Anda di halaman 1dari 18

7-Eleven adalah jaringan toko kelontong (convenience store) 24 jam asal Amerika Serikat yang

sejak tahun 2005 kepemilikannya dipegang Seven & I Holdings Co., sebuah perusahaan Jepang.
Pada tahun 2004, lebih dari 26.000 gerai 7-Eleven tersebar di 18 negara; [2] antara pasar terbesarnya
adalah Amerika Serikat dan Jepang.

Didirikan pada tahun 1927 di Oak Cliff, Texas (kini masuk wilayah Dallas), nama "7-Eleven" mulai
digunakan pada tahun 1946. Sebelum toko 24 jam pertama dibuka di Austin, Texas pada tahun
1962, 7-Eleven buka dari jam 7 pagi hingga 11 malam, dan karenanya bernama "7-Eleven" (7-
Sebelas).

Tahun 1991, Southland Corporation yang merupakan pemilik 7-Eleven, sebagian besar sahamnya
dijual kepada perusahaan jaringan supermarket Jepang, Ito-Yokado. Southland Corporation lalu
diubah namanya menjadi 7-Eleven, Inc pada tahun 1999. Tahun 2005, seluruh saham 7-Eleven, Inc
diambil alih Seven & I Holdings Co. sehingga perusahaan ini dimiliki sepenuhnya oleh pihak Jepang.

Setiap gerai 7-Eleven menjual berbagai jenis produk, umumnya makanan, minuman, dan majalah.
Di berbagai negara, tersedia pula layanan seperti pembayaran tagihan serta penjualan makanan
khas daerah. Produk khas 7-Eleven adalah Slurpee, sejenis minuman es dan Big Gulp,
minuman soft drink berukuran besar.

AKARTA. PT Modern International Tbk (MDRN) menyuntikkan modal tambahan senilai


Rp 200 miliar untuk PT Modern Putra Indonesia yang menjalankan bisnis gerai 7-
Eleven.

Donny Sutanto, Direktur MDRN bilang, tujuan untuk mengucurkan dana itu untuk
memperkuat struktur permodalan entitas anak. "Tujuan lainnya untuk mengembangkan
dan mengoperasikan gerai 7-Eleven untuk masa 20 tahun dan masa perpanjangan 10
tahun," jelasnya dalam keterbukaan informasi yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI),
Kamis (2/1).
BACA JUGA :
7-Eleven dapat suntikan modal Rp 200 miliar
MDRN meningkatkan kapasitas fresh food

Donny bilang, sampai akhir tahun 2013, diperkirakan penjualan dari bisnis 7-Eleven
mampu memberikan kontribusi 65% dari total penjualan konsolidasi perseroan. Saat ini,
jumlah gerai 7-Eleven terus bertambah tiap tahunnya.

Dari jumlah 57 gerai di tahun 2011, kemudian bertambah menjadi 117 gerai di tahun
2012. Sampai November 2013, jumlah gerai 7-Eleven naik menjadi 143 gerai.
Penambahan gerai ini belum usai, karena perusahaan menargetkan untuk menambah
gerai lagi hingga 20 tahun ke depan.

Berikut strategi MDRN untuk menambah gerai 7-Eleven sampai 20 tahun ke


depan;
Pertama, mengembangkan format gerai baru untuk gerai yang telah beroperasi dengan
cara mengiplementasikan program-program baru dari makanan dan minuman segar.
Diantara yang akan dilakukan adalah; meluncurkan fresh noodle, penambahan produk
ayam goreng, dan penambahan menu lainnya. Selain itu meluncurkan menu premium
yang kini sedang dijajaki.
Kedua, memperkenalkan layanan-layanan yang bisa menambah kenyamanan
konsumen, termasuk' layanan digital kios, seperti pembelian tiket konser, pembayaran
kartu telepon, tiket kereta api listrik serta pembayaran lainnya. Kemudian juga
membuka layanan kerjasama dengan GOJEK, untuk melayani sistem delivery order. Ini
juga jadi kesatuan dengan layanan CSR perseroan untuk memberdayakan tukang ojek.
Kemudian layanan pemesanan taksi yang sudah dikerjasamakan dengan Blue Bird.
Ketiga, ekspansi dengan membuka gerai baru dengan format gerai lebih kecil yang
membidik areal baru, termasuk di lokasi stasiun kereta api, apartemen dan mall atau
pusat perbelanjaan.
Keempat, melakukan kerjasama dengan JV dengan Warabeya Nichiko Co Ltd Japan
dalam pengembangan keahlian untuk mengembangkan menu makanan segar,
penambahan variasi, peningkatan kualitas dan memperbaiki kemasan.
Kelima, fokus membangun fasilitas infrastruktur gudang dan pabrik makanan yang
menunjang keberadaan dan pengembangan gerai 7-Eleven.
Keenam, mengembangkan training center dan fasilitas lainnya yang mendukung rekrut
karyawan serta dan pelatihan karyawan secara berkala.
Ketujuh, melakukan pemasaran yang intensif melalui berbagai kegiatan promosi untuk
meningkatkan jumlah gerai 7-Eleven di Indonesia.
HOME

>>

COMPANY

Perseroan melalui entitas anak PT Modern Sevel Indonesia (MSI) yang memfokuskan
bisnisnya untuk retail 7-Eleven, mencanangkan tahun 2013 sebagai awal dimulainya
Fresh Food Destination. Konsep tersebut adalah memposisikan Gerai 7-Eleven
sebagai convenience store yang menyajikan makanan segar dengan kualitas terbaik,
rasa yang enak, higienis
dengan harga yang terjangkau. Moto untuk Makanan Segar yang ditawarkan di 7-Eleven
ini adalah : Higienis, Enak , Cepat dimana penawaran makanan segar dengan
menjunjung prinsip ini hanya bisa didapatkan hanya di 7-Eleven. Konsep
tersebut membutuhkan dukungan sarana infrastruktur kuat berupa CDC (Central
Warehouse dan Central Kitchen) dan IT System. Infrastruktur pendukung bisnis tersebut
berperan penting dalam merealisasikan positioning 7-Eleven. Pada tahun 2014
Perseroan fokus membangun dan mengembangkan pabrik makanan tahap ke 2 yang
pembangunannya dimulai pada awal 2013 dan selesai pada akhir 2014. Pabrik
baru (central kitchen 2) tersebut bagi Perseroan menjadi sangat penting, karena
Perseroan mencanangkan tahun 2015 sebagai tahun lepas landas untuk memperkuat
dan merealisasikan positioning 7-Eleven sebagai Fresh Food Destination.
Untuk Warehouse Management & IT System, Perseroan melakukan:
1. Terobosan System dengan Datria Voice untuk mempercepat flow proses di gudang.
Pertama di Indonesia dan dapat memangkas biaya karyawan secara efektif
2. Memiliki System Inventory / WMS system sendiri dan tidak bergantung pada Pihak
ke-3
3. Kerjasama Distribusi dengan Iron Bird.
ANALISIS SWOT 7-ELEVEN

OKTOBER 15, 2012 BY AGUNGKEVINKARANG

7- Eleven

Postingan kali ini yaitu mengenai sejarah awal pembentukan 7 eleven.


7 Eleven merupakan salah satu jaringan ritel convenience store kelas dunia
yang tersebar di 18 negara di dunia dengan jumlah outlet lebih dari 36.000
outlet. Di kawasan Asia dan Australia ritel ini sudah ada di 11 negara.
7-Eleven adalah jaringan toko kelontong (convenience store) 24 jam asal
Amerika Serikat yang sejak tahun 2005 kepemilikannya dipegang Seven & I
Holdings Co., sebuah perusahaan Jepang. Pada tahun 2004, lebih dari 26.000
gerai 7-Eleven tersebar di 18 negara;[1] antara pasar terbesarnya adalah
Amerika Serikat dan Jepang.
Didirikan pada tahun 1927 di Oak Cliff, Texas (kini masuk wilayah Dallas),
nama 7-Eleven mulai digunakan pada tahun 1946. Sebelum toko 24 jam
pertama dibuka di Austin, Texas pada tahun 1962, 7-Eleven buka dari jam 7
pagi hingga 11 malam, dan karenanya bernama 7-Eleven (7-Sebelas).
Tahun 1991, Southland Corporation yang merupakan pemilik 7-Eleven,
sebagian besar sahamnya dijual kepada perusahaan jaringan supermarket
Jepang, Ito-Yokado. Southland Corporation lalu diubah namanya menjadi 7-
Eleven, Inc pada tahun 1999. Tahun 2005, seluruh saham 7-Eleven, Inc
diambil alih Seven & I Holdings Co. sehingga perusahaan ini dimiliki
sepenuhnya oleh pihak Jepang.
Setiap gerai 7-Eleven menjual berbagai jenis produk, umumnya makanan,
minuman, dan majalah. Di berbagai negara, tersedia pula layanan seperti
pembayaran tagihan serta penjualan makanan khas daerah. Produk khas 7-
Eleven adalah Slurpee, sejenis minumas es dan Big Gulp, minuman soft drink
berukuran besar.
7 Eleven di Indonesia
Masuknya 7 Eleven ke Indonesia melalui jalur franchise oleh PT. Modern
Internasional Tbk (juga distributor tunggal produk Fuji Film Jepang di
Indonesia) melalui anak perusahaannya, PT Modern PutraIndonesia. Seperti
diberitakan di situs resminya pembukaan gerai pertama kali yaitu pada
tanggal 07 November 2009 di daerah Bulungan, Jakarta Selatan. Pembukaan
dilakukan oleh empat orang secara bersamaan, Bapak Sungkono Honoris,
Bapak Luntungan Honoris, dan Bapak Siwi Honoris mewakili PT Modern
PutraIndonesia, dan Bapak Bob Jenkins, mewakili Principal 7 Eleven.
Indonesia adalah termasuk negara ke-12 di kawasan Asia dan Australia
dengan keberadaan 7 eleven didalamnya. Bisa dipastikan dunia bisnis ritel di
Indonesia akan semakin bergairah dengan semua tantangan dan
peluangnya. Hingga saat ini sudah banyak muncul para pemain dalam bisnis
ritel ini dari mulai kelas mini market, supermarket hingga hypermarket. Tidak
hanya ritel lokal saja, ritel asing yang masuk melalui system kewaralabaan
juga sudah mulai bermunculan.

analisis SWOT yang telah kami lakukan untuk meneliti 7-eleven berdasarkan
riset yang telah kami lakukan di lapangan.
-. KEKUATAN ( STRENGTH ) :
1. tempat strategis
2. banyak produk yang ditawarkan
3. free wi-f
4. pencahayaan yang terang
5. pelayanan yang ramah
-. KELEMAHAN ( WEAKNESS ) :
1. produk yang dijual cukup mahal
2. lahan parkir yang kecil
3. lingkungan yang kotor
4. sirkulasi udara yang kurang baik
5. akses jalan masuk yang cukup padat
-. PELUANG ( OPPURTUNITY ) :
1. memiliki peralatan yang canggih untuk menarik konsumen
2. banyak sekolah atau universitas yang berada diwilayah usaha
untuk meningkatkan pendapatan
-. ANCAMAN ( THREAT ) :
1. terdapat lokasi usaha yang sama
2. harga yang tinggi dari produk yang dapat menurunkan potensi
keuntungan
3. banyak usaha yang sama dalam industrinya
4. persaingan yang sangat ketat untuk mendapatkan konsumen dalam
industri yang sama.
Rahasia Sukses 7-Eleven
by SWAOnline - July 16, 2009

0
Shares

Click to share on Facebook (Opens in new window)


Click to share on Twitter (Opens in new window)
Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
Click to share on Google+ (Opens in new window)
Click to share on WhatsApp (Opens in new window)

6 April 2009. 7-Eleven dalam situsnya mengumumkan akan memasuki pasar Indonesia.
Jaringan peritel terbesar di dunia tersebut masuk dengan perjanjian master franchise
dengan PT Modern Putra Indonesia. Dengan demikian, Indonesia merupakan negara
Asia ke-12 yang menjadi tempat 7-Eleven beroperasi.

Siapa sebenarnya 7-Eleven? Bagaimana cara mereka tumbuh dan sukses menjadi
peritel convenience store yang sangat sukses? Pelajaran apa sajakah yang dapat
dipetik dari mereka?
Cikal bakal perusahaan ini adalah Southland Ice Company yang didirikan tahun 1927 di
Dallas, Texas, Amerika Serikat. Salah seorang pekerjanya, Joe C. Thomson, mencoba
menjual telur, susu dan roti di depan pabrik pembuat es yang dimiliki John Jefferson
tersebut. Bisnisnya ternyata laku keras sekalipun ada banyak toko grosir di sekitarnya.
Masyarakat lebih suka toko tersebut karena kesegaran roti dan susunya
maklum, dekat pabrik es. Saking suksesnya, Thomson kemudian membeli Southland
Ice Company dan mengubahnya menjadi Southland Corporation yang menjual barang-
barang kebutuhan sehari-hari.

Awalnya, nama toko penjual barang-barang kebutuhan sehari-hari itu adalah Tote
m, karena konsumen harus men-tote (membungkus) bawaan mereka. Pada
1946, mereka membuka tokonya dari pukul 7 pagi sampai pukul 11 malam. Itulah asal-
usul nama 7-Eleven. Jam buka ini juga merupakan jam buka yang sangat panjang
dibandingkan dengan toko-toko yang buka di saat itu. Walaupun saat ini mereka
membuka tokonya selama 24 jam, nama 7-Eleven tidak pernah diubah lagi.

Seusai pergantian nama itu, mereka pun berekspansi dengan cepat. Tahun 1952,
mereka telah mencapai sekitar 100 toko dan terus bertambah setiap tahun. Sayang, di
tengah akselerasi bisnis, malang tidak dapat ditolak. Pada 1980-an, 7-Eleven kesulitan
keuangan. Puncaknya, tahun 1987, John Philip Thompson menjual perusahaan yang
didirikan bapaknya itu kepada Ito-Yokado dengan menandatangani management buy-
out senilai US$ 5,2 miliar. Akan tetapi, pembelinya juga sempat kesulitan keuangan
karena hancurnya bursa saham pada 1987. Saat itu, Ito tidak berhasil mendapatkan
utang obligasi yang memadai, sehingga terpaksa menawarkan sahamnya.

Ito-Yokado kemudian membentuk 7&i Holdings Co. yang menaungi jaringan 7-Eleven.
Pada 2007, mereka mengumumkan bahwa mereka akan secara agresif memasuki
pasar AS dengan menambah 1.000 toko baru di sana. Secara keseluruhan, 7-Eleven
memiliki sekitar 36.000 toko di 14 negara, diantaranya 12.300 toko di Jepang, 6.100
toko di AS dan mewaralabakan 17.000 toko di Negeri Abang Sam tersebut. Walaupun
memiliki lebih banyak toko di AS, dua pertiga dari pendapatannya berasal dari Jepang.
Jangan mengira kalau persaingan di industri tersebut rendah. Jepang memiliki sekitar
43.000 konbini, sebutan untuk convenience store dalam bahasa Jepang. Selain 7-
Eleven, beberapa nama besar di industri ini adalah Lawson dan FamilyMart.

Jadi, apa yang menjadi basis kesuksesan jaringan peritel ini?

Inovasi dan Selalu Menjadi yang Pertama. Keberhasilan mereka adalah pada
inovasinya. 7-Eleven berhasil memengaruhi orang Jepang untuk membeli onigiri, nasi
bola dengan rumput laut di toko mereka. Rahasianya? Untuk menjaga agar tetap garing,
mereka memakai kemasan khusus yang memisahkan nasi dari rumput lautnya. Metode
ini sekarang menjadi standar untuk onigiri yang dijual di convenience store di Negeri
Matahari Terbit. Mereka juga menjual kopi dingin yang dituangkan dari kulkas dan dijual
dalam kemasan kertas.

7-Eleven juga memiliki sejumlah bisnis sampingan di samping ritel.


Mereka menjual tiket dan menerima pembayaran uang air, listrik, gas dan pajak. Inovasi
yang lebih lanjut adalah meminta para kasirnya untuk mengisikan uang tunai yang
diterima ke dalam ATM yang ada dalam toko. Inovasi ini memberikan efisiensi yang luar
biasa: uang tunai tersebut tidak usah diantar ke kantor pusat lagi, uang kas yang
diterima menjadi lebih aman berada dalam mesin ATM, serta bank tidak perlu datang
mengisi mesin ATM tersebut lagi.

Yang menarik, mereka menjalankan strategi yang berbeda untuk setiap negara. Bila di
Jepang rasanya sulit menjual minuman soda dalam kemasan 2 liter karena bukan
merupakan budaya masyarakatnya, 7-Eleven tidak segan-segan meluncurkan kemasan
raksasa tersebut dengan nama Big Gulp. Kemasan yang ditawarkan mulai dari 0,7 liter
(Gulp), 1,2 liter (Super Big Gulp) sampai 2 liter (Double Gulp).

Dengan demikian, 7-Eleven merupakan peritel yang pertama beroperasi dari pukul 7
pagi sampai pukul 11 malam, yang pertama beroperasi 24 jam sehari, dan yang
pertama menjual minuman soda dalam ukuran raksasa. Selain itu, mereka juga
merupakan toko yang pertama menjual kopi yang baru diseduh (freshly brewed) dalam
kemasan siap pakai. Saat ini, mereka juga menjadi toko yang pertama menawarkan
ramuan herbal ke dalam kopinya.
Kopi merupakan produk buatan sendiri yang paling laku di jaringan toko ini. Setiap hari
mereka menjual sekitar 1 juta gelas, setara dengan 10.000 pot setiap jamnya sepanjang
tahun. Bukan hanya itu, mereka juga berhasil menjual 60 juta donat setiap tahun.
Hebatnya lagi, sekitar 70% pembeli donat juga membeli kopi buatan 7-Eleven
bersamaan dengan donatnya. Sebuah kombinasi cross-selling yang sangat berhasil.

Selain itu, pada 1967, mereka mulai menawarkan Slurpee, minuman bersoda setengah
beku yang dijual pada suhu 28 derajat Celcius. Rasa yang favorit adalah kola ataupun
ceri. Rasa-rasa baru juga diperkenalkan secara berkala. Saat ini, jaringan toko ini
berhasil menjual rata-rata 13 juta minuman Slurpee setiap bulan. Sejak diluncurkan,
mereka telah menjual sekitar 6 miliar gelas minuman ini. Pada 1998, mereka pun
meluncurkan lip balm dengan rasa Slurpee yang disebut sebagai Slurpee Lip Balm.
Pada 2004, mereka meluncurkan sedotan Slurpee yang dapat dimakan.

Jaringan toko ini merayakan 11 Juli (di AS ditulis 7/11) sebagai hari 7-Eleven di AS. Di
Australia, hari itu dirayakan pada tanggal 7 November. Di hari itu, toko-toko 7-Eleven
tertentu akan menawari 1.000 pelanggannya 7.11 oz Slurpee dengan rasa sesuka
konsumen secara gratis. Dengan demikian, 11 Juli juga disebut sebagai
Slurpee Day.

Sistem Informasi untuk Keunggulan Bersaing. Sepertinya 7-Eleven tidak henti-hentinya


berinovasi. Pada 23 April 2007, mereka meluncurkan kartu Nanaco (dalam bahasa
Jepang, nana artinya tujuh). Kartu ini adalah kartu uang elektronik tanpa sentuhan yang
bersifat prabayar dan dapat di-charge ulang (contactless electronic money, prepaid,
rechargeable). Mungkin di Indonesia, persamaannya adalah kartu Flazz dari BCA.

Mulanya, kartu ini hanya diluncurkan di sekitar 1.500 toko 7-Eleven di Tokyo. Hanya
dalam waktu satu bulan, seluruh jaringannya telah memiliki fasilitas kartu ini. Pada Mei
2008, Nanaco telah diterima di semua jaringan Ito-Yokado. Pada Juni 2007, tiga bulan
sejak diluncurkan, telah ada 3,8 juta pemegang kartu. Saat ini, diperkirakan ada sekitar
7,5 juta pemegang kartu dan kartu tersebut telah dapat dipakai di sekitar 7.000 toko di
luar jaringan Ito-Yokado. Nanaco juga telah menjadi kartu e-wallet yang paling sering
dipakai di Jepang sekaligus kartu loyalti peritel yang paling kaya akan informasi pribadi
konsumen.
Pembuat kartu ini adalah IY Card Services Co., yang juga merupakan anak perusahaan
7&i Holdings Co. Nanaco tersedia dalam dua format: kartu dan telepon seluler. Untuk
ponsel, konsepnya adalah dengan contactless chip yang ditambahkan dengan aplikasi
osaifu-keitai (o-saifu artinya dompet dan keitai adalah telepon genggam). Bila
konsumen memiliki kartu kredit IY, mereka dapat memilih opsi postpay untuk kartu
Nanaco. Dengan adanya kartu contactless ini, jelas konsumen akan mendapatkan
kemudahan. Mereka hanya perlu melambaikan kartu Nanaco ataupun ponselnya pada
saat ingin membayar. Sebagai insentif untuk konsumen, pembelian dengan Nanaco
akan mendapatkan poin yang dapat ditukar dengan hadiah.

Hebatnya, kartu Nanaco adalah satu-satunya contactless smart card yang diterima oleh
7-Eleven. Toko 7-Eleven ini mendapatkan informasi yang sangat berharga dari kartu ini.
Mereka dapat dengan persis mengetahui apa dan kapan konsumen membeli sesuatu
sehingga mereka dapat mengatur logistiknya dengan tepat. Dengan menuai informasi
ini, jaringan toko ini akan mendapat suplai sebanyak 9 kali dari pusat distribusi. Semua
makanan yang dikirimkan diatur sesuai dengan suhu dan perkiraan waktu pembelian
konsumen sehingga akan selalu segar pada saat konsumen membelinya. Kesegaran ini
merupakan perhatian utama jaringan ini. Bahkan kopi hanya akan dipertahankan
selama 1 jam, sesudah itu harus dibuang.

Untuk menjaga kesegaran makanannya, mereka membaginya berdasarkan suhu.


Makanan beku dikirimkan pada suhu -20 derajat C, makanan dingin dikirimkan pada
suhu 5 derajat C, nasi pada suhu 20 derajat C, dan makanan diproses pada suhu
ruangan. Untuk mengantisipasi risiko lalu lintas yang tidak pasti, mereka memiliki
sejumlah moda transportasi termasuk sepeda motor dan helikopter. Tidak
mengherankan, pada saat gempa bumi Kobe sebesar 6,8 SR terjadi pada 17 Januari
1995 pukul 05.46 pagi, dengan memanfaatkan kekuatan logistiknya, mereka mampu
mengirimkan 64.000 bola nasi sebagai amal ke kota tersebut sebelum pukul 11 siang
dengan memakai 7 helikopter dan 125 sepeda motor.

Untuk memaksimalkan efisiensi distribusi dan meminimalkan kompetisi, mereka


menjalankan Dominant Opening Strategy. Mereka mengonsentrasikan tokonya di area
tertentu untuk menciptakan critical mass. Daerah jangkauan adalah radius 500 meter
dan semua daerah dilingkupi dengan overlap yang minimal. Dengan demikian,
logistiknya akan teroptimalkan karena satu truk dapat melayani beberapa toko dalam
satu daerah.

Tata letak toko juga diatur untuk memberikan kenyamanan bagi konsumen. Misalnya,
diketahui pada pukul 7-8 pagi, susu 350 ml paling banyak dibeli orang yang berangkat
bekerja; pukul 11-1 siang, susu 500 ml paling banyak dibeli anak pulang sekolah; dan
malam hari susu 1 liter paling banyak dibeli oleh ibu tangga. Dengan adanya
pengetahuan seperti ini, manajer toko akan mengatur tata letak toko pada jam-jam
tersebut sesuai dengan ukuran susu yang paling banyak dibeli. Dan ini semua
dimungkinkan terjadi lantaran dukungan teknologi informasi.

Online dan Kiosk. Pada Oktober 2000, mereka meluncurkan 7dream.com. Ide dasarnya
adalah konsumen akan memilih barang yang dipesan dan akan mengambil barang
tersebut di toko 7-Eleven dua atau tiga hari kemudian. Dengan demikian, 7-Eleven tidak
usah memiliki stok barang yang banyak. Karena subway merupakan moda transportasi
yang sangat umum di Jepang, tidak mengherankan ada banyak toko 7-Eleven di dekat
stasiun subway sehingga konsumen akan gampang mengambil barangnya begitu keluar
dari stasiun.

Mereka juga memiliki MMK (Multi-Media Kiosk); konsumen yang tidak memiliki Internet
dapat datang dan memesan barang yang tidak ada di toko. Sistem ini juga
terhubungkan dengan Fuji Film yang memungkinkan konsumen membawa foto digital
dan mengembangkannya dengan memakai printer dalam MMK. MMK terkoneksi pula
ke Sony Entertainment System dan menawarkan Mini-Disk, seperti CD, di mana
konsumen dapat memilih dan mem-burn lagu-lagu yang disukai. Lagu-lagu yang
populer biasanya telah tersedia di database toko.

Pada April 2004, mereka pun mulai menawarkan 7-Eleven Speak Out Wireless di mana
konsumen dapat membeli ponsel prabayar langsung dari toko 7-Eleven di AS dan
Kanada serta mengaktifkannya langsung di tempat. SIM Card-nya tidak dijual terpisah.
Dengan demikian, mereka juga menjadi peritel yang pertama menjual kartu telepon
prabayar.
Visi dan Misi di Balik Kesuksesan. Selalu menjadi yang pertama dan penuh inovasi
merupakan implementasi misi 7-Eleven: ingin konsisten melayani kebutuhan konsumen
yang senantiasa berubah agar mereka merasa nyaman. Visi mereka adalah menjadi
convenience retailer terbaik di dunia. Pencapaian visi dan misi ini dicapai dengan
prinsip Servant Leadership dan The 7-Eleven Way. Servant Leadership didefinisikan
dengan 3C, yakni capacity (apa yang dapat dilakukan untuk memimpin), commitment
(apa yang ingin dilakukan untuk memimpin), dan character (apa yang akan dilakukan
untuk memimpin). The 7-Eleven Way dideskripsikan dalam akronim I CARE yang
merupakan singkatan dari Integrity, Customer Focus, Accountability, Recognition dan
Excellent Execution.

Satu lagi yang tak bisa diabaikan adalah 7-Eleven memiliki struktur organisasi yang
ramping yang membuat aliran informasi mengalir lebih cepat, lebih lancar, sehingga
lebih efisien untuk pengambilan keputusan. Jim Keyes, mantan CEO 7-Eleven,
mengungkap bahwa gaya manajemen yang dikembangkan di perusahaan ini mirip
pelatihan tim sepak bola. Saya mencoba membuat strategi untuk menang,
strategi yang memungkinkan organisasi menghilangkan hambatan persaingan. Kami
harus memiliki rencana permainan, dan jelas, tugas sayalah untuk membuatnya,
katanya. Dan jelas, ini adalah sebuah perpaduan visi, misi dan prinsip yang
sempurna untuk bersaing di industri ritel yang sangat kompetitif.

7- Eleven merupakan toko kelas mini yang lebih banyak menyajikan makanan atau istilah ritelnya

sering disebut convenience store. 7-Eleven adalah jaringan ritel kelas dunia yang berasal dari

Texas USA, berdiri sejak tahun 1927. Saat ini 7-Eleven memiliki lebih dari 40.000 gerai di

berbagai penjuru dunia dan akan terus bertambah. Jepang merupakan negara dengan jumlah

gerai terbanyak, yaitu . Indonesia merupakan negara ke-17 yang dimasuki oleh 7-eleven, mulai

masuk pada tahun 2009 dan dikelola oleh PT Modern Putra Indonesia melalui sistem waralaba. Ini

adalah anak usaha Grup Modern International, yang juga pemilik lisensi Fuji Film.

Tahun 1991, Southland Corporation yang merupakan pemilik 7-Eleven, sebagian besar sahamnya

dijual kepada perusahaan jaringan supermarket Jepang, Ito-Yokado. Southland Corporation lalu

diubah namanya menjadi 7-Eleven, Inc pada tahun 1999. Tahun 2005, seluruh saham 7-Eleven,

Inc diambil alih Seven & I Holdings Co. sehingga perusahaan ini dimiliki sepenuhnya oleh pihak

Jepang.
Setiap gerai 7-Eleven menjual berbagai jenis produk, umumnya makanan, minuman, dan

majalah. Di berbagai negara, tersedia pula layanan seperti pembayaran tagihan serta penjualan

makanan khas daerah. Produk khas 7-Eleven adalah Slurpee, sejenis minuman es dan Big Gulp,

minuman soft drink berukuran besar.

Jumlah gerai 7-Eleven di Jakarta baru mencapai 32 gerai yang berada di lokasi strategis dan

cocok sebagai tempat nongkrong. Gerai pertama 7-eleven adalah di wilayah Bulungan Jakarta

Selatan yang merupakan salah satu pusat kegiatan dan nongkrong anak muda Jakarta. Segmen

7-Eleven memang anak muda dan eksekutif muda yang selalu membutuhkan tempat untuk

kumpul dan makan.

Kehadiran 7-eleven memberikan warna tersendiri bagi perkembangan industri ritel di Indonesia

serta semakin memperketat persaingan di bisnis ritel secara keseluruhan. Konsumen semakin

memiliki banyak pilihan dalam berbelanja kebutuhannya, terutama kebutuhan untuk makanan

cepat saji yang murah dan tempat untuk nongkrong dan ngumpul yang nyaman dengan lokasi

strategis, ditambah dengan akses wi-f yang cepat semakin menamban kenyamanan pengunjung

yang kebanyakan ABG (anak SMA-kuliahan) serta eksekutif muda.

Gaya hidup anak muda di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Makassar

dan kota-kota besar lain di Indonesia hampir sama, suka ngobrol, nongkrong sambil makan

bersama rekan-rekan mereka. apalagi kalau harganya murah dan enak. Dengan semakin

tingginya daya beli masyarakat segmen ini, prospek convenience store cukup tinggi ditambah

dengan kemacetan di kota-kota tersebut yang semakin parah membuat anak muda malas untuk

pergi ke lokasi-lokasi yang rawan macet di pusat kota.

Lokasi yang strategis, harga murah, tempat yang nyaman, menu minuman dan makanan yang

variatif, serta cara penyajian yang berbeda dari restoran cepat saji biasa membuat 7-Eleven

menjadi salah satu toko favorit hang-out anak muda di Jakarta.

Menurut penelitian The Nielsen Regional Retail Highlights, popularitas 7-Eleven akan terus

meningkat di dalam kurun waktu 10 tahun yang akan datang. Hal ini dikarenakan oleh sesuainya

konsep toko dengan gaya hidup orang Indonesia, khususnya ibukota Jakarta. Range harga yang

tidak terlalu mahal dan tempat yang nyaman menjadi alasan utama masyarakat memilih untuk

nongkrong di 7-Eleven ketimbang di mall-mall ibukota. Suasana santai pun menjadi daya tarik

tersendiri. Para pelanggan dapat datang dengan sendal jepit dan celana pendek, sementara di

fancy cafes dan mall-mall ibukota orang kerap datang dengan dandanan yang rapi.
Semua alasan tersebut menyebabkan konsep dari toko 7-Eleven di Indonesia mulai dicontoh oleh

para kompetitornya. Chairul Tanjung, chairman dari PARA Group dan Carefour Indonesia akan

mulai bermain di dalam bidang ini dengan membuka convenience store dengan brand Trans

Mart.

Manajemen 7-Eleven akan terus menggenjot pertumbuhan outlenya hingga 100 outlet di tahun

2012. Anak usaha PT Modern International Tbk (MDRN) ini, sudah menyiapkan dana Rp 150 miliar

dalam pengembangan 7-Eleven hingga akhir tahun. Dimana Rp 120 miliar merupakan fasilitas

pinjaman dari Bank Sinarmas dan Bank CIMB Niaga.

Anda mungkin juga menyukai