Anda di halaman 1dari 16

Replikasi Hepadnavirus ( Hepatitis B)

TUGAS MATA KULIAH MIKROBIOLOGI REPLIKASI VIRUS

HEPADNAVIRUS (HEPATITIS B)

Disusun oleh : Latifa Septi N.P (E2A007069)


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

-1-

Replikasi Hepadnavirus ( Hepatitis B)


BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya. Berdasarkan tipe genom ini, virus dapat diklasifikasikan secara sederhana menjadi 2 kelompok yaitu virus DNAdan virus RNA. Virus DNA atau RNA ini masing-masing dibagi lagi menjadi 2 grup, yaitu rantai tunggal (single strand) dan rantai ganda (double strand). Rantai tunggal selanjutnya dibagi lagi menjadi rantai tunggal positif dan rantai tunggal negative. Berdasarkan klasifikasi genom tersebut maka replikasi dari virus dapat berbeda-beda tergantung jenis genomnya.

Gambar 1: Klasifikasi sederhana virus berdasarkan genomnya

-2-

Replikasi Hepadnavirus ( Hepatitis B)


1.2 TUJUAN PENULISAN a. Untuk mengetahui genom dari virus Hepatitis B b. Untuk mengetahui replikasi dari virus Hepatitis B c. Untuk melengkapi tugas mikrobiologi

-3-

Replikasi Hepadnavirus ( Hepatitis B)


BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI REPLIKASI Bahan genetik yang ada pada setiap jasad akan mengalami proses perbanyakan sebagai salah satu tahapan sangat penting dalam proses pertumbuhan sel atau perbanyakan partikel virus. Proses perbanyakan bahan genetik dikenal sebagai proses replikasi. Studi awal mengenai proses perbanyakan bahan genetik dilakukan pada jasad yang genomnya berupa molekul DNA. Meskipun demikin, perlu diingat bahwa pada jasad tertentu, khususnya kelompok virus tertentu, genomnya berupa molekul RNA. Genom yang berupa molekul RNA ini juga akan direplikasi meskipun dengan melalui tahapan yang sedikit berbeda dibanding dengan replikasi genom yang berupa molekul DNA. Replikasi bahan genetik dapat dikatakan sebagai proses yang mengawali pertumbuhan sel, meskipun sebenarnya pertumbuhan merupakan suatu resultan banyak proses yang saling berkaitan satu sama lain. Sel mempunyai mekanisme replikasi bahan genetik yang dilengkapi dengan sistem penyuntingan (editing) yang sangat akurat sehingga bahan genetik yang diturunkan kepada sel anakan (progeny) mempunyai komposisi yang sangat identik dengan komposisi bahan genetik sel induk. Replikasi bahan genetik diikuti oleh pembentukan sel-sel anakan yang membawa duplikat bahan genetik hasil replikasi. Oleh karena itu, kesalahan dalam proses replikasi bahan genetik dapat mengakibatkan perubahan pada sifat-sifat sel anakan. Mekanisme replikasi bahan genetik sangat kompleks dn melibatkan banyak protein yang masing-masing mempunyai peranan spesifik. Protein-protein yang terlibat di dalam proses replikasi bahan genetik dikode oleh gen-gen yang terdapat di dalam bahan genetik itu sendiri. Oleh karena itu, ada kaitan fungsional yang sangat erat dan tidak terpisahkan antara proses replikasi bahan genetik dengan proses ekspresi genetik dan metabolisme sel secara keseluruhan. Hambatan yng terjadi pada proses metabolisme, misalnya penghambatan produksi energi, dapat pula memengaruhi proses replikasi karena replikasi juga memerlukan pasokan energi.

-4-

Replikasi Hepadnavirus ( Hepatitis B)


Secara umum, replikasi bahan genetik merupkan proses pengkopian rangkaian molekul bahan genetik (DNA atau RNA) sehingga dihasilkan molekul anakan yang sangat identik. Meskipun konsep dasar replikasi antara struktur bahan genetik yang satu dengan lainnya adalah serupa, namun diketahui ada banyak perbedaan dalam hal mekanisme rincinya. Sebagai contoh, bahan genetik yang berupa molekul RNA mempunyai mekanisme replikasi rinci yang berbeda dengan replikasi molekul DNA. Pada kelompok virus, misalnya replikasi bahan genetiknya terjadi di dalam sel inang yang sebenarnya merupakan jasad hidup yang lain dari jasad virus itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena virus merupakan jasad parasit oblogat. Di lain pihak, replikasi DNA pada prokaryot dan eukaryot terjadi di dalam sel jasad hidup yang bersangkutan. Selain itu perbedaan struktural molekul bahan genetik, misalnya antara DNA lingkar ( circular DNA) dengan DNA linear, juga berimplikasi pada perbedaan mekanisme replikasi. 2.2 FASE INISIASI REPLIKASI a. Perlekatan / penempelan (Attachment) Untuk menginfeksi sel, virus harus melekat pada permukaan sel, menembus pemukaan sel, dan menjadi takterbungkus untuk mengirim genom virus ke mesin transkripsi dan translasi inang. Perlekatan melibatkan pengikatan khusus protein virion (antireseptor) ke permukaan sel (reseptor). Contoh klasik antireseptor adalah hemaglutinin virus influenza (Orthomyxovirus). Antireseptor terdistribusi merata di permukaan virus. Virus komplkes seperti virus herpes simpleks memiliki molekul antireseptor untuk lebih dari satu species. Mutasi pada gen antireseptor mungkin dapat menghasilkan kehilangan kapasitas berinteraksi dengan reseptor. Reseptor seluler teridentifikasi sebagai glikoprotein, tetapi terkadang mengandung asam sialat dan heparan sulfat. Perlekatan memerlukan ion dalam jumlah pas untuk mereduksi penolakan elektrostatik, tetapi tidak tergantung pada suhu dan energi. Kerentanan sel dibatasi oleh ketersediaan reseptor dan tidak semua sel pada organisme rentan mengekspresikan reseptor. Sel ginjal manusia tidak memngekspresikan reseptor untuk poliovirus, tetapi kultur ginjal (in vitro) mengekspresikan reseptor untuk poliovirus. Kerentanan berbeda dengan permisif. Sel rentan adalah sel yang

-5-

Replikasi Hepadnavirus ( Hepatitis B)


menghasilkan reseptor. Sel permisif adalah sel yang menghasilkan virus infektif ketika terinfeksi. Perlekatan virus ke sel dapat menghasilkan perubahan ireversibel pada struktur virion. Pada kasus lain, jika tidak terjadi penetrasi, virus dapat lepas dan terserap ulang ke sel lainnya. b. Penetrasi (Penetration) Penetrasi adalah tahapan yang memerlukan energi. Terdapat 3 mekanisme penetrasi, yaitu translokasi virion menyeberang membran sel, endositosis partikel virus, sehingga menghasilkan vakuola berisi virion, dan fusi membran sel dan amplop virus. Mekanisme penetrasi virus tanpa amplop melalui 2 metode pertama. Jika penetrasi melalui fusi membran sel dan amplop virus, maka amplop virus tetap berada di membran sel, tetapi konstituen internal masuk ke sitoplasma. Fusi membran sel dan amplop virus melibatkan interaksi protein virus khusus yang berada dalam amplop protein, dengan protein membran sel. c. Pelepasan Mantel (Uncoating) Pelepasan mantel merupakan terminologi umum untuk kejadian setelah penetrasi di mana genom virus terekspresikan dan terfungsikan. Pada kebanyakan kasus, virion disagregasi (rusak/pecah), baik secara mandiri maupun dibantu oleh komponen sel. Hanya asam nukleat dan kompleks protein-asam nukleat yang tersisa sebelum terekspresikan. Nukleokapsid adenovirus, herpesvirus, dan papillomavirus ditransportasi ke selaput inti. DNA virus kemudian dilepaskan dan masuk ke dalam nukleus sel melalui pori selaput inti. Pada sel terinfeksi orthomyxovirus, partikel virus terambil melalui endositosis. Amplop virus berfusi dengan membran vesikel dan virus melepaskan ribonukleoprotein (RNP) virus ke sitoplasma. Pada reovirus, hanya sebagian kapsid dibuang dan genom virus terekspresi meskipun tidak terlepas total dari kapsid. 2.3 MODEL REPLIKASI DNA Replikasi adalah peristiwa sintesis DNA. Saat suatu sel membelah secara mitosis, tiap-tiap sel hasil pembelahan mengandung DNA penuh dan identik seperti induknya. Dengan demikian, DNA harus secara tepat direplikasi sebelum pembelahan dimulai.Replikasi DNA dapat terjadi dengan adanya sintesis rantai nukleotida baru dari

-6-

Replikasi Hepadnavirus ( Hepatitis B)


rantai nukleotida lama. Proses komplementasi pasangan basa menghasilkan suatu molekul DNA baru yang sama dengan molekul DNA lama sebagai cetakan. Kemungkinan terjadinya replikasi dapat melalui tiga model: a. Model konservatif yaitu molekul DNA untai ganda induk tetap bergabung sedangkan kedua untaian DNA anakan terdiri dari molekul hasil sintesis baru b. Model semikonservatif yaitu dua rantai DNA lama terpisah dan rantai baru disintesis dengan prinsip komplementasi pada masing masing rantai DNA lama tersebut. Sehingga setiap molekul untai ganda DNA anakan terdiri dari satu untai tunggal DNA induk dan satu untai tunggl DNA hasil sintesis baru. c. Model dispersif yaitu beberapa bagian dari kedua rantai DNA lama digunakan sebagai cetakan untuk sintesis rantai DNA baru. Molekul DNA induk mengalami fragmentasi sehingga DNA anakan terdiri daricampuran molekul lama (berasal dari DNA induk) dan molekul hasil sintesis baru

Gambar 2: model replikasi DNA Dari ketiga model replikasi tersebut, model semikonservatif merupakan model yang tepat untuk proses replikasi DNA. Replikasi DNA semikonservatif ini berlaku bagi organisme prokariot maupun eukariot. Perbedaan replikasi antara organisme prokariot dengan eukariot adalah dalam hal jenis dan jumlah enzim yang terlibat, serta kecepatan dan kompleksitas replikasi DNA.Pada organisme eukariot, peristiwa replikasi terjadi sebelum pembelahan mitosis, tepatnya pada fase sintsis dalam siklus pembelahan sel.

-7-

Replikasi Hepadnavirus ( Hepatitis B)

2.4 KLASIFIKASI VIRUS DNA Tabel 1: Klasifikasi Virus DNA

2.5 HEPADNAVIRUS

-8-

Replikasi Hepadnavirus ( Hepatitis B)


Hepadna virus merupakan salah satu jenis virus DNA. Virus ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Genom: satu molekul DNA rantai ganda (bagian terbesar) dan rantai tunggal (bagian kecil, di ujung molekul DNA), segmen tunggal, bentuk lingkar. BM 2,3 x 106. mengandung 3200 nukleotida. Satu rantai mungkin mempunyai suatu celah sekitar 600-1200 nukleotida, yang dapat diperbaiki oleh suatu polimerase DNA endogen.Pada replikasi genom, bagian rantai tunggalnya harus dibuat rantai ganda. Transkripsi DNA menghasilkan mRNA untuk sintesis protein dan RNA lain sebagai cetakan bagi pembuatan DNA oleh reverse transcriptase. b. Virion : berselubung (HBsAg), diameter 42 nm. Tersusun atas selubung (HBsAg) dan nukleokapsid. Dalam nukleokapsid terdapat core (HBcAg) dan protein penting lain (HBeAg). c. Protein: dua polipeptida utama (satu terglikosilasi) terdapat pada HBsAg. d. Selubung: mengandung HBsAg dan lemak e. Replikasi:dengan memakai salinan RNA antara dari genom DNA (HBcAg di dalam nukleus, HBsAg di dalam sitoplasma). Virus matang dan partikel bulat berukuran 22nm terdiri dari HBsAg yang disekresi dari permukaan sel. f. Karakteristik yang menonjol : famili terdiri dari banyak tipe yang dapat menginfeksi manusia dan hewan tingkat rendah (seperti woodchuck, tupai dan itik), menyebabkanhepatitis akut dan kronik, sering berlanjut menjadi pembawa permanen dan karsinoma sel hati. g. Contoh : virus hepatitis B 2.6 VIRUS HEPATITIS B 2.6.1 Sejarah Penemuan Proses penemuan virus Hepatitis B diawali oleh Blumberg dkk. Pada tahun 1965 yang melakukan penelitian untuk mencari antibodi yang timbul terhadap suatu lipoprotein. Mereka mendapatkan suatu antibodi pada 2 orang penderita hemofilia yang sering mendapatkan transfusi darah bereaksi dengan suatu antigen yang didapatkan dari seorang aborigin Australia. Pada waktu itu, ditemukan bahwa antigen tersebut didapati pada 20% penderita Hepatitis virus.

-9-

Replikasi Hepadnavirus ( Hepatitis B)


Antigen ini dulu dinamakan antigen Australia dan sekarang menjadi HBsAg. Pada tahun 1970, Dane dkk. melihat untuk pertama kalinya di bawah mikroskop elektron partikel HBsAg dan partikel Virus Hepatitis B (VHB) utuh yang kini dinamakan partikel Dane. 2.6.2 Virologi a. Ciri-ciri VHB Virus Hepatitis B (VHB) utuh adalah suatu virus DNA yang berlapis ganda (double shelled) dengan diameter 42 nm. Bagian luar virus ini terdiri dari HBsAg sedang bagian dalam adalah nukleokapsid yang terdiri dari HBcAg. Dalam nukleokapsid didapatkan kode genetik VHB yang terdiri dari DNA untai ganda (double stranded) dengan panjang 3200 nukleotida.

Gambar 3 : Virus Hepatitis B b. Organisasi Genetik VHB Struktur dan organisasi genetik VHB tersusun dengan kompak. Genom VHB merupakan genom kecil yang berupa sepasang rantai DNA yang berbentuk lingkaran dengan panjang rantai yang tidak sama (partially double strand). Genom tersebut mempunyai 4 Open Reading Frame (ORF), yaitu gen S dan pre-S yang mengkode HBsAg (LHBs, MHBs, dan SHBs), gen pre C dan gen C yang

- 10 -

Replikasi Hepadnavirus ( Hepatitis B)


mengkode HBeAg dan HBcAg dan gen P yang mengkode DNA polimerase serta gen X yang mengkode HBxAg.

Gambar 4: Genom Vrus Hepatitis B dengan 4 open reading frame Gen X tersebut berfungsi memacu ekspresi seluruh genom virus dengan cara berinteraksi pada daerah gen tertentu pada genom inang. Dengan demikian, HBxAg mempunyai sifat transaktifator dan mungkin penting untuk efisiensi replikasi VHB c. Proses Terjadinya Infeksi VHB Infeksi VHB terjadi bila partikel utuh VHB berhasil masuk ke dalam hepatosit, kemudian kode genetik VHB akan masuk ke dalam inti sel hati dan kode genetik itu akan memerintahkan sel hati untuk membuat protein-protein yang merupakan komponen VHB. Jadi, sebenarnya virus yang ada di dalam tubuh penderita itu dibuat sendiri oleh hepatosit penderita yang bersangkutan dengan genom VHB yang pertama masuk sebagai cetak biru d. Siklus Replikasi VHB Untuk mudahnya siklus replikasi VHB dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut : 1) penempelan (attachment) VHB pada sel hepatosit. Penempelan tersebut dapat terjadi dengan perantara protein pre-S1, protein pre-S2, dan poly HAS (Polymerized Human Serum Albumin) serta dengan perantaraan SHBs.

- 11 -

Replikasi Hepadnavirus ( Hepatitis B)

Gambar 5: Virus Hepatitis B menempel pada sel hati dengan perantara poly HAS 2) VHB masuk (penetrasi) ke dalam hepatosit dengan mekanisme endositosis. 3) Pelepasan partikel core yang terdiri dari HBcAg, enzim polimerase dan DNA VHB ke dalam sitoplasma. Partikel core tersebut selanjutnya ditransportasikan menuju nukleus hepatosit. 4) Karena ukuran lubang pada dinding nukleus lebih kecil dari partikel core, sebelum masuk nukleus akan terjadi genome uncoating ( lepasnya HBcAg), dan selanjutnya genom VHB yang masih berbentuk partially double stranded masuk ke dalam nukleus (penetrasi genom ke dalam nukleus) 5) Selanjutnya partially double stranded DNA tersebut akan mengalami proses DNA repair menjadi double stranded covalently close circle DNA (ccc DNA) 6) Transkripsi cccDNA menjadi pregenom RNA dan beberapa messenger RNA (mRNA LHBs, mRNA MHBs dan mRNA SHBs ) 7) Pregenom RNA dan messenger RNA akan keluar dari nukleus melalui nukleus pore. Translasi pregenom RNA dan messenger RNA akan menghasilkan protein core (HBcAg), HBeAg dan enzim polimerase,

- 12 -

Replikasi Hepadnavirus ( Hepatitis B)


sedangkan translasi mRNA LHBs, mRNA MHBs dan mRNA SHBs akan menghasilkan komponen protein HBsAg, yaitu large protein (LHBs), middle protein (MHBs) dan small protein (SHBs). 8) Enkapsidasi pregenom RNA, HBcAg dan enzim polimerase menjadi partikel core. Proses ini disebut juga proses assembly dan terjadi di dalam sitoplasma. 9) Proses maturasi genom di dalam partikel core dengan bantuan enzim polymerase berupa proses transkripsi balik pregenom RNA. Proses ini dimulai dengan proses priming sintesis untai DNA (-) yang terjadi bersamaan dengan degradasi pregenom RNA, dan akhirnya sintesa untai DNA (+) 10) Karena masa paruh hidup cccDNA di dalam nukleus hanya 2-3 hari, untuk mempertahankan persistensi perlu suplai genom terus menerus. Suplai DNA tersebut bisa berasal dari infeksi baru hepatosit oleh VHB atau proses re-entry partikel core yang dihasilkan di dalam sitoplasma 11) Selanjutnya terjadi proses coating partikel core yang telah mengalami proses maturasi genom oleh protein HBsAg. Proses coating tersebut terjadi di dalam retikulum endoplasmik. Di samping itu di dalam retikulum endoplasmik juga terjadi sintesa partikel VHB lainny partikel tubuler dan partikel sferik yang hanya mengandung LHBs, MHBs, SHBs (tidak mengandung partikel core) 12) Selanjutnya melalui apparatus Golgi disekresi partikel-partikel VHB yaitu partikel Dane, partikel tubuler, dan partikel sferik. Hepatosit juga akan mensekresikan HBeAg langsung ke dalam sirkulasi darah karena HBeAg bukan merupakan bagian struktural partikel VHB

- 13 -

Replikasi Hepadnavirus ( Hepatitis B)

Gambar 6: Siklus Replikasi Virus Hepatitis B 2.6.3 Petanda Serologik Infeksi VHB Berikut ini adalah berbagai macam petanda serologik serta maknanya a. HBsAg ( Hepatitis B Surface Antigen) Suatu protein yang merupakan selubung luar partikel VHB. HBsAg yang positif menunjukkan bahwa pada saat itu yang bersangkutan mengidap infeksi VHB b. Anti- HBs Antibodi terhadap HBsAg. Antibodi ini baru muncul setelah HbsAg hilang. AntiHBs yang positif menunjukkan bahwa individu yang bersangkutan telah kebal terhadap infeksi VHB baik yang terjadi setelah suatu infeksi VHB alami atau setelah dilakukan imunisasi Hepatitis B c. HBcAg Antigen inti Hepatitis B. Tidak ada tes yang dapat dipakai secara rutin. d. Anti-HBc Antibodi terhadap protein core. Antibodi ini muncul pada semua kasus dengan infeksi VHB pada saat ini(current infection) atau infeksi pada masa yang lalu

- 14 -

Replikasi Hepadnavirus ( Hepatitis B)


(past infection). Anti-HBc dapat muncul dalam bentuk IgM anti-HBc yang sering muncul pada Hepatitis B akut. e. HBeAg Suatu protein nonstruktural dari VHB (bukan merupakan bagian dari VHB) yang disekresikan ke dalam darah dan merupakan produk gen precore dan gen core. Didapatkan pada fase awal Hepatitis Akut dan Kronik. Positifnya HBeAg merupakan petunjuk adanya aktivitas replikasi VHB yang tinggi dari seorang individu HBsAg positif. f. Anti-Hbe Antibodi yang timbul terhadap HBeAg pada infeksi VHB tipe liar. Positifnya anti-HBe menunjukkan bahwa VHB ada dalam fase nonreplikasi. Berbeda dengan anti-HBc atau anti-HBs yang bertahan lama, anti-HBe biasanya hilang setelah beberapa bulan atau tahun. g. DNA VHB Positifnya DNA VHB dalam serum menunjukkan adanya partikel VHB yang utuh (partikel Dane) dalam tubuh penderita. DNA VHB adalah petanda jumlah virus (viral load) yang paling peka. Belakangan ini pengukuran DNA VHB secara kuantitatif memegang peran yang sangat penting untuk menentukan tingkat replikasi VHB, menentukan indikasi terapi antiviral dan menilai hasil terapi.

BAB III - 15 -

Replikasi Hepadnavirus ( Hepatitis B)


PENUTUP
3.1 KESIMPULAN Replikasi dapat dikatakan sebagai proses perbanyakan bahan genetik Sebelum proses replikasi berlangsung terlebih dahulu terjadi penempelan (Attachment),penetrasi (Penetration), pelepasan mantel (Uncoating) Pada proses replikasi DNA, model semikonservatif merupakan model yang tepat Hepadnavirus atau lebih dikenal sebagai hepatitis B merupakan virus DNA berantai ganda Replikasi Hepatitis B sitoplasma. di hepatosit terjadi di inti sel sedangkan HBsAg dibuat di

- 16 -

Anda mungkin juga menyukai