Anda di halaman 1dari 4

Analisa Hasil Pengamatan Perbedaan Inform Consent Pada Contoh Inform Consent Invulnerable, Vulnerable, Special Participants

Pada analisa saya kali ini, saya akan mengambil contoh untuk bagian vulnerable adalah informed consent for children dan untuk bagian special saya mengambil informed consent for student. Kembali kepada definisi partisipan yang dianggap vulnerable, menurut Cynthia Russel dalam NATLO, vulnerable participant who may be incapable of giving informed consent (e.g. mentally retarded people) or may be at high risk of unintended side effects because of their circumstances (e.g. pregnant women). Berarti, vulnerable adalah subyek yang belum bisa memberikan persetujuan tindakan atas dirinya sendiri atau yang dalam kondisi keadaan yang berbahaya. Dari analisa saya, secara umum tidak ada perbedaan yang begitu signifikan mengenai format dalam penulisan informed consent. Perbedaan yang saya lihat hanyalah pada vunerable izin akan diminta kepada pihak yang sangat dekat atau berkaitan dengan subyek yang akan kita jadikan bahan penelitian. Untuk anakanak, subyek partisipan sama sekali tidak memberikan consent, yang memberikan adalah orang tuanya. Dalam memberikan informed consent untuk anak-anak kita juga butuh caracara khusus untuk dapat menjelaskan mengenai penelitian kita dan juga sejauh mana kemampuan anak itu memahami apa yang diminta dari dirinya. Dalam semua kasus, peneliti juga harus menghormati hak-hak subyek dalam prosedur penelitian yang diajukan yang harus sesuai dengan tahapan perkembangan seorang anak. Untuk pihak anak-anak, parental consent sangat dibutuhkan, khususnya untuk anak yang masih berusia dibawah 18 tahun sebab menurut undang-undang manusia dengan umur dibawa 18 tahun belum bisa dianggap sebagai manusia dewasa yang dapat memberikan persetujuan. Namun, apabila sudah mendapatkan parental consent, untuk subyek tertentu misalnya anak usia SD, SMP maupun SMA sebaiknya peneliti juga meminta persetujuan dari anak itu sendiri baik secara lisan maupun tertulis agar tidak ada paksaan bagi anak untuk dijadikan subyek penelitian. Selain itu, dalam penelitian yang melibatkan anak-anak sebaiknya resiko dalam penelitian dalam dibuat sangat minimalis bahkan tidak ada resikonya untuk dapat menjaga keselamatan serta kenyamanan bagi sang anak dalam melakukan penelitian. Perbedaanya dengan orang normal adalah orang normal dapat diminta consentnya secara langsung dan tidak perlu dilakukan permintaan consent kepada orang lain yang berkaitan karena dianggap sudah dapat memberikan persetujuan

serta untuk penelitian orang normal pada umumnya sudah dapat diberikan pertimbangan mengenai resiko yang ada, bahkan resiko yang besar sudah dapat diberikan karena subyek normal dapat mempertimbangkan resiko-resiko yang akan ia hadapi. Selain itu, untuk kasus lainya seperti pada tahanan, sekalipun dapat memberikan informed consent secara langsung untuk ikut terlibat dalam penelitian tetapi dalam meminta informed consent kita harus perlu perhatian terhadap keadaan mereka. Peneliti juga tidak harus memberikan keuntungan secara langsung yang dianggap terlalu untuk dapat mengajak mereka menjadi subyek dalam penelitian. Selain itu, disana perlu adanya penjelasan kepada mereka bahwa penelitian ini tidak ada sangkut pautnya terhadap pembebasan bersyarat ataupun pengobatan. Sedangkan untuk perbandingan dengan pemberian informed consent untuk siswa bukan hanya persetujuan dari siswa itu saja tetapi butuh juga persetujuan dari guru ataupun orang tua apabila diperlukan. Dalam pemberian informed consent, peneliti harus menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami serta ada beberapa pertimbangan lain yang perlu diikutsertakan dalam penelitian yang melibatkan siswa. Beberapa hal tersebut antara lain mengenai tidak ada resiko yang berkaitan dengan hasil study dari siswa tersebut, menjelaskan bahwa penelitian ini tidak akan menggangu belajar dari siswa tersebut serta berbagai pertimbangan lainya. Selanjutnya saya akan membandingkan secara umum mengenai hasil analisa saya terhadap perbedaan secara mendasar mengenai informed consent untuk kelompok invulnerable dan kelompok vulnerable. Perbedaan utama dalam kedua kelompok tersebut saya rasa terletak pada, siapa yang memberikan persetujuan atas informed consent. Perbedaan ini dating terutama pada perbandingan dengan kategori child dan juga degradasi mental disini yang memberikan persetujuan adalah orang tua ataupun pengasuh yang terpercaya untuk memberikan persetujuan atas keterlibatan subjek dalam penelitian ini. Yang kedua adalah untuk kelompok vulnerable sebaiknya penelitian mempunyai resiko yang sangat kecil dan tidak membahayakan kehidupan subjek penelitian atau bisa dibilang sebaiknya tidak ada risiko sama sekali. Untuk bagian ini lebih dikhususkan untuk anak-anak, subjek dengan keterbelakangan mental dan juga ibu hamil karena berbahaya bagi ibu dan anak yang dikandungnya. Di sisi lain untuk subjek yang invulnerable kita dapat memberikan percobaan-percobaan yang bisa dianggap berbahaya karena mereka dianggap memiliki kemampuan lebih apabila terjadi hal-hal yang diinginkan, dengan syarat selama itu tidak menghilangkan nyawa dari subjek penelitian yang kita minta. Yang ketiga adalah mengenai pertimbangan-pertimbangan serta perlunya penjelasan yang baik saat berhadapan dengan kelompok vulnerable. Saat peneliti

ingin mengajak kelompok vulnerable untuk berpartisipasi membutuhkan komunikasi yang berbeda agar informasi yang kita ingin sampaikan dapat sampai kepada subjek tidak hanya sampai disitu saja tetapi diharapkan subjek juga mengerti apa yang ingin kita minta dari mereka. Selain itu terkhusus untuk tahanan atau prisoner disana kita butuh penjelasan mengenai tidak ada kaitanya peneliti ini dengan pemotongan lama hukuman yang ia tempuh atau terkait pembebasan bersyarat, dalam penyampaian permintaan untuk terlibat dalam penelitian kita, kita harus memperhatikan kondisi psikologis dari tahanan tersebut karena emosi tahanan yang susah ditebak serta dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan apabila tidak sesuai dengan keadaan psikologis dari tahanan tersebut. Yang keempat adalah perlunya persetujuan dari banyak pihak dan pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan itu pada kasus special subject. Dari contoh yang saya ambil, yaitu student, berbeda dengan invulnerable yang dapat langsung mengambil persetujuan dari subjek yang kita inginkan, untuk student kita memerlukan persetujuan dari anak itu sendiri, guru atau kepala sekolah dan juga orang tua apabila perlu. Selain itu pertimbangan dari sekolah bahwa jangan sampai penelitian menggangu proses belajar siswa dan juga penjelasan kepada siswa bahwa penelitian ini tidak berpengaruh terhadap hasil akademik dari siswa itu sendiri. Dari hasil analisis yang saya buat dapat saya simpulkan bahwa perbedaan subjek penelitian invulnerable dan vulnerable terletak pada persetujuan yang diminta tidak dapat langsung dan juga melibatkan orang lain, resiko yang ada harus sangat minim bahkan tidak ada serta kita harus memberikan penjelasan serta pertimbangan-pertimbangan yang lebih terkait penelitian kepada subjek vulnerable yang akan kita minta untuk berpartisipasi dalam penelitian kita.

Terlampir Dari Tugas ini : 1. 2. 3. 4. Format informed consent WHO Contoh Informed Consent KNEPK Informed Consent for Children learning about category Informed Consent for Students in the UW-La Crosse Lesson Study Project

Daftar Pustaka

Anymous. 2011. Informed consent in health and social care research. London Format Informed consent KNEPK from URL : http://www.knepk.litbang.depkes.go.id Format Informed Consent dari WHO from URL : www.who.int Informed Consent for Prisoner form URL : www.cmpa-acpm.ca Anymous.2008.Research for pregnant woman and fetuses University of California. California. Contoh Informed Consent. Arsip File Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara

Anda mungkin juga menyukai