net/publication/324684763
CITATIONS READS
2 1,068
4 authors, including:
Ardiansyah Kurniawan
Bangka Belitung University
62 PUBLICATIONS 43 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PENDEGRADASI SELULOSA ASAL EKOSISTEM MANGROVE TUKAK SADAI, BANGKA SELATAN View project
All content following this page was uploaded by Ardiansyah Kurniawan on 22 April 2018.
1) Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung
2) Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan, Universitas Bangka Belitung
ABSTRAK
Ikan hiu menjadi hasil tangkapan samping nelayan di pulau Bangka dan Belitung dari jenis
ikan tangkapan utama ikan tembang, tengiri, teri, kurisi, tongkol komo dan ekor kuning dengan
alat tangkap jaring insang dan pancing. Sementara IUCN telah merilis daftar merah untuk
menentukan status konservasi ikan hiu sebagai upaya mencegah kepunahan. Tidak adanya
data ikan hiu di Bangka Belitung menjadikan pentingnya dilakukan identifikasi status
konservasi pada jenis-jenis ikan hiu hasil tangkapan samping di pulau Bangka dan Belitung.
Maka penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi jenis ikan hiu hasil tangkapan
samping dan status konservasinya di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pulau Bangka dan
Belitung. Pendataan jenis ikan hiu tangkapan samping dilaksanakan selama 90 hari pada
bulan Juni- Agustus 2014 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat, dan Pelabuhan
Perikanan Nusantara Tanjung Pandan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi dan wawancara. Observasi data primer berupa jenis dan ukuran ikan hiu pada
pelaku usaha perikanan yang berkaitan dengan ikan hiu di tempat pendaratan ikan, di atas
kapal nelayan, pengumpul ikan dan perusahaan penangkapan ikan. Wawancara dilakukan
dengan responden yang melakukan usaha perikanan hiu, baik penangkapan maupun
penanganan. Analisa status konservasinya dan tingkat kedewasaan ikan hiu dilakukan secara
deskriptif dalam bentuk gambar, tabel dan grafik didasarkan pada data IUCN Redlist.. Jenis -
jenis ikan hiu yang teridentifikasi didaratkan sebagai hasil tangkapan samping perikanan di
pulau Bangka dan Belitung serta status konservasinya adalah Hiu Kemejan (Rhynchobatus
austreliae), Hiu Barong (Rhina ancylostoma), Hiu Martil (Sphyrna zygaena), Hiu Tokek
(Atelomycterus Baliensis) dan Hiu Belimbing (Stegostoma fasciatum) berstatus Rawan Punah
(VU), Hiu Isap (Chiloscyllium punctatum), Hiu Cicak (Chiloscyllium plagiosum) dan Hiu Umbut
(Carcharhinus dussumieri) memiliki status hampir terancam punah (NT). Berdasarkan
panjang total, teridentifikasi 41,5% Chiloscyllium punctatum, 23,1% Chiloscyllium plagiosum
51,2% Carcharhinus dussumieri, 64,8% Rhynchobatus austreliae, 28,5% Atelomycterus
Baliensis, 100% Sphyrna zygaena, 100% Stegostoma fasciatum dan 77,7% Rhina
ancylostoma yang tertangkap belum mencapai ukuran dewasa. Minimnya pemahaman pelaku
usaha perikanan pada status konservasi ikan hiu memerlukan sosialisasi dan kebijakan hingga
tingkat daerah. untuk menekan penangkapan ikan hiu yang terancam punah dan belum
mencapai ukuran dewasa.
Kata Kunci : Tangkapan Samping, Ikan Hiu, Status Konservasi, Bangka Belitung.
I. PENDAHULUAN
Pulau Bangka dan pulau Belitung sebagai pulau besar di propinsi Kepulauan Bangka Belitung
memiliki potensi perikanan tangkap yang cukup besar. Panjangnya daerah pesisir di propinsi
ini menjadikan banyaknya tempat pendaratan ikan baik berupa pelabuhan maupun tangkahan
di kedua pulau tersebut. Namun untuk pelabuhan besar yang dikelola pemerintah pusat yaitu
pelabuhan perikanan nusantara, masing-masing dari kedua pulau tersebut memiliki satu
pelabuhan perikanan nusantara (PPN) yaitu PPN Sungailiat untuk pulau Bangka dan PPN
Tanjung Pandan untuk pulau Belitung.
II - 57
Armada kapal yang digunakan nelayan di PPN Sungailiat adalah kapal motor dengan ukuran
panjang kapal berkisar antara 13-18 m dengan lebar berkisar antara 3-5 m dan menggunakan
alat tangkap berupa jarring nilon. Nelayan yang mendaratkan hasil tangkapan di PPN
Sungailiat ini umumnya melaut selama 1 hingga 7 hari (Fajar. M, 2014). Sementara untuk
nelayan di PPN Tanjung Pandan rata-rata menggunakan Kapal Motor dengan menggunakan
mesin berkecepatan 24 – 30 PK dan berat 3 – 10 GT dengan alat tangkap yang biasa
digunakan berupa jaring insang yang berbahan Pollyetilen dan pancing berbahan nilon
(Apriliazmi. I, 2014).
Ikan tenggiri, ikan ekor kuning, ikan tongkol, dan berbagai jenis komoditi yang menguntungkan
lainnya menjadi ikan tangkapan utama. Berdasarkan statistik kementerian perikanan dan
kelautan, tangkapan ikan di propinsi kepulauan Bangka Belitung dengan volume diatas 5000
ton per tahunadalah ikan tembang, ikan tengiri, ikan teri, ikan kurisi, ikan tongkol komo, ikan
kembung dan ikan ekor kuning. Selain ikan tangkapan utama, nelayan di pulau Bangka dan
Belitung juga memperoleh tangkapan samping berupa ikan hiu. Berbagai jenis ikan hiu ikut
didaratkan di kedua pelabuhan tersebut.
Indonesia memiliki 117 jenis hiu dari jenis hiu yang ada di dunia dan Indonesia menjadi
produsen hiu terbesar di dunia ( Sadili, 2013). Dari jumlah spesies yang besar tersebut, saat
ini hanya empat spesies yang dilindungi berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan No.18/KEPMEN-KP/2013 karena dinilai hampir punah yaitu Pari manta (Manta
birostris dan Manta alfredi), hiu martil / Hammerhead (Sphyrna leweni, S. mokarran dan S.
zygaena), dan hiu koboy/ Oceanic whitetip (Carcharhinus longimanus). Satu spesies lain yang
sudah berstatus dilindungi adalah hiu gergaji. Selain empat spesies tersebut, spesies-spesies
lain yang termasuk dalam ikan hiu telah dievaluasi dan ditetapkan dalam appendiks CITES
untuk menentukan status punah (EX), punah di alam (EW), sangat terancam punah (CR),
teramcam punah (EN), rawan punah (VU), hampir terancam punah (NT) dan beresiko rendah
terancam punah (LC).
Jenis-jenis ikan hiu yang didaratkan di pulau Bangka dan pulau Belitung belum diketahui data
spesiesnya sehingga tidak dapat diketahui status konservasinya. Maka dari itu diperlukan
kajian yang dapat memberikan data mengenai jenis dan ukuran ikan hiu yang didaratkan di
pulau Bangka dan Belitung sehingga dapat diketahui status evaluasi dan tingkat kedewasaan
ikan hiu yang tertangkap dan dapat ditindaklanjuti dengan rancangan tindakan dan penentuan
peraturan (regulasi) yang akan dilakukan ke depan untuk keberlanjutan sumberdaya ikan hiu
di Bangka Belitung.
Diharapkan penelitian ini mampu mencapai tujuannya yaitu menganalisis status konservasi
ikan hiu yang didaratkan di pulau Bangka dan Belitung serta menganalisis tingkat kedewasaan
ikan hiu yang didaratkan di pulau Bangka dan Belitung.
II. METODOLOGI
34
35
30
20 23 20
Jumlah (ekor)
25 23
20 17
15
10 7
8 13
5
0 2 2
1 1
Gambar 2. Jumlah ikan hiu teridentifikasi setiap jenis di pulau Bangka dan Belitung
pada bulan Juni-Agustus 2014
16
10-25 cm
14 30-45 cm
12 46-60 cm
10 61-75 cm
8 76 - 90 cm
91-105 cm
6
110-130 cm
4
130-200 cm
2
> 200 cm
0
Gambar 3. Distribusi panjang ikan hiu teridentifikasi di pulau Bangka dan Belitung
Berdasarkan panjang totaljenis ikan hiu yang teridentifikasi dan dibandingkan ukuran dewasa
ikan hiu menurut White et al (2006), maka diperoleh hasil bahwa 41,5% Chiloscyllium
punctatum, 23,1% Chiloscyllium plagiosum 51,2% Carcharhinus dussumieri, 64,8%
Rhynchobatus austreliae, 28,5% Atelomycterus Baliensis, 100% Sphyrna zygaena, 100%
Stegostoma fasciatum dan 77,7% Rhina ancylostoma yang tertangkap belum mencapai
ukuran dewasa.
Banyaknya ukuran ikan hiu yang berada dibawah ukuran dewasa juga dapat mengindikasikan
semakin sedikit ikan hiu yang berukuran dewasa di alam. Penangkapan ikan hiu belum
mencapai dewasa berpotensi mempercepat kepunahan ikan hiu di alam. Percepatan
kepunahan dengan berkurangnya ikan hiu yang berkembang hingga dewasa memperkuat
perlunya konservasi ikan hiu dengan kondisi ikan hiu mempunyai daur reproduksi yang
panjang serta waktu pengeraman yang lama juga (Compagno, 1984; Last and Stevens, 1994;
FAO, 2000 dalam Imam Musthofa, 2011). Proses pengeraman untuk hiu berukuran kecil
mencapai tiga hingga empat bulan sedangkan untuk hiu berukuran besar bisa mencapai dua
tahun atau lebih. Disamping hal tersebut, hiu mempunyai tingkat fekunditas (fecundity rate)
yang rendah. Jumlah embrio yang dilahirkan oleh hiu betina sangat bervariasi dari dua ekor
(sand tiger shark) hingga beberapa ratus ekor (whale shark) (Last dan Stevens, 1994 dalam
Imam Musthofa, 2011).
II - 61
KESIMPULAN
Identifikasi Status Konservasi Hiu Tangkapan Samping di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pulau Bangka dan Belitung memperoleh hasil sebagai berikut :
1) Jenis - jenis ikan hiu yang teridentifikasi didaratkan sebagai hasil tangkapan samping
perikanan di pulau Bangka dan Belitung serta status konservasinya adalah Hiu Kemejan
(Rhynchobatus austreliae), Hiu Barong (Rhina ancylostoma), Hiu Martil (Sphyrna
zygaena), Hiu Tokek (Atelomycterus Baliensis) dan Hiu Belimbing (Stegostoma fasciatum)
berstatus Rawan Punah (VU), Hiu Isap (Chiloscyllium punctatum), Hiu Cicak
(Chiloscyllium plagiosum) dan Hiu Umbut (Carcharhinus dussumieri) memiliki status
hampir terancam punah (NT).
2) Berdasarkan panjang total, teridentifikasi 41,5% Chiloscyllium punctatum, 23,1%
Chiloscyllium plagiosum 51,2% Carcharhinus dussumieri, 64,8% Rhynchobatus austreliae,
28,5% Atelomycterus Baliensis, 100% Sphyrna zygaena, 100% Stegostoma fasciatum dan
77,7% Rhina ancylostoma yang tertangkap belum mencapai ukuran dewasa.
SARAN
Berdasarkan hasil Identifikasi Status Konservasi Hiu Tangkapan Samping di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pulau Bangka dan Belitung, maka disarankan sebagai berikut :
1. Perlu disusun kebijakan baik tingkat nasional maupun daerah untuk menekan
penangkapan ikan hiu yang terancam punah dan belum mencapai ukuran dewasa.
2. Diperlukan observasi lanjutan yang dilakukan pada bulan Januari – Mei, karena pada
bulan-bulan tersebut produksi ikan hiu lebih besar.
3. Dilakukan sosialisasi dan publikasi lebih meluas sehingga informasi status konservasi ikan
hiu dapat dipahami masyarakat khususnya pelaku usaha perikanan tangkap.
DAFTAR PUSTAKA