Anda di halaman 1dari 13

Terbentuknya Komunitas Pelajar di 7-Eleven (Studi Kasus: 7-Eleven Ciledug Raya Petukangan Utara Tanggerang)

Arief Rachman1

Abstrak Penelitian ini mengkaji mengenai kehadiran gerai 7-eleven di jalan Ciledug raya, tepatnya di daerah Petukangan Utara sebagai agen perubahan gaya hidup pelajar. Perubahan ini ditandai dengan perubahan gaya hidup terkait dengan pola konsumsi, prestise dan penggunaan ruang sosial dibalik aktivitas nongkrong. Adanya gerai 7-eleven ini memberikan pengaruh kepada pola hidup pelajar dan menjadi media untuk menunjukkan eksistensi mereka dengan menjadikan 7-eleven sebagai ruang sosial baru dengan membentuk komunitas-komunitas kaum pelajar di 7-eleven tersebut.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi Reguler, angkatan 2010. NIM: 4815105019.

Pengantar

Tulisan ini akan membahas adanya suatu fenomena pengkotaan dan geliat ekonomi yang terus terjadi di wilayah Ciledug dan merupakan salah satu faktor pendorong munculnya beragam jenis usaha pusat jajanan yang saling bersaing satu sama lain untuk memikat konsumen. Tulisan ini bertujuan ingin mengetahui bagaimana kehadiran 7eleven Ciledug sebagai 7-eleven pertama yang ada di sepanjang Jalan Ciledug Raya yang merupakan pengaruh dari perkembangan ekonomi di bidang waralaba yang semakin pesat dan terus mengalami persaingan, membawa dampak negatif dan positif bagi masyarakat, khususnya bagi komunitas pelajar. Penulis melihat antusiasme yang besar dari konsumen sejak 7-eleven ini pertama kali resmi dibuka pada awal tahun 2012. Faktor utama tingginya antusiasme konsumen adalah lokasi 7-eleven yang strategis. Faktor lainnya pun berasal dari pandangan konsumen bahwa 7-eleven adalah tempat nongkrong gaul dan bertema kebarat-baratan, sehingga 7-eleven menjadi ikon tempat nongkrong baru di Ciledug dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para konsumen, khususnya para remaja. 7-eleven sendiri juga memberikan daya tarik lebih dengan berbagai pelayanan dan fasilitas yang diberikan, mulai dari kenyamanan tempat, kelengkapan barang, dan makanan siap saji yang menjadi favorit konsumen, hingga pelayanan terpadunya, dan pada akhirnya membentuk komunitas mereka sendiri-sendiri dalam menunjukkan eksistensi yang telah menjadi kebutuhan para remaja di era modern ini. Tingginya respon para konsumen yang terlihat di 7-eleven ini juga merupakan cerminan bagaimana gaya hidup para remaja saat ini sangat identik dengan gaya hidup instan dan adanya perubahan pola gaya hidup remaja, dimana sebelumnya mereka terbiasa berkumpul di warung makan pinggir jalan bersama komunitasnya sebagai ruang sosial mereka, kini kaum pelajar tersebut bisa menikmati 7-eleven sebagai ruang sosial baru yang dirasakan memberi kenyamanan lebih berikut prestise yang terdapat di dalamnya. Penulis pun melihat hubungan sosial di antara para remaja di dalam komunitasnya mengalami keintiman dan juga dijadikan agen atau media untuk

bereksistensi bersama. Hal ini tidak menutup kemungkinan justru menambah jarak antar komunitas. Penulis melakukan penelitian dengan melakukan pengamatan secara fisik dan wawancara dengan para pengunjung 7-eleven khususnya komunitas pelajar dari berbagai sekolah yang terbiasa nongkrong di 7-eleven ini. Selain itu penulis juga mendapatkan data primer dari gerai 7-eleven Ciledug ini terkait dengan jumlah pengunjung dan aktivitas pengunjung guna memperdalam dan memberikan data yang akurat bagi tulisan ini. Selain data primer, penulis juga mendapatkan data sekunder dari internet untuk menunjang data data yang ada guna kedalaman tulisan ini. Penulis juga mendapatkan foto-foto sebagai data konkret untuk menjelaskan kondisi 7-eleven Ciledug ini. Dalam tulisan ini, penulis membagi ke dalam enam bagian. Pertama, pengantar yang di dalamnya penulis menjelaskan gambaran secara umum mengenai tulisan ini. Kedua adalah deskripsi 7-eleven seperti sejarah dan perkembangannya menjadi salah satu ruang sosial favorit untuk nongkrong remaja saat ini.dan pemaparan lokasi 7eleven Ciledug. Ketiga, pendeskripsian profil komunitas pelajar yang terbentuk di 7eleven Ciledug. Keempat, bagaimana proses 7-eleven Ciledug menjadi ruang sosial komunitas pelajar, menjadi media untuk menunjukkan eksistensi komunitas dengan balutan prestise dan perubahan pola konsumsi. Kelima, akan mendeskripsikan bagaimana perubahan strukstur sosial terkait dengan pola atau gaya hidup remaja dengan adanya 7-eleven sebagai agen perubahannya. Keenam, penutup dimana penulis akan memberiukan argumen sebagai kesimpulan dari perubahan sosial yang terjadi. Sejarah singkat 7-eleven 7-Eleven pernah hadir di Indonesia pada tahun 1980-an, namun usianya tidak berlangsung lama. Sejak 1998, Seven & I Holdings Co (pemilik 7-Eleven Jepang) mulai mendekati PT Modern International (distributor Fuji Film) untuk melakukan kerjasama. Namun eksekusi itu tidak berhasil karena dihantam krisis moneter. Baru pada tahun 2006, saat penjualan rol film untuk kamera analog mulai menurun, PT Modern International mulai serius membuka jalan 7-Eleven di Indonesia.

Akhirnya setelah mengalami perjalanan yang cukup panjang, outlet 7-Eleven yang pertama dibuka di akhir tahun 2009. Sejak itu, jumlah gerainya pun meningkat pesat dalam waktu yang relatif singkat dan 7-Eleven menjadi ikon fenomenal untuk tempat nongkrong. Dengan jam buka 24 jam 7 hari dalam seminggu, 7-Eleven hampir tidak pernah sepi dari pengunjung, terutama di hari libur. Deskripsi Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kelurahan Petukangan Utara yang berbatasan dengan Kelurahan Joglo di sebelah utara, Tangerang di sebelah barat, Kelurahan Ulujami di sebelah timur, dan Kelurahan Petukangan Selatan di sebelah selatan. Penelitian difokuskan pada

7-eleven Ciledug yang berada tepat dipinggir Jalan Ciledug Raya. Wilayah inilah yang
menjadi tempat penelitian dimana ditemukannya perubahan sosial yang terjadi pada komunitas ini.

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

Sumber: www.maps. google.com

Secara umum, dari gambaran peta di atas dapat terlihat bahwa keberadaan 7eleven Ciledug merupakan tempat yang cukup strategis. Untuk mengakses gerai yang berada di jalan Ciledug Raya ini dapat menggunakan sarana transportasi seperti trayek bus
Cilegug-Senen, Ciledug-Kampung Rambutan, Ciledug-Blok M, Lebak Bulus-Petukangan dan lain sebagainya, dimana semua angkutan umum ini melewati banyak sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, sehingga semakin memudahkan para pelajar untuk mengakses gerai 7-eleven ini.

Kondisi geografis yang sukup strategis ini merupakan salah satu faktor pendorong tingginya antusiasme konsumen mengunjungi gerai 7-eleven Ciledug ini. Selain itu, bangunan fisik gerai 7-eleven yang mencolok langsung bisa menjadi perhatian dan menarik orang untuk berkunjung. Oleh karena itu, lokasi gerai ini sangat strategis dan banyak membawa keuntungan finansial bagi gerai 7-eleven sendiri dan semakin menarik minat para konsumen untuk berkunjung, ditambah gerai 7-eleven ini juga merupakan gerai pertama di sepanjang Jl. Ciledug Raya. Gambaran struktur sosial lama Apabila dijelaskan secara fisik, sekitar tahun 2010-2011 di sepanjang Jalan Ciledug Raya, tepatnya dari jarak 500 m di deretan 7-eleven ini, belum banyak pedagang atau toko makanan yang berdiri. Dahulu ruko-ruko besar dan gerai-gerai baru yang saat ini dibangun adalah ruko-ruko kecil dan usaha para pedagang yang kurang tertata. Namun di akhir tahun 2011 mulai banyak toko atau usaha waralaba yang berdiri, diawali dengan pembangunan ruko-ruko kecil hingga besar, mulai dari produk makanan yang terbilang standar hingga makanan kelas atas mulai menjamur dan tertata. Dengan kata lain, geliat ekonomi di wilayah Ciledug kini terlihat terus berkembang seperti saat ini. Hal ini berkaitan dengan mulai kuatnya pengaruh perkembangan industri waralaba serta prestise yang membalut kehadiran usaha-usaha tersebut. Faktor ekonomi kapitalis juga menjadi salah satu faktor pemicu mengapa banyak sekali tempat-tempat baru yang mulai dibuka dan dijadikan tempat nongkrong oleh kawula muda Indonesia. Para investor asing terus menyerbu pasar Indonesia untuk semakin melebarkan sayapnya memperoleh keuntungan dari pendirian cabang-cabang

produksi mereka, seperti salah satunya 7-eleven yang sesungguhnya berasal dari Jepang. Kecerdikan investor asing dalam memikat konsumen khususnya para remaja Indonesia adalah faktor modernisasi dan gaya hidup kebarat-baratan yang mulai digandrungi karena dianggap bisa memberikan identitas dengan tingkat prestise tertentu. Pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan banyaknya para pengusaha informal dengan skala besar di wilayah ini tentunya membawa pengaruh bagi pola konsumsi masyarakat sekitar, khususnya bagi para pelajar. Dulu selepas kegiatan sekolah, biasanya para pelajar memilih tempat sekedar melepas penat di warung-warung kecil atau di tempat makan biasa yang memang sudah tersebar di wilayah ini. Namun seiring dengan perkembangan ekonomi yang ditandai dengan banyak dibukanya tempat makan baru, maka para pelajar ini mulai beralih tempat nongkrong. Berikut adalah data usaha yang ada di sepanjang Jl. Ciledug Raya sederetan dengan 7-eleven.

Tabel. 1 Data usaha baru di Jl. Ciledug Raya No 1 2 3 4 5 6 7 8 Tahun Berdiri 7-eleven Februari 2012 Lele Lela Januari 2012 Lawson Mei 2012 Roti Bakar Edi April 2012 Toko Kue Majesty Maret 2012 Soto Mie Bogor Maret 2012 Pisang Goreng April 2012 Gandasturi Tempat Makan Indah November 2011 Jenis Usaha

Sumber : Pengamatan Penulis, Mei 2012

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bagaimana geliat ekonomi yang berkaitan dengan semakin merebaknya industri makanan. Selain 7-eleven, terdapat pula gerai-

gerai makanan lainnya sehingga membuat wilayah ini menjadi pusat makanan baru di wilayah Ciledug.
Gambar 2 Ruko Usaha Makanan dan Gerai 7-eleven Ciledug

Sumber : Dokumentasi Pribadi Penulis, 2012

Kehadiran 7-eleven Ciledug ini tentu memberikan pemandangan baru bagi jalan raya Ciledug, baik dari segi fisik maupun dari non fisiknya. Dari segi fisik, lokasi yang strategis berada di pinggir jalan dan ukuran yang relatif besar, adanya tempat duduk santai yang dilengkapi dengan hiasan payung besar ditengahnya dengan warna yang relatif mencolok dan hadirnya baligo besar yang menandakan keberadaan 7-eleven, tentu dapat langsung menarik perhatian orang yang melewatinya. Terlebih lagi mulai dari pertama kali 7-eleven ini resmi dibuka hingga saat ini, di waktu-waktu terterntu seperti di jam pulang sekolah atau malam hari, 7-eleven ini sangat ramai dikunjungi konsumen sehingga menarik perhatian dan minat masyarakat untuk mencoba pelayanan dan fasilitas yang tersedia. Kehadiran 7-eleven sebagai ruang sosial baru bagi masyarakat, khususnya komunitas pelajar tentu membawa dampak sosial bagi komunitas pelajar ini. Kehadiran 7-eleven adalah salah satu indikator yang dijadikan ukuran anak sekarang untuk menentukan apakah mereka termasuk anak gaul (mereka yang mengikuti trend terbaru terutama yang berkaitan dengan gaya hidup) atau anak cupu (mereka yang tidak update dengan gaya hidup terkini).

Hal ini kemudian menimbulkan konsep di dalam pikiran mereka bahwa dengan nongkrong di 7-eleven menjadi kebutuhan untuk identitas diri mereka atau komunitasnya. Kebutuhan akan pengakuan bahwa mereka ada di dalam pergaulan, membuat antusiasme para pelajar semakin tinggi untuk menjadikan 7-eleven sebagai ruang sosial tempat mereka bisa menunjukkan eksistensinya. Ternyata, kebutuhan akan eksistensipun tidak hanya masuk ke dalam konsep individu, namun berlanjut ke dalam konsep komunitas atau kelompok, karena memang 7-eleven dibentuk untuk tempat berkumpul dan bukan tempat berdiam seseorang secara personal.
Tabel 2. Perbandingan Jumlah Pengunjung

Jumlah Kunjungan datang (rata rata)

Hari Bisaa (Senin s/d Jumat)

Hari Akhir Pekan (Sabtu s/d Minggu)

1. Jumlah Pengunjung Pelajar 2. Jumlah Pengunjung Non Pelajar


Sumber: Arsip 7-Eleven Ciledug

60/ hari

0/ hari

80/ hari

150/ hari

Komunitas pelajar yang mengunjungi 7-eleven bisanya terdiri dari tiga sampai lima orang, bahkan lebih. Selepas pulang sekolah, para pelajar yang berasal dari beragam sekolah yang ada di sekitar 7-eleven ini mengunjungi gerai untuk sekedar ngobrol dan saling bertukar informasi sambil menikmati pelayanan dan fasilitas yang disediakan. Jumlah pengunjung pelajar lebih mendominasi pada hari Senin hingga Jumat, karena bisaanya mereka berkumpul di 7-eleven ini selepas pulang sekolah. Namun ketika hari-hari libur, pengunjung 7-eleven ini di dominasi oleh semua kalangan.

Berikut adalah petikan wawancara dengan salah satu pegawai 7-eleven Ciledug sebagai penguat argumen bahwa kebanyakan yang datang ke gerai ini dalam bentuk kelompok terutama kelompok pelajar yang mendominasi di waktu-waktu tertentu. disini rame sama anak sekolah pas jam dua sampe sore jam 5an, biasanya ya hari senin sampe jumat. Biasanya mereka bergerombol sama temen satu geng gitu. Ada yang cuma beli makanan sambil ngobrol-ngobrol, ada yang sambil wifi-an, macem macem deh.2 Andri, 21 tahun, Karyawan 7-eleven Ciledug
Tabel 3 Tabel Prosentase Pengunjung Berdasarkan Tingkatan Sekolah

Tipe Pengunjung Pelajar SD SMP SMA

% 20% 35% 45%

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa pelajar sebagai pengunjung 7-eleven berdasarkan tingkat sekolah didominasi oleh tingkat sekolah SMP dan SMA. Hal ini tentu berbanding lurus dengan keberadaan sekolah-sekolah SMP dan SMA disekitar 7-eleven Ciledug yang memang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan SD. Selain itu usia anak di tingkat SMP dan SMA memang sesuai dengan keinginan mereka untuk mengunjungi 7-eleven karena dimasamasa ini anak sedang mencari jati diri dan memiliki rasa ingin tahu dan keinginan bereksistensi yang tinggi. Komunitas pelajar yang ada di 7-eleven Ciledug ini diantaranya berasal dari

SMA 90, SMA 63, SMA Kartika, SMK Kartika, SMP 110, SMP 235, SMP Annajah dan SDN 06. 7-eleven sebagai ruang sosial baru memang dimanfaatkan positif oleh para komunitas pelajar ini. kegiatan yang biasa mereka lakukan di antaranya saling bertukar informasi, bersosialisasi, menambah wawasan, dan mempererat hubungan sosial antar
2

Wawancara dilakukan pada tanggal 18 Mei 2012, pukul 13.15

individu walapun sebagian besar hanya di dalam komunitasnya. Namun di balik itu, ternyata terdapat balutan prestise untuk menjaga eksistensi pribadi maupun eksistensi komunitasnya. Adanya balutan prestise ini tentunya berpengaruh kepada konsepsi anak gaul dan hal-hal yang bersifat instan melalui westernisasi dan modernisasi. Iya klo nongkrong di sini kan makanannya juga kaya makanan luar gitu, enak, tempatnya juga asik, adem ada wifinya, jadi bisa sambil online gratis. Kita biasanya ya ngumpul sama temen-temen, ada info apa-apa dishare di sini. Udah gitu kan lebih gaul kalo nongrong di sini dari pada di warung-warung mie ayam atau warung kopi biasa, atau pinggir jalan. Kan malu juga kalo anak sekolahan lain udah pada nongkrong di tempat kaya gini, tapi kita masih aja di warung makan biasa, kan biar diliat anak sekolah kita gaul juga gitu, hehehe3 Tata, 16 tahun, pelajar SMA 90 Berdasarkan petikan wawancara di atas, terlihat bagaimana saat ini di kalangan pelajar, untuk mengunjungi tempat nongkrong seperti 7-eleven menjadi wajib, karena beragam indikator yang memengaruhinya. Adanya pendapat jika nongkrong di 7-eleven lebih bergengsi dibandingkan di warung-warung pinggir jalan adalah salah satu bukti bahwa identitas diri atau kelompok adalah satu hal yang penting. Sejalan dengan pandangan tersebut, memang gerai 7-eleven ini bukan tempat yang hanya berfungsi untuk memenuhi hasrat mengisi perut, namun lebih dari itu. Makanan-makanan yang disajikan di sini dengan cara instan, lebih bergengsi, kebarat-baratan dan tentunya lebih mahal yang dilengkapi dengan fasilitas modern seperti wifi, cerminan prestise bagi mereka yang menggunakannya. Dengan latar belakang konsep prestise yang telah melekat di dalam pikiran para pelajar ini, tentu akan menimbulkm efek selanjutnya, yaitu pola konsumsi yang semakin meningkat. Ketersediaan uang tentu menjadi kebutuhan para pelajar ini agar bisa melakukan aktivitas atau menikmati fasilitas dan pelayanan di 7-eleven.

Wawancara dilakukan pada hari Sabtu, 14 April 2012, pukul 16.05 WIB

Dulu sih kalo pulang sekolah biasanya kumpul sama temen di warung mie ayam gitu paling ngabisin uang Rp5.000,00 Rp7.000,00 doang, kalo disini paling dikit harus negluarin uang Rp10.000,00. hehe. Gapapa lah lagian kan fasilitasnya juga jauh lebih enak.4 Citra, 16 tahun, siswi SMP An-najah 7-eleven yang memberikan kenyamanan serta keleluasaan untuk menentukan sendiri selera dan kemauan konsumen merupakan satu poin lebih. Hingga kegiatan ini dijadikan kegiatan rutin oleh beberapa komunitas pelajar untuk menunjukkan kemampuannya dan kreativitasnya dalam memix makanan. Dari sini sudah dapat terlihat bagaimana para pelajar harus menyisihkan uang lebih untuk memenuhi kegiatan yang dirasakan menyenangkan dan seru bagi mereka sekaligus dijadikan kegiatan yang bisa menambah intim hubungan solidaritas komunitasnya.

Penutup Kehadiran 7-seleven memberikan dampak positif dan dampak negatif secara laten baik bagi konsumen maupun pihak 7-seleven sendiri. Dampak positif terbesar diperoleh oleh pihak 7-eleven dalam keberhasilannya membuka cabang 7-eleven di berbagai tempat, salah satunya di 7-eleven Ciledug ini yang telah berhasil menarik banyak konsumen. Dari pihak konsumen, 7-eleven dijadikan sebagai tempat nongkrong

Wawancara dilakukan pada hari Sabtu, 14 April 2012, pukul 16.30 WIB

khususnya bagi para pelajar, sehingga terbentuknya komunitas-komunitas dalam mengintimkan hubungan interpersonal antar individu di dalam komunitasnya.

Gambar 3 Skema terbentuknya komunitas pelajar di 7-eleven Ciledug

Prestise

Pola konsumsi meningkat

7-eleven sebagai ruang sosial baru

Lokasi strategis

Terbentuknya komunitas pelajar

Modernisasi

Kehadiran gerai 7eleven

Sumber : Berdasarkan Pengamatan Lapangan, Juni 2012 Dalam hubungan dengan komunitasnya, terdapat beberapa aspek yang memengaruhi dan dipengaruhi. Komunitas pelajar di 7-eleven ini terbentuk dikarenakan lokasi yang memang sangat strategis dalam menarik konsumen khususnya dari golongan pelajar. Selain itu pesatnya nilai-nilai modernisasi yang masuk menyerbu nilai-nilai yang ada membuat budaya westernisasi atau budaya kebarat-baratan kian melekat di masyarakat, khususnya pelajar yang termasuk kedalam usia remaja.

Sehungga unsur prestise yang berdampak pada meningkatnya pola konsumsi remaja pun kian tinggi. Namun di sisi lain, terbentuknya komunitas ini juga memberikan dampak positif dalam memperluas dan melatih diri untuk bersosialisasi dan berinteraksi serta menambah pengalaman. Oleh karena itu, masyarakat seharusnya menyadari bahwa modernisasi sesungguhnya memberikan pengaruh positif juga bagi perkembangan individu. Namun perlu adanya filter sehingga dapat mengontrol hal-hal negatif yang masuk.

Daftar Pustaka Christianto, Tendy. 2011. Perubahan Gaya Hidup Remaja Jakarta (Sebuah Studi Mengenai 7 Eleven Matraman Sebagai Arena Kongkow Remaja Jakarta). Jakarta Lab.Sosiologi UNJ. Scripta Societa: Starbucks Coffee Sebagai Arena Konsumsi Simbolik: Sebuah Studi Mengenai Pola Konsumsi Sebagai Gaya Hidup. Jakarta. Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta. www.google.com www.googlemap.com www.7elevenid.com
http://whateverbackpacker.blogspot.com/2012/03/perbandingan-sevel-di-indonesia-dan.html http://beritadaerah.com/article/jabodetabek/55641 http://tiaagnes.blogspot.com/2012/01/sevel-tempat-hang-out-favorit.html

Anda mungkin juga menyukai