Anda di halaman 1dari 2

Fakta di Balik Penyelundupan Penyu di Bali, Masih Pemain Lama & Ada 3 Jalur Perdagangan Ilegal Ini

Kasus penyelundupan penyu hijau di Bali masih kerap terjadi.


Dari data Badan Pengelola Sumber Daya Pesisir dan Laut (BSPL) Denpasar, ada beberapa tempat yang digunakan
sebagai jalur perdagangan penyu secara ilegal di Bali.
Pertama, jalur Bali Utara di Bon Dalem Buleleng, dan Karangasem.

Kedua di Bali Selatan, yaitu di Serangan.


Ketiga di Bali Barat, tepatnya melalui Pelabuhan Gilimanuk, dengan daging yang sudah dipotong.
Sedangkan, berdasarkan data BKSDA Bali, perdagangan penyu ilegal di Bali berasal dari Madura.
Penyu-penyu itu dibawa menuju Bali dengan kapal nelayan dan turun di Karangasem, Jembrana serta Buleleng.
Setelah tiba di Bali, penyu dibawa ke daerah Badung dan Denpasar melalui jalur darat dengan menggunakan truk.
“Tren saat ini masuk ke Bali sudah dalam bentuk daging yang dipotong-potong,” kata Kepala Seksi Konservasi
Wilayah II Gianyar, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, Sulistyo Widodo.
Ketewel, Gianyar, adalah desa yang paling dikenal menjual masakan olahan daging penyu di Bali.

Hampir setiap tahun, kasus-kasus terkait perdagangan daging penyu yang ditangani oleh aparat kepolisian ada di
seputaran Jalan By Pass Ida Bagus Mantra, Ketewel.
Tahun 2017 misalnya, terhadap sebuah rumah makan di Jalan By Pass Ida Bagus Mantra sempat dilakukan
penggerebekan oleh aparat kepolisian dan ditemukan tiga ekor penyu dengan kondisi sudah terpotong.

Selain itu, kepolisian bersama BSPL juga sempat melakukan penggerebekan di sebuah rumah makan di Jalan Wisnu
Murti, Ketewel, Gianyar.

Berdasarkan data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, jumlah kasus
penyelundupan penyu di Bali tahun 2019 sebanyak 6 kasus.
Pertama, kasus yang ditangani oleh Polres Buleleng dengan barang bukti penyu sebanyak 7 ekor.
Kedua, kasus yang ditangani Polres Karangasem dengan barang bukti berupa daging penyu; ketiga kasus yang
ditangani Polair Polda Bali dengan barang bukti daging penyu;
keempat Polres Gianyar dengan barang bukti 18 ekor penyu;
kelima kasus yang ditangani oleh Diskrimsus Polda Bali dengan barang bukti daging penyu, dan kasus terakhir ialah
kasus mobil tabrakan yang mengangkut 18 ekor penyu di Sunset Road, Kuta.
Hingga kini belum jelas bagaimana keterlanjutan kasus-kasus tersebut.
Sebab, para penjual makanan olahan daging penyu masih saja ditemukan di lokasi yang sempat digerebek.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Gianyar, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, Sulistyo
Widodo, menjelaskan jika dilihat dari sejarahnya, memang perburuan hewan penyu di Bali sangat tinggi.
Salah-satu faktor penyebabnya, menurut dia, karena masyarakat belum paham bahwa penyu adalah hewan yang
dilindungi.
Itu sebabnya, kata Sulistyo, upaya yang terus harus dilakukan adalah menyosialisasikan dan memberikan
pemahaman kepada masyarakat agar tidak mengeksploitasi penyu.
“Dan upaya kami selama ini sudah cukup berhasil. Setidaknya masyarakat mulai memahami dan tahu
bahwa penyu itu dilindungi,” kata Sulistyo.
Upaya yang dilakukan BKSDA selama ini misalnya melakukan sosialisasi, penyuluhan kepada masyarakat,
kemudian pembinaan kepada masyarakat kelompok nelayan.
Selain itu, BKSDA juga melakukan pembinaan ke kelompok-kelompok pelestari penyu.
“Di pantai-pantai itu. Ada pantai Saba dan lain-lain. Jadi setiap ada penyu bertelur, mereka pindahkan ke tempat
yang lebih aman. Sekarang sudah ada beberapa kelompok yang memindahkan telur,” katanya.
Selain upaya sosialisasi, BKSDA juga melakukan upaya preventif untuk mengantisipasi baik perburuan maupun
penyelundupan satwa dilindungi dari luar Bali. Caranya adalah dengan patroli.
“Kemudian kita juga ada penjagaan di pelabuhan-pelabuhan, Untuk wilayah timur di Padangbai ada petugas, dan di
barat di Gilimanuk juga ada,” ujar Sulistyo.
Dalam menangani kasus, BKSDA biasanya berkoordinasi dengan penyidik, baik dari Direktorat Reskrimsus
Polda Bali maupun polres setempat.

Sulistyo menyebut, beberapa kasus sudah ditangani di Polres Gianyar, Polres Karangasem, kemudian Polres
Jembrana dan Polres Buleleng.
“Ada beberapa yang terungkap pelakunya. Misalnya ditangkap tangan, kemudian diproses hukum,” ujarnya.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Bali, Kombespol Hengky Wijaya belum berkomentar banyak terkait masih
maraknya kasus perdagangan penyu secara ilegal di Bali.
Ia menyarankan Tribun Bali untuk mengkonfirmasi langsung ke Direktorat Reskrimsus Polda Bali.
Sedangkan saat dihubungi melalui pesan singkat dan telepon, pihak Reskrimsus Polda Bali belum merespons.
Pun begitu dengan Polsek Kuta yang menangani kasus pikap pengangkut penyu yang kecelakaan di Sunset Road,
belum memberi respon ketika dihubungi melalui pesan Whatsapp dan telepon.(*

Anda mungkin juga menyukai