Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No.

ISSN 1858-4330

KAJIAN PEMBERIAN PAKAN KULIT KAKAO FERMENTASI TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI
STUDY OF GIFT OF COCOA HUSK FERMENTED FEED ON BALI COW GROWTH Serli Anas*, Annas Zubair, dan Dwi Rohmadi Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Gorontalo Jl. Kopi No 270 Desa Iloheluma, Kec. Tilong Kabila, Kab Bone Bolango, Prov. Gorontalo, 96183, Tlp/fax 0435-827627 * e-mail: serli.anasbptpgto@gmail.com

ABSTRAK Jumlah produksi kakao di kabupaten Pohuwato tahun 2009 sebanyak 3.478,86 ton. Dengan jumlah kulit kakaonya sekitar 70 %, masih kurang dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Penggunaan kulit kakao untuk ternak sapi bisa 3040% dari kebutuhan pakan, dengan demikian pemanfaatan kulit buah kakao dapat mengantisipasi masalah kekurangan pakan ternak serta menghemat tenaga kerja dalam penyediaan pakan hijauan. Fermentasi kulit kakao dapat mempertinggi daya cerna, menurunkan kandungan lignin, meningkatkan kadar protein, menekan efek buruk racun theobromine dan meningkatkan produktivitas ternak sapi. Penelitin bertujuan untuk dapat memanfaatkan kulit kakao sebagai pakan ternak untuk meningkatkan pertambahan berat badan ternak sapi Bali >0,5 kg ekor-1 hari-1. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pohuwato dari Februari sampai September 2012, menggunakan 12 ekor sapi Bali dengan pemberian pakan fermentasi kulit kakao dan konsentrat dengan 3 perlakuan (P1 sebagai kontrol, P2 sebanyak 2 kg fermentasi dan P3 sebanyak 4 kg fermentasi) dan 4 ulangan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Pengamatan yang dilakukan yaitu pertambahan berat badan sapi Bali selama 3 bulan, pengolahan data menggunakan analisa sidik ragam dan uji beda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan pada sapi bali memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan berat badan sapi Bali. Kata kunci: Fermentasi kulit kakao, sapi Bali, pertambahan berat badan

ABSTRACT Production cacao in district Pohuwato year 2009 as much 3.478,86 ton. Production the husk cacao about 70 %, still less be exploited upon which feed livestock. use of Husk cacao for the livestock cattle can 30-40% from requirement feed, there by exploiting of husk of fruit cacao can anticipate the problem of insuffiency of feed livestock and also economize the labour in ready of feed. fermentation of Husk cacao can heighten the energy digest, degrading lignine content, improving protein rate, depressing ugly effect poison the theobromine and improve the productivity of cattle livestock. Intention of this study that is can exploit the husk cacao as feed livestock to increase heavy accretion of higher body weight livestock of bali cattle >0,5 kg tail-1 day-1. This study in district Pohuwato of month February - September 2012, using 12 head of Bali cattle with the feed of fermentation of husk cacao and concentrat by 3 treatment ( P1 as control, P2 as much 2 kg of fermentation

79

Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2

ISSN 1858-4330

and P3 as much 4 kg fermentation) and 4 replications by using RAL. Observation of higher body weight of Bali cattle of during 3 month Statistical analysis using the least significant different analysis and Duncan test. Keywords: Fermentation of husk cacao, Bali cattle, higher body weight

PENDAHULUAN Meningkatkan produksi daging merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan sekaligus memajukan tingkat kecerdasan sumberdaya manusia Indonesia. Daging sapi adalah sumber protein hewani yang kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan konsumen nasional baru sekitar 23%. Telah banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan populasi, namun hasilnya belum memperlihatkan dampak yang positip, Selain penurunan populasi, produktivitas yang rendah merupakan kendala peningkatan produksi daging terutama pada usaha sapi potong rakyat. Keterbatasan modal, kurang berwawasan agribisnis serta tatalaksana pemeliharaan yang masih tradisional merupakan penyebab rendahnya produktivitas (dengan tingkat pertumbuhan <0,5 kg hari-1). Salah satu faktor tata laksana pemeliharaan yang penting dan pengaruhnya cukup besar bagi produktivitas adalah pakan. Pakan ternak memegang peranan yang sangat penting dalam usaha peternakan dan merupakan bagian terbesar dari total biaya produksi. Pakan ternak harus terjaga kualitas dan kuantitas agar proses perkembangan, produksi dihasilkan menjadi baik. Dalam usaha peternakan, biaya produksi untuk pakan dapat mencapai 70%. Oleh karena itu keuntungan usaha ini dapat diperoleh apabila ransum/pakan yang diberikan cukup murah tetapi dapat memenuhi kebutuhan ternak. Jumlah produksi kakao di kabupaten Pohuwato tahun 2009 sebanyak 3.478,86 ton. Dengan jumlah kulit kakaonya sekitar 70 %, masih kurang dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Penggunaan kulit kakao untuk ternak sapi bisa 3040% dari 80

kebutuhan pakan, dengan demikian pemanfaatan kulit buah kakao dapat mengantisipasi masalah kekurangan pakan ternak serta menghemat tenaga kerja dalam penyediaan pakan hijauan. Fermentasi kulit kakao dapat mempertinggi daya cerna, menurunkan kandungan lignin, meningkatkan kadar protein, menekan efek buruk racun theobromine dan meningkatkan produktivitas ternak sapi. Pemberian kulit kakao fermentasi dapat dilakukan dalam bentuk segar dan tepung Laconi (1998) menyatakan bahwa kulit buah kakao mengandung lignin dan teobromin tinggi (Aregheore, 2000), selain juga mengandung serat kasar yang tinggi (40,03%) dan protein yang rendah (9,71 %). Menurut Ammirroenas (1990), kulit kakao mengandung selulosa 36,23%, hemiselulosa 1,14% dan lignin 20%-27,95 %. Lignin yang berikatan dengan selulosa menyebabkan selulosa tidak bisa dimanfaatkan oleh ternak. Upaya meningkatkan kualitas dan nilai gizi pakan serat hasil ikutan perkebunan yang berkualitas rendah merupakan upaya strategis dalam meningkatkan ketersediaan pakan. Penelitian bertujuan untuk: 1) Menghasilkan pakan fermentasi kulit kakao, 2) Meningkatkan pertumbuhan berat badan sapi >0,5 kg ekor-1 hari-1, dan 3) Memperoleh rekomendasi fermentasi kulit kakao

BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pancakarsa I, Kec. Taluditi, Kab. Pohuwato Provinsi Gorontalo. Secara keseluruhan waktu pelaksanaan mulai bulan Pebruari September 2012.

Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2

ISSN 1858-4330

Pengkajian ini menggunakan 16 ekor sapi Bali dengan umur 1,5 tahun dan ternak dipelihara dalam satu kandang. Pengkajian menerapkan empat macam perlakuan pakan dan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), masing-masing perla-

kuan memiliki replikasi 4 ekor ternak sapi Bali. Pengamatan pengaruh perlakuan pakan fermentasi terhadap pertambahan berat badan sapi Bali dilakukan selama 3 bulan.

Tabel 1. Perlakuan pakan No 1. 2. 3. 4. Uraian P1 (Kontrol) P2 P3 P4 Hijauan 10 % Berat Badan 10 % Berat Badan 10 % Berat Badan 10 % Berat Badan Fermentasi Kulit Kakao 3 kg 4 kg 5 kg Konsentrat 1 % Berat Badan 1 % Berat Badan 1 % Berat Badan 1 % Berat Badan

Cara Pembuatan Ransum

dan

Pemberian

Kulit buah kakao fermentasi dibuat dengan mengunakan EM4, Urea, dan air. Dengan perbandingan 5 liter EM4 dan 5 kg urea untuk 1 ton kulit buah kakao basah. Kulit kakao segar dicacah menjadi ukuran 23 cm, kulit buah kakao yang telah dicacah dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian disemprot dengan larutan fermentor. Larutan fermentor dibuat dengan mencampurkan 5 kg urea dan 5 liter EM4 dalam air untuk kulit buah kakao sebanyak 1 ton secara merata. Kulit buah kakao dibuat berlapis di dalam plastik dan setiap lapis disemprot fermentor. Setelah selesai plastik ditutup rapat setelah sebelumnya udara di dalam dihisap menggunakan vacum sehingga suasana anaerob bisa tercapai. Kantong dibuka setelah 21 hari dan kulit buah kakao fermentasi diangin-anginkan sebelum diberikan pada ternak Adapun formulasi konsentrat yaitu: Dedak halus 60%, jagung halus 25%, tepung ikan 10%, mineral 4%, garam 1%. Komponen ransum konsentrat dicampur secara manual dengan tangan sesuai ta-

karan yang sudah ditentukan. Pakan tambahan konsentrat yang digunakan untuk mendapatkan kandungan protein 12% yang diberikan 1% dari berat badan ekor-1 hari-1. Pemberian pakan konsentrat dilakukan 2 jam pada pagi hari sebelum pemberian rumput dan fermentasi kulit kakao. Hijauan yang diberikan ke ternak adalah jerami jagung yang masih segar. Hijauan diransumkan dua kali sehari, air minum disediakan adlibitum dan diganti dengan air yang baru setiap hari. Sebelum dilakukan pengkajian ini, semua ternak diberi obat cacing untuk mengantisipasi kemungkinan terdapatnya parasit dalam saluran pencernaan yang dapat menimbulkan bias terhadap data pengaruh pakan percobaan selama penelitian. Pengamatan yang dilakukan yaitu pertambahan berat badan sapi Bali yang ditimbang setiap bulan. Pengolahan data menggunakan analisis sidik ragam dan uji beda nyata terkecil (Gomez, 1995). Pengukuran Pertambahan Berat Badan Sapi Seleksi calon sapi yang akan dijadikan sample pengkajian yaitu sapi Bali dengan berat rata-rata 200250 kg dengan umur 81

Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2

ISSN 1858-4330

1,52 tahun sebanyak 16 ekor. Setelah sapi tersebut dipilih berdasarkan kesepakatan sapi tersebut akan diintensifkan sebagai sapi penggemukan di kandang selama 90 hari, selama jangka waktu tersebut sapi-sapi yang telah dipilih tidak boleh digunakan sebagai sapi pekerja di luar kandang. Selanjutnya setelah seleksi calon sapi dilakukan penimbangan berat badan awal secara digital. Setelah itu pemberian pakan baik berupa hijauan, fermentasi kulit kakao dan konsentrat diberikan sesuai dengan perlakuan yang disertai pengamatan perkembangan berat badan setiap 10 hari. Pengumpulan Data dan Analisis Data Data berat badan sapi yang ditimbang setiap 7 hari diolah dan dianalisis berdasarkan uji statistik dengan menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok) dan analisis uji BNT.

dan Samudera Pasifik terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April sampai Mei dan Oktober sampai November. Karakteristik Fermentasi Fermentasi merupakan salah satu teknologi untuk meningkatkan nilai gizi pakan berserat tinggi. Fermentasi dapat menghidrolisis protein, lemak, sellulosa, lignin dan polisakarida lain, sehingga bahan yang difermentasi akan mempunyai daya cerna yang lebih tinggi, selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang, selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein. Fermentasi akan meningkatkan Total Digestible Nutrien (TDN) dari bahan menjadi 70%. Fermentasi limbah kulit buah kakao merupakan proses perombakan struktur keras secara fisik, kimia dan biologi, sehingga bahan dengan struktur yang kompleks akan berubah menjadi lebih sederhana, dan hal tersebut menyebabkan daya cerna ternak menjadi lebih efisien. Kandungan Nutrisi Kulit buah Kakao mengandung alkaloid theobromin (3,7dimethylxantine) yang merupakan faktor pembatas pada pemakaian limbah Kakao sebagai pakan ternak. Kandungan alkaloid theobromin (3,7dimethylxantine) pada kulit buah Kakao yaitu 0,17-0,20 % (Wong et al., 1988). Dari hasil analisis fermentasi kulit kakao pada Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5 dapat dilihat bahwa kandungan kulit buah kakao setelah difermentasi dapat meningkatkan manfaat nilai pakan dibandingkan sebelum difermentasi. Zain (2007) melaporkan bahwa penggunaan pakan serat amoniasi sampai 100% pengganti rumput dan disuplementasi dengan daun ubi kayu

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Iklim Wilayah Kabupaten Pohuwato mempunyai luas: 4.291,81 km2. Kabupaten Pohuwato terletak antara 0,270,01 Lintang Utara dan 121,23122,44 Bujur Timur. Pada tahun 2003 kabupaten ini terdiri dari 13 kecamatan dengan adanya 9 pemekaran kecamatan baru. Ujung paling selatan di Tanjung Panjang pada 0,41 Lintang Selatan dan 121,804 BT. Paling Utara di Gunung Tentolomatinan pada 0,938 LU dan 121,776 BT. Batas Paling Barat di Gunung Sentayu pada 0,682 LU dan 121,173BT, dan paling Timur di Desa Tabulo pada 0,506 LU dan 122,152BT. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak berasal dari Asia

82

Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2

ISSN 1858-4330

mampu mendukung laju pertumbuhan ternak yang tinggi. Aregheore (2002) mengemukakan bahwa amoniasi diyakini dapat meningkatkan kualitas sifat fisik kulit buah kakao dan punya potensi untuk menurunkan faktor pembatas penggunaan kulit buah kakao sebagai pakan.

Tabel 2. Kandungan nutrisi kulit buah kakao (shel food husk). Nutrisi Bahan Kering Protein Lemak Serat Kasar TDN CA P Kulit Kakao Segar 14,5 9,15 1,25 32,7 50,3 0,29 0,19

tubuhnya. Pertumbuhan mikroba yang baik akan menyebabkan kecernaan pakan juga menjadi lebih baik (Zein, 2009). Kandungan lignin pada kuit buah kakaio fermentasi rendah disebabkan karena perlakuan fermentasi dengan urea mampu melonggarkan ikatan ligniselulosa sehingga lebih mudah dicerna oleh mikroba rumen (Nguyen et al., 2001; Granzin & Dryden, 2003).

Tabel 4. Kandungan nutrisi fermentasi kulit buah kakao (anaslis proksimat). Nutrisi Air Protein Lemak Kasar Serat Kasar BETN Abu Ca P Kulit Kakao Fermentasi 84,16 17,68 1,49 46,34 12,26 22,23 0,98 0,22

Sumber: BPTP Sumatera Barat

Tabel 3. Kandungan nutrisi kulit buah kakao Nutrisi Bahan Kering Bahan Organik Protein Kasar NDF ADF Selulosa Lignin Kulit Kakao Segar 17,2 81,2 9,07 73,9 58,98 38,65 20,15

Keterangan: Kecuali air, semua fraksi dinyatakan dalam bahan kering Sumber : Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Fapet UNHAS.

Tabel 5. Kandungan nutrisi fermentasi kulit buah kakao (anaslis Van Soest). Nutrisi ADF NDF Hemiselulosa Selulosa Lignin Abu Tak Larut Kulit Kakao Fermentasi 64,16 17,68 1,49 46,34 12,26 22,23

Pada Tabel 2 dan Tabel 4, dapat dilihat dari kandungan protein yang tinggi, fermentasi dapat meningkatkan kandungan protein hal ini sesuai dengan pernyataan Nguyen et al., 2001; Granzin & Dryden, 2003 bahwa amoniasi dapat meningkatkan protein kasar. Dengan tingginya protein sehingga ketersediaan nitrogen untuk pertumbuhan mikroba menjadi lebih baik. Hampir 80% mikroba rumen membutuhkan nitrogen untuk mensintesis protein

Sumber: Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Fapet UNHAS.

83

Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2

ISSN 1858-4330

Pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa kandungan ADF dan NDF rendah dibandingkan dengan kulit kakao tanpa fermentasi. NDF berkorelasi negatif dengan konsumsi apabila persentasenya tinggi maka akan menurunkan konsumsi pada pada ternak, apabila persentase ADF tinggi maka akan menurunkan daya cerna pada ternak (Ruddel et al., 2002). Tillman et al. (1989) menyatakan bahwa konsumsi ransum dipengaruhi oleh bentuk dan sifat fisik pakan, dan komposisi kimia ransum, fre-

kuensi pemberian dan anti nutrisi dalam ransum. Pertambahan Berat Badan Pertambahan berat badan sapi Bali yang diberi perlakuan keempat formulasi pakan menunjukkan bahwa sapi mengalami pertambahan berat badan selama kegiatan. Uji statistik terhadap pertambahan berat badan memperlihatkan bahwa berbeda nyata (P>0,05) dari keempat formulasi pakan (Tabel 6).

Tabel 6. Rata-rata pertambahan bobot badan sapi minggu-1 (kg minggu-1) Perlakuan P1 (Kontrol) P2 (Kakao 3 Kg) P3 (Kakao 4 Kg) P4 (Kakao 5 kg) Rata-rata Pertambahan Bobot Badan Minggu-1 (kg) 3,75c 6,00b 8.50a 5.25bc NP BNT=0,05

1,885

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT=0,05

Meskipun terdapat pengaruh yang tidak nyata pada P4 terhadap P2 pada pemberian pakan fermentasi kulit kakao tetapi ada kenaikan lebih tinggi pertambahan berat badan sapi Bali, sedangkan tanpa fermentasi kulit kakao P1 memberikan pertambahan berat badan terendah. Variasi pakan yang diberikan ke ternak sangat berpengaruh terhadap bobot badannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Yanovi et al. (2011) yang menyatakan bahwa perbedaan pertambahan berat badan antar perlakuan kemungkinan disebabkan pengaruh variasi bahan pakan, kualitas dan kuantitas ransum. Pemberian kulit kakao fermentasi sebagai pakan suplemen mengakibatkan penyajian pakan lebih bervariasi dengan komposisi seimbang, sehingga kebutuhan akan nutrisi

tercukupi termasuk yang tidak dapat terpenuhi oleh hijauan. Parakassi (1995) menyatakan bahwa laju pertumbuhan, nutrisi, umur dan berat badan mempunyai hubungan erat satu dengan yang lain dan biasanya dapat secara individu atau kombinasi mmepengaruhi tubuh dan karkas. Pertambahan Berat Badan Harian Pertambahan berat badan harian sapi Bali yang diberi perlakuan keempat formulasi pakan menunjukkan bahwa sapi mengalami pertambahan berat badan selama kegiatan. Uji statistik terhadap pertambahan berat badan memperlihatkan bahwa dari keempat formulasi pakan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf uji P>0,05 (Tabel 6).

84

Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2

ISSN 1858-4330

Tabel 7. Rata-rata pertambahan bobot badan sapi hari-1 (kg hari-1) Perlakuan P1 (Kontrol) P2 (Kakao 3 Kg) P3 (Kakao 4 Kg) P4 (Kakao 5 kg) Rata-rata Pertambahan Bobot Badan Hari-1 (kg) 0,54a 0,86a 1,21a 0,75a NP BNT=0,05

0,269

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT=0,05

Tidak terdapatnya pengaruh kenaikan berat badan harian secara statistik disebabkan variasi jumlah kulit kakao fermentasi yang diberikan. Dapat dilihat bahwa pada pemberian pakan kulit kakao fermentasi P3 memberikan pengaruh pertambahan bobot badan lebih tinggi dibandingan dengan dengan formula yag lain, dan pemberian pada P4 ternyata lebih rendah dibandingkan degan P2. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemberian kulit kakao fermentasi lebih baik pada 4 kg. Pada hasil penelitian sebelumnya yang menyimpulkan bahwa pemakaian kulit kakao fermentasi sebanyak 3 kg menghasilkan bobot badan sapi lebih tinggi dibandingkan dengan pemakaian 2 kg, dan dilakukan penelitian kembali untuk pemakaian 4 kg kulit kakao fermentasi, ternyata menghasilkan pertambahan berat badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemakaian sebanyak 3 kg. Tidak terdapatnya pengaruh kenaikan berat badan kemungkinan disebabkan perbedaan kandungan lignin akibat perbedaan jumlah pemberian, pengolahan kulit buah kakao dengan proses fermentasi secara menyeluruh akan menurunkan kandungan lignin, namun pemberian dengan jumlah banyak mengakibatkan kualitas ransum menurun sehingga mengganggu petumbuhan ternak sapi, penggunaan kulit buah fermentasi sebagai pakan suplemen efisien dan eko-

nomis jika diberikan dengan jumlah terbatas (Yanovi et al., 2011).

KESIMPULAN 1. kandungan kulit buah kakao setelah difermentasi dapat meningkatkan manfaat nilai pakan dibandingkan sebelum difermentasi . 2. Dari hasil analisis laboratorium diketahui bahwa Fermentasi dapat meningkatkan kandungan protein. 3. Dari hasil analisis laboratorium diketahui bahwa kandungan lignin pada kulit buah kakao fermentasi rendah disebabkan karena perlakuan fermentasi dengan urea mampu melonggarkan ikatan ligniselulosa sehingga lebih mudah dicerna oleh mikroba rumen. 4. Dari pengkajian dapat disimpulkan bahwa pemberian fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan pada sapi bali meningkatkan Pertambahan berat badan sapi Bali. 5. Pemberian kulit kakao fermentasi 4 kg memberikan hasil yang lebih baik, pemberian dengan jumlah yang lebih banyak mengakibatkan kualitas ransum menurun sehingga mengganggu petumbuhan ternak sapi, penggunaan kulit buah fermentasi sebagai pakan suplemen efisien dan ekonomis jika diberikan dengan jumlah terbatas.

85

Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2

ISSN 1858-4330

DAFTAR PUSTAKA Amirroenas, D.E., 1990. Mutu ransum berbentuk pellet dengan bahan serat biomassa pod coklat (Theobroma cacao L) untuk pertumbuhan sapi perah jantan. Tesis. Fakultas Pasca sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Aregheore, E.M., 2000. Crop residues and agro-industrial by product in four Paci_Island countries: availability, utilization and potential value in ruminant nutrition. Asian_Aust. J. of Anim. Sci. 13 (Supplement B): 266 269. Aregheore, E.M., 2002. Chemical evaluation and digestibility of cacao (Theobroma cacao) by product fed to goats. Tropical Animal Health and Production 34: 339348. BPS, 2010. Pohuwato dalam Angka 2010. Provinsi Gorontalo. Gomez and Gomez, 1985. Statistical Procedures For Agricultural Research. 2Ed , Jhon Wiley & Son. Granzin, B.C. & G. Dryden. 2003. Effect of alkali, oxidants and urea treatment on the nutritive value Rhodes grass (Chloris gayana). Anim. Feed. Sci. Tech. 103: 113122. Nguyen, X.T., C.X. Dan, L.V. Ly, & F. Sundstol. 2001. Effect of urea concentration, moisture content and duration of treatment on chemi- cal composition of alkali treated rice straw. Livest. Res. Rural. Develop. 10(1). [diakses pada situs http://www.cipav.org.co/lrrd/lrrd10/1 /trac101.htm]

Prawirodigdo, T. Herawati, dan B. Utomo, 2010. Pertumbuhan ternak domba jantan yang diberi pakan mengandung kulit ubi singkong dipermentasi. J. Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian 13(3): 207214. Ruddel, A., S. Filley and M. Porat. 2002. Understanding Your Forage Test Result. Oregon State University. Extension Service. [diakses pada situs http://alfalfa.ucdavis.edu/SUB PAGES/ForageQuality/interpreting fqreport.pdf.]. Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksodiprodjo, S. Prwawirokusomo and L. Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Yanovi. H, P. Yufdi, dan Azwir K. 2011. Pengaruh pemberian pakan suplemen (kulit kakao fermentasi) terhadap pertambahan berat badan sapi persilangan simental. Prosiding Seminar Nasional Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Pertanian Mendukung Program Strategis Kementerian Pertanian Buku 1, Cisarua, 9 11 Desember 2010. Zain, M. 2007. Optimalisasi penggunaan serat sawit sebagai pakan serat alternative dengan suplementasi daun ubi kayu dalam ransum ruminansia. J. Pengembangan Peternakan Tropis 32: 100105. Zain, M. 2009. Substitusi rumput lapangan dengan kulit buah coklat amoniasi dalam ransum domba lokal. J. Media Peternakan 32: 4752.

86

Anda mungkin juga menyukai