Anda di halaman 1dari 17

Limbah B3 Industri Tekstil

Harfianti Amiruddin Khalil Mubarak

Definisi
Industri tekstil merupakan industri yang mengubah bahan baku berupa serat menjadi barang jadi tekstil. Industri tersebut dapat menggunakan serat tumbuhan, kapas, serat hewan, seperti wol dan sutra; dan materi sintetis, seperti nilon, polyester, dan akrilik. Limbah industri tekstil adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi pada skala industri tekstil. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Pada kebanyakan limbah industri tekstil bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3). Limbah industri tekstil akan dominan memberikan limbah cair karena terjadi proses pemberian warna (dyeing) yang disamping memerlukan bahan kimia juga memerlukan air sebagai media pelarut.

Analisa Limbah Industri Tekstil


Limbah yang sulit untuk diolah terdiri dari limbah berwarna, logam, fenol, senyawa organik toksik, dan fosfat. Limbah berwarna dan logam berasal terutama dari proses pewarnaan dan pencetakan, meskipun sumber logam terkadang terdapat di proses lain. Fosfat utamanya digunakan pada proses persiapan dan pewarnaan. Selain itu, yang termasuk limbahlimbah yang sulit untuk diolah adalah limbah yang mengandung materi organik non-biodegradable seperti surfaktan tertentu, pelarut, dan lain-lain. Limbah ini tahan terhadap pengolahan dan dapat meningkatkan toksisitas perairan dalam effluen. Oleh karena itu, limbah cair hasil industri tekstil dapat dikategorikan sebagai limbah berbahaya dan beracun (B3).

Kuantitas Limbah Cair Industri Tekstil


Industri tekstil menggunakan volume yang besar melalui operasinya, dari pencucian serat hingga pemutihan (bleaching), pewarnaan, dan pencucian produk jadi. Pada umumnya, dibutuhkan 200 L air untuk memproduksi barang jadi tekstil sebesar 1 kg.

Tabel : konsumsi air tiap kategori Serat

Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil

Karakteristik Fisika Total Solid (TS) Total Suspended Solid (TSS) Warna Kekeruhan Temperatur Bau

Karakteristik Kimia Biological Oxygen Demand (BOD) Chemical Oxygen Demand (COD) Dissolved Oxygen (DO) Ammonia (NH3) Sulfida Fenol Derajat keasaman (pH) Logam Berat

Karakteristik Biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih.Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah. Penentuan kualitas biologi ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme terlarut dalam air seperti kandungan bakteri, algae, cacing, serta plankton.

Industri TekstilUnsur Organik dalam Limbah Cair


Limbah cair tekstil mengandung sejumlah senyawa organik baik yang mudah terdegradasi secara biologis maupun sulit terdegradasi (non-biodegradable). Besarnya kandungan senyawa organik dapat direpresentasikan sebagai Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD). BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi senyawa organik, sedangkan COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik secara kimia sehingga dapat dikatakan parameter COD sebagai parameter untuk mengetahui konsentrasi senyawa organik yang dapat dioksidasi oleh oksidator kuat dalam suasana asam. Sumber utama BOD adalah bahan kimia kanji dari proses sizing, minyak untuk menenun, dan surfaktan biodegradable.

Unsur Anorganik dalam Limbah Cair Industri Tekstil


Dalam industri tekstil, unsur anorganik dalam effluen industri tekstil ini adalah logam, pelarut terklorinasi, surfaktan nonbiodegradable, dan materi lain yang nondegradable. Limbah tipe ini sulit didegradasi melalui pengolahan biologi konvensional dan dapat lolos dari pengolahan tersebut sehingga dapat menambah efek toksisitas badan air penerima.

Logam dihasilkan dari beberapa sumber dalam proses tekstil, pada umumnya berasal dari: Benang Tekstil, logam terdapat dalam benang alami, misalnya kapas yang berasal dari absorpsi dari lingkungan selama masa pertumbuhannya. Penelitian Smith (1988) menunjukkan bahwa kandungan logam dalam benang kapas adalah sebesar 75 hingga 100 ppm.

Logam dalam proses penyelesaian (Finishing Process), terdapat beberapa bahan kimia organo-metalik pada proses penyelesaian, seperti water repellent, pencegah api (flame retardant), antijamur, dan anti-bau. Bahan ini dapat mengandung antimony, tin dan seng. Untuk mereduksi sumber logam ini terhadap aliran air limbah, sebaiknya menyimpan bahan-bahan sisa untuk kemudian digunakan kembali, atau dibuang secara terpisah dan tidak dicampur dengan limbah proses yang rutin.

Pewarna (Dyes), beberapa pewarna dapat mengandung tembaga atau logam lain sebagai bagian terintegrasi dari molekul pewarna. Pada umumnya, pada Color Index diindikasikan bahwa pewarna yang mengandung logam adalah biru atau hijau. Pewarna ini banyak jenisnya, hampir 74000 seri bahan kimia, termasuk pthalocyanine dyes dan pigmen. Masing-masing pewarna umunya mengandung tembaga sebagai bagian internal dari struktur molekul kromofornya sehingga sebagian besar logam tersebut akan memapari benang melalui pewarna, kecuali untuk pewarna langsung yang memiliki sisa 5-15% larutan pewarna yang tidak digunakan sehingga logam akan terbuang sebagai limbah

Bahan Kimia untuk Perawatan (maintenance) seringkali merupakan sumber limbah toksik. Bahan kimia ini biasanya mengandung logam, asam, klor, perchloroethylene, dan materi toksik lainnya. Bahan kimia lain yang juga merupakan sumber logam (dan toksisitas) dari limbah cair adalah biosida dan herbisida. Biosida digunakan secara rutin untuk perawatan menara pendingin (cooling tower) dan pemurnian air. Biosida juga digunakan untuk beberapa aplikasi, misalnya proses penyelesaian (finishing) kaus kaki, tenda, tenda rumah, dan kain terpal. Sedangkan, herbisida digunakan untuk mengontrol rumput, rumput liar, dan tumbuhan lainnya di sekitar tangki penyimpanan, misalnya tangki gas, bahan bakar, dan varsol.

Pengolahan Limbah Cair Industri Tekstil

Pengolahan secara kimia dilakukan dengan koagulasi, flokulasi dan netralisasi. Proses koagulasi dan flokulasi dilakukan dengan penambahan koagulan dan flokulan untuk menstabilkan partikel-partikel koloid dan padatan tersuspensi membentuk gumpalan yang dapat mengendap oleh gaya gravitasi. Proses gabungan secara kimia dan fisika seperti pengolahan limbah cair secara kimia (koagulasi) yang diikuti pengendapan lumpur atau dengan cara oksidasi menggunakan ozon.

Pengolahan limbah cair secara fisika dapat dilakukan dengan cara adsorpsi, filtrasi dan sedimentasi. Adsorpsi dilakukan dengan penambahan adsorban, karbon aktif atau sejenisnya. Filtrasi merupakan proses pemisahan padat-cair melalui suatu alat penyaring (filter). Sedimentasi merupakan proses pemisahan padat-cair dengan cara mengendapkan partikel tersuspensi dengan adanya gaya gravitasi. Pengolahan limbah cair secara biologi adalah pemanfaatan aktivitas mikroorganisme menguraikan bahan-bahan organik yang terkandung dalam air limbah.

Anda mungkin juga menyukai