Anda di halaman 1dari 9

Perhutani KPH Bojonegoro Berhasil Bekuk Pelaku Pencurian Kayu Jati

Deliknews, Selasa 22 Oktober 2013 Bojonegoro Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro, kembali berhasil menggagalkan aksi pencurian kayu jati. Tak hanya itu saja pelaku yang diketahui bernama Lasiran warga Desa Nglampin, Kecamatan Ngambon, Bojonegoro juga berhasil dibekuk beserta barang bukti 7 batang kayu jati dan dua unit motor. Ya, memang ada penangkapan kemarin. Pelaku berasal dari Desa Nglampin Kecamatan Ngambon dengan barang bukti 7 batang kayu dan 2 unit sepeda motor, ujar Administratur (Adm) Perhutani KPH Bojonegoro, Anggar Widyatmoko, Senin (21/10). Lebih lanjut, ia menegaskan akan melakukan proses hukum terhadap pelaku. Hal itu menurutnya agar bisa menjadi efek jera terhadap pelaku agar tak mengulangi aksinya lagi. Lebih dari itu, tindakan hukum tersebut juga dimaksudkan agar bisa menjadi kaca benggala bagi pelaku pencurian kayu lainnya. Tentu saja akan kita proses secara hukum pelaku tindakan pencurian kayu tersebut. Tidak hanya untuk efek jera bagi si pelaku yang tertangkap saja, tapi agar bisa menjadi contoh bagi pelaku lainnya bahwa tindakan pencurian itu bisa membuat mereka masuk penjara, terangnya. Anggar juga menambahkan, pihaknya akan terus menerus melakukan antisipasi tindakan tanpa pandang bulu terkait pencurian kayu jati yang belakangan ini kembali marak. Ia juga mengingatkan agar masyarakat menyadari bahwa tindakan pencurian kayu di hutan secara serampangan juga bisa berakibat rusaknya ekosistem. Tersangka pencurian kayu jati di lokasi petak 26 sekitar Padangan itu disebut-sebut merupakan pemain lama yang cukup licin. Atas perbuatannya, kini tersangka harus mendekam di dalam jeruji besi tahanan Mapolsek Ngambon. (saiq)

Upaya Penyelundupan Kayu Hitam dari Mapolres Radar Sulbar 20 Sept 2013

Tak Ada Pengecualian MAMUJU Pemkab Mamuju dan forum komunikasi pemerintah daerah (FKPD) sepakat mendorong penuntasan kasus dugaan penyelundupan kayu hitam dari Mapolres Mamuju. Tidak ada pengecualian bagi pelaku, termasuk jika ada oknum polisi yang terlibat di dalamnya, tidak akan dilindungi. Demikian disampaikan Bupati Mamuju Suhardi Duka saat menggelar pertemuan dengan FKPD membahas dugaan penyalahgunaan wewenang tersebut. Pertemuan berlangsung di ruang kerja bupati, Kamis 19 September. Dari hasil pertemuan ini kami sepakat menyatukan persepsi untuk mengusut kasus itu dengan membangun kepercayaan serta saling kontrol. Yang jelas jika ada aparat yang terlibat kami sepakat tidak akan melindungi, kata Suhardi Duka. Hadir dalam pertemuan itu, Kapolres Mamuju, Dandim 1418, Kajari, serta Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Mamuju. Selain itu, lanjut Suhardi, secara khusus Pemkab Mamuju memberi dukungan penuh kepada penyidik untuk melakukan penegakan hukum hingga tuntas. Sekaligus menegaskan bahwa aparat memang bekerja profesional.

Tentunya berdasarkan kewenangan masing-masing, misalnya polisi melakukan penyelidikan, kejaksaan juga melakukan penyelidikan hingga ke pengadilan, dan Dishutbun Mamuju memberikan bantuan teknis. Penting, sebab menurut bupati dua periode itu, eboni adalah kayu yang dilindungi oleh negara serta tidak boleh ditebang apalagi diperdagangkan tanpa ada izin. Dan untuk melakukan itu diperlukan persyaratan berdasarkan Undang-undang yang sangat ketat. Terlebih lagi untuk memindahkan atau melakukan kegiatan ekonomi terhadap kayu itu, terang Suhardi. Saat ditanya upaya penyelundupan kayu hitam termasuk kategori illegal logging. Suhardi Duka dan FKPD belum bisa memberikan jawaban pasti. Yang jelas setiap kayu meskipun legal dan hasil lelang sebelum diangkut harus ada izin yang dilengkapi surat asal-usul dari Dinas Kehutanan, terang Suhardi. Dugaan penyelundupan kayu hitam atau eboni dari Mapolres Mamuju terjadi awal September lalu. Dalam perkara ini, Kapolres Mamuju AKBP Darwis Rincing menjelaskan pihaknya hingga saat ini masih melakukan penyelidikan. Sudah ada beberapa saksi yang telah kami periksa. Kami terus berkoordinasi dengan Pemkab Mamuju, Kejari, Dandim 1418 dan pihak-pihak yang terkait, terang Darwis. Agar proses penyidikan berjalan lancar Polres Mamuju akan membentuk tim terpadu. Tim ini, lanjut Darwis, melakukan pengecekan dan meneliti kayu hitam yang saat ini berada di Kecamatan Kalukku. Sesuai apa yang disampaikan Pak Bupati pekan depan tim ini akan turun di Kecamatan Kalukku untuk proses penyidikan lebih lanjut. Yang jelas sejak saya bertugas di Mamuju tidak memberikan toleransi terhadap illegal logging. Selain itu perlu dipahami tidak ada toleransi kepolisian melakukan illegal logging, jika ada itu adalah oknum, kata Darwis. Dishutbun Tutup Mulut Upaya penyelundupan barang bukti kayu hitam yang sebelumnya adalah hasil sitaan Polres Mamuju berhasil digagalkan jajaran Polisi Kehutanan (Polhut) Mamuju. Terungkap setelah dua unit mobil truk bernomor polisi DD 9232 L dan DD 9547 N melintas di check point Lingkungan Kalubibing Kelurahan Mamunyu. Petugas menemukan dokumen barang angkutan yang tidak sesuai. Informasi yang berkembang, upaya penyelundupan kayu hitam ini disinyalir melibatkan oknum polisi. Selasa 10 September, Kepala Seksi Pengawasan dan Perlindungan Hutan Dishutbun Mamuju Suhardhi S tidak menampik informasi tersebut. Dikatakan, memang ada oknum petugas yang melakukan pengawalan. Hanya saja ia enggan menjelaskan indentitas oknum penegak hukum itu. Kalau yang kami kawal kemarin itu ada oknum memang. Iya, polisi. Untuk lebih jelasnya bisa dikoordinasikan kepada Kapolres, katanya.

Atas kasus ini, Kepala Dishutbun Mamuju Mas Agung menyerahkan sepenuhnya masalah ini kepada piminan tertinggi di Mamuju. Termasuk kepada aparat yang kini dikabarkan melakukan proses penyelidikan (sol)

BBPKP Gagalkan Penyelundupan Satwa Langka


KORAN SINDO, Rabu 23 Oktober 2013

SURABAYA Penyelundupan satwa langka masih saja terjadi. Kali ini melalui barang bawaan penumpang kapal yang bertolak dari Makassar. Hewan yang diselundupkan adalah wallaby (kanguru tanah), dua ekor kakaktua raja (Probosciger Aterrimus), tiga ekor kakaktua jambul kuning, cendrawasih, tanduk rusa dan puluhan burung nuri. Upaya penyelundupan satwa dilindungi tersebut terbongkar setelah Balai Besar Karantina Pertanian (BBPKP) Surabaya memeriksa barang bawaan penumpang KM Roro asal Makasar. Di dalam kapal barang itulah puluhan satwa langka ditemukan. Beberapa di antaran y a dalam kondisi hidup, sementara yang lain dalam bentuk sudah diawetkan. Di antaranya cendrawasih dan tanduk rusa. Sayang, dalam penangkapan ini petugas tidak menemukan pemiliknya. Diduga puluhan satwa tersebut sengaja dijarah dari sejumlah hutan di kawasan Papua, dan selanjutnya dijual kepada para kolektor. Kepala Bidang Pengawasan dan Penindakan BBPKP Surabaya drh Nur Hartono mengatakan, seluruh satwa langka tersebuttelahdisitadandiserahkanke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Jawa Timur. Satwa-satwa ini sengaja kami sita karena tidak dilengkapi dokumen resmi karantina. Selain itu, semua jenis satwa ini juga dilindungi, katanya. Karena itu, menurut Nur, solusi untuk satwa tersebut adalah dilakukan konservasi. Nah, BBKSDA memiliki wewenang untuk tugas konservasi ini. Terserah mereka, apakah dikembalikan ke habitatnya atau disimpan untuk kepentingan penelitian, tuturnya. Tugas karantina hanya mengawasi dan mencegah kemungkinan masuk dan tersebarnya hama penyakit hewan karantina. Karena itu, setiap satwa yang ke luar maupun masuk wilayah tertentu harus dilengkapi sertifikat kesehatan, untuk memastikan bebas tidaknya penyakit, ungkap Nur. Persyaratan ini pula yang tidak ada pada puluhan satwa yang diselundupkan itu. Bahkan, saat diamankan, petugas juga tidak menemukan pemiliknya. Mungkin mereka tahu ada pemeriksaan,

sehinggamerekamelarikan diri, ucap pria kurus ini. Nur menjelaskan, kasus penyelundupan satwa langka kemarin bukanlah yang pertama. Beberapa waktu lalu, aneka satwa langka lainnya juga tertangkap petugas saat transit di Pelabuhan Tanjung Perak. Hampir setiap tahun penyelun-dupan ini terjadi. Karena itu, kami terus meningkatkan pengawasan, tandasnya. Sementara Koordinator Wilayah Tanjung Perak Surabaya BBKSDA Provinsi Jatim Diki Djati Widianto menambahkan, pihaknya akan meneliti perilaku satwa hasil tangkapan Balai Karantina tersebut. Bila memang perlu dikembalikan ke habitatnya, akan dilepas. Tetapi bila tidak, akan dikoleksi untuk kepentingan penelitian. Populasi satwa jenis ini sebagian besar berada di hutan Papua. Nah, kalau terus-terusan dijarah, tentu akan punah, ujar Diki. Untuk diketahui, saat ini spesies kakaktua raja, kakaktua jambul kuning, kanguru tanah, dan burung nuri di Indonesia kian menipis. Ini terjadi karena kerusakan habitat asli mereka, serta aksi perburuan liar untuk diperdagangkan. ihya ulumuddin

Bedah masalah perambahan hutan

Pembangunan Kehutanan sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan rangkaian usaha nyata dan terencana untuk memberikan manfaat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Dengan dijiwai Pasal 33 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Dasar 1945, hutan sebagai salah satu kekayaan alam dengan keanekaragaman isinya yang menguasai hajat hidup orang banyak, harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Indonesia sebagai salah satu negara mega biodiversity, diperkirakan mempunyai kawasan hutan seluas 143 juta hektar. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 760/Kpts/Um/10/1982 tanggal 12 Oktober 1982, luas kawasan hutan di Propinsi Sulawesi Selatan adalah 3.351.789 hektar atau 2,34 % dari luas kawasan hutan di Indonesia. Setelah mengalami perubahan, sampai dengan tahun 1994, luas hutan di Propinsi Sulawesi Selatan mencapai 3.569.308,5 hektar atau 54% dari luas seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Semua sumber daya alam hutan yang ada di Propinsi Sulawesi Selatan tersebut perlu dikelola dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dengan tetap memelihara kelestariannya sehingga

dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, baik bagi generasi kini maupun generasi yang akan datang. Dalam konteks sesuai potensi serta aturan yang ada, maka kekayaan hutan khususnya yang berada di Indonesia perlu tindakan nyata dalam mengurangi kerusakan yang mengakibatkan degradasi ekosistem hutan itu sendiri yang selanjutnya dapat mengakibatkan bencana bagi masyarakat seperti bencana longsor, banjir, berkurangnya debit air. Permasalahan dalam menangani kawasan hutan khususnya pada kawasan konservasi di Propinsi Sulawesi Selatan, sebenarnya merupakan masalah klise yang ditemui hampir di semua kawasan yang ada di Indonesia, Salah satu permasalahn dimaksud adalah masalah perambahan hutan. Menyangkut masalah perambahan, hampir semua kawasan hutan telah terambah, untuk itu perlu upaya penanggulangannya serta pemilahan dalam penanganan. Perambahan ini terjadi karena ada potensi, peluang dan kesempatan menguntungkan bagi pelaku/ oknum pada sisi areal/ lokasi yang kurang diawasi oleh petugas lapangan. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan serta pendataan secara umum yang pernah dilakukan oleh petugas lapangan, terjadinya perambahan dan keberanian pelaku/oknum disebabkan alasan berikut :
1. Penerbitan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terhadap lokasi/ areal yang dikelolanya. 2. Seritifikat kepemilikan lahan walaupun itu berada dalam kawasan hutan. 3. Kebijakan Pemerintah Daerah yang merencanakan akan mengalihkan fungsi menjadi areal penggunaan lain. 4. Masyarakat yang mengolah lahan yang merasa telah lama melakukan pembukaan lahan dan telah turun menurun berada di dalam kawasan hutan.

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh petugas lapangan secara umum tersebut, merupakan salah satu bahan masukan bagi pemangku kebijakan dalam menentukan keputusan serta untuk mencari solusi pemecahannya. Untuk menjaga dan mengurangi kerusakan hutan konservasi khususnya menyangkut masalah perambahan ditersebut diatas, hasil pendataan ini dirapatkan dan disimpulkan. Adapun solusi pemecahannya sebagai berikut :
1. Menghimbau kepada Pemerintah Daerah untuk tidak menerbitkan SPPT baru atau menolak penerbitannya untuk PBB yang berada dalam kawasan hutan. 2. Apabila sudah terbit PBB yang berada dalam kawasan hutan sebaiknya diberikan jangka waktu untuk tidak melanjutkan pengolahan lahan yang berada dalam kawasan hutan. 3. Melakukan pendataan secara akurat bila sudah terbitnya sertifikat kepemilikan tanah yang dikeluarkan oleh BPN berada masuk di dalam kawasan hutan. 4. Melakukan kerjasama yang solid dan koordinasi antara pemangku wilayah kawasan hutan dengan aparat instansi terkait dan Pemerintah Daerah. 5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas petugas polhut untuk dapat menjalankan tugas dengan baik serta menjadi panutan bagi masyarakat sekitar. 6. Penyampaian sosialisasi batas-batas jelas kawasan hutan dilapangan kepada masyarakat sekitar.
Mahdi, S.Hut (PEH Balai Besar KSDA Sulsel)

Nelson Sentil Pembukaan Lahan Baru di Hutan Lindung Atoga


Minggu, 29 September 2013 11:55 WITA

TRIBUNMANADO.CO.ID, TUTUYAN - Ketua Karang Taruna Modayang, Nelson Ochotan, menyoroti maraknya pembalakkan liar di kawasan hutan lindung Atoga.

"Kalau dicermati hutan lindung Atoga sudah kritis," ujar Nelson," Sabtu (28/9/2013). Nelson menilai instasi terkait tidak mampu mencegah pembalakan hutan tersebut. Katanya, ada begitu banyak hasil hutan yang dibawa ke luar Boltim dan tidak mampu dihentikan oleh Dinas Kehuatanan dan Perkebunan, Bolaang Mongondow Timur (Boltim). Lanjut Nelson, pembalakan hutan bukan hanya dilakukan oleh para pencuri kayu ilegal, namun oleh masyarakat sekitar. "Pembukaan lahan baru terus-menerus turut memberikan andil habisnya wilayah hutan lindung," tutur Nelson. Dia berharap pemerintah memberikan pemahaman terhadap masyarakat kawasan hutan lindung agar pengrusakan hutan tidak terus terjadi. "Tidak masalah kalau mereka membuka lahan baru, tapi harus ditanami. Sebab saya lihat ada lahan yang hanya dibiarkan begitu saja," ungkap Nelson. Nelson juga menyayangkan pos-pos polisi kehutanan di sejumlah titik setiap harinya kosong dan tidak diberdayakan. "Pos kehutanan di Kotabongon, Moaat dan Motongkat tidak pernah dijaga. Justru saya lihat patroli kehutanan setiap hari berkeliaran di Ibukota Kabupaten," tutur Dia. Sekretaris Dishutbun Boltim, Arter Papansa saat dikonfirmasi mengatakan. Pihaknya terus bekerja dalam menjaga kelestarian hutan. "Dalam rangka menjaga kelestarian hutan lindung dari ancaman penebangan liar, kebakaran hutan, dan sebagainya yang berpotensi rusaknya hutan, kami sudah memaksimalkan fungsi polisi kehutanan," jelasnya.

Arter menambahkan, polisi kehutanan diperintahkan untuk bertugas di setiap pos yang tersebar di beberapa tempat yang dianggap rawan terjadi kerusakan hutan. Beberapa pos yang dimaksimalkan penjagaannya yakni pos Pertigaan Atoga, Tobongon, Motongkad dan Buyat. "Untuk jalur Atoga-Mooat menjadi target operasi karena sering terjadi kegiatan penebangan liar oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Menjaga kelestarian hutan adalah tanggung jawab kita bersama,"terangnya. (ald)

Anda mungkin juga menyukai