Anda di halaman 1dari 11

ASPEK PENILAIAN INTERVIEW A. English Skill a. Fluency b. Accuracy c. Pronunciation d. Vocabulary e.

Non-verbal behavior

B. Behavior a. Respon b.

TIPS INTERVIEW 1. Mengetahui kemampuan dan kelemahan diri Kenapa kelemahan?Disini agar kita meyakinkan bahwa kita pun memiliki kelemahan dalam diri kita.Jangan terus anda menonjolkan kelebihan anda, itu bisa membuat diri kita di mata pewawancara hanya omong kosong. Dengan begitu pewawancara akan menilai kita sebagai orang yang bijak untuk keberadaan diri kita sendiri. Setiap individu pasti memiliki kelemahan. 2. Mengatakan apa yang perlu diperbaiki lebih baik daripada mengatakan sempurna. Setiap kandidiat akan ditanya kelemahan, tapi jawaban yang ingin didengarkan adalah bagaimana kandidat menyikapi pertanyaan dan kelemahan tersebut. 3. Mencari tahu tentang kepaskibrakaan dan gambaran seleksinya nanti bagaimana jadi akan siap secara mental 4. Berbicara jelas, tegas, dan percaya diri "emm.. . . .mmm.. . emmmm" jauhkanlah kebiasaan seperti itu. Hal itu akan membuat kita terlihat lamban di mata mereka (pewawancara). Berbicaralah dengan intonasi yang jelas, keras, tapi tidak seperti menantang. Perkataan yang tegas akan membuat kita berwibawa daripada yang selengeaan seperti orang mabuk. Dengan terlaksananya semua itu otomatis kepercayaan diri kita akan terbentuk dengan sendirinya. Si pewawancara pun akan memberikan nilai plus untuk kita. 5. Berlakukan seperti menghadapi percakapan yang interaktif, bukan interogasi. Ucapkan salam (selamat pagi/siang/sore) kepada para pewawancara dan jika harus

berjabat-tangan, jabatlah dengan erat (tidak terlalu keras namun tidak lemas).Tetaplah berdiri sampai anda dipersilakan untuk duduk. Duduk dengan posisi yang tegak dan seimbang.
Saat memasuki ruang wawancara kerja. Anda harus mampu mengatur bahasa tubuh , jangan seperti sedang berjalan-jalan di mall. Berjalanlah secara tegap dengan kedua tangan mengibas bebas. Jangan lihat-lihat kesana kemari dan berkata wah ruanganya bagus, langsung berjalan lurus ke pewawancara kerja. Sodorkan tangan kepada si pewancara sambil tersenyum. Sambil menatap matanya, genggam keseluruhan tangan kemudian ayunkan satu sampai dua kali dan secara bersamaan ucapkan nama anda. Dan perlu diperhatikan. Saat menghadapi wawancara kerja peting untuk jangan duduk sebelum dipersilahkan, jangan memasukkan tangan ke saku, jangan menggumam, jangan menyilangkan tangan di dada. Apalagi mengacungkan jari tengah, lebih nggak boleh lagi :D Berusalah senormal mungkin selayaknya berbicara, Gunakan ekspresi seperti senyum, mengerutkan dahi, sedikit mengangguk atau hal semacam itu. Dengan begitu akan memudahkan si pewawancara mengerti apa yang anda bicarakan.

6. Lakukan kontak mata dengan pewawancara. Jangan dan jangan pernah alihkan pandangan saat pewancara mengajukan pertanyaan wawancara kerja.Selalu fokus kepada si wawancara. Jangan lupa mata adalah cermin dari hati anda. Buat tatapan mata anda terlihat percaya diri dan berfikir positif. 7. Tetap fokus pada pertanyaan yang diajukan pewawancara. 8. Tunjukkan antusiasme dan ketertarikan anda pada jabatan yang dilamar dan pada perusahaan. 9. Gunakan bahasa formal, bukan prokem atau bahasa gaul; kecuali anda diwawancarai untuk mampu menggunakan bahasa tersebut. 10. Tampilkan hal-hal positif yang pernah anda raih. 11. Tunjukkan energi dan rasa percaya diri yang tinggi, namun jangan berkesan sombong atau takabur. Banyak yang gagal hanya lantaran berkesan sombong, takabur, atau sok tahu. 12. Tunjukkan apa yang bisa anda perbuat untuk Negara/ paskibraka bukan apa yang bisa diberikan oleh Negara/ paskibraka kepada anda. 13. Jika tidak bisa menjawab, minta maaf, tenang jangan panik jangan kelamaan mikir (pewawancara males liatnya), jujur (Maaf, saya belum tau, tapi saya akan mencoba mencari tau) ------ kerendahan hati, dan SENYUM itu kuncinya!!!!!!!!!!!!!!

Sudah bukan rahasia lagi kalau interview atau wawancara pekerjaan merupakan hal paling kritikal untuk mendapatkan pekerjaan yang Anda inginkan.Karena itu, tentu Anda tahu bahwa Anda harus mempersiapkan diri Anda seprima mungkin, baik fisik dan mental. Ketok kali ini akan memberi Anda tips untuk menghadapi delapan belas pertanyaan yang paling umum dan tersulit dalam sebuah wawancara pekerjaan. 1. 1. Beritahukan kami tentang diri Anda? Biasanya ini merupakan pertanyaan pembuka, karena itu jangan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menjawabnya. Berikan jawaban yang menjawab empat subjek: tahun-tahun terakhir, pendidikan, sejarah kerja, dan pengalaman karir terakhir. 2. 2. Apa yang Anda ketahui tentang kami? Ketika pertanyaan ini dikeluarkan, anda diharapkan mampu mendiskusikan produk atau pelayanan, pendapatan, reputasi, pandangan masyarakat, trget, permasalahan, gaya managemen, orang-orang di dalamnya, sejarah, dan filosofi perusahaan. Berikan jawaban yang memberitahu pewawancara bahwa Anda meluangkan waktu mencari tahu tentang perusahaan tersebut, namun jangan beraksi seperti Anda tahu segalanya tentang perusahaan tersebut, tunjukan keinginan mempelajari lebih banyak tentang perusahaan tersebut, dan jangan memberikan jawaban negatif seperti Saya tahu perusahaan anda mengalami problema-problema, itu alasan saya disini. Tekankan keunggulan perusahaan dan minat Anda terhadap hal tersebut. 3. 3. Apa yang dapat Anda berikan pada kami (yang orang lain tidak bisa beri)? Sebutkan prestasi-prestasi dan jenjang karir yang Anda telah capai. Sebutkan kemampuan dan hal-hal yang menarik perhatian Anda, gabungkan dengan sejarah Anda mencapai hal-hal itu. Sebutkan kemampuan Anda menentukan prioritas, mengidentifikasi masalah, dan 4. 4. Apa yang paling menarik menurut Anda dari pekerjaan ini? Dan apa yang paling tidak menarik? Sebutkan tiga sampai empat faktor menarik dari pekerjaan yang anda hendak ambil dan satu hal kecil sebagai faktor yang kurang menarik. 5. 5. Mengapa kami harus merekrut Anda? Pertanyaan ini saam seperti pertanyaan nomor empat, sebutkan saja kemampuankemampuan Anda yang mampu mendukung perusahaan tersebut. 6. 6. Apa yang Anda cari di dalam sebuah pekerjaan? Berikan jawaban yang berkisar pada oportunitas di dalam organisasi. Beritahukan pewawancara kalau Anda ingin memberikan kontribusi dan dikenali. Hindari jawaban yang mempersoalkan kestabilan keuangan pribadi. 7. 7. Menurut Anda, apa definisi dari posisi yang Anda inginkan? Berikan jawaban yang singkat dan berkisar tentang tugas dan kewajiban. Pastikan Anda mengerti posisi tersebut sebelum Anda hendak menjawab. 8. 8. Berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk memberikan kontribusi berarti bagi kami? Beri jawaban yang realistik. Beritahukan pewawancara bahwa walaupun Anda akan berusaha mengatasi segala harapan dan tantangan dari hari pertama, Anda membutuhkan sekitar enam bulan untuk benar-benar mengerti organisasi perusahaan dan kebutuhannya. 9. 9. Berapa lama Anda akan bersama kami? Beritahukan pewawancara bahwa Anda tertarik berkarir bersama perusahaan tersebut namun Anda ingin tetap tertantang untuk mencapai target bersama.

10. 10. Dari resume Anda, kami rasa Anda terlalu berpengalaman untuk posisi ini. Bagaimana pendapat Anda? Ini pertanyaan jebakan. Anda diharapkan untuk tetap rendah hati namun percaya diri dengan kemampuan Anda. Cara terbaik menanganinya adalah menjawab bahwa Anda butuh mengenal perusahaan lebih jauh sebelum dapat dengan efisien bekerja di tingkat yang lebih tinggi. 11. 11. Kenapa Anda meninggalkan pekerjaan Anda yang sebelumnya? Anda sebaiknya menjawab pertanyaan ini dengan jujur namun singkat dan jelas termasuk jika hal tersebut karena Anda dipecat. Namun yang perlu diperhatikan, Anda sebaiknya jangan menyebutkan konflik pribadi. Perlu Anda perhitungkan bahwa pewawancara mungkin akan bertanya banyak soal masalah ini, jangan sampai Anda terbawa emosi. 12. 12. Apa yang Anda rasakan ketika harus meninggalkan pekerjaan Anda? Beritahu pewawancara bahwa Anda merasa khawatir namun jangan terkesan panik. Katakan bahwa Anda siap menerima segala resiko demi mendapatkan pekerjaan yang cocok untuk Anda. Jangan menunjukan bahwa Anda lebih mementingkan kestabilan keuangan. 13. 13. Pada pekerjaan Anda sebelumnya, apa yang berkenan dengan Anda? Dan apa yang tidak berkenan? Berhati-hatilah dalam menjawab pertanyaan ini dan kemukakan hal-hal positif. Deskripsikan lebih banyak hal yang Anda sukai daripada yang Anda tidak sukai. Jangan menyebutkan masalah pribadi. Jika Anda membuat pekerjaan sebelumnya terkesan buruk, pewawancara akan bertanya-tanya mengapa Anda berada disana. Hal ini jelas mengurangi profesionalisme Anda. 14. 14. Apa pendapat Anda tentang bos Anda sebelumnya? Ini juga pertanyaan yang harus Anda jawab dengan hati-hati. Sebisa mungkin jawablah pertanyaan ini dengan positif karena calon bos Anda akan merasa Anda akan membicarakan hal-hal buruk tentang dia seperti apa yang telah Anda lakukan terhadap bos yang terdahulu. 15. 15. Mengapa Anda tidak mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di usia Anda? Lagi-lagi ini bisa menjadi pertanyaan jebakan. Beritahukan pewawancara bahwa inilah alasan Anda mencari lowongan pekerjaan di perusahaan tersebut. Jangan bersikap defensif. 16. 16. Berapa gaji yang Anda minta? Ini pertanyaan yang mengiurkan, namun pastikan Anda menyebutkan angka kisaran yang Anda yakin merupakan gaji yang pantas atau bertanya pada pewawancara berapa kisaran pada pekerjaan sejenis. Jika Anda diberi pertanyaan ini dari awal wawancara, sebaiknya Anda mengelaknya dengan mengatakan Anda ingin tahu seberapa banyak tanggung jawab yang akan Anda pegang di perusahaan tersebut. Tekankan bahwa Anda lebih mementingkan pekerjaannya namun jangan menjual standar Anda. 17. 17. Apa target jangka panjang Anda? Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda lagi-lagi diharuskan meneliti perusahaan tersebut dan mengetahui rencana dan/atau target mereka lalu memberikan jawaban yang singkron dengan milik perusahaan. 18. 18. Seberapa sukses yang Anda rasa telah capai? Berikan jawaban yang positif dan percaya diri, namun jangan memberikan jawaban yang berlebih. Jangan membuat pewawancara merasa Anda seorang yang suka membesar-besarkan sesuatu.

Yogyakarta, secara de facto menjadi Ibukota Republik Indonesia pada tanggal 5 Januari 1946 dan berakhir setidaknya sampai pada tanggal 15 Agustus 1950. Sementara menurut pengetahuan kolektif dari publik, perpindahan Ibukota RI dari Jakarta ke Yogyakarta pada tanggal 4 Januari 1946 sampai dengan 27 Desember 1949. Pendapat ini perlu dipertanyakan, karena banyak bukti yang menunjukkan bahwa Yogyakarta tetap menjadi Ibukota Republik Indonesia sampai bulan Agustus 1950. Pada tanggal 4 Januari 1946, Presiden Soekarno, Wakil Presiden dan pejabat tinggi lainnya secara rahasia berangkat dari Jakarta dan baru tiba di Yogyakarta dan disambut oleh rakyat Yogyakarta pada tanggal 5 Januari 1946. Hingga tanggal 15 Agustus 1950, Yogyakarta tetap berstatus sebagai Ibukota RI, terlihat dari Peraturan Pemerintah No. 41 tentang Ijazah Guru Sekolah Lanjutan Umum/Vak yang ditetapkan di Yogyakarta, yang ditandatangani Mr. Assaat, selaku Pemangku Jabatan Presiden Republik Indonesia. Eksistensi Yogyakarta sebagai Ibukota RI berakhir secara resmi setelah RIS dibubarkan pada 17 Agustus 1950. Sejak saat itu, Jakarta kembali menjadi Ibukota Republik
Ibukota pindah ke Yogyakarta

Karena situasi keamanan ibukota Jakarta (Batavia saat itu) yang makin memburuk, maka pada tanggal 4 Januari 1946, Soekarno dan Hatta dengan menggunakan kereta api, pindah ke Yogyakarta sekaligus pula memindahkan ibukota. Meninggalkan Sutan Syahrir dan kelompok yang pro-negosiasi dengan Belanda di Jakarta. Pemindahan ke Yogyakarta dilakukan dengan menggunakan kereta api, yang disebut dengan singkatan KLB (Kereta Luar Biasa). Orang lantas berasumsi bahwa rangkaian kereta api yang digunakan adalah rangkaian yang terdiri dari gerbonggerbong luar biasa. Padahal yang luar biasa adalah jadwal perjalanannya, yang diselenggarakan di luar jadwal yang ada, karena kereta dengan perjalanan luar biasa ini, mengangkut Presiden beserta Wakil Presiden, dengan keluarga dan staf, gerbong-gerbongnya dipilihkan yang istimewa, yang disediakan oleh Djawatan Kereta Api (DKA) untuk VVIP.

Dalam sejarah tercatat, karena situasi keamanan ibu kota Jakarta yang makin memburuk, maka pada 4 Januari 1946 Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta dengan menggunakan kereta api pindah ke Yogyakarta, sekaligus pula memindahkan Ibu kota Negara Republik Indonesia. Maka saat itulah, Soekarno dan Hatta meninggalkan Sjahrir beserta kelompok yang pro-negosiasi dengan Belanda di Jakarta.

Menurut sejarawan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Suhartono, fakta sejarah tersebut jangan sampai dilupakan, apalagi diabaikan. Ia mengatakan, pemerintah pusat diharapkan tidak mengabaikan fakta sejarah bahwa Yogyakarta sebagai ibu kota negara waktu itu, memberikan andil terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Selama empat tahun, 4 Januari 1946 hingga 27 Desember 1949, ibu kota Republik Indonesia (RI) berada di Yogyakarta," kata Guru Besar Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM dalam kuliah umum memperingati `Yogyakarta Kota Republik`, di Yogyakarta, Selasa. Menurut dia, pada saat itu Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan secara politis dan memiliki posisi strategis dalam perjuangan dan pertahanan kemerdekaan.

"Posisi Yogyakarta dengan keistimewaannya jika berlatar belakang sejarah seharusnya tidak bisa dipisahkan dan dihilangkan. Keistimewaan itu di antaranya posisi Sultan sebagai Raja Keraton serta Paku Alam sebagai Adipati Pakualam," katanya. Ia mengatakan berpindahnya ibu kota RI saat itu, bukan tanpa alasan, karena situasi Jakarta dalam kondisi tidak aman dan roda pemerintahan RI macet total akibat adanya unsur-unsur yang saling berlawanan.

Di satu pihak, masih adanya pasukan Jepang yang memegang "status quo", di pihak lain adanya pihak Sekutu yang diboncengi NICA. Bahkan, situasi Jakarta makin genting dan keselamatan para pemimpin bangsa pun terancam.

"Atas inisiatif Sultan Hamengku Buwono IX, ibu kota RI pun berpindah ke Yogyakarta, yang infrastruktur dan elite bangsawan sudah lengkap. Bagaimana seandainya ibu kota republik yang masih muda tidak dipindahkan ke Yogyakarta, hasilnya tentu akan lain," katanya. Ia mengatakan, dari Yogyakarta persoalan politik bangsa di kala itu dikoordinasikan. Semuanya bisa ditangani dengan baik berkat kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono IX.

"Sudah bukan rahasia lagi bahwa Sultan Hamengku Buwono IX berperan besar dalam mengelola Republik Indonesia, sehingga semuanya berjalan lancar dan cita-cita republik menuju persatuan bangsa dan pengakuan kedaulatan dapat terlaksana dengan baik," katanya.

Menurut dia, dipilihnya Yogyakarta sebagai ibu kota RI, atas pandangan politik dan keberanian Sultan Hamengku Buwono IX mengambil risiko. Sultan Hamengku Buwono IX dan masyarakatnya merupakan penyambung kelangsungan RI dalam menghadapi agresi militer Belanda. "Sultan Hamengku Buwono IX merupakan aktor intelektual yang memiliki multistatus. Selain sebagai raja, kepala daerah, menteri pertahanan, Sultan adalah `key person` dan juru runding dengan Belanda, juga sebagai figur kunci birokrasi sipil di Indonesia," katanya.

Sepenggal Kisah Bendera Pusaka Merah Putih


Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 jam 10 pagi di jalan Pegangsaan timur 56 Jakarta. Setelah pernyataan Kemerdekaan Indonesia untuk pertama kalinya secara resmi bendera kebangsaan merah putih dikibarkan oleh dua orang muda mudi dan dipimpin oleh Bapak Latief Hendraningrat. Bendera ini dijahit tangan oleh ibu Fatmawati Soekarno dan bendera ini pula yang kemudian disebut Bendera Pusaka. Bendera Pusaka berkibar siang malam ditengah hujan tembakan sampai ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta. Pada tanggal 4 Januari 1946 karena ada aksi terror yang dilakukan Belanda semakin meningkat, maka Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dengan menggunakan kereta api meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta. Bendera Pusaka dibawa ke Yogyakarta dan dimasukkan dalam kopor pribadi Presiden Soekarno. Selanjutnya ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta. Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan agresinya yang kedua. Pada saat Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Bapak Husein Mutahar dipanggil oleh Presiden Soekarno dan ditugaskan untuk menyelamatkan Bendera Pusaka. Penyelamatan Bendera Pusaka ini merupakan salah satu bagian dari sejarah untuk menegakkan berkibarnya Sang Merah Putih di persada bumi Indonesia. Untuk menyelamatkan Bendera Pusaka itu, terpaksa Bapak Hussein Mutahar harus memisahkan antara bagian merah dan putihnya. Untuk mengetahui saat-saat penyelamatan Bendera Pusaka, maka terjadi percakapan yang merupakan perjanjian pribadi antara Presiden Soekarno dan Bapak Hussein Mutahar yang terdapat dalam Buku Bung Karno Penyambung Lidah rakyat Indonesia karya Cindy Adams: Tindakanku yang terakhir adalah memanggil Mutahar ke kamarku (Presiden Soekarno, Pen). Apa yang terjadi terhadap diriku, aku sendiri tidak tahu, kataku ringkas. Dengan ini aku memberikan tugas kepadamu pribadi. Dalam keadaan apapun juga, aku memerintahkan kepadamu untuk menjaga Bendera kita dengan nyawamu. Ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh. Disatu waktu, jika Tuhan mengizinkannya engkau mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada siapapun kecuali kepada orang yang menggantikanku sekiranya umurku pendek. Andaikata engkau gugur dalam menyelamatkan Bendera ini, percayakan

tugasmu kepada orang lain dan dia harus menyerahkan ke tanganku sendiri sebagaimana engkau mengerjakannya. Mutahar terdiam. Ia memejamkan matanya dan berdoa. Disekeliling kami bom berjatuhan. Tentara Belanda terus mengalir melalui setiap jalanan kota. Tanggung jawabnya sungguh berat. Akhirnya ia memecahkan kesulitan ini dengan mencabut benang jahitan yang memisahkan kedua belahan dari bendera itu. Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna Dinata benang jahitan antara Bendera Pusaka yang telah dijahit tangan Ibu Fatmawati Soekarno berhasil dipisahkan. Setelah Bendera Pusaka dipisahkan menjadi dua maka masing-masing bagian yaitu merah dan putih dimasukkan pada dasar dua tas milik Bapak Hussein Mutahar, selanjutnya pada kedua tas tersebut dimasukkan seluruh pakaian dan kelengkapan miliknya. Bendera Pusaka ini dipisah menjadi dua karena Bapak Hussein Mutahar mempunyai pemikiran bahwa apabila Bendera Pusaka ini dipisah maka tidak dapat disebut bendera, karena hanya berupa dua carik kain merah dan putih. Hal ini untuk menghindari penyitaan dari pihak Belanda. Terakhir dikibarkan Tahun 1969 Bendera Pusaka terakhir dikibarkan karena sudah terlalu tua, sehingga dibuatlah bendera duplikat untuk tiang 17 m Istana Merdeka dari bahan bendera (wol) yang dijahit 3 potong memanjang kain merah dan 3 potong memanjang kain putih kekuning-kuningan. Bendera merah putih, duplikat bendera pusaka, idealnya terbuat dari sutra alam dan alat tenun asli Indonesia yang warna merah dan putihnya tanpa jahitan dengan warna merah cat celup asli Indonsia. Karena suatu hal, pemikiran tadi tidak dilaksanakan, bendera duplikat terbuat dari katun Inggris tanpa jahitan dengan ukuran 200 x 300 cm. Pembuatan bendera duplikat dibuat oleh Balai Penelitian Textil Bandung dibantu PT Ratna di Ciawi Bogor. Bendera duplikat dibagikan ke setiap Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II serta perwakilan Indonesia di Luar Negeri pada tanggal 5 Agustus 1969. Kemudian bendera pusaka tidak dikibarkan dan hanya dijadikan pendamping bendera duplikat pada saat pengibaran dan penurunan. Mesin Jahit Itu Masih Terawat Baik Rumah masa kecil Bu Fatmawati Soekarno (Bu Fat) di Bengkulu. Berbagai barang pribadi, termasuk mesin jahit Bu Fat yang digunakan menjahit bendera pusaka, masih tersimpan di salah satu ruangan rumah masa kecil Ibu Negara yang pertama. Mesin jahit yang digunakan untuk menjahit sang saka Merah Putih pertama dan kini tersimpan di rumah Fatmawati yang merupakan istri proklamator kemerdekaan RI, Soekarno, kondisinya masih dalam keadaan terawat.

''Mesin jahit ini sangat sederhana hanya digerakkan dengan tangan tidak seperti mesin yang ada sekarang,'' kata pengurus Rumah Fatmawati Bengkulu, Bayu Suwondo, Mesin yang merupakan salah satu peninggalan sejarah kemerdekaan Indonesia itu masih tersimpan dengan baik disalah satu kamar pada rumah itu. Ia mengatakan, biaya untuk perawatan benda-benda bersejarah itu bersumber dari pemerintah Bengkulu. Selain mesin itu, peninggalan sejarah dari rumah istri proklamator berupa foto-foto sejarah masa kecil Fatmawati hingga menikah dengan presiden pertama Republik Indonesia dan lukisan Fatmawati. ''Lukisan ini merupakan lukisan asli dari zaman dulu,'' katanya. Ia mengatakan, barang yang telah mengalami penggantian karena keadaannya yang sudah usang adalah kasur dan bantal yang pernah digunakan Fatmawati. ''Kasur dan bantal ini sudah diganti dengan yang baru karena telah usang tetapi tempat tidurnya tidak,'' ungkapnya.

Fatmawati (ada yang berkata nama aslina Fatimah. Red.) lahir pada tanggal 5 Pebruari 1923, dari suami-isteri Hassan Din dan Siti Chatidjah. Tidak memiliki rumah sendiri (dan selalu menyewa atau, menumpang), Hassan Din bukan orang berada. Kemelaratan ini lebih-lebih lagi melanda ketika Hassan Din harus keluar dari Borsumi dan aktif dalam gerakan Muhammadiyah di Bengkulu.

Pernah, ketika masih duduk di kelas II HIS Muhammadiyah, Fatmawati berjualan ketoprak seusai sekolah. "Inilah jalan yang aku tempuh untuk meringankan beban orangtuaku," tulisnya. Usia 12 tahun, sudah bisa dilepas di warung beras ayahnya. Ketika usianya 15 tahun, Fatmawati bertemu dengan Sukarno. Bahkan seluruh keluarga -ayah, ibu, Fatma dan adik ayahnya -- naik delman mengunjungi rumah Sukarno di Curup. "Masih kuingat, aku mengenakan baju kurung warna merah hati dan tutup kepala voile kuning dibordir." Pendapat Fatmawati tentang Inggit, yang waktu itu jadi isteri Bung Karno: "Inggit mempunyai pembawaan halus, pandai tersenyum dan gemar makan sirih. Berpakaian rapi, tak banyak reka-reka menurut model sebelum generasiku, memakai gelur bono Priangan. Pada penglihatanku, Ibu Inggit seorang yang tidak spontan, gerak-geriknya hatihati. Bercakap pun demikian. Matanya kelihatan seakan-akan suka marah dan kesal. Jika orang tak kuat batin, rasanya susah berdekatan dengan beliau Saat yang paling penting dalam kehidupannya, di saat-saat menjelang proklamasi 17 Agustus 1945, demikian Fatmawati. Ibu Negara ini yang menggunting dan menjahit bendera pusaka yang kini disimpan. Di masa-masa pergolakan ada beberapa catatan penting tentang soal yang bisa saja dianggap remeh-remeh. Misalnya: Kunjungan beliau yang pertama ke luar

negeri adalah ke India. Beliau ketika itu memakai perhiasan pinjaman dari isteri Sekretaris Negara, seorang keturunan bangsawan kraton yang kebetulan punya persediaan. Tentang Yogya - dan Fatma berdiam di gedung yang kini namanya Gedung Negara -- ia menulis: "Satu kali kami menjamu Merle Cochran dengan perabot dan pecah-belah pinjaman dari kiri-kanan dengan protokol perjuangannya." Artinya: protokol yang juga sibuk pinjam taplak meja di rumah lain kalau kebetulan ada tamu negara. Juga protokol yang, tanpa bisa dilihat oleh tamu negara, bersembunyi dan memberi tahukan kepada Bung Karno, kapan dia harus angkat gelas. Istana waktu itu memang bukan Istana yang sekarang. Fatmawati meninggal pada tahun 1980 dan dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta. Ia adalah istri ke-3 dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno. Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. Dari pernikahananya dengan Soekarno ia dikaruniai 5 orang anak.

Anda mungkin juga menyukai