Natsir
PARTAI
PNI dan Masyumi
KURUN WAKTU
6 September 195021 Maret 1951
SEBAB MUNDUR
Perundingan antara Indonesia dan Belanda mengenai upaya pengembalian Irian ke tangan Indonesia mengalami kegagalan Adanya mosi tidak percaya dari PNI sekitar pencabutan PP No. 39/1950 tentang DPRS dan DPRDS yang disetujui oleh parlemen
Sukiman
Prestasi: Terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan seperti awalnya program menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin
Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut DPR akhirnya
keamanan dan ketentraman Masalah: Adanya pertukaran nota antara Menteri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Nota tersebut berisi tentang pemberian bantuan ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security ACT (MSA) Hal itu ditafsirkan bahwa Sukiman telah condong kepada blok Barat sehinga telah melanggar garis politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif Munculnya korupsi Masalah Irian barat belum juga teratasi Kurang tegasnya tindakan pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.
menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus mengembalikan mandatnya kepada presiden.
Wilopo
Masalah: Adanya krisis ekonomi karena jatuhnya harga barang ekspor Indonesia seperti karet, timah dan kopra sedangkan kecenderungan impor terus meningkat Mesikupun melakukan penghematan defisit tidak dapat dihindari Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa yang disebabkan karena rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah yang tidak seimbang. Peristiwa 17 Oktober 1952 Merupakan upaya parlemen untuk menempatkan TNI sebagai alat sipil. Ada juga masalah intern dalam TNI yang berhubungan dengan kebijakan KSAD Nasution yang ditentang oleh Kolonel Bambang Supeno. Adanya surat kepada pemerintah yang mencela kebijakan Gatot Subroto. Muncul mosi tidak
Akibat peristiwa Tanjung Morawa, Serikat Tani Indonesia mengajukan mosi tidak percaya terhadap Kabinet Wilopo
percaya kepada pemerintah dan menuntut diadakannya reformasi dan reorganisasi angkatan perang. Peristiwa Tanjung Morawa Persoalan tanah di Sumatra Timur yang mengakibatkan bentrokan senjata dan 5 petani terbunuh
Ali Sastroamijoyo I
PNI dan NU
Prestasi: Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada 29 September 1955. Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955. Masalah: Masalah keamanan di daerah yang belum juga selesai, seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh. Penolakan panglima AD terhadap pimpinan baru karena proses pengangkatannya dianggap tidak menghiraukan norma TNI. Pada saat upacara pelantikan tidak ada Panglima
Penarikan menteri oleh NU dan partai lainnya mengakibatkan keretakan dalam kabinet Ali
Burhanuddin Harahap
TT yang hadir Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang membahakan sehingga mengakibatkan kepercayan rakyat semakin merosot Konflik antara PNI dan NU yang mengakibatkan NU memutuskan untuk menarik kembali menteri-menterinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya Prestasi: Menyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante Perjuangan diplomasi menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi militer.
Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu ternyata tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh.
Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin. Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel AH Nasution sebagai Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955. Masalah: Banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintah dianggap menimbulkan ketidaktenangan
Ali Sastroamijoyo II
Prestasi: Diangap sebagai titik tolak dari periode planning and investment oleh Soekarno Pembatalan hasil KMB Masalah: Berkobarnya semangat antiCina di masyarakat Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan pembangunan di daerahnya.
Gerakan separatism di daerah semakin menjadi-jadi dengan dibentuknya dewan militer di Sumatra tengah, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan pembangunan di daerahnya. Pembatalan KMB mengakibatkan pengusaha Belanda menjual perusahaanya kepada Cina sehingga pemerintah perlu mengeluarkan peraturan yang dapat melindungi pengusaha nasional Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi menghendaki agar Ali Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya sesuai tuntutan daerah, sedangkan PNI berpendapat bahwa mengembalikan mandat berarti meninggalkan asas demokrasi
Juanda
dan parlementer. Prestasi: Mengatur batas perairan nasional Indonesia melalui Deklerasi Djuanda Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya Diadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah. Musyawarah ini membahas masalah pembangunan nasional dan daerah, pembangunan angkatan perang, dan pembagian wilayah RI Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan Masalah: Pergolakan di daerah-daeerah semakin meningkat sehingga menghambat hubungan antara daerah dengan pusat yang berakibat buruk terhadap
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru dalam sejarah RI yaitu masa Demokrasi Terpimpin
pertumbuhan ekonomi sehinga program pemerintah sulit dilaksanakan Percobaan pembunuhan Priseden Soekarno pada tanggal 30 November 1957 di depan perguruan Cikini Pemberontakan PRRI/Permesta