Riwayat penyakit dahulu : - Tidak didapatkan riwayat penyakit sistemik ( DM (-), Hipertensi (-)) Riwayat keluarga: - Tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit yang serupa (katarak) Riwayat pengobatan: - Tidak didapatkan riwayat pemakaian jamu-jamuan, ataupun obat sistemik Riwayat memakai kacamata : - Pasien tidak memakai kacamata 3.3 Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan tanggal 15 Januari 2013 KU TD N RR : cukup, compos mentis : 120/80 mmHg : 80 kali/menit : 16 kali/menit

3.3.1 Pemeriksaan Segmen Anterior

Oculi Dextra 5/30 CC S -1.50 C -1.00x10 5/5 Orthoforia Posisi Bola Mata Gerakan Bola Mata Spasme (-), edema (-) CI (-), PCI(-) Jernih Dalam Radline Bulat, diameter 3 mm, RP (+) Palpebra Konjungtiva Kornea COA Iris Pupil Visus

Oculi Sinistra LP + + + + + Orthoforia

Spasme (-), edema (-) CI (-), PCI (-) Jernih Dalam Radline Bulat, RP (+), midriasis ec midriatil

Pseudofakia 14,6 FP (+) dalam

Lensa TIO Funduscopi

Keruh rata 12,2 FP (-)

Gambar Kedua mata pasien

Gambar mata kanan pasien

Gambar mata kiri pasien Pada gambar tambak keruh rata pada seluruh (panah merah) 3.3.2 Pemeriksaan Tambahan

3.3.2.1 Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 10 Januari 2013) Darah Lengkap: Hemoglobin Eritrosit Leukosit Hematokrit Trombosit MCV MCH MCHC - Kimia Klinik : 16,4 : 5,74 x 10
6

g/DL ( ) /uL( ) /uL %( )


3

: 5.24 x 103 : 47,5 : 182 x 10 : 86,8 : 30 : 34,5

/uL fL pg g%

Gula darah sewaktu : 121 3.3.2.2 USG Mata Oculi dextra

Posterior capsule Vitreous o o o o Anterior Media Posterior Retina

: intact

: echo dense (-) : echo dense (-) : echo dense (-) : on place : on place : on place

Choroid P.NII

Oculi Sinistra

Posterior capsule Vitreous o o o Anterior Media Posterior

: intact

: echo dense (-) : echo dense (-) : echo dense (-)

Retina Choroid P.NII

: on place : on place : on place

3.4. Diagnosis OD pseudofakia OS Katarak Matur 3.5. Planning Terapi MRS Pro OS ECCE + IOL/LA Asam Mefenamat 500 mg tab 1-0-1 Diazepam 5 mg tab 0-0-1 Rencana Monitoring : KIE : Pengertian katarak Penanganan pada katarak Komplikasi yang bisa terjadi pada katarak Visus TIO Slit lamp

3.6. Prognosis Ad visam dubia et bonam Ad functionam dubia et bonam Ad kosmeticam dubia et bonam Ad vitam dubia et bonam

3.7

Follow up Tanggal 16 Januari 2013 S O ::

Oculi Dextra Visus Orthoforia Posisi Bola Mata Gerakan Bola Mata Spasme (-), edema (-) CI (-), PCI(-) dbn Jernih Dalam Radline Bulat, diameter 3 mm, RP (+) Pseudofakia 14,6 FP (+) dalam Palpebra Konjungtiva Sklera Kornea COA Iris Pupil Lensa TIO Funduskopi

Oculi Sinistra 20/80 PH 20/50 Orthoforia

Spasme (-), edema (-) CI (-), PCI (-), SCH (+) suture 5 tight good app Edema (+), striae (+) Kesan Dalam, fl. Cell d.t.e Radline (+) Bulat, RP (+) IOL on place 27,2 mmHg FR (+) dim detail d.t.e

Gambar kedua mata pasien post op H1

Gambar mata kiri pasien post op H1 A : OD Pseudofakia OS Pseudofakia post ECCE hari ke 1 P : Tobroson e.d 6 x 1 OS Timolol 0.5% ed 2x1 OS Ophthalgon e.d gtt/hr OS Ciprofloxacin 2 x 500 mg (p.o) Methylprednisolon 3 x 8 mg (p.o) Mefenamic Acid 3 x 500 mg (jika dibutuhkan)

Tanggal 17 Januari 2013 S O : penglihatan double :

Oculi Dextra Visus Orthoforia Posisi Bola Mata Gerakan Bola Mata Spasme (-), edema (-) CI (-), PCI(-) dbn Palpebra Konjungtiva Sklera

Oculi Sinistra 20/80 PH 20/50 Orthoforia

Spasme (-), edema (-) CI (-), PCI (-), SCH (+) << suture 5 tight good app

Jernih Dalam Radline Bulat, diameter 3 mm, RP (+) Pseudofakia 7/5,5

Kornea COA Iris Pupil Lensa TIO

Edema (+), striae (+) Kesan Dalam, fl. Cell d.t.e Radline (+) Bulat, RP (+) IOL on place 6/5,5

Gambar mata kiri pasien post op hari ke 2

: OD Pseudofakia OS Pseudofakia post ECCE hari ke 2

: Tobroson e.d 6 x 1 OD Ophthalgon e.d gtt/hr OD Ciprofloxacin 2 x 500 mg (p.o) Methylprednisolon 3 x 8 mg (p.o) Mefenamic Acid 3 x 500 mg (jika dibutuhkan)

BAB IV PEMBAHASAN

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut yaitu usia di atas 50 tahun. Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai dan merupakan penyebab utama kebutaan di dunia saat ini. Pada makalah ini dilaporkan kasus Tn. D, usia 60 tahun, pasien mengeluh mata kirinya mulai kabur sejak 5 tahun yang lalu. Penglihatan kabur secara perlahan lahan, dan makin lama makin berat. Cekot-cekot (-), kemeng (-), mual (-), muntah (-), pusing (-), silau (-), mata merah (-), nrocoh (-), riwayat trauma (-), riwayat meneteskan obat mata (-). Sebelumnya pasien pernah operasi katarak pada mata kanan pada tahun 2007 di RSSA. Saat ini pasien melihat mata kirinya telah putih semua. Dari hasil pemeriksaan fisik terhadap pasien didapatkan pada mata kanan visus 5/30, dengan koreksi S -1.50 C -1.00x10 5/5, lensa pseudofakia, IOL di tempatnya, dan fundus refleks (+), pupil round, reflex pupil (+). Tidak didapatkan kelainan pada palpebra, konjungtiva, kornea, COA, iris dan tekanan intra okuler mata kanan. Sedangkan dari pemeriksaan fisik mata kiri didapatkan visus LP (+) dengan proyeksi baik, lensa keruh rata dan fundus refleks (-). Tidak didapatkan kelainan pada palpebra, konjungtiva, kornea, COA, iris, pupil dan tekanan intra okuler mata kiri. Oculi Dextra 5/30 CC S -1.50 C -1.00x10 5/5 Orthoforia Posisi Bola Mata Gerakan Bola Mata Spasme (-), edema (-) CI (-), PCI(-) Jernih Dalam Radline Bulat, diameter 3 mm, RP (+) Palpebra Konjungtiva Kornea COA Iris Pupil Spasme (-), edema (-) CI (-), PCI (-) Jernih Dalam Radline Bulat, RP (+), midriasis ec Visus Oculi Sinistra LP + + + + + Orthoforia

midriatil Pseudofakia 14,6 FP (+) dalam Lensa TIO Funduscopi Keruh rata 12,2 FP (-)

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik terhadap pasien disimpulkan diagnosa kerja OD Pseudofakia dan OS Katarak Matur dengan alasan didapatkan penurunan visus secara bertahap, lensa keruh rata, serta fundus refleks (-) pada mata kiri. Penurunan visus bertahap kemungkinan terjadi karena gangguan pada proses akomodasi lensa yang mengalami katarak dan perubahan daya biasnya akibat hilangnya transparasi lensa. Epitel lensa dipercaya mengalami perubahan karena usianya, khususnya dalam hal berkurangnya densitas sel epitel lensa dan diferensiasi yang menyimpang dari serat lensa. Lensa yang keruh dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. Fundus refleks sulit dilihat atau sama sekali tidak dapat dilihat dikarenakan terdapatnya lensa yang keruh yang dapat menghalangi saat dilakukan pemeriksaan funduskopi. Biasanya pada pasien katarak akan didapatkan keluhan silau karena ketika pasien melihat sumber cahaya terjadi difusi dari warna putih yang terang dan cahaya warna lain di sekitarnya secara drastis mampu mengurangi ketajaman visual, efeknya sama dengan ketika melihat cahaya mobil dari kaca yang kotor, namun pada pasien tidak didapatkan keluhan silau kemungkinan karena beberapa pasien masih mampu mentolerir hal tersebut. Katarak pada pasien ini dikategorikan menurut klasifikasi dari Burrato yaitu Grade V dengan reflek fundus negatif dan visus kurang dari 1/300. Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Operasi dilakukan apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat menghindari atau menyembuhkan seseorang dari gangguan katarak. Indikasi utama tindakan operasi pada pasien ini adalah perbaikan visus.

Pada pasien Tn. D dilakukan terapi ekstraksi katarak ekstraokuler dan implantasi lensa intraokuler pada mata kanan karena terapi utama terhadap katarak adalah operasi. Menurut Langston (2002), operasi katarak dilakukan atas indikasi perbaikan visus, indikasi medis (bila terjadi komplikasi katarak) dan indikasi kosmetik. Pada pasien Tn. D operasi diindikasikan untuk memperbaiki visus karena terjadi gangguan penglihatan dan gangguan dalam aktivitas seharihari, serta indikasi kosmetik untuk menghilangkan leukokoria. Keberadaan katarak sebenarnya tidak cukup menjadi alasan untuk dilakukan ekstraksi. Sebelum dilakukan ekstraksi penting ditentukan kebutuhan penglihatan spesifik pasien. Jika katarak terjadi uniokular, ekstraksi dapat ditunda sampai katarak menjadi matur selama fungsi visual pada mata lainnya cukup untuk kebutuhan pasien. Jika katarak bilateral, ekstraksi katarak dilakukan dari mata dengan visus yang paling buruk sehingga dapat digunakan untuk membantu aktivitasnya. Ekstraksi katarak yang dipilih adalah ekstraksi katarak ekstraokuler (ECCE) dengan alasan bila dibandingkan dengan ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE), ECCE dapat dilakukan pada semua usia, kecuali ketika zonula Zinniinya tidak intak. Lensa intraokular posterior dapat diimplantasikan setelah ECCE, sementara pada ICCE tidak. Komplikasi postoperatif yang berhubungan dengan vitreus (seperti herniasi pada kamera okuli anterior, blok pupil dan Vitreus Touch Syndrome), ablasi retina dan edema makula sistoid lebih kecil pada ECCE. Selain itu insiden terjadinya astigmatisme postoperatif berkurang karena lebih kecilnya insisi Pada pasien in tidak dipilih penggunaan kacamata afakia karena kerugian yang ditimbulkannya seperti pembesaran bayangan, aberasi sferik, lapang pandang terbatas dan tidak ada kemungkinan menggunakan lensa binokuler bila mata lainnya fakik. Juga tidak dipilih penggunaan lensa kontak, karena banyak pasien lanjut usia tidak dapat menerima atau memasangnya dengan mudah. Lensa intraokuler diimplantasikan di kamera okuli posterior karena insiden komplikasinya lebih kecil, seperti hifema, glaukoma sekunder, blok pupil, kerusakan endotel kornea dan keratopati bulosa pseudofakia.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang menyebabkan gangguan pada penglihatan. Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan menjadi katarak congenital, katarak juvenile, dan katarak senilis. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut yaitu usia di atas 50 tahun. Katarak senilis pada prinsipnya merupakan proses penuaan. Patofisiologi katarak senilis kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti. Banyak mekanisme yang berpengaruh terhadap hilangnya transparansi lensa. Diduga berhubungan dengan perubahan epitel lensa karena usia. Penegakan diagnosa katarak senilis berdasarkan anamnesis (penurunan visus, silau, perubahan persepsi warna, distorsi, bercak gelap di mata, halo), pemeriksaan fisik (berkurangnya ketajaman visual, opasifitas lentikular, leukokoria, iris shadow) dan pemeriksaan penunjang

(oftalmoskopi, slitlamp biomicroscopy, USG A-scan dan B-scan, biometri). Penatalaksanaan katarak senilis meliputi terapi operatif dengan indikasi dan kontraindikasi masing-masing. Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Dari semua data yang ada, meliputi data anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang (laboratorium, oftalmoskopi, USG) yang

mendukung dari pasien ini, maka dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa pasien ini menderita penyakit katarak matur pada mata sebelah kiri dan mata kanan Pseudofakia. Katarak mature ini disebabkan karena usia tua. Katarak pada pasien ini dikategorikan sebagai Grade V (OS) menurut klasifikasi dari Burrato yaitu Grade V dengan reflek fundus negatif dan visus kurang dari 1/300. Dan pada mata kiri katarak mature akan mendapat terapi pembedahan yaitu ekstraksi katarak ekstraokuler (ECCE) dan penanaman Intra Ocular Lens. Setelah operasi diberikan terapi tobroson e.d 6 x 1 OS, timolol 0.5% ed 2x1 OS, ophthalgon e.d gtt/hr OS, ciprofloxacin 2 x 500 mg (p.o), methylprednisolon 3 x 8 mg (p.o) dan Mefenamic Acid 3 x 500 mg (jika dibutuhkan).

5.2 Saran 1.Perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut tentang pencegahan penyakit katarak senilis dengan modifikasi faktor-faktor resiko 2.Perlu penelitian lebih lanjut tentang medikamentosa dalam preventif maupun kuratif katarak

Anda mungkin juga menyukai