Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324684763

II-56 IDENTIFIKASI STATUS KONSERVASI HIU TANGKAPAN SAMPING DI


PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PULAU BANGKA DAN BELITUNG

Conference Paper · January 2015

CITATIONS READS

2 1,068

4 authors, including:

Ardiansyah Kurniawan
Bangka Belitung University
62 PUBLICATIONS   43 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Biologi dan Etnobiologi Ikan CempedikEndemik Pulau Belitung View project

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PENDEGRADASI SELULOSA ASAL EKOSISTEM MANGROVE TUKAK SADAI, BANGKA SELATAN View project

All content following this page was uploaded by Ardiansyah Kurniawan on 22 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


II - 56

IDENTIFIKASI STATUS KONSERVASI HIU TANGKAPAN SAMPING


DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PULAU BANGKA DAN BELITUNG

Ardiansyah Kurniawan1*, Muhammad Fajar2, Ilhafuroihan Apriliazmi2, Aditya Nugraha2

1) Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung
2) Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan, Universitas Bangka Belitung

Gedung Daya, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi


Kampus Terpadu Balunijuk, Kec. Merawang, Kab. Bangka, Prop. Kep. Bangka Belitung
* ardian_turen@yahoo.co.id / 081995442923

ABSTRAK

Ikan hiu menjadi hasil tangkapan samping nelayan di pulau Bangka dan Belitung dari jenis
ikan tangkapan utama ikan tembang, tengiri, teri, kurisi, tongkol komo dan ekor kuning dengan
alat tangkap jaring insang dan pancing. Sementara IUCN telah merilis daftar merah untuk
menentukan status konservasi ikan hiu sebagai upaya mencegah kepunahan. Tidak adanya
data ikan hiu di Bangka Belitung menjadikan pentingnya dilakukan identifikasi status
konservasi pada jenis-jenis ikan hiu hasil tangkapan samping di pulau Bangka dan Belitung.
Maka penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi jenis ikan hiu hasil tangkapan
samping dan status konservasinya di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pulau Bangka dan
Belitung. Pendataan jenis ikan hiu tangkapan samping dilaksanakan selama 90 hari pada
bulan Juni- Agustus 2014 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat, dan Pelabuhan
Perikanan Nusantara Tanjung Pandan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi dan wawancara. Observasi data primer berupa jenis dan ukuran ikan hiu pada
pelaku usaha perikanan yang berkaitan dengan ikan hiu di tempat pendaratan ikan, di atas
kapal nelayan, pengumpul ikan dan perusahaan penangkapan ikan. Wawancara dilakukan
dengan responden yang melakukan usaha perikanan hiu, baik penangkapan maupun
penanganan. Analisa status konservasinya dan tingkat kedewasaan ikan hiu dilakukan secara
deskriptif dalam bentuk gambar, tabel dan grafik didasarkan pada data IUCN Redlist.. Jenis -
jenis ikan hiu yang teridentifikasi didaratkan sebagai hasil tangkapan samping perikanan di
pulau Bangka dan Belitung serta status konservasinya adalah Hiu Kemejan (Rhynchobatus
austreliae), Hiu Barong (Rhina ancylostoma), Hiu Martil (Sphyrna zygaena), Hiu Tokek
(Atelomycterus Baliensis) dan Hiu Belimbing (Stegostoma fasciatum) berstatus Rawan Punah
(VU), Hiu Isap (Chiloscyllium punctatum), Hiu Cicak (Chiloscyllium plagiosum) dan Hiu Umbut
(Carcharhinus dussumieri) memiliki status hampir terancam punah (NT). Berdasarkan
panjang total, teridentifikasi 41,5% Chiloscyllium punctatum, 23,1% Chiloscyllium plagiosum
51,2% Carcharhinus dussumieri, 64,8% Rhynchobatus austreliae, 28,5% Atelomycterus
Baliensis, 100% Sphyrna zygaena, 100% Stegostoma fasciatum dan 77,7% Rhina
ancylostoma yang tertangkap belum mencapai ukuran dewasa. Minimnya pemahaman pelaku
usaha perikanan pada status konservasi ikan hiu memerlukan sosialisasi dan kebijakan hingga
tingkat daerah. untuk menekan penangkapan ikan hiu yang terancam punah dan belum
mencapai ukuran dewasa.

Kata Kunci : Tangkapan Samping, Ikan Hiu, Status Konservasi, Bangka Belitung.

I. PENDAHULUAN

Pulau Bangka dan pulau Belitung sebagai pulau besar di propinsi Kepulauan Bangka Belitung
memiliki potensi perikanan tangkap yang cukup besar. Panjangnya daerah pesisir di propinsi
ini menjadikan banyaknya tempat pendaratan ikan baik berupa pelabuhan maupun tangkahan
di kedua pulau tersebut. Namun untuk pelabuhan besar yang dikelola pemerintah pusat yaitu
pelabuhan perikanan nusantara, masing-masing dari kedua pulau tersebut memiliki satu
pelabuhan perikanan nusantara (PPN) yaitu PPN Sungailiat untuk pulau Bangka dan PPN
Tanjung Pandan untuk pulau Belitung.
II - 57

Armada kapal yang digunakan nelayan di PPN Sungailiat adalah kapal motor dengan ukuran
panjang kapal berkisar antara 13-18 m dengan lebar berkisar antara 3-5 m dan menggunakan
alat tangkap berupa jarring nilon. Nelayan yang mendaratkan hasil tangkapan di PPN
Sungailiat ini umumnya melaut selama 1 hingga 7 hari (Fajar. M, 2014). Sementara untuk
nelayan di PPN Tanjung Pandan rata-rata menggunakan Kapal Motor dengan menggunakan
mesin berkecepatan 24 – 30 PK dan berat 3 – 10 GT dengan alat tangkap yang biasa
digunakan berupa jaring insang yang berbahan Pollyetilen dan pancing berbahan nilon
(Apriliazmi. I, 2014).
Ikan tenggiri, ikan ekor kuning, ikan tongkol, dan berbagai jenis komoditi yang menguntungkan
lainnya menjadi ikan tangkapan utama. Berdasarkan statistik kementerian perikanan dan
kelautan, tangkapan ikan di propinsi kepulauan Bangka Belitung dengan volume diatas 5000
ton per tahunadalah ikan tembang, ikan tengiri, ikan teri, ikan kurisi, ikan tongkol komo, ikan
kembung dan ikan ekor kuning. Selain ikan tangkapan utama, nelayan di pulau Bangka dan
Belitung juga memperoleh tangkapan samping berupa ikan hiu. Berbagai jenis ikan hiu ikut
didaratkan di kedua pelabuhan tersebut.
Indonesia memiliki 117 jenis hiu dari jenis hiu yang ada di dunia dan Indonesia menjadi
produsen hiu terbesar di dunia ( Sadili, 2013). Dari jumlah spesies yang besar tersebut, saat
ini hanya empat spesies yang dilindungi berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan No.18/KEPMEN-KP/2013 karena dinilai hampir punah yaitu Pari manta (Manta
birostris dan Manta alfredi), hiu martil / Hammerhead (Sphyrna leweni, S. mokarran dan S.
zygaena), dan hiu koboy/ Oceanic whitetip (Carcharhinus longimanus). Satu spesies lain yang
sudah berstatus dilindungi adalah hiu gergaji. Selain empat spesies tersebut, spesies-spesies
lain yang termasuk dalam ikan hiu telah dievaluasi dan ditetapkan dalam appendiks CITES
untuk menentukan status punah (EX), punah di alam (EW), sangat terancam punah (CR),
teramcam punah (EN), rawan punah (VU), hampir terancam punah (NT) dan beresiko rendah
terancam punah (LC).
Jenis-jenis ikan hiu yang didaratkan di pulau Bangka dan pulau Belitung belum diketahui data
spesiesnya sehingga tidak dapat diketahui status konservasinya. Maka dari itu diperlukan
kajian yang dapat memberikan data mengenai jenis dan ukuran ikan hiu yang didaratkan di
pulau Bangka dan Belitung sehingga dapat diketahui status evaluasi dan tingkat kedewasaan
ikan hiu yang tertangkap dan dapat ditindaklanjuti dengan rancangan tindakan dan penentuan
peraturan (regulasi) yang akan dilakukan ke depan untuk keberlanjutan sumberdaya ikan hiu
di Bangka Belitung.
Diharapkan penelitian ini mampu mencapai tujuannya yaitu menganalisis status konservasi
ikan hiu yang didaratkan di pulau Bangka dan Belitung serta menganalisis tingkat kedewasaan
ikan hiu yang didaratkan di pulau Bangka dan Belitung.

II. METODOLOGI

Penelitian Identifikasi Status Konservasi Hiu Tangkapan Samping di Pelabuhan Perikanan


Nusantara Pulau Bangka dan Belitung dilakukan selama 90 hari pada bulan Juni – Agustus
tahun 2014 di dua pelabuhan perikanan nusantara yaitu PPN Sungailiat di pulau Bangka, dan
PPN Tanjung Pandan di pulau Belitung.
Tahapan penelitian diawali dengan pengambilan data primer berupa jenis dan ukuran ikan hiu
pada pelaku usaha perikanan yang berkaitan dengan ikan hiu di tempat pendaratan ikan, di
atas kapal nelayan, pengumpul ikan dan perusahaan penangkapan ikan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Wawancara dilakukan
dengan responden yang melakukan usaha perikanan hiu, baik penangkapan maupun
penanganan. Berdasarkan data ikan hiu dilakukan identifikasi jenis ikan hiu. Selanjutnya
dianalisa status konservasinya berdasarkan data IUCN Redlist. Data ukuran hiu
dikelompokkan dan dianalisa tingkat kedewasaan ikan hiu. Analisis data dilakukan secara
deskriptif dalam bentuk gambar, tabel dan grafik.
II - 58

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Jenis Ikan Hiu


Jenis-jenis ikan hiu yang teridentifikasi didaratkan di pelabuhan provinsi Kepulauan Bangka
Belitung teridentifikasi sebanyak 9 jenis sebagaimana pada Tabel 1 dan Gambar 1. Jumlah
ikan hiu teridentifikasi berdasarkan jenisnya terdapat pada Gambar 2.

Tabel 1. Jenis ikan hiu teridentifikasi di pulau Bangka dan Belitung


No Nama Lokal Nama Dagang Nama Latin Lokasi
1 Hiu Mejan Whitespotted Guitarfish Rhynchobatus australiae 1,2
2 Hiu Isap Brownbanded Bambooshark Chiloseyllium punctatum 1,2
3 Hiu Cicak Whitespotted Bambooshark Chiloscyllium plagiosum 1
4 Hiu Umbut Whitecheek Shark Carcharhinus dussumieri 1,2
5 Hiu Barong Shark Ray Rhina ancylostoma 1,2
6 Hiu Martil Smooth Hammerhead Sphyrna zygaena 1,2
7 Hiu Tokek Bali Catshark Atelomycterus Baliensis 2
8 Hiu Belimbing Zebra Shark Stegostoma fasciatum 2
Keterangan lokasi 1) PPN Sungailiat, 2).PPN Tanjung Pandan

Sphyrna Zygaena Rhynchobatus australiae

Chiloscyllium punctatum Chiloscyllium plagiosum

Carcharhinus dussumieri Stegostoma fasciatum

Atelomycterus baliensis Rhina ancylostoma

Gambar 1. Jenis Ikan Hiu Teridentifikasi di Pulau Bangka dan Belitung


II - 59

34
35
30
20 23 20
Jumlah (ekor)
25 23
20 17
15
10 7
8 13
5
0 2 2
1 1

PPN Tanjung Pandan PPN Sungailiat2

Gambar 2. Jumlah ikan hiu teridentifikasi setiap jenis di pulau Bangka dan Belitung
pada bulan Juni-Agustus 2014

Status Konservasi Berdasarkan Jenis Ikan Hiu


Berdasarkan IUCN Redlist (daftar merah International Union for Conservation of Nature and
Natural Resources) spesies ikan hiu telah dievaluasi dan telah ditetapkan status
konservasinya. Perbandingan data jenis ikan hiu yang teridentifikasi didaratkan di PPN
Sungailiat dan PPN Tanjung Pandan terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Status Konservasi Ikan Hiu berdasarkan IUCN Redlist

No Jenis Ikan Hiu Status IUCN REdlist


1 Rhynchobatus austreliae Rawan Punah (Vulnerable)
2 Rhina ancylostoma Rawan Punah (Vulnerable)
3 Sphyrna zygaena Rawan Punah (Vulnerable)
4 Atelomycterus Baliensis Rawan Punah (Vulnerable)
5 Stegostoma fasciatum Rawan Punah (Vulnerable)
6 Chiloscyllium punctatum Hampir terancam punah (Near Threatened)
7 Chiloscyllium plagiosum Hampir terancam punah (Near Threatened)
8 Carcharhinus dussumieri Hampir terancam punah (Near Threatened)

Distribusi Panjang Ikan Hiu


Panjang ikan hiu dapat memberikan gambaran tingkat kedewasaan ikan hiu yang tertangkap
oleh nelayan. Ikan hiu mencapai tingkat dewasa pada ukuran panjang tubuh berbeda pada
setiap jenis. Menurut White et al (2006) ukuran dewasa Chiloscyllium Punctatum pada ukuran
67 – 70 cm, Chiloscyllium plagiosum pada ukuran 50 – 64 cm, Carcharhinus Dussumieri pada
ukuran 75 cm, Rhynchobatus austreliae pada ukuran 110 - 130 cm, Atelomycterus Baliensis
pada ukuran 45 cm, Sphyrna zygaena pada ukuran 250 cm, Stegostoma fasciatum pada
ukuran 170 cm dan Rhina Ancylostoma pada ukuran 157 - 178 cm. Sedangkan panjang ikan
hiu teridentifikasi di pulau Bangka dan Belitung terdapat pada tabel 3 dan Gambar 3.
II - 60

Tabel 3. Panjang ikan hiu teridentifikasi di pulau Bangka dan Belitung


Panjang Total (cm)
No Jenis Hiu
Terendah Terpanjang
1 Sphyrna Zygaena 60 70
2 Chiloscyllium Punctatum 35 80
3 Rhynchobatus austreliae 55 130
4 Chiloscyllium plagiosum 46 57
5 Rhina Ancylostoma 90 200
6 Carcharhinus Dussumieri 40 60
7 Atelomycterus Baliensis 19 60
8 Stegostoma fasciatum 110 110

16
10-25 cm
14 30-45 cm
12 46-60 cm
10 61-75 cm

8 76 - 90 cm
91-105 cm
6
110-130 cm
4
130-200 cm
2
> 200 cm
0

Gambar 3. Distribusi panjang ikan hiu teridentifikasi di pulau Bangka dan Belitung

Berdasarkan panjang totaljenis ikan hiu yang teridentifikasi dan dibandingkan ukuran dewasa
ikan hiu menurut White et al (2006), maka diperoleh hasil bahwa 41,5% Chiloscyllium
punctatum, 23,1% Chiloscyllium plagiosum 51,2% Carcharhinus dussumieri, 64,8%
Rhynchobatus austreliae, 28,5% Atelomycterus Baliensis, 100% Sphyrna zygaena, 100%
Stegostoma fasciatum dan 77,7% Rhina ancylostoma yang tertangkap belum mencapai
ukuran dewasa.
Banyaknya ukuran ikan hiu yang berada dibawah ukuran dewasa juga dapat mengindikasikan
semakin sedikit ikan hiu yang berukuran dewasa di alam. Penangkapan ikan hiu belum
mencapai dewasa berpotensi mempercepat kepunahan ikan hiu di alam. Percepatan
kepunahan dengan berkurangnya ikan hiu yang berkembang hingga dewasa memperkuat
perlunya konservasi ikan hiu dengan kondisi ikan hiu mempunyai daur reproduksi yang
panjang serta waktu pengeraman yang lama juga (Compagno, 1984; Last and Stevens, 1994;
FAO, 2000 dalam Imam Musthofa, 2011). Proses pengeraman untuk hiu berukuran kecil
mencapai tiga hingga empat bulan sedangkan untuk hiu berukuran besar bisa mencapai dua
tahun atau lebih. Disamping hal tersebut, hiu mempunyai tingkat fekunditas (fecundity rate)
yang rendah. Jumlah embrio yang dilahirkan oleh hiu betina sangat bervariasi dari dua ekor
(sand tiger shark) hingga beberapa ratus ekor (whale shark) (Last dan Stevens, 1994 dalam
Imam Musthofa, 2011).
II - 61

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Serang


bersama Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau–
Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan yang membantu dana penelitian, Mitra
Bahari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai mitra pelaksanaan penelitian dan World
Wide Fund for Nature (WWF) yang membantu publikasi hasil penelitian.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Identifikasi Status Konservasi Hiu Tangkapan Samping di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pulau Bangka dan Belitung memperoleh hasil sebagai berikut :
1) Jenis - jenis ikan hiu yang teridentifikasi didaratkan sebagai hasil tangkapan samping
perikanan di pulau Bangka dan Belitung serta status konservasinya adalah Hiu Kemejan
(Rhynchobatus austreliae), Hiu Barong (Rhina ancylostoma), Hiu Martil (Sphyrna
zygaena), Hiu Tokek (Atelomycterus Baliensis) dan Hiu Belimbing (Stegostoma fasciatum)
berstatus Rawan Punah (VU), Hiu Isap (Chiloscyllium punctatum), Hiu Cicak
(Chiloscyllium plagiosum) dan Hiu Umbut (Carcharhinus dussumieri) memiliki status
hampir terancam punah (NT).
2) Berdasarkan panjang total, teridentifikasi 41,5% Chiloscyllium punctatum, 23,1%
Chiloscyllium plagiosum 51,2% Carcharhinus dussumieri, 64,8% Rhynchobatus austreliae,
28,5% Atelomycterus Baliensis, 100% Sphyrna zygaena, 100% Stegostoma fasciatum dan
77,7% Rhina ancylostoma yang tertangkap belum mencapai ukuran dewasa.

SARAN
Berdasarkan hasil Identifikasi Status Konservasi Hiu Tangkapan Samping di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pulau Bangka dan Belitung, maka disarankan sebagai berikut :
1. Perlu disusun kebijakan baik tingkat nasional maupun daerah untuk menekan
penangkapan ikan hiu yang terancam punah dan belum mencapai ukuran dewasa.
2. Diperlukan observasi lanjutan yang dilakukan pada bulan Januari – Mei, karena pada
bulan-bulan tersebut produksi ikan hiu lebih besar.
3. Dilakukan sosialisasi dan publikasi lebih meluas sehingga informasi status konservasi ikan
hiu dapat dipahami masyarakat khususnya pelaku usaha perikanan tangkap.

DAFTAR PUSTAKA

Apriliazmi I, A. Nugraha dan A. Kurniawan, 2014. Pengelolaan Perikanan Hiu Di Tanjung


Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Seminar Nasional
Perikanan Kelautan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 05 November 2014.
Ayotte, L. 2005. Sharks-Educator’s Guide. 3D Entertaintment ltd. And United Nations
Environtment Program
Fajar. M, A. Kurniawan dan D. Parluhutan, 2014. Pengelolaan Perikanan Hiu Di Kabupaten
Bangka, Kepulauan Bangka Belitung. Seminar Nasional Perikanan Kelautan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 05 November 2014.
Imam Musthofa, 2011. Pengelolaan Ikan Hiu Berbasis ekosistem di Indonesia. FMIPA
Universitas Indonesia.
IUCN, 2003. Chiloscyllium punctatum (Brownbanded Bamboo Shark, Brown-spotted
Catshark, Grey Carpet Shark, Spotted Catshark) Diakses dari
http://www.iucnredlist.org pada 30 November 2014.
IUCN, 2003. Rhynchobatus australiae (White-spotted Guitarfish, White-spotted Wedgefish)
Diakses dari http://www.iucnredlist.org pada 30 November 2014.
IUCN, 2003. Rhina ancylostoma (Bowmouth Guitarfish, Mud Skate, Shark Ray) Diakses dari
http://www.iucnredlist.org pada 30 November 2014.
II - 62

IUCN, 2003. Carcharhinus dussumieri (Whitecheek Shark, Widemouth Blackspot


Shark)Diakses dari http://www.iucnredlist.org pada 30 November 2014.
IUCN, 2003. Stegostoma fasciatum (Leopard Shark, Zebra Shark) Diakses dari
http://www.iucnredlist.org pada 30 November 2014.
IUCN, 2005. Sphyrna zygaena (Smooth Hammerhead). Diakses dari
http://www.iucnredlist.org pada 30 November 2014.
IUCN, 2006. Chiloscyllium plagiosum (Bluespotted Bamboo Shark, Whitespotted Bamboo
Shark). Diakses dari http://www.iucnredlist.org pada 30 November 2014.
IUCN, 2009. Atelomycterus baliensis (Bali Catshark)Diakses dari http://www.iucnredlist.org
pada 30 November 2014.
Last, P. R. & J. D. Stevens. 1994. Sharks and Rays of Australia. Fisheries Research and
Development Corporation.
Sadili, Didi. 2013. Pemanfaatan Bekerlanjutan dan Program KonservasiSumberdaya Ikan Hiu.
Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan. Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau –
Pulau Kecil. Kementerian Kelautan dan Perikanan
White,WT., P.R. Last, J.D. Stevens, G.K Yearsley, Fahmi dan Dharmadi. 2006. Economically
Important Shark and Rays. Australiant Cebtre for International Agricultural Research.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai