Bangunan Umum Bersama Majemuk
Bangunan Umum Bersama Majemuk
kegiatan pelayanan bersifat umum (public), sedangkan bagian back office, dimana para pegawai atau staff tidak langsung berhubungan dengan orang-orang lain (umum) dapat dikategorikan sebagai bagian yang kegioatannya bersifat privat. Kegiatan-kegiatan Publik tidak hanya diwadahi oleh Bangunan Umum tetapi dapat juga berupa-tempat terbuka seperti taman-taman kota, tempat bermain, lapangan olah raga, dll. Biasanya tempat-tempat seperti ini merupakan fasilitas yang harus disediakan oleh kota ataupun dalam tingkat yang lebih kecil lagi misalnya perkampungan, permukiman, dll, dan biasanya dikategorikan sebagai Fasilitas Umum (Fasum) ataupun Fasilitas Sosial (Fasos).
Contoh bangunan resort bermassa majemuk : Giri Tirta Spa & Resort
Contoh Bangunan Bermassa majemuk : Kampus UMY PENGELOMPOKAN MASSA Dalam merancang bangunan umum bermassa majemuk, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang pada akhirnya menghasilkan fungsi-fungsi ruang, kemudian mengelompokkannya berdasarkan kesamaan zona, misalnya zona public, zona semi public ataupun zona privat. Zona-zona tersebut dapat dipisahkan dalam bentuk bangunan yang terpisah-pisah. Misalnya kegiatan-kegiatan yang bersifat public dapat diwadahi dalam satu massa bangunan, dan berturut-turut kegiatan yang bersifat semi public dalam 1 massa bangunan serta kegiatan yang bersifat privat diwadahi dalam 1 atau lebih massa bangunan. Dengan demikian walaupun bangunan terdiri dari massa yang banyak, tidak berarti bangunan dapat disebar tanpa ada kejelasan pengaturan. Pengelompokan bangunan pada kompleks bangunan bermassa majemuk memudahkan pengguna bangunan dalam berorientasi, menentukan arah dan tujuan, mengidentifikasi perletakan dan memberikan kejelasan hirarki /urut-urutan ruang.
aturan pemerintah pada tapak menjadi factor yang dapat membantu sekaligus menjadi tantangan bagi perancang untuk menghasilkan rancangan yang paling tepat bagi lahan yang dimaksud. Bentuk lahan, letak jalan, orientasi matahari, topografi (kontur), lingkungan sekitar adalah factor-faktor yang menjadi batasan-batasan dalam menentukan perletakan massa bangunan pada tapak. Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas dapat ditentukan pola-pola yang dapat mengikat dan mengatur letak massa bangunan. Kata kunci dalam merumuskan konsep perletakan massa bangunan pada tapak adalah unity atau kesatuan. Kesatuan yang dimaksud adalah kesatuan antara massa-massa bangunan dengan tapak dan antar massa bangunan sendiri, dimana pengaturan massamassa tersebut harus saling mengkait satu sama lain dan saling mengikat dengan tapak. Dengan demikian, setiap arsitek yang akan memulai pekerjaan merancangnya, maka hal utama yang harus dilakukannya adalah mengenali tapak dengan melakukan analisis-analisis terhadap factor-faktor tersebut di atas, hingga mengidentifikasi kelebihan serta kekurangannya dan pada akhirnya dapat menwarkan solusi yang paling tepat berupa hasil rancangan di atas tapak dimaksud.
Contoh pada foto maket di atas memperlihatkan konsep perletakan massa bangunan pada tapak yang mengikuti pola melingkar dengan titik pusat lingkaran sebagai pusat orientasi dan unsur pengikat antar massa bangunan dan antara massa bangunan dengan tapak. Penetapan pola lingkaran ini diperoleh dari hasil sintesa studi tapak seperti yang telah dikemukakan di atas. Titik pusat lingkaran diperoleh dengan menarik garis-garis pada tapak, yang memunculkan titik berat tapak, yang kemudian diambil sebagai titik pusat perletakan massa-massa bangunan. Sedangkan pola melingkar Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Primi Artiningrum M.Arch PERENCANAAN ARSITEKTUR 3
diperoleh dari analisis terhadap cara kerja dan bentuk lensa kamera, diafragma, dll, karena bangunan yang dibuat adalah museum Fotografi.
Giri Tirta Spa, Sentul Bogor. Pada Rancangan Giri Tirta Spa, Sentul, Bogor, terlihat bangunan dengan massa yang terpisah-pisah sepanjang lereng bukit. Pada tata letak massa-massa bangunan dengan tapak yang berkontur tajam (di lereng bukit) seperti terlihat pada contoh di atas, topografi merupakan factor utama dalam menentukan perletakan massa bangunan. Sesuai dengan kondisi tapak yang berkontur, maka pola perletakan massa bangunan dibuat mengikuti lereng bukit (mengikuti garis kontur). Struktur yang digunakan bagi setiap bangunan juga merespons kondisi tapak, dengan umpak-umpak yang diekspose sekaligus sebagai elemen estetika pada tampak bangunan. Akibat dari kontur yang tajam, dimungkinkan membuat bangunan dengan leveling yang beragam, dan hal ini memperkaya kualitas ruang dan bangunannya. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Primi Artiningrum M.Arch PERENCANAAN ARSITEKTUR 3
Pengelompokan bangunan juga dibuat sesuai dengan Zoningnya. Karena pencapaian ke bukit dari arah bawah, maka bangunan yang mewadahi kegiatan yang bersifat public, seperti lobby, restoran, terletak di kontur yang terbawah, paling dekat dengan entrance. Sedangkan bungalow tempat menginap dan pijat yang bersifat lebih privat terletak semakin ke atas serta mendekati pusat mata air panas di puncak bukit.
RUANG PEMERSATU Telah disebutkan di atas, bahwa dalam rancangan kompleks bangunan umum bermassa majemuk, dibutuhkan pemersatu. Selain pola-pola perletakan massa, ruang luar (inner court / plaza) biasanya dapat dijadikan ruang pemersatu yang baik bagi susunan massa bangunan majemuk. Selain berfungsi sebagai pemersatu lingkungan, Inner Court juga dapat dimanfaatkan sebagai ruang aktifitas yang memusat, misalnya sebagai lapangan Olah Raga, Teater Terbuka, ataupun ruang sirkulasi. Inner court juga membantu bangunan di sekelilingnya mengakses udara luar (Fresh Air), memperoleh sinar matahari dan pencahayaan alam. Agar Inner Court menjadi Ruang Luar yang aktif, bangunan di sekelilingnya harus dapat mengakses Inner Court tersebut. Pintu-pintu dan ruang sirkulasi yang mengarah ke inner court menarik orang untuk paling sedikit melewati Inner Court tersebut. Aktifitas tersebut akan menghidupkan suasana di Inner Court. Ruang-ruang luar yang aktif, biasanya selalu terawasi, karena orang berkegiatan di ruang tersebut, akibatnya keamanan ruang dari tindak criminal akan terjaga dengan sendirinya. Berbeda dengan ruang luar yang pasif, biasanya menjadi tempat-tempat tersembunyi dan memancing orang untuk bertindak kejahatan (menjadi daerah yang tidak aman).
KESIMPULAN Bangunan Umum bermassa majemuk dikelompokkan berdasarkan Zoning dan fungsinya. Bangunan Umum bermassa majemuk cocok untuk fungsi resort dengan lahan yang luas. Bangunan Umum bermassa majemuk dipersatukan oleh pola-pola perletakan massa bangunan berdasarkan potensi tapak dan juga dipersatukan oleh Ruang Luar (Plaza / Inner Court). Plaza / Inner Court juga berfungsi sebagai akses udara segar dan pencahayaan alam bagi massa bangunan di sekelilingnya. Plaza / Inner Court diaktifkan dengan mempermudah akses dari dan ke massa bangunan di sekelilingnya.