PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit pisang merupakan limbah dari industri pengolahan pisang. Pengolahan
pisang akan menghasilkan limbah kulit pisang yang cukup banyak jumlahnya yaitu
kira-kira sepertiga dari buah pisang yang belum dikupas (Munadjim, 1983 disitasi
oleh Siti Qotimah). Selain menjadi limbah industri pengolahan pisang, kulit pisang
juga merupakan limbah rumah tangga yang jika dibuang sembarangan akan
mengakibatkan orang lain terpeleset dan mengotori lingkungan sekitar. Oleh karena
itu, perlu adanya pengolahan kulit pisang menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Limbah kulit pisang ini dapat dimanfaatkan untuk cuka kulit pisang, nata de
banana, wine (anggur), dan pakan ternak. Dilihat dari komposisinya, kulit pisang
memiliki kandungan vitamin A sangat tinggi, terutama provitamin A, yaitu beta-
karoten, sebesar 45 mg per 100 gram berat kering. Beta-karoten berperan sebagai
antioksidan (Elvien, 2010 disitasi oleh Siti Qotimah). Selain itu, kulit pisang juga
mengandung karbohidrat terutama bahan ekstrak tanpa nitrogen sebesar 66,20 %
(Heruwatno, 1993 disitasi oleh Siti Qotimah), sehingga dapat digunakan untuk
mengganti sebagian jagung atau dedak dalam ransum.
Kandungan nutrisi kulit pisang sangat berpotensi sekali sebagai sumber
karbohidrat yang baik untuk semua fase kehidupan ternak. Kandungan karbohidrat
terutama bahan ekstrak tanpa nitrogen sebesar 66,20 % (Heruwatno, dkk. 1993) dan
masih mengandung selulosa dan hemiselulosa sebesar 40 % dari total serat kasar
yang dikandungnya (Parakkasi, 1990) dengan kandungan serat kasar kulit pisang
sebesar 13 % (Gohl, 1981). Van Soest (1994) bahwa selulosa dan hemiselulosa
merupakan komponen dinding sel tanaman yang masih dapat dimanfaatkan oleh
ternak ruminansia. Hasil analisis kulit pisang yang dilakukan di Laboratorium
nutrisi dan makanan Ternak Universitas Brawijaya (Susilowati, 1997) diperoleh
komposisi nutrient sebagai berikut : BK = 12,6 %; BO = 80,36%; PK = 8,36 %;
gula reduksi = 42,34 % dan gula terlarut = 5,41 %. Kandungan karbohidrat yang
besar terutama gula reduksi pada kulit pisang ambon termasuk dalam Readily
Available Carbohidrates (RAC) dengan energy bruto sebesar 3724,32 Kcal/kg.
1
Adanya ancaman kenaikan harga bahan baku pakan, seperti jagung, maka
dibutuhkan bahan yang dapat disubtitusi untuk menurunkan biaya pakan. Adanya
substitusi sebagian jagung dengan limbah kulit pisang akan dapat mengurangi biaya
pakan dan juga berpengaruh dengan biaya produksi yang dikeluarkan peternak.
Pada beberapa penelitian menunjukkan pemberian pakan buatan yang
mengandung tepung kulit pisang dapat meningkatkan produksi ayam kampung
dilihat dari pertambahan berat badan, konsumsi pakan, konversi pakan, kadar
kolesterol dalam serum darah, daging, hati, feses, dan berat organ pencernaan.
Pemberian pakan buatan yang mengandung tepung kulit pisang juga dapat
menghasilkan daging ayam broiler dengan kadar kolesterol rendah. Hal ini
menunjukkan kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai pakan unggas yang dapat
menghasilkan produk yang rendah kolesterol. Kandungan kolesterol yang tinggi
akan menyebabkan banyak orang yang menghindari untuk mengkonsumsi produk
tersebut demi kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan produk ternak unggas yang
sehat dan rendah kolesterol. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan kulit
pisang sebagai pakan unggas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis proksimat kulit pisang?
2. Bagiamana sifat fisik dan kimia kulit pisang ?
3. Bagiamana analisis kecernaan kulit pisang ?
4. Apa fakta manfaat kulit pisang untuk pakan unggas ?
5. Bagiamana cara dan apa dampak pemberian kulit pisang bagi ternak ?
C. Tujuan
1. Mengetahui analisis proksimat kulit pisang
2. Mengetahui sifat fisik dan kimia kulit pisang
3. Mengetahui analisis kecernaan kulit pisang
4. Mengetahui fakta manfaat kulit pisang untuk pakan unggas
5. Mengetahui cara dan dampak pemberian kulit pisang bagi ternak
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sifat Fisika
Tekstur tepungnya halus
Panjang : 12 – 18 cm
Warna : Coklat Tua
Sifat Kimia
Mudah teroksidasi, dengan ditandai oleh perubahan warna pada kulit pisang.
Memiliki nilai gizi yang cukup tinggi
4
diberikan pakan buatan yang mengandung tepung kulit pisang dengan kadar yaitu
30%, 50% dan 70% dalam 100 gram pakan, sedangkan kontrol diberikan pakan
buatan tanpa tepung kulit pisang. Setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali.
Pakan buatan diberikan setiap pagi dan sore sebanyak 100 g/ekor, serta air minum
diberikan secara ad libitum. Pakan buatan yang mengandung tepung kulit pisang
dengan kadar 30%, 50%, dan 70% menurunkan konsumsi ransum, bobot badan,
berat karkas, namun meningkatkan konversi ransum. Pakan buatan yang
mengandung tepung kulit pisang dengan kadar 30%, 50%, dan 70% tidak
mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah, menurunkan kadar kolesterol daging,
meningkatkan kadar kolesterol hati dan feses. Pakan buatan yang mengandung
tepung kulit pisang dengan kadar serat 30%, 50% dan 70% dapat diterima sebagai
alternatif pakan ayam broiler untuk menghasilkan daging dengan kadar kolesterol
rendah. Penggunaan tepung kulit pisang sebagai bahan pakan ayam broiler
sebaiknya pada kadar 30% atau 50%. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan
konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, berat karkas,
kolesterol daging menghasilkan nilai yang cukup baik. Kesimpulan dari hasil
penelitian ini bahwa pemberian pakan buatan yang mengandung tepung kulit pisang
dapat menghasilkan daging ayam broiler dengan kadar kolesterol rendah.
Penelitian penggunaan kulit pisang sudah dilakukan di Indonesia. Kulit
pisang sebagai pakan basal ternak punya kendala kandungan serat kasar rendah
sehingga pemberiannya harus ditambahkan hijauan berserat kasar tinggi. Tetapi
karena kulit pisang kaya energy sehingga pemberiaanya bisa dicampurkan dengan
nitrogen bukan protein (NPN) seperti urea sebagai sumber nitrogen untuk sintesis
protein mikroba (single cell protein). Penggunaan urea dalam pakan sumber protein
dianjurkan maksimum sebanyak 1 % dari total bahan kering konsentrat atau
sebanyak 5 % dari protein konsentrat. Mengingat urea merupakan bahan kimia
menjadi tidak tepat mempunyai banyak kelemahan yaitu terjadinya polusi tanah dan
lingkungan serta residu yang berbahaya dalam saluran pencernaan ternak, sehingga
penggunaan bahan kimia ini tidak begitu dianjurkan.
5
E. Cara dan Dampak Pemberian Kulit Pisang bagi Ternak
6
BAB III
KESIMPULAN
7
PUSTAKA