Anda di halaman 1dari 60

SKENARIO 2:

LUMPUH SEPARUH BADAN


Laki-laki, 60 tahun saat berolah raga dengan anaknya, tiba-tiba mengalami penurunan
kesadaran. Pada pemeriksaan ditemukan kelumpuhan Nervus Facialis dan peningkatan
tekanan intrakranial. Pada pemeriksaan kekuatan motorik didapatkan kesan kelumpuhan
anggota gerak kanan. Penderita didiagnosis sebagai gangguan peredaran darah otak atau
stroke. Sebagai anak wajib merawat orang tuanya sebagai salah satu bentuk Birrul walidain
(berbakti kepada orang tua).

Sasaran Belajar :
L.O.1: Memahami dan Menjelaskan Anatomi Fisiologi Nervus Kranialis
1.1: Jaras Nervus Kranialis
1.2: Persyarafan
1.3: Susunan Syaraf Pusat
L.O.2: Memahami dan Menjelaskan Penurunan Kesadaran
2.1: Pemeriksaan Penurunan Kesadaran
2.2: Derajat Kesadaran
L.O.3: Memahami dan Menjelaskan Stroke
3.1: Definisi
3.2: Klasifikasi
3.3: Etiologi
3.4: Patofisiologi
3.5: Manifestasi Klinis
3.6: Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
3.7: Diagnosis Banding
3.8: Penatalaksanaan
3.9: Komplikasi
3.10: Prognosis
3.11: Pencegahan
L.O.4: Memahami dan Menjelaskan Bells Palsy
L.O.5: Memahami dan Menjelaskan Birrul Walidain

L.O.1: Memahami dan Menjelaskan Anatomi Fisiologi Nervus Kranialis


1.1: Anatomi Jaras Nervus Kranialis
Saraf kranial (Latin: nervii craniales) adalah 12 pasang saraf pada manusia yang mencuat
dari otak, berbeda dari saraf spinal yang mencuat dari sumsum tulang belakang. Saraf kranial
merupakan bagian dari sistem saraf sadar. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis
sensori (saraf I, II, VIII); 5 pasang jenis motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis
gabungan (saraf V, VII, IX, X). Pasangan saraf-saraf ini diberi nomor sesuai urutan dari
depan hingga belakang, lazimnya menggunakan angka romawi
Saraf-saraf ini terhubung utamanya dengan struktur yang ada di kepala dan leher manusia
seperti mata, hidung, telinga, mulut dan lidah. Pasangan I dan II mencuat dari otak besar,
sementara yang lainnya mencuat dari batang otak.
Saraf-saraf kranial

Nomor

Nama

Olfaktorius

Jenis

Sensori

Fungsi

Menerima rangsang dari hidung dan


menghantarkannya ke otak untuk diproses
sebagai sensasi bau

II

Optik

Sensori

Menerima rangsang dari mata dan menghantarkannya


ke otak untuk diproses sebagai persepsi visual

III

Okulomotor

Motorik

Menggerakkan sebagian besar otot mata

IV

Troklearis

Motorik

Menggerakkan beberapa otot mata

Trigeminus

Sensori: Menerima rangsangan dari wajah untuk


Gabungan diproses di otak sebagai sentuhan
Motorik: Menggerakkan rahang

VI

Abdusen

Motorik

VII

VIII

Fasialis

Abduksi mata

Sensorik: Menerima rangsang dari bagian anterior


lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Gabungan Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk
menciptakan ekspresi wajah

Vestibulokoklearis Sensori

Sensori sistem vestibular: Mengendalikan


keseimbangan
Sensori koklea: Menerima rangsang untuk diproses di
otak sebagai suara

IX

Glosofaringeus

Sensori: Menerima rangsang dari bagian posterior


Gabungan lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam

Vagus

Gabungan

Sensori: Menerima rangsang dari organ dalam


Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam

XI

Aksesorius

Motorik

Mengendalikan pergerakan kepala

XII

Hipoglossus

Motorik

Mengendalikan pergerakan lidah

Macam Saraf
1. Saraf sensoris adalah saraf yang membawa impuls dari reseptor ke SSP (Sistem Saraf
Pusat)
2. Saraf konektor adalah saraf menghubungkan saraf sensoris dan saraf motoris di
medula spinalis pada gerak reflek
3. Saraf motoris adalah saraf yang membawa impuls dari SSP ke efektor
Macam Saraf

Sistem Lokomotorius

Gerak Reflek
Gerak reflek adalah gerak (respon terhadap impuls sensoris) yang tidak disadari
Jarasnya: reseptor saraf sensoris saraf konektor (medulla spinalis) saraf
motorik efektor

Reseptor Sensoris
Reseptor sensorik adalah organ/sel yang berfungsi menerima rangsang/stimulasi
lingkungan menjadi impuls saraf
Reseptor dibagi berdasarkan:
5

Sumber (lokasi) sensasi


Jenis sensasi yang terdeteksi

Macam Reseptor
o Eksteroseptor: reseptor yang menerima rangsang dari luar tubuh. (sentuhan, tekanan,
nyeri, suhu, penciuman, penglihatan, pendengaran)
o Propioseptor: reseptor yang menerima rangsang dari dalam tubuh. (otot, tendon,
persendian, keseimbangan)
o Interoseptor/viseroseptor: reseptor yang terletak di organ visera dan pembuluh darah
yang diinervasi oleh SSO. (digesti, ekskresi dan sirkulasi)
o Mekanoreseptor: reseptor untuk rangsangan mekanik. (vibrasi, tekanan, propriosepsi,
pendengaran, keseimbangan, tekanan darah)
o Termoreseptor: reseptor untuk suhu
o Reseptor nyeri/nosiseptor: reseptor untuk kerusakan jaringan
o Fotoreseptor: reseptor untuk cahaya
o Kemoreseptor: reseptor untuk zat kimia
Sistem Saraf
a) Sistem Saraf Pusat (SSP) terdiri dari cerebrum dan medulla spinalis
b) Sistem Saraf Tepi (SST) adalah saraf yang keluar dari SSP yang terdiri dari nervi
cranialis dan nervi spinalis
c) Sistem Saraf Otonom (SSO) adalah saraf SST yang sifatnya tidak sadar (involunter)
terdiri dari nervi simpatis dan nervi parasimpatis
Jaras Saraf Sensoris
Jaras mulai dari reseptor cortex sensoris cerebri membawa impuls dari reseptor
ke SSP
Badan sel saraf sensoris ada di ganglion radik posterior dekat medulla spinalis
Kerusakan pada jaras sensoris menyebabkan anestesia
Ada dua jalur:
1. Untuk Sentuhan/posisi saraf berjalan mulai ganglion radix posterior kemudian melalui
serabut sentralis naik didalam kolumna dorsalis lalu menyilang di medulla oblongata
dan berakhir di cortex sensoris cerebri
2. Untuk Nyeri/suhu saraf berjalan mulai ganglion radix posterior kemudian memotong
medulla spinalis lalu naik pada traktus antero lateral sisi yang berlawanan menuju
cortex sensoris cerebri
Jaras Motoris
Jaras motoris adalah jaras saraf mulai dari cortex motorik cerebri sampai ke efektor
(otot, kelenjar)
Jaras menyilang di medulla oblongata
Dibagi dua yaitu:
1. UMN
2. LMN
6

Upper Motor Neuron (UMN)


Jaras saraf mulai dari cortex motorik cerebrum sampai cornu anterior medulla spinalis
Kerusakan pada jaras UMN akan menyebabkan paralisa yang bersifat spastik
Lower Motor Neuron (LMN)
Jaras saraf mulai dari cornu anterior medulla spinalis sampai ke efektor
Kerusakan LMN akan mengakibatkan paralise yang bersifat flacid (layuh)

Jaras Sistem Saraf


1. Jaras Desenden
Telah diketahui bahwa terdapat serabut saraf yang terletak di substansia
alba medulla spinalis mengandung dua arah pembawaan informasi, yakni arah
asenden dan jaras desenden.
Jaras desenden merupakan jaras yang membawa informasi dari sistem saraf pusat
(SSP) menuju sistem saraf tepi (SST).Organ efektor yang merupakan tujuan akhir
jaras ini adalah otot dan/atau kelenjar. Selain daripada jaras desenden
yang merupakan porsi utama dari medulla spinalis, jaras desenden yang berkaitan
dengan saraf-saraf kranial juga akan dibahas mengingat keterkaitan dengan pemicu. Jaras
desenden, atau disebut juga jaras motorik, digolongkan menjadi dua bagian besar, yakni jaras
kortikospinal (atau piramidal), dan jaras ekstrapiramidal, yang merupakan jaras-jaras
desenden selain jaras kortikospinal.
Penghantaran Impuls melalui Neurotransmiter Jaras Desenden
Neurotransmiter merupakan senyawa yang dilepaskan oleh ujung akson presinaps, yang
dinamakan te r m i n a l b o u t o n , y a n g a k a n d i t a n g k a p o l e h n e u r o n p a s c a s i n a p s .
I k a t a n n e u r o t r a n s m i t e r p a d a n e u r o pasca sinaps menghasilkan potensial aksi
sehingga impuls saraf terhantarkan. Neurotransmiter yang dapat ditemukan di persarafan
desenden antara lain:

Asetilkolin,
selanjutnya disebut Ach, dapat mengeksitasi atau menginhibisi saraf
pascasinaps.Prekursornya adalah Asetil CoA dan kolin, dan diubah
menjadi asetilkolin melalui enzim kolin asetiltransferase. Ach dimetabolime
oleh enzim asetilkolinesterase (AchE). Dilepaskan terutama dihubungan saraf-saraf,
saraf-otot, dan sistem saraf otonom.

Glisin dan Glutamat, terutama terdapat di interkoneksi SSP dan medulla spinalis.

Norepinefrin (atau noradrenalin) dihasilkan dari zat prekursor tirosin, yang kemudian
diolah melaluienzim dopaminebeta hidroksilase. Dilepaskan oleh neuron pascaganglion simpatis sistem s
araf otonom.
7

Serotonin, selanjutnya disebut 5-HT dihasilkan dari prekursor triptofan,


diolah melalui enzimtriptofan-5-hidrolase, serta merupakan
neurotransmiter desenden umum di sekitar mesensefalon, pons, dan medulla
oblongata.Banyak neurotransmiter lain terutama terlibat dalam jaras
asenden, misalnya dopamin, NO, beta-endorfin, dan lain sebagainya).

2. Jaras Kortikospinal
Kegunaan: Menghantarkan impuls terutama untuk gerakan disadari (voluntary) dan
gerakan dilatih(skilled movements). Jaras ini bermula dari akson sel-sel piramidal
yang terletak di lapis kelima korteks serebri. Sekitar dua pertiga total serabut
yang membentuk jaras kortikospinal berasal dari girus presentral, sementara
itusisanya berasal dari girus postsentral.
Serabut ini berkumpul di korona radiata, lalu diteruskan ke bagian posterior
kapsula interna, dan bergerak menuju crus serebri, dan pada akhirnya masuk ke pons. Jaras
ini terus melalui batang otak, dan di daerah ventral medulla oblongata membentuk
tonjolan yang disebut piramid. Atas dasar inilah jaras ini juga dinamai jaras piramidal.
Sekitar 85% hingga 90% akson akan membentuk dekusasi (bersilangan)
di daerah kaudal medullaoblongata, membentuk struktur dekusasi piramidal. Aksonakson yang berdekusasi ini memasuki medullaspinalis melalui daerah lateral kortikospinal,
dan kebanyakan berakhir di medulla spinalis dengan ketinggians e r v i k a l , l u m b a l , a t a u
sakral. Sementara itu 10% hingga 15% sisa akson yang tidak
b e r d e k u s a s i a k a n memasuki medulla spinalis melalui daerah anterior
kortikospinal dan berakhir di ketinggian servikal dan torakal atas medulla spinalis.
Kebanyakan jaras kortikospinal bersinaps dengan neuron perantara (internuncial
neuron) , y a n g kemudian bersinaps dengan alfa motor neuron dan beberapa gamma motor
neuron.
Jaras kortikospinal juga membentuk percabangan dengan nukelus kaudatus dan
lentiformis (basal nuclei), nukleus ruber, nukleus olivari, dan formasi retikuler.
Percabangan ini menginformasikan daerah subkorteks akan gerakan-gerakan disadari dan
disengaja (gerakan kortikal). Selain sebagai sarana informasi, percabangan
ini juga dapat mengirimkan impuls pengaturan terhadap motor neuron, khususnya alfa
motor neuron.

Gambar 1 Jaras kortikospinal


3. Jaras Retikulospinal
Kegunaan: Memengaruhi gerakan disadari maupun refleks, juga
m e r u p a k a n j a r a s b a g i s i s t e m s a r a f otonom sehingga mendukung hipotalamus
mengontrol sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Formasi retikuler merupakan interkoneksi
berbentuk jala yang dapat ditemui di mesensefalon, pons,dan medulla oblongata. Formasi
retikuler di daerah pons memiliki akson yang mengarah ke medulla spinalismelalui jaras
retikulospinal pontin. Sementara itu, formasi retikuler di daerah medulla oblongata
mengarahkan akson, juga ke medulla spinalis, dan membentuk jaras retikulospinal medular.
Jaras retikulospinal pontin dan medular menuruni pons dan masuk ke medulla
spinalis substansiaalba daerah anterior dan substansia alba daerah lateral, berturut-turut.
Akhirnya kedua jaras ini berakhir dikornu anterior substansia grisea. Mereka bersinaps untuk
menghambat atau memfasilitasi alfa dan gammamotor neuron.
4. Jaras Tektospinal
Kegunaan: Mengatur refleks postural terutama sebagai respons terhadap rangsag
visual.Jaras ini berawal dari kolikulkus superior mesensefalon, yang kemudian bersilangan
di garis tengah mesensefalon segera setelah jaras dimulai. Akson-akson kemudian
9

turun melalui batang otak dan terletak dekat dengan fasikulus medial longitudinal. Jaras
tektospinal kemudian menuruni kornu anterior substansia alba medulla spinalis, dekat dengan
fisura anterior median.

5. Jaras Rubrospinal
Kegunaan: Memfasilitasi aktivitas fleksi otot dan menghambat aktivitas
e k s t e n s i o t o t u n t u k m e n j a g a keseimbangan tubuh. Jaras ini bermula dari nukleus
ruber yang terletak di tegmentum mesensefalon melalui potongan
setinggi kolikulus superior. Nukelus ruber berhubungan dengan jaras aferen
dari korteks serebri danserebelum. Nukelus ini mengeluarkan akson yang
bersilangan di garis tengah masih di ketinggian yangsama, lalu menuruni pons dan
medulla oblongata melalui jaraas rubrospinal, dan memasuki kolumna lateralsubstansia alba
medulla spinalis. Pada akhirnya, akson bersinaps dengan neuron penghubung di kolumna
anterior substansia grisea, dan mengatur aktivitas alfa dan gamma motor neuron.
6. Jaras Vestibulospina
Kegunaan: Memfasilitasi aktivitas ekstensi otot dan menghambat
a k t i v i t a s f l e k s i o t o t u n t u k m e n j a g a keseimbangan tubuh. Nukelus vestibular
terletak di pons dan medulla oblongata. Nukelus ini menerima saraf aferen dari telinga bagian
dalam (saraf vestibuli), serta informasi dari serebelum. Nukelus ini menghasilkan akson yang
keluar membentuk jaras vestibulospinal yang tidak bersilangan ketika melalui medulla
oblongata, dan terus menuju kornu anterior substansia alba medulla spinalis.
7. Jaras Desenden Otonom
10

Rupanya korteks serebri, hipotalamus, amygdala, formasi retikuler, serta batang otak
mengintervensi persarafan otonom melalui jaras desenden otonom yang memengaruhi saraf
praganglion simpatis di daerah torakolumbal medulla spinalis, serta
persarafan praganglion parasimpatis di daerah sakral (tidak untuk persarafan
parasimpatis kranial, karena memiliki mekanisme tersendiri). Beberapa sumber juga
mengatakan bahwa jaras ini tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari jaras
retikulospinal.
Persarafan Motorik Saraf Kranial: Jaras Kortikonuklear
Jaras piramidal, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, merupakan
j a r a s y a n g m e m b a w a informasi motorik dari korteks bagian motorik, melalui korona
radiata, kapsula interna, dan pada akhirnyamenuju ke medulla spinalis.
Namun demikian, informasi ini tidak
hanya dibawa menuju medulla spinalis,melainkan juga dibawa menuju daerahdaerah nukelus yang letaknya terkonsentrasi di batang otak ( brainstem), dan
berfungsi sebagai nukleus-nukleus bagi persarafan perifer kranial.
Jaras ini merupakan jaraskortikonuklear, yang merupakan percabangan di daerah
setinggi mesensefalon. Saudaranya, jaraskortikospinal turun ke bawah, sementara
jaras kortikonuklear menuju ke nukelus saraf kranial. Ada yang berdekusasi ke sisi
kontralateral, dan ada pula yang tetap berada sesisi ipsilateral.Jaras kortikonuklear juga
disebut sebagai jaras kortikobulbar.
Nukelus Kranial Motorik
Nukelus kranial motorik, atau nukelus branchiomotor terdiri atas nukelus
motorik saraf kranial III(okulomotor); IV (trokelar); trimgeinal (V); abdusens
(VI); fasial (VII); glosofaringeal (IX); vagus (X); aksesori (XI); dan hipoglosus
(XII).Hampir semua nukelus kranial motorik ini dipersarafi secara bilateral (dari kedua
korteks serebrum,dengan kata lain dari kedua jaras kortikonuklear), Kecuali untuk
motor nukelus N. VII dan N. XII yang hanya dipersarafi secara kontralateral.
Nukleus fasialis (nukelus milik nervus kranialis VII) merupakan tempat
terjadinya sinaps antaraUMN (Upper Motor Neuron ) dari bagian motor korteks serebri
yang mengirimkan akson ke nukelus fasialis,dan dihubungkan dengan LMN (Lower Motor
Neuron) yang kemudian mempersarafi daerah perwajahan. Nukelus fasialis terbagi atas
daerah dorsal, yang mendapatkan persarafan UMN secara bilateral, dan mempersarafi daerah
wajah bagian atas mata. Daerah ventral mendapatkan persarafan secara kontralateral,sehingga
nukelus fasialis sinister aspek ventral mendapat persarafan dari korteks serebrum dexter,
demikianjuga sebaliknya. Pemahaman ini penting untuk memahami lesi-lesi, baik
di tingkat nuklear, infranuklear, maupun supranuklear

11

Gambar 3 Lokasi nukelus


saraf kranial, dilihat dari
batang otak penampang sisi
dorsal. Perhatikan bahwadi sisi
kiri merupakan gambaran
nukelus motorik, sedangkan sisi
kanan merupakan gambaran
nukelussensori.

Gambar 4 Jaras
kortikonuklear (kortikobulbar)
dan nukleus
yang berkorespondensi

1.2: Persarafan
12

1.SARAF OLFAKTORIUS (N.I)


Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius. Sistem ini
terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius pada bagian atas kavum nasal, fila olfaktoria,
bulbus subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis. Saraf ini merupakan saraf sensorik murni
yang serabut-serabutnya berasal dari membran mukosa hidung dan menembus area
kribriformis dari tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus olfaktorius, dari sini, traktus
olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal bagian medial sisi
yang sama.
Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik yang impulsnya mencapai korteks
tanpa dirilei di talamus. Bau-bauan yang dapat memprovokasi timbulnya nafsu makan dan
induksi salivasi sertabau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah
menunjukkan bahwa sistem ini ada kaitannya dengan emosi. Serabut utama yang
menghubungkan sistem penciuman dengan area otonom adalah medial forebrain bundle dan
stria medularis talamus. Emosi yang menyertai rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan ke
serat yang berhubungan dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik.

13

2.SARAF OPTIKUS (N. II)

Saraf Optikus merupakan saraf sensorik


murni yang dimulai di retina. Serabutserabut saraf ini, ini melewati foramen
optikum di dekat arteri optalmika dan
bergabung dengan saraf dari sisi lainnya
pada dasar otak untuk membentuk kiasma
optikum. Orientasi spasial serabut-serabut
dari berbagai bagian fundus masih utuh
sehingga serabut-serabut dari bagian
bawah retina ditemukan pada bagian
inferior kiasma optikum dan sebaliknya.
Serabut-serabut dari lapangan visual
temporal (separuh bagian nasal retina)
menyilang kiasma, sedangkan yang berasal
dari lapangan visual nasal
tidak
menyilang. Serabut-serabut untuk indeks
cahaya yang berasal dari kiasma optikum
berakhir di kolikulus superior, dimana
terjadi hubungan dengan kedua nuklei saraf
okulomotorius.
Sisa
serabut
yang
meninggalkan kiasma berhubungan dengan penglihatan dan berjalan di dalam traktus
optikus menuju korpus genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut yang berasal dari
radiasio optika melewati bagian posterior kapsula interna dan berakhir di korteks visual lobus
oksipital. Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga
serabut-serabut untuk kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran atas
melalui lobus temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma
optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus
oksipital kanan dan sebaliknya.

3.SARAF OKULOMOTORIUS
(N. III)

14

Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan substansia grisea periakuaduktal


(Nukleus motorik) dan sebagian lagi di dalam substansia grisea (Nukleus otonom). Nukleus
motorik bertanggung jawab untuk persarafan otot-otot rektus medialis, superior, dan
inferior, otot oblikus inferior dan otot levator palpebra superior. Nukleus otonom atau
nukleus Edinger-westhpal yang bermielin sangat sedikit mempersarafi otot-otot mata inferior
yaitu spingter pupil dan otot siliaris.

4.SARAF TROKLEARIS (N. IV)


Nukleus saraf troklearis
terletak setinggi kolikuli
inferior di depan substansia
grisea periakuaduktal dan
berada di bawah Nukleus
okulomotorius. Saraf ini
merupakan
satu-satunya
saraf kranialis yang keluar
dari sisi dorsal batang otak.
Saraf
troklearis
mempersarafi otot oblikus
superior untuk menggerakkan mata bawah, kedalam dan abduksi dalam derajat kecil

5.SARAF TRIGEMINUS (N. V)

Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari


serabut-serabut motorik dan serabut-serabut sensorik.
Serabut motorik mempersarafi otot masseter dan otot
temporalis. Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus
dibagi menjadi tiga cabang utama yatu saraf oftalmikus,
maksilaris, dan mandibularis. Daerah sensoriknya
15

mencakup daerah kulit, dahi, wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan
mandibula, dura dalam fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga luar dan kanalis
auditorius serta bagian membran timpani.

6.SARAF ABDUSENS (N. VI)

Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing


sisi pons bagian bawah dekat medula oblongata dan
terletak dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens
mempersarafi otot rektus lateralis.

7.SARAF FASIALIS (N. VII)


Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik berasal dari
Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum pontin bawah
dekat medula oblongata. Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik yang muncul bersama
nukleus motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis
akustikus interna. Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri
dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot
stilohioideus, otot digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut sensorik menghantar
persepsi pengecapan bagian anterior lidah.

16

8.SARAF VESTIBULOKOKLEARIS (N. VIII)


Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen yang
mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang
mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti
dan berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus
genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis. Serabut-serabut
untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan
serabut-serabut auditorik di dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki
pons, serabut vestibutor berjalan menyebar melewati batang dan serebelum.

9.SARAF GLOSOFARINGEUS (N. IX)


Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari
saraf vagus dan asesorius pada waktu
meninggalkan kranium melalui foramen tersebut,
saraf glosofaringeus mempunyai dua ganglion,
yaitu
ganglion intrakranialis superior dan
ekstrakranialis inferior. Setelah melewati foramen,
saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan
vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di
17

antara otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi mukosa
faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.

10. SARAF VAGUS (N. X)


Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu
ganglion superior atau jugulare dan ganglion inferior
atau nodosum, keduanya terletak pada daerah
foramen jugularis, saraf vagus mempersarafi semua
visera toraks dan abdomen dan menghantarkan
impuls dari dinding usus, jantung dan paru-paru.

11. SARAF ASESORIUS (N. XI)


Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan
kranialis. Radiks kranial adalah akson dari
neuron dalam nukleus ambigus yang terletak
dekat neuron dari saraf vagus. Saraf aksesoris
adalah saraf motorik yang mempersarafi otot
sternokleidomastoideus dan bagian atas otot
trapezius, otot sternokleidomastoideus berfungsi
memutar kepala ke samping dan otot trapezius
memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.

12. SARAF HIPOGLOSUS (N. XII)


Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula
oblongata pada setiap sisi garis tengah dan depan
ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan
trigonum hipoglosus. Saraf hipoglosus merupakan
saraf motorik untuk lidah dan mempersarafi otot
lidah yaitu otot stiloglosus, hipoglosus dan
genioglosus.

18

Saraf Kranial
N. I
: Fila olfaktoria
N. II
: N. Opticus
N. III
: N. Oculomotorius
N. IV
: N.Trochlearis
N. V
: N. Trigeminus
-N. opthalmicus [V/1]

Tempat keluar-masuk pada Otak


Bulbus olfaktorius
Chiasma optikum
Pedunculus Cerebri, sulcus oculomotorius
Dorsal dari tectum mesencephali
Tepi samping pons.
Ketiga cabang N. Trigeminus di ganglion trigeminale
(Gasseri)

-N. Maxillaris [V/2]


-N. Mandibularis [V/3]
N. VI
: N. Abducens
Antara pons dan pyramis
N. VII : N. Facialis
Sudut jembatan otak kecil (Angulus pontocerebellaris)
N. VIII : N.
Vestibulocochlearis
N. IX
: N. Glossopharyngeus Medula oblongata, Sulcus posterolateralis (retroolivaris)
N. X
: N. Vagus
N. XI
: N. Accessorius
19

N. XII

: N. Hypoglossus

Medula oblongata, Sulcus anterolateralis

1.3: Sirkulasi Susunan Syaraf Pusat


A. FISIOLOGI SIRKULASI DARAH OTAK
Sistem saraf pusat (SSP) diisi oleh jaringan yang kaya pembuluh darah untuk memenuhi
kebutuhan yang berubah-rubah dari metabolisme saraf lokal dan regional. Aliran darah otak
(CBF) dapat dilihat dari 2 sudut pandang: ciri umum, dan gambaran unik dari SSP.
1. Ciri Umum Aliran Darah
Sifat alami darah adalah bahwa substansi tertentu (leukosit, eritrosit, dan trombosit)
tersuspensi dalam plasma. Komponen darah cenderung untuk berkumpul di bagian
tengah aliran, dan akan bervariasi sesuai ukuran lumen, sehingga sifat darah di arteri
yang lebih besar tidak dapat disamakan dengan pembulih darah yang lebih kecil.
Lebih jauh lagi, pernyataan tentang tekanan darah, aliran darah, dan perfusi jaringan
harus dipertimbangkan sesuai pulsasi aliran darah.
Faktor-faktor lain juga mempengaruhi aliran darah, meliputi suhu lokal dan pH,
tekanan oksigen dan karbondioksida, K+, H+, HCO3- pada jaringan dan darah;
hematokrit, cardiac output, tekanan darah, faktor neurogenik, tahanan vaskuler, dan
lainnya termasuk mediator saraf dan kimiawi.
2. Viskositas
Viskositas ditentukan berbagai faktor termasuk hematokrit, kemampuan berubah
bentuk dan beragregasi, dan viskositas plasma.
Salah satu ciri khas otak mengendalikan sensorik dan motorik yaitu bahwa setiap
hemisfer otak terutama mengurus sisi tubuh kontra lateral. ( Prince, Sylvia Anderson,
1995 :922-923)
Otak memperoleh darah dari dua pembuluh darah besar : karotis atau sirkulasi
anterior dan vertebra atau sirkulasi posterior. Masing-masing sistem terlepas dari
arkus aorta sebagai pasangan pembuluh : karotis komunis kanan dan kiri dan vetebra
kanan dan kiri. Masing-masing karotis membentuk bifurkasi untuk membentuk arteri
karotis interna dan eksterna. Arteri vetebra berawal dari arteri subklavia. Vetebra
bergabung membentuk arteri basiler, dan selanjutnya memecah untuk membentuk
kedua arteri serebral posterior yang mensuplai permukaan otak inferior dan mediana
juga bagaian lateral lobus oksipital.
Sistem karotis terutama melayani hemisfer otak dan sistem vertebrabasilaris terutama
memberi darah bagi batang otak, serebelum dan bagian posterior hemisfer. Aliran
darah di otak (ADO) dipengaruhi terutama oleh 3 faktor. Dua yang paling penting
adalah tekanan untuk memompa darah dari sistem arteri kapiler ke sistem vena dan
tahanan (perifer) pembuluh darah otak. Faktor ketiga adalah faktor darah sendiri yaitu
viskositas dan koagulobilitasnya (kemampuan untuk membeku).
Dari faktor pertama, yang penting adalah tekanan darah sistemik (faktor jantung,
darah, pembuluh darah dan lain-lain) dan faktor kemampuan khusus pembuluh darah
20

otak (arteriol) untuk menguncup bila tekanan darah sistemik naik dan berdilatasi bila
tekanan darah sistemik menurun. Daya akomodasi sistem arteriol otak ini disebut
daya otoregulasi pembuluh darah otak yang berfungsi normal bila tekanan sistolik
antara 50150 mmHg. Faktor darah, selain viskositas darah dan daya membekunya,
juga diantaranya seperti kadar/tekanan parsial CO2 dan O2 berpengaruh terhadap
diameter arteriol. Kadar/tekanan parsial CO2 yang naik, PO2 yang turun, serta
suasana jaringan yang asam ( pH rendah ), menyebabkan vasodilatasi, sebaiknya bila
tekanan parsial CO2 turun, PO2 naik, atau suasana pH tinggi, maka terjadi
vasokontriksi.
Viskositas/kekentalan darah yang tinggi mengurangi ADO. Sedangkan koagulobilitas
yang besar juga memudahkan terjadinya trombosis dan aliran darah lambat, akibat
ADO yang menurun. .( Harsono, 1996 : 82-83).

B. AUTOREGULASI DAN METABOLISME


Pada kondisi istirahat, dialirkan sekitar 750cc darah permenit (15-20% cardiac output).
Parameter penting dalam memperhitungkan aliran darah otak yang dinamakan tekanan
perfusi cerebral (CPP), yang idealnya menggambarkan perbedaan mean tekanan arterial
(MAP) dikurangi tekanan intra kranial (ICP). Diperkirakan bahwa pada CPP antara 50 dan
130 mmHg hanya terdapat sedikit, bila ada, variasi dalam CBF total. Sirkulasi carotis
(anterior) memperoleh mayoritas aliran darah dalam kecepatan yang lebih tinggi (335
cc/menit melalui setiap carotis) sedangkan sirkulasi posterior (vertebrobasiler), memperoleh
75 cc/menit. Lebih jauh lagi, juga terdapat perbedaan antara substansia grisea yang
merupakan jaringan dengan aliran cepat (64 cc/ 100 g/ menit) dengan substansia alba yang
merupakan jaringan dengan aliran pelan (15-20 cc/ 100 g/ menit). Aliran darah juga terkait
dengan aktivitas elektroserebral.
Karena mekanisme otak dalam meregulasi aliran darahnya masih tidak jelas.

1) Teori-Teori yang Diajukan Antara lain :


a. Teori Miogenik
Teori ini menyatakan bahwa pembuluh darah dapat mengenali aliran dan
menyesuaikan diri terhadapya. Menurut Baliss dalam 1902, apabila tekanan dalam
pembuluh darah meningkat, maka pembuluh darah tersebut akan berkontraksi
untuk meningkatkan tahanannya sehingga mengurangi aliran darah.
b. Teori Neurogeni
Edvinsson dkk menjelaskan berbagai bahwa terdapat berbagai saraf pada
pembuluh darah piamater, yang menjelaskan mengenai regulasi sentral.
Kerusakan autoregulasi yang masif, sebagaimana yang ditemui pada cedera SSP
seperti pada trauma atau perdarahan subarachnoid, juga menunjukkan mekanisme
sentral. Hal ini lebih jauh didukung oleh data yang menunjukkan bahwa beberapa
21

neuropeptida juga berperan pada kondisi ini. Faktor lokal ini menggantikan hal
yang sebelumnya dikenal dengan respon miogenik pembuluh serebral terhadap
perubahan CBF.
c. Teori Metabolik dan Metabolisme Otak
Banyak studi yang menunjukkan peningkatan aliran darah ke area tertentu dari
otak sehubungan dengan peningkatan aktivitas dari area tersebut. Neuron sangatr
tergantung pada oksigen dan glukosa. Jaringan neuronal hanya mampu
menggunakan energi dari metabolisme aerobik dari glukosa.keton akan
dimetabolisme dalam bentuk terbatas pada kondisi kelaparan sedangkan lipid
tidak dapat digunakan. Simpanan glikogen dalam otak normal tidak ada, sehingga
jaringan saraf tergantung pada aliran kontinyu dari pembuluh darah otak.
Metabolisme anaerob menghasilkan peningkatan cepat jumlah laktat yang
menurunkan pH dan meningkatkan ketersediaan ion H+ lokal. Parameter yang
digunakan untuk menentukan aktivitas metabolik dinamakan CMRO2, atau
metabolisme lokal otak dari O2. Diasumsikan bahwa penggunaan O2
merefleksikan metabolisme glukosa lokal dan hal ini dikonfirmasi dengan
penggunaan scanning positron emission tomography (PET).
Efek dari variasi kondisi metabolik yang normal dan yang berubah yang
mempengaruhi CMRO2 dan dapat diukur, dapat membantu memecahkan masalah
seputar peran dari mekanisme sentral dan umpan balik neurogenik dalam
mengontrol CBF, sehingga bermanfaat untuk panduan terapi di masa yang akan
datang.
2) Faktor Lokal yang Mempengaruhi Autoregulasi
Kondisi lokal lain tampaknya juga berperan dalam autoregulasi. Faktor ini meliputi pO2,
pCO2, konsentrasi H+ dan pH lokal serta suhu. Efek individual dari faktor-faktor ini dapat
diidentifikasi dengan segera, namun interaksi diantara faktor-faktor tersebut masih tetap
kompleks.

a. Oksigen
Oksigen tidak akan mempengaruhi CBF hingga pO2 turun sampai dibawah 50 mmHg
dimana CBF akan meningkat dengan cepat. Ketika pO2 sebesar 30 mmHg, CBF
menjadi dua kali lipatnya. Hal ini kemungkinan bervariasi sesuai hematokrit.
Peningkatan pO2 menginduksi sedikit penurunan CBF, ketika subyek normal bernafas
dengan oksigen 100 % maka CBF berkurang 10 hingga 13%. Oksigen hiperbarik
diberikan pada 2 atm akan menurunkan CBF sebesar 22 % tanpa merubah konsumsi
oksigen otak. Penurunan ini tetap terjadi bahkan bila terjadi hiperkapnea. Terdapat
sejumlah bukti bahwa pasien NS mengalami perbaikan outcome jika pO2
dipertahankan sedikitnya 80 mmHg.
b. Karbondioksida
Konsentrasi ion H+ dan pCO2 mempengaruhi CBF. Telah diketahui bahwa dengan
konsentrasi pCO2 antara 20 60 mmHg, hubungan antara pCO2 dan CBF terlihat
dengan peningkatan CBF 2 3 % setiap peningkatan pCO2 sebesar 1 mmHg.
22

Penyebabnya masih belum jelas dan mungkin terkait dengan perubahan pH sistemik
dan atau tekanan darah sistemik.
c. Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah terapi yang penting pada pasien dengan peningkatan TIK,
terutama dengan sindroma herniasi akut. Prinsip klinis doktrin Monroe-Kelly dimana
dalam rongga intrakranial yang tetap maka volume muatannya juga tetap. Volume ini,
totalnya mencapai 1600 cc, normalnya terdiri dari jaringan otak (84%), darah (4%)
dan cairan sererospinal (12%). Diamati oleh Cushing bahwa bila ditambahkan suatu
komponen (lesi massa dengan sebab apapun, baik hematoma, tumor ataupun swelling)
maka volumenya akan terlampaui sehingga menghasilkan respon fisiologis (refleks
Cushing).
Mekanisme kompensasi awal meliputi penurunan jumlah darah dan cairan
serebrospinal. Penurunan jumlah darah melalui penurunan CBF akan membantu
menghambat hipertensi intrakranial. Hiperventilasi, dengan pCO2 yang menurun,
akan bermanfaat. Sayangnya, saat SSP cepat menyesuaikan diri terhada perubahan
ini, sukar untuk mengetahui berapa lama reaksi ini bertahan. Bahkan tampaknya
pembuluh darah serebral juga menyesuaikan diri dalam 24 -36 jam. Hiperventilasi
yang berkepanjangan memiliki efek yang buruk dengan menyebabkan iskemia.
Peneliti yang lain memperoleh data dari manipulasi pCO2 secara langsung terhadap
perubahan MAP dimana CBF akan bervariasi secara langsung dengan MAP pada area
yang rusak dan tidak dipengaruhi oleh pCO2.
d. Kalsium
Saat ini peran ion Ca++ pada metabolisme dan aliran darah otak sedang diteliti secara
intensif. Bukti-bukti yang mendukung mengenai peran aktif Ca++ dalam CBF
mencakup peran Ca++pada kontraksi otot dan peningkatan penggunaan Ca++ channel
blocker dalam pengelolaan hipertensi dan penyakit arteri koroner. Lebih jauh lagi,
influks dari Ca++ dianggap sebagai .. Konsentrasi ion Ca ++ ekstraseluler adalah sekitar
4-5 mEq/L dan konsentrasi Ca++ intraseluler adalah 10-7 mEq/L.

C.

PENGUKURAN ALIRAN DARAH OTAK

Menentukan aliran darah sesungguhnya ke suatu bagian tertentu dari otak. Adolfo Fick
menyatakan bahwa jumlahh substansi yang diserap oleh suatu organ tertentu berhubungan
dengan perbedaan konsentrasi dari substansi tersebut dan aliran darah ( yang membawa
substansi tersebut) antara arteri dan vena. Penggunaan Nitrous Oksida, suatu substansi yang
tidak diserap maupun disekresi oleh otak, dan dengan menerapkan teori dari Fick, Kety dan
Schmidt menerbitkan.

L.O.2: Memahami dan Menjelaskan Penurunan Kesadaran


2.1: Pemeriksaan Penurunan Kesadaran

Anamesis
23

Perlu dicatat dari siapa anamesis itu di dapat,biaanya anamesis terbik didapatkan dari
orang yangselalu bersamanya. Perlu adanya riwayat perjalanan penyakit,riwayat
trauma,riwayat penyakit,riwayat penggunaan obat-obatan,riwayat kelainan kejiwaan.
Dari anamesis merupakan kunci utama dari diagnosis.
Pemeriksaan fisik umum
o Tanda vital
Perhatikan jalan nafas,tipe pernafasan,dan perhatikan denyut nadi,tekanan
darah dan ada tidaknya aritmea.
o Bau nafas
Mengidentifikasi factor breath hepatic yang disebabkan oleh penyakit
hati,urino smell yang disebabkan oleh penyakit ginjal,fruity smell yang
disebabkan oleh ketoasidosis.
o Pemeriksaan kulit
Perlu diamati tanda-tanda trauma,stigmata kelainan hati,dan juga stigmata
kelainan lainnya. Pada pasien trauma kepala pemeriksaan leher harus
dilakukan secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika di duga adanya
fraktur servicalis.Jika tidak ada lakukan pemeriksaan kaku kudu dan lakukan
auskultasi karotis untuk mengetahui ada tidaknya bruit.
o Kepala
Perhatikan ada tidaknya hematom,laserasi, dan fraktur.
o Leher
Perhatikan kaku kuduk dan jangan manipulasi bila terdapat fraktur servical.
o Toraks/abdomen dan ekstremitas
Ada tidaknya fratur
Pemeriksaan fisik neurologis
Pemeriksaan fisik neurologist bertujuan menentukan kedalaman koma secara
kualitatif dan kuantitatif serta mengetahui lokasi proses koma. Pemeriksaan
neurologist meliputi derajat kesadaran dan pemeriksaan motorik.
o Umum
Buka kelopak mata menentuan dalamnya koma
Deviasi kepala dan lirikan menunjukan lesi hemisfer ipsilateral
Perhatikan mioklonus (proses metabolic), twitching otot berirama
(aktivitas seizure), atau tetani (spontan,spasmus otot lama)
o Level kesadaran
Ditentukan secara kulitatif dan kuantitatif
o Pupil
24

Diperiksa : ukuran dan reaktivitas cahaya


Simetris/ reaktivitas cahaya normal, petunjuk
b a h w a integritas mesensefalon baik. Pupil reaksi normal,
reflek kornea dan okulosefalik (-),dicurigai suatu koma metabolic
Mid posisi (2-5 mm), fixed dan irregular, lesi
m e s e n f a l o n fokal
Pupil reaktif pin-point, pada kerusakan pons,
i n t o k s i k a s i opiate kolinergik.
Dilatasi unilateral dan fixed, terjadi herniasi
Pupil bilateral fixed dan dilatasi, herniasi sentral,
h i p o k s i k - iskemik global, keracunan barbiturate.
o Funduskopi
o Refleks okulosefalik
o Refleks okulovestibular
o Refleks kornea
o Refleks muntah
o Reflek fisiologis dan patologik
Pemeriksaan penunjang
o Pemeriksaan gas darah,berguna untuk melihat oksigenisasi di daam darah dan
juga untuk melihat gangguan keseimbangan asam basa.
o Pemeriksaan darah, meliputi darah perifer lengkap (DPL), keton,faal hati, faal
ginjal dan elektrolit.
o Pemeriksaan toksikologi, dari bahan urine darah dan bilasan lambung.
o Pemeriksaan khusus meliputi pungsi lumbal, CT Scan kepala,EEG, EKG, foto
toraks dan foto kepala.

2.2: Derajat Kesadaran


1) Secara kualitatif
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan
dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriakteriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
25

4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang


lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap
nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk perubahan
dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya
aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.
Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem
aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan
peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).
Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat kesadaran
ini bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign.
2) Secara Kuantitatif
Menentukan penurunan kesadaran secara kuantitatif. Secara kuantitatif, kesadaan
dapat pula dinilai dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) yang meliputi
pemeriksaan untuk penglihatan/ mata (E), pemeriksaan motorik (M) dan verbal
(V).Pemeriksaan ini mempunyai nilai terendah 3dan nilai tertinggi 15.

Respon membuka mata


Membuka mata spontan
Terhadap ransangan suara membuka mata
Terhadap ransangan nyeri membuka mata
Menutup mata terhadap semua ransangan

4
3
2
1
26

Respon verbal
Orientasi baik
Bingung ( bias membentuk kalimat tapi kacau)
Bisa bentuk kata tapi tidak mampu ucap kalimat
Mengeluarkan suara tapi tidak berarti
Tidak ada suara sama sekali

5
4
3
2
1

Respon motorik
Menurut perintah
Dapat melokalisir ransanga setempat
Menolak ransangan nyeri anggota gera jauh
Menjauhi ransangan nyeri dngan fleksi
Ekstensi spontan
Tidak ada gerakan sama sekali

6
5
4
3
2
1

L.O.3: Memahami dan Menjelaskan Stroke


3.1: Definisi
Stroke adalah sindrom hemiparesis atau hemiparalisis akibat lesi vaskular yang bisa bangkit
dalam beberapa detik sampai hari, tergantung pada jenis penyakit yang menjadi kausanya.
(sumber: Mahar Mardjono. NeurologiKiinik Dasar Cetakan ke-4 Jakarta; PT. Dian Rakyat
1978)
WHO mendefinisikan stroke sebagai manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal
maupun global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau
sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler (Hatano, 1976
dalam Davenport dan Dennis, 2000).

3.2: Klasifikasi
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Stroke Hemoragik
Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng
disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan
aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun
dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
2. Stroke Non Hemoragik
Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak.
Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi
27

perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena
hipoksia jaringan otak.
Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
penyakitnya, yaitu :
TIAS (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan
gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)
Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam
waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu..
stroke in Volution
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul
semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam
beberapa jam atau beberapa hari.
Stroke Komplit
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.

3.3: Etiologi
STROKE biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian yaitu :
1. Trombosis serebral

Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama


trombosis serebral, yang merupakan penyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda
trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa
pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa
mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari haemorrhagi intracerebral atau
embolisme serebral.
Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara
sementara, hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan
paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
2. Embolisme serebral

Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya, yang


merusak sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atau hemiplegia tiba-tiba dengan
afasia atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit
jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral.
3. Iskemia serebral

Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi


ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
4. Haemorrhagi serebral
28

Haemorrhagi ekstradural (haemorrhagi epidural) adalah kedaruratan bedah

neuro yang memerlukan perawatan segera. Keadaan ini biasanya mengikuti


fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah arteri meninges lain, dan
pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera untuk mempertahankan hidup.
Haemorrhagi subdural pada dasarnya sama dengan haemorrhagi epidural,

kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek.


Karenanya periode pembentukan hematoma lebih lama danc menyebabkan
tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami haemorrhagi
subdural kronik tanpa menunjukkan tanda atau gejala.
Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau

hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada


area sirkulus Willisi dan malformasi arteri vena kongenital pada otak.
Haemorrhagi intracerebral adalah perdar ahan di substansi dalam otak

paling umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral,


karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan
ruptur pembuluh darah. Biasanya awitan tiba -tiba, dengan sakit kepala berat.
Bila ha emorrhagi membesar, makin jelas defisit neurologik yang terjadi
dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital
FAKTOR RESIKO
Penggolongan faktor risiko stroke didasarkan pada dapat atau tidaknya resiko tersebut
ditanggulangi / diubah :
I. Faktor resiko yang tak dapat diubah atau dicegah/dimodifikasi
II. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
III. Faktor resiko yang sangat dapat dimodifikasi
Pengenalan faktorfaktor resiko ini penting, karena banyak pasien mempunyai faktor resiko
lebih dari 1 (satu) faktor atau bahkan kadangkadang faktor resiko ini diabaikan. Setelah
mengetahui maka perlu dikenal juga bagaimana cara pengatasan atau penghindaran faktor
faktor resiko dan caracara pemeriksaan faktor.
a) Faktor Resiko Yang Tak Dapat Diubah
Umur
Kemunduran sistem pembuluh darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia
hingga makin bertambah usia makin tinggi kemungkinan mendapat stroke. Dalam
statistik faktor ini menjadi 2 x lipat setelah usia 55 tahun.
Jenis.
Stroke diketahui lebih banyak lakilaki dibanding perempuan. Kecuali umur 35 44
tahun dan diatas 85 tahun, lebih banyak diderita perempuan. Hal ini diperkirakan
karena pemakaian obatobat kontrasepsi dan usia harapan hidup perempuan yang
lebih tinggi dibanding lakilaki.
29

Berat Lahir Yang Rendah


Statistik di Inggris memungkinkan orang dengan berat bayi lahir rendah menunjukkan
angka kematian yang lebih tinggi dibanding orang yang lahir dengan berat normal.
Namun apa hubungan antara keduanya belum diketahui secara pasti.
Ras
Penduduk Afrika Amerika dan Hispanic Amerika berpotensi stroke lebih tinggi
dibanding Eropa Amerika. Pada penelitian penyakit artherosklerosis terlihat
bahwapenduduk kulit hitam mendapat serangan stroke 38 % lebih tinggi dibanding
kulit putih.
Faktor Keturunan
Adanya riwayat stroke pada orang tua menaikkan faktor resiko stroke. Hal ini
diperkirakan melalui beberapa mekanisme antara lain :
- Faktor genetik
- Faktor life style
- Penyakitpenyakit yang ditemukan
- Interaksi antara yang tersebut diatas
Kelainan Pembuluh Darah Bawaan : sering tak diketahui sebelum terjadi stroke
b) Faktor Resiko Yang Dapat Diubah
Banyak data menunjukkan bahwa penderita stroke yang pertama kali menunjukkan
bahwa penderita stroke yang pertama kali menunjukkan angka penurunan terjadinya
stroke setelah penanggulangan faktor resikonya, terutama pengatasan faktor resiko
artherosklerosis.
Hypertensi/tekanan darah tinggi
Makin tinggi tensi darah makin tinggi kemungkinan terjadinya stroke, baik
perdarahan maupun bukan.
Merokok
Penelitian menunjukkan bahwa merokok merupakan faktor resiko terjadinya stroke,
terutama dalam kombinasi dengan faktor resiko yang lain misal pada kombinasi
merokok dan pemakaian obat kontrasepsi . Hal ini juga ditunjukkan pada perokok
pasif. Merokok meningkatkan terjadinya thombus, karena terjadinya artherosklerosis.
Diabetes
Penderita diabetes cenderung menderita artherosklerosis dan meningkat kan
terjadinya hypertensi, kegemukan dan kenaikan lemak darah. Kombinasi hypertensi
dan diabetes sangat menaikkan komplikasi diabetes termasuk stroke. Pengendalian
diabetes sangat menurunkan terjadinya stroke.
Kenaikan kadar cholesterol/lemak darah
Penelitian menunjukkan angka stroke meningkat pada pasien dengan kadar
cholesterol diatas 240 mg % Setiap kenaikan 38,7 mg % menaikkan angka stroke 25
%. Sedangkan kenaikan HDL 1 m mol (38,7 mg %) menurunkan terjadinya stroke
setinggi 47 %. Demikian juga kenaikan trigliserid menaikkan jumlah terjadinya
stroke. Pemberian obatobat anti cholesterol jenis statin sangat menurunkan terjadinya
stroke.
30

Penyempitan Pembuluh darah Carotis


Pembuluh darah carotis berasal dari pembuluh darah jantung yang menuju ke otak dan
dapat diraba pada leher. Penyempitan pembuluh darah ini kadangkadang tak
menimbulkan gejala dan hanya diketahui dengan pemeriksaan. Penyempitan > 50 %
ditemukan pada 7 % pasien lakilaki dan 5 % pada perempuan pada umur diatas 65
tahun. Pemberian obatobat aspirin dapat mengurangi incidence terjadinya stroke,
namun pada beberapa pasien dianjurkan dikerjakan carotid endarterectomy.
Gejala Sickle cel
Penyakit ini diturunkan, kadangkadang tanpa gejala apapun. Beberapa menunjukkan
gejala anemia hemolytic dengan episode nyeri pada aanggota badan, penyumbatan
penyumbatan pembuluh darah termasuk stroke.
Penggunaan terapi sulih hormon.
Penggunaan terapi sulih hormon dianjurkan untuk mencegah terjadinya stroke dan
penyakit jantung vaskuler, namun pada beberapa penelitian pada pemakaian 6 bulan
berturutturut meningkatkan terjadinya stroke pada pemakaian restradol. Pemakaian
sulih hormon untuk mencegah stroke tidak dianjurkan.
Diet dan Nutrisi
Asupan makanan yang mengandung banyak sayur dan buah mengurangi terjadinya
stroke. Pemakaian garam dapur berlebihan meningkatkan terjadianya stroke. Mungkin
ini dikaitkan dengan terjadinya kenaikan tensi. j. Latihan fisik Kegiatan fisik yang
teratur dapat mengurangi terjadinya stroke ( 30 menit gerakan moderate tiap hari)
Kegemukan
BMI (Body Mass Index) yaitu BB (kg) = TB (m) > 25 29,9 dikategorikan berat
berlebih (over weight). Sedang > 30 dikategorikan obesitas
Central Obesitas/Gemuk perut:
Dihitung jika lingkar perut > 102 cm pad alakilaki dan > 88 cm pada perempuan.
Kegemukan meningkatkan terjadnya stroke, baik jenis penyumbatan ataupun
perdarahan. Penurunan berat badan akan menurunkan juga tekanan darah
c) Faktor Resiko Yang Sangat Dapat Diubah
Metabolik Sindrom
Dikatakan metabolik sindrom jika terdapat 3 atau lebih gejalagejala sebagai berikut:
o Gemuk perut
o Trigliceride > 150 mg %
o HDL < 40 mg %
o Tensi 130 / 85 mm Hg
o Gula puasa 110 mg %
o Perubahan gaya hidup, pola makan, penurunan BB dan diet seimbang akan
menurunkan terjadinya stroke.
Pemakaian alkohol berlebihan
Pemakaian alkohol berlebihan memicu terjadinya stroke. Pemakaian jumlah sedikit
31

dapat menaikkan HDL cholesterol dan mengurangi perlengketan trombosit dan


menurunkan kadar fibrinogen. Alkohol berlebihan akan menyebabkan peningkatan
tensi darah, darah gampang menjendal, penurunan aliran darah dan juga atrium
fibrilasi.
Drug Abuse/narkoba
Pemakaian obatobat terlarang seperti cocain, auphetamine, heroin dsb meningkatkan
terjadinya stroke. Obatobat ini dapat mempengaruhi tensi darahsecara tibatiba,
menyebabkan terjadinya emboli, karena adanya endocarditis dan menaikkan
kekentalan darah dan perlengketan thrombosit.
Pemakaian obatobat kontrasepsi (OC)
Resiko stroke meningkat jika memakai OC dengan dosis obstradial 50 ug.
Umumnya resiko stroke terjadi jika pemakaian ini dikombinasi dengan adanya usia >
35 tahun, perokok, hipertensi, diabetes dan migrain.
Gangguan Pola Tidur
Penelitian membuktikan bahwa tidur ngorok meningkatkan terjadinya stroke. Pola
tidur ngorok sering disertai apneu (henti nafas) tidak hanya berpotensi menyebabkan
stroke tapi juga gangguan jantung. Hal ini disebabkan penurunan aliran darah ke otak,
kenaikan tensi dsb. Pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan yang cermat dengan
mencari penyebabnya.
Kenaikan homocystein
Homocystein adalah sulpenydril yang mengandung asam amino dan diet yang
mengandung methirin. Kenaikan homocystein meningkatkan artheriosclerosis. Diet
kaya sayur dan buah akan menurunkan homocystein.
Kenaikan lipoprotein (a)
Lipid protein komplex yang meningkat merupakan resiko terjadinya penyakit jantung
dan stroke. Lp (a) merupakan partikel dari LDL dan peningkatannya akan
meningkatkan terjadinya thrombosis dengan mekanisme menghambat plasminogen
aktivator. Pengobatan dengan niacin akan menurunkan lp (a)
Hypercoagubility
Ada kecenderungan darah mudah menggumpal di karenakan adanya autiphospolipid
antibody. Test dapat dikerjakan dengan pemeriksaan anti crdiolipin antibody dan
anticoagulant lypus.

3.4: Patofisiologi
Patofisiologi Umum
Secara umum, apabila aliraj darah ke jaringan otak terputus selama 15 20 menit, akan
terjadi infak atau kematian jaringan. Gangguan pasokan aliran darah ini bisa terjadi di mana
saja di dalam arteri-arteri yang membentuk sirkulus Willisi; arteri karotis interna, sistem
bvertebrobasilaris, dan cabang-cabangnya. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak
32

selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya
adalah mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut. Proses yang
mendasari mungkin terdiri dari beberapa proses yang terjadi pada pembuluh darah yang
memperdarahi otak; (1) keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri, seperti aterosklerosis,
trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau peradangan. (2) berkurangnya perfusi akibat
gangguan status aliran darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah. (3)gangguan aliran
darah akibat bekuan atau embolus infeksi, yang berasal dari jantung atau pembuluh
ekstracranium. (4)ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subarachnoid.
Stroke Iskemik
Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara bertahap (Sjahrir,2003)
(1) Tahap 1 :
(a) Penurunan aliran darah
(b) Pengurangan O2
(c) Kegagalan energi
(d) Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion
(2) Tahap 2 :
(a) Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion
(b) Spreading depression
(3) Tahap 3 : Inflamasi
(4) Tahap 4 : Apoptosis
Proses patofisiologi pada cedera SSP akut sangat kompleks dan melibatkan permeabilitas
patologis dari sawar darah otak, kegagalan energi, hilangnya homeostasis ion sel, asidosis,
peningkatan kalsium ekstraseluler, eksitotoksisitas dan toksisitas yang diperantarai oleh
radikal bebas. (Sherki dkk,2002)
33

Mekanisme seluler pada iskemik SSP akut.

(Dikutip dari : Sherki,Y.G., Rosenbaum.Z., Melamed,E., Offen,D. 2002. Antioxidant


Therapy in Acute Central Nervous System Injury: Current State. Pharmacol Rev. 54:271284)
Stroke Hemoragik
Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim otak dan perdarahan subarachnoid.
Insidens perdarahan intrakranial kurang lebih 20 % adalah stroke hemoragik, dimana masingmasing 10% adalah perdarahan subarachnoid dan perdarahan intraserebral (Caplan, 2000).
Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma (Berry aneurysm)
akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum, dan
batang otak. Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter 100 400
mikrometer mengalami perubahan patologi pada dinding pembuluh darah tersebut berupa
lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Pada kebanyakan
34

pasien, peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan rupturnya penetrating arteri
yang kecil. Keluarnya darah dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada
arteriole dan pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini
mengakibatkan volume perdarahan semakin besar (Caplan, 2000).
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya
tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di dearah yang terkena darah dan sekitarnya
lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang
menyebabkan nekrosis (Caplan, 2000).
Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan otak
pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid. Perdarahan subarachnoid
umumnya disebabkan oleh rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous
malformation (AVM).

35

3.5: Manifestasi Klinis


Gejala Stroke Non Hemoragik
Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan
peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah:
1. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.
a) Buta mendadak (amaurosis fugaks).
b) Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia) bila
gangguan terletak pada sisi dominan.
c) Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral) dan dapat
disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.
36

2. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.


a) Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol.
b) Gangguan mental.
c) Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
d) Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
e) Bisa terjadi kejang-kejang.
3. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.
a) Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan.
Bila tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol.
b) Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.
c) Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).
4. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.
a) Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
b) Meningkatnya refleks tendon.
c) Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
d) Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala berputar
(vertigo).
e) Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
f) Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien sulit
bicara (disatria).
g) Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap
(strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap
lingkungan (disorientasi).
h) Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah bola
mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata (ptosis),
kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang pada belahan
kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim).
i) Gangguan pendengaran.
37

j) Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.


5. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior
a) Koma
b) Hemiparesis kontra lateral.
c) Ketidakmampuan membaca (aleksia).
d) Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.
6. Gejala akibat gangguan fungsi luhur
a) Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Aphasia dibagi dua yaitu,
Aphasia motorik adalah ketidakmampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi
pikiran melalui perkataannya sendiri, sementara kemampuannya untuk mengerti
bicara orang lain tetap baik. Aphasia sensorik adalah ketidakmampuan untuk
mengerti pembicaraan orang lain, namun masih mampu mengeluarkan perkataan
dengan lancar, walau sebagian diantaranya tidak memiliki arti, tergantung dari
luasnya kerusakan otak.
b) Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak. Dibedakan
dari Dyslexia (yang memang ada secara kongenital), yaitu Verbal alexia adalah
ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat membaca huruf. Lateral alexia
adalah ketidakmampuan membaca huruf, tetapi masih dapat membaca kata. Jika
terjadi ketidakmampuan keduanya disebut Global alexia. iii. Agraphia adalah
hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan otak.
c) Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka setelah
terjadinya kerusakan otak.
d) Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah tingkat
kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan gerakan yang
sesuai dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan tertentu. Kelainan ini
sering bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat dari disuruh menyebutkan
nama jari yang disentuh sementara penderita tidak boleh melihat jarinya).
e) Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan
melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang.
f) Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat kerusakan
pada kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan yang menyebabkan
terjadinya gangguan bicara.
g) Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma capitis,
infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan massa di otak.
h) Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah
kemampuan.
38

Gejala Stroke Hemoragik


1) Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri kepala berat, mual,
muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada pemeriksaan pungsi lumbal
merupakan gejala penyerta yang khas. Serangan sering kali di siang hari, waktu
beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma
(65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi setelah 3
jam).
2) Gejala Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher dan
punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan
pemeriksaan kaku kuduk, Lasegue dan Kernig untuk mengetahui kondisi rangsangan
selaput otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi gangguan pada fungsi saraf. Pada
gangguan fungsi saraf otonom terjadi demam setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi
ulkus pepticum karena pemberian obat antimuntah disertai peningkatan kadar gula darah,
glukosuria, albuminuria, dan perubahan pada EKG.
3) Gejala Perdarahan Subdural
Pada penderita perdarahan subdural akan dijumpai gejala: nyeri kepala, tajam penglihatan
mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisit neurologik daerah otak yang
tertekan. Gejala ini timbul berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah terjadinya
trauma kepala.

3.6: Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Diagnosis
Anamnesis seputar gejala-gejala penanda stroke.
Pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan fungsi syaraf.
Pemeriksaan penunjang
o Tes Laboratorium Darah
39

untuk mendeteksi adanya masalah lain yang menghambat proses


pemulihan sepertipenyakit ginjal, penyakit hati, diabetes, infeksi atau
dehidrasi
o Head CT Scan
stroke non hemorhargi terlihat adanya infark sedangkan pada
strokehaemorhargi terlihat perdarahan
o Pemeriksaan lumbal pungsi
Diperiksa kimia sitologi, mikrobiologi, virologi . Disamping itu
dilihat pula tetesancairan cerebrospinal saat keluar baik kecepatannya,
kejernihannya, warna dan tekananyang menggambarkan proses terjadi di intra
spinal.Pada stroke non hemorargi akan ditemukan tekanan normal
dari cairan cerebrospinaljernih. Pemeriksaan pungsi cisternal
dilakukan bila tidak mungkin dilakukan pungsi lumbal. Prosedur ini
dilakukan dengan supervisi neurolog yang telah berpengalaman.
o EKG
Untuk mengetahui keadaan jantung dimana jantung berperan dalam
suplai darah keotak. d. Elektro Encephalo Grafi Elektro Encephalo
Grafi
mengidentifikasi
masalah berdasarkan
gelombang
otak,
menunjukkan area lokasi secara spesifik.
o Angiografi cerebral
Membantu
secara
spesifik
dalam
mencari
stroke sepertiperdarahan
atau
obstruksi
m e m p e r l i h a t k a n s e c a r a t e p a t l e t a k oklusi atau ruptur.

penyebab
arteri,

o Magnetik Resonansi Imagine (MRI)


Menunjukkan darah yang mengalami infark, haemorhargi,
Malformasi Arterior Vena(MAV). Pemeriksaan ini lebih canggih
dibanding CT Scan.
o Ultrasonografi dopler
Mengidentifikasi penyakit Malformasi Arterior Vena .

3.7: Diagnosis Banding


Berdasarkan gejala gejala yang ada maka diagnosis banding adalah perbedaan antara stroke
non hemoragik sebab trombosis atau emboli, stroke hemoragik dan tumor pada otak. Hal ini
bisa dibedakan dari onset/awitannya, pada stroke yang non hemoragik awal mula terjadi
kelumpuhan biasanya saat istirahat / pasien tidak melakukan aktifitas, nyeri kepala sifatnya
ringan atau sangat ringan, tidak ditemukan adanya kejang atau muntah saat serangan terjadi
serta penurunan kesadarannya bersifat ringan atau sangat ringan sedangkan pada stroke yang
disebabkan pendarahan terjadi saat penderita beraktifitas, pasien mengalami nyeri kepala
yang hebat, adanya kejang atau muntah saat serangan terjadi, penurunan kesadarannya
bersifat sangat nyata, penderita biasanya hipertensi dengan tiba tiba terjatuh karena
40

terserang kelumpuhan tubuh sesisi secara serentak, biasanya adanya emosi (marah marah)
yang mendahului sebelum serangan.
Pada tumor otak dengan gejala defisit neurologi sangat lambat bahkan sampai berbulan
bulan, pasien mengalami nyeri kepala yang hebat pada saat beraktifitas yang menyebabkan
peninggian liquor cerebrospinalis intracranial, seperti membungkuk, mengejan, atau
excercaise dan nyeri kepala menurun apabila tidak beraktifitas, keadaan mudah lesu,
gangguan daya ingat dan penurunan kesadaran. Tentunya pemeriksaan dengan CT-scan akan
lebih mudah diketahui adakah infark pada otak, adanya trombosis, emboli maupun tumor,
disamping itu pemeriksaan sekunder lain, seperti pemeriksaan laboratorium juga mendukung.

3.8: Penatalaksanaan
Tissue plasminogen activator (TPA)
Suatu obat penghancur bekuan atau gumpalan untuk memecahkan bekuan darah
yang menyebabkan stroke.Ada suatu jendela yang sempit dari kesempatan untuk
menggunakan obat ini. Lebih awal ia diberikan, lebih baik hasilnya dan lebih
kurang berpotensi untk komplikasi perdarahan kedalam otak.
Heparin dan aspirin
Obat-obat untuk pengencer darah (anticoagulation; contohnya, heparin) juga
adakalanya digunakan dalam merawat pasien-pasien stroke dalam harapan untuk
memperbaiki kesembuhan atau kepulihan pasien.
Mengendalikan Persoalan-Persoalan Medis Lain
Kontrol tekanan darah dan Kolestrol
Kontol gula darah (pasien DM)
Rehabilitasi
terapi kemampuan berbicara
terapi pekerjaan
terapi fisik
pendidikan keluarga untuk mengorientasikan mereka pada perawatan untuk
orang yang dicintai mereka di rumah dan tantangan-tantangan yang akan
mereka hadapi.

3.9: Komplikasi
Stroke Non Hemoragik

Pneumonia
Salah satu masalah yang paling serius dari stroke adalah radang paru-paru/
pneumonia. Itu dibuktikan pada penelitian yang telah menemukan bahwa dari 58 %
kematian pasien stroke penyebab utamanya adalah radang paru-paru

41

Trombosis Vena Profunda


Hal ini disebabkan thrombus dari pembuluh darah balik terlepas membentuk emboli,
bersama darah menuju keparu-paru sehingga terjadilah emboli paru

Infark miokard, aritmia jantung dan gagal jantung

Ketidakseimbangan cairan

Stroke Hemoragik

Perdarahan Intraserebral
1. Hidrosefalus
2. Coning/herniasi

Perdarahan Subarakhnoid
Hidrosefalus : Akibat obstruksi aliran cairan serebrospinal oleh bekuan darah

3.10: Prognosis
Stroke Non Hemoragik

Indikator prognosis adalah : lokasi dan luas area lesi, umur, tipe stroke, cepat
lambatnya penanganan serta kerjasama tim medis dengan pasien dan keluarga.
Hanya 1/3 pasien bisa kembali pulih setelah serangan stroke iskemik
Umumnya, 1/3-nya lagi adalah fatal, dan 1/3- nya mengalami kecacatan jangka
panjang
Jika pasien mendapat terapi dengan tepat dalam waktu 3 jam setelah serangan, 33%
diantaranya mungkin akan pulih dalam waktu 3 bulan

Stroke Hemoragik

Prognosis pasien dgn stroke hemoragik (perdarahanintrakranial) tergantung pada


ukuran hematoma :
- Hematoma > 3 cm umumnya mortalitasnya besar
- Hematoma yang massive biasanya bersifat lethal
Jika infark terjadi pada spinal cord prognosis bervariasi tergantung keparahan
gangguan neurologis, jika control motorik dan sensasi nyeri terganggu maka
prognosis jelek.

3.11: Pencegahan
Siapapun tidak akan pernah tahu kapan stroke datang. Tapi, langkah-langkah pencegahan di
bawah ini mungkin bisa menjadi angin segar bagi semua orang :
42

Rutin memeriksa tekanan darah

Tingkat tekanan darah adalah faktor paling dominan pada semua jenis stroke. Makin
tinggi tekanan darah makin besar risiko terkena stroke. Jika tekanan darah meningkat,
segera konsultasikan dengan seorang dokter. Tekanan darah yang harus diwaspadai
adalah jika angka tertinggi di atas 135 dan angka terbawah adalah 85.

Waspadai gangguan irama jantung (attrial fibrillation)

Detak jantung tidak wajar menunjukkan perubahan fungsi yang mengakibatkan darah
terkumpul dan menggumpal di dalam jantung. Detak jantung yang mampu
menggerakkan gumpalan darah sehingga masuk pada aliran darah itu mengakibatkan
stroke. Gangguan irama jantung dapat dideteksi dengan menilai detak nadi.

Berhenti merokok dan anti alkohol


Rokok dapat meningkatkan risiko stroke dua kali lipat. Sebagaimana rokok, alkohol
dapat meningkatkan risiko stroke dan penyakit lain seperti liver.

Periksa kadar kolesterol dalam tubuh


Mengetahui tingkat kolesterol dapat meningkatkan kewaspadaan stroke. Kolesterol
tinggi mengarah pada risiko stroke. Jika kolesterol tinggi, maka segeralah untuk
menurunkannya dengan memilih makanan rendah kolesterol. Agar kolesterol dalam
tubuh tidak berlebihan, maka gantilah asupan lemak jenuh dengan asupan asam lemak
tak jenuh, seperti: omega 3, 6 dan 9.

Kontrol kadar gula darah


Diabetes mampu meningkatkan risiko stroke. Jika Anda penderita diabetes,
konsultasilah dengan seorang dokter mengenai makanan dan minuman yang bisa
dikonsumsi untuk menurunkan gula darah.

Olabraga teratur
jalan cepat minimal 30 menit sehari bisa menurunkan risiko stroke. Anda juga bisa
melakukan olahraga renang, sepeda, dansa, golf, atau tenis. Pilih olahraga yang Anda
sukai dan lakukan secara teratur tiga kali seminggu.

Konsumsi garam rendah sodium dan diet lemak

Kurangi konsumsi garam bersodium tinggi. Sebaliknya konsumsilah buah, sayuran,


dan gandum untuk mengurangi risiko stroke.

43

Waspadai gangguan sirkulasi darah

Stroke berkaitan dengan jantung, pembuluh arteri dan vena. Tiga bagian ini penting
bagi sirkulasi darah ke seluruh tubuh, termasuk dan jantung ke otak. Ketika terdapat
tumpukan lemak yang menghambat aliran, maka risiko stroke meningkat. Masalah ini
dapat diobati. Operasi pula mampu mengatasi tumpukan lemak yang menghambat
pembuluh arteri.

L.O.4: Memahami dan Menjelaskan Bells Palsy


4.1: Definisi
Bells palsy ditemukan oleh dokter dari inggris yang bernama Charles Bell. Bells palsy
didefinisikan sebagai suatu keadaan paresis atau kelumpuhan yang akut dan idiopatik akibat
disfungsi nervus facialis perifer.

4.2: Epidemiologi
Bells palsy menempati urutan ketiga penyebab terbanyak dari paralysis fasial akut. Di dunia,
insiden tertinggi ditemukan di Seckori, Jepang tahun 1986 dan insiden terendah ditemukan
di Swedia tahun 1997. Di Amerika Serikat, insiden Bells palsy setiap tahun sekitar 23
kasus per 100.000 orang, 63% mengenai wajah sisi kanan. Insiden Bells palsy rata-rata 1530 kasus per 100.000 populasi. Penderita diabetes mempunyai resiko 29% lebih tinggi,
dibanding non-diabetes. Bells palsy mengenai laki-laki dan wanita dengan perbandingan
yang sama. Akan tetapi, wanita muda yang berumur 10-19 tahun lebih rentan terkena
daripada laki-laki pada kelompok umur yang sama. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur, namun lebih sering terjadi pada umur 15-50 tahun. Pada kehamilan trisemester ketiga
dan 2 minggu pasca persalinan kemungkinan timbulnya Bells palsy lebih tinggi daripada
wanita tidak hamil, bahkan bisa mencapai 10 kali lipat.

4.3: Etiologi
Diperkirakan, penyebab Bells palsy adalah edema dan iskemia akibat penekanan (kompresi)
pada nervus fasialis. Penyebab edema dan iskemia ini sampai saat ini masih diperdebatkan.
Dulu, paparan suasana/suhu dingin (misalnya hawa dingin, AC, atau menyetir mobil dengan
jendela yang terbuka) dianggap sebagai satu-satunya pemicu Bells palsy. Akan tetapi,
sekarang mulai diyakini HSV sebagai penyebab Bells palsy, karena telah diidentifikasi HSV
pada ganglion geniculata pada beberapa penelitian otopsi. Murakami et all juga melakukan
tes PCR (Polymerase-Chain Reaction) pada cairan endoneural N.VII penderita Bells palsy
berat yang menjalani pembedahan dan menemukan HSV dalam cairan endoneural. Virus ini
diperkirakan dapat berpindah secara axonal dari saraf sensori dan menempati sel ganglion,
pada saat adanya stress, akan terjadi reaktivasi virus yang akan menyebabkan kerusakan local
pada myelin.

4.4: Patofisiologi
Para ahli menyebutkan bahwa pada Bells palsy terjadi proses inflamasi akut pada nervus
fasialis di daerah tulang temporal, di sekitar foramen stilomastoideus. Bells palsy hampir
44

selalu terjadi secara unilateral. Patofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori
menyebutkan terjadinya proses inflamasi pada nervus fasialis yang menyebabkan
peningkatan diameter nervus fasialis sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat
melalui tulang temporal. Perjalanan nervus fasialis keluar dari tulang temporal melalui
kanalis fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar
sebagai foramen mental. Dengan bentukan kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi,
demyelinisasi atau iskemik dapat menyebabkan gangguan dari konduksi. Impuls motorik
yang dihantarkan oleh nervus fasialis bisa mendapat gangguan di lintasan supranuklear,
nuklear dan infranuklear. Lesi supranuklear bisa terletak di daerah wajah korteks motorik
primer atau di jaras kortikobulbar ataupun di lintasan asosiasi yang berhubungan dengan
daerah somatotropik wajah di korteks motorik primer.
Paparan udara dingin seperti angin kencang, AC, atau mengemudi dengan kaca jendela yang
terbuka diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya Bells palsy. Karena itu nervus fasialis
bisa sembab, ia terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan
fasialis LMN. Pada lesi LMN bias terletak di pons, di sudut serebelo-pontin, di os petrosum
atau kavum timpani, di foramen stilomastoideus dan pada cabang-cabang tepi nervus fasialis.
Lesi di pons yang terletak di daerah sekitar inti nervus abdusens dan fasikulus longitudinalis
medialis. Karena itu paralisis fasialis LMN tersebut akan disertai kelumpuhan muskulus
rektus lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi. Selain itu, paralisis nervus fasialis LMN
akan timbul bersamaan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia (tidak bisa mengecap
dengan 2/3 bagian depan lidah). Berdasarkan beberapa penelitian bahwa penyebab utama
Bells palsy adalah reaktivasi virus herpes (HSV tipe 1 dan virus herpes zoster) yang
menyerang saraf kranialis. Terutama virus herpes zoster karena virus ini menyebar ke saraf
melalui sel satelit. Pada radang herpes zoster di ganglion genikulatum, nervus fasialis bisa
ikut terlibat sehingga menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN.

45

Kelumpuhan pada Bells palsy akan terjadi bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya
lumpuh. Dahi tidak dapat dikerutkan, fisura palpebra tidak dapat ditutup dan pada usaha
untuk memejam mata terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa
diangkat. Bibir tidak bisa dicucurkan dan platisma tidak bisa digerakkan. Karena lagoftalmos,
maka air mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun. Gejala-gejala pengiring
seperti ageusia dan hiperakusis tidak ada karena bagian nervus fasialis yang terjepit di
foramen stilomastoideum sudah tidak mengandung lagi serabut korda timpani dan serabut
yang mensyarafi muskulus stapedius.

4.5: Gejala Klinis


Kelumpuhan perifer N.VII memberikan ciri yang khas hingga dapat didiagnosa dengan
inspeksi. Otot muka pada sisi yang sakit tak dapat bergerak. Lipatan-lipatan di dahi akan
menghilang dan Nampak seluruh muka sisi yang sakit akan mencong tertarik ke arah sisi
yang sehat. Gejala kelumpuhan perifer ini tergantung dari lokalisasi kerusakan.
a. Kerusakan setinggi foramen stilomastoideus
Gejala : kelumpuhan otot-otot wajah pada sebelah lesi
Sudut mulut sisi lesi jatuh dan tidak dapat diangkat
Makanan berkumpul diantara pipi dan gusi pada sebelah lesi
Tidak dapat menutup mata dan mengerutkan kening pada sisi lesi
Kelumpuhan ini adalah berupa tipe flaksid, LMN. Pengecapan dan sekresi air liur
masih baik.
46

b. Lesi setinggi diantara khorda tympani dengan n.stapedeus (didalam kanalis fasialis)
Gejala seperti (a) ditambah dengan gangguan pengecapan 2/3 depan lidah dan
gangguan salivasi
c. Lesi setinggi diantara n.stapedeus dengan ganglion genikulatum
Gejala seperti (b) ditambah dengan gangguan pendengaran yaitu hiperakusis
d. Lesi setinggi ganglion genikulatum
Gejala seperti (c) ditambah dengan gangguan sekresi kelenjar hidung dan gangguan
kelenjar air mata (lakrimasi)
e. Lesi di porus akustikus internus
Gangguan seperti (d) ditambah dengan gangguan pada N.VIII.
Yang paling sering ditemui ialah kerusakan pada tempat setinggi foramen stilomastoideus
dan pada setinggi ganglion genikulatum. Adapun penyebab yang sering pada kerusakan
setinggi genikulatum adalah : Herpes Zoster, otitis media perforata dan mastoiditis.

4.6: Diagnosis
Diagnosis Bells palsy dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Pada pemeriksaan nervus kranialis akan didapatkan adanya parese dari nervus fasialis yang
menyebabkan bibir mencong, tidak dapat memejamkan mata dan adanya rasa nyeri pada
telinga. Hiperakusis dan augesia juga dapat ditemukan. Harus dibedakan antara lesi UMN
dan LMN. Pada Bells palsy lesinya bersifat LMN.
Pemeriksaan Fisik
Kelumpuhan nervus fasialis mudah terlihat hanya dengan pemeriksaan fisik tetapi yang harus
diteliti lebih lanjut adalah apakah ada penyebab lain yang menyebabkan kelumpuhan nervus
fasialis. Pada lesi supranuklear, dimana lokasi lesi di atas nukleus fasialis di pons, maka
lesinya bersifat UMN. Pada kelainan tersebut, sepertiga atas nervus fasialis normal,
sedangkan dua pertiga di bawahnya mengalami paralisis. Pemeriksaan nervus kranialis yang
lain dalam batas normal.
Pemeriksaan Laboratorium
47

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk menegakkan diagnosis Bells palsy.
Namun pemeriksaan kadar gula darah atau HbA1c dapat dipertimbangkan untuk mengetahui
apakah pasien tersebut menderita diabetes atau tidak. Pemeriksaan kadar serum HSV juga
bisa dilakukan namun ini biasanya tidak dapat menentukan dari mana virus tersebut berasal.
Pemeriksaan Radiologi
Bila dari anamneses dan pemeriksaan fisik telah mengarahkan ke diagnose Berlls palsy
maka pemeriksaan radiologi tidak dip[erlukan lagi, karena pasien-pasien dengan Bells palsy
umumnya akan mengalami perbaikan dalam 8-10 minggu. Bila tidak ada perbaikan ataupun
mengalami perburukan, pencitraan mungkin akan membantu. MRI mungkin dapat
menunjukkan adanya tumor (misalnya Schwannoma, hemangioma, meningioma). Bila pasien
ada riwayat trauma CT Scan harus dilakukan.

4.7: Diagnosa Banding


Kondisi lain yang dapat menyebabkan kelumpuhan nervus fasialis diantaranya tumor, infeksi
herpes zoster pada ganglion genikulatum (Ramsay Hunt syndrom), penyakit Lyme, AIDS,
infeksi Tuberculosa pada mastoid ataupun telinga tengah, Guillen Barre syndrome.

4.8: Penatalaksanaan
Melindungi mata pada saat tidur dan pemberian tetes mata metilselulosa, memijat otot-otot
yang lemah dan mencegah kendornya otot-otot di bagian bawah wajah merupakan kondisi
yang dapat dikelola secara umum
Belum ada bukti yang mendukung bahwa tindakan pembedahan efektif terhadap nervus
fasialis, bahkan kemungkinan besar dapat membahayakan.
Pemberian kortikosteroid (prednison dengan dosis 40 -60 mg/hari per oral atau 1
mg/kgBB/hari selama 3 hari, diturunkan perlahan-lahan selama 7 hari kemudian), dimana
pemberiannya dimulai pada hari kelima setelah onset penyakit, gunanya untuk meningkatkan
peluang kesembuhan pasien.
Dasar dari pengobatan ini adalah untuk menurunkan kemungkinan terjadinya kelumpuhan
yang sifatnya permanen yang disebabkan oleh pembengkakan nervus fasialis di dalam kanal
fasialis yang sempit.
Penemuan genom virus disekitar nervus fasialis memungkinkan digunakannya agen-agen
antivirus pada penatalaksanaan Bells palsy. Acyclovir (400 mg selama 10 hari) dapat
digunakan dalam penatalaksanaan Bells palsy yang dikombinasikan dengan prednison atau
dapat juga diberikan sebagai dosis tunggal untuk penderita yang tidak dapat mengkonsumsi
prednison. Penggunaan Acyclovir akan berguna jika diberikan pada 3 hari pertama dari onset
penyakit untuk mencegah replikasi virus.

4.9: Komplikasi
48

Kira-kira 30% pasien Bells palsy yang sembuh dengan gejala sisa seperti fungsi motorik dan
sensorik yang tidak sempurna, serta kelemahan saraf parasimpatik. Komplikasi yang paling
banyak terjadi yaitu disgeusia atau ageusia, spasme nervus fasialis yang kronik dan
kelemahan saraf parasimpatik yang menyebabkan kelenjar lakrimalis tidak berfungsi dengan
baik sehingga tampak seperti air mata buaya (crocodile tears).

4.10: Prognosis
Penderita Bells palsy dapat sembuh total atau meninggalkan gejala sisa. Faktor resiko yang
memperburuk prognosis Bells palsy adalah:
(1) Usia di atas 60 tahun
(2) Paralisis komplit
(3) Menurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada sisi yang lumpuh,
(4) Nyeri pada bagian belakang telinga dan
(5) Berkurangnya air mata.
Pada umumnya prognosis Bells palsy baik: sekitar 80-90 % penderita sembuh dalam waktu 6
minggu sampai tiga bulan tanpa ada kecacatan. Penderita yang berumur 60 tahun atau lebih,
mempunyai peluang 40% sembuh total dan beresiko tinggi meninggalkan gejala sisa.
Penderita yang berusia 30 tahun atau kurang, hanya punya perbedaan peluang 10-15 persen
antara sembuh total dengan meninggalkan gejala sisa. Jika tidak sembuh dalam waktu 4
bulan, maka penderita cenderung meninggalkan gejala sisa, yaitu sinkinesis, crocodile tears
dan kadang spasme hemifasial.
Penderita diabetes 30% lebih sering sembuh secara parsial dibanding penderita nondiabetik
dan penderita DM lebih sering kambuh dibanding yang non DM. Hanya 23 % kasus Bells
palsy yang mengenai kedua sisi wajah. Bells palsy kambuh pada 10-15 % penderita. Sekitar
30 % penderita yang kambuh ipsilateral menderita tumor N. VII atau tumor kelenjar parotis.

L.O.5: Memahami dan Menjelaskan Birrul Walidain


MAKNA "AL BIRR"
Al Birr yaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam
(artinya) : "Al Birr adalah baiknya akhlaq". (Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya
Nomor 1794).
Al Birr merupakan haq kedua orang tua dan kerabat dekat, lawan dari Al Uquuq yaitu
kejelekan dan menyia-nyiakan haq..
"Al Birr adalah mentaati kedua orang tua didalam semua apa yang mereka perintahkan
kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada Allah, dan Al Uquuq dan menjauhi mereka
dan tidak berbuat baik kepadanya." (Disebutkan dalam kitab Ad Durul Mantsur 5/259)

49

Berkata Urwah bin Zubair mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua tentang firman
Allah Subhanahu Wa Taala (artinya): "Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan." (QS. Al Isra : 24). Yaitu: "Jangan sampai mereka berdua tidak
ditaati sedikitpun". (Ad Darul Mantsur 5/259)
Berkata Imam Al Qurtubi mudah-mudahan Allah merahmatinya: "Termasuk Uquuq
(durhaka) kepada orang tua adalah menyelisihi/ menentang keinginan-keinginan mereka dari
(perkara-perkara) yang mubah, sebagaimana Al Birr (berbakti) kepada keduanya adalah
memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka. Oleh karena itu, apabila salah satu atau
keduanya memerintahkan sesuatu, wajib engkau mentaatinya selama hal itu bukan perkara
maksiat, walaupun apa yang mereka perintahkan bukan perkara wajib tapi mubah pada
asalnya, demikian pula apabila apa yang mereka perintahkan adalah perkara yang mandub
(disukai/ disunnahkan). (Al Jami Li Ahkamil Quran Jil 6 hal 238).
Berkata Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah mudah-mudahan Allah merahmatinya: Berkata Abu
Bakr di dalam kitab Zaadul Musaafir "Barangsiapa yang menyebabkan kedua orang tuanya
marah dan menangis, maka dia harus mengembalikan keduanya agar dia bisa tertawa
(senang) kembali". (Ghadzaul Al Baab 1/382).
HUKUM BIRRUL WALIDAIN
Para Ulama Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada kedua orang tua
hukumnya adalah wajib, hanya saja mereka berselisih tentang ibarat-ibarat (contoh
pengamalan) nya.
Berkata Ibnu Hazm, mudah-mudahan Allah merahmatinya: "Birul Walidain adalah fardhu
(wajib bagi masing-masing individu). Berkat beliau dalam kitab Al Adabul Kubra: Berkata
Al Qodli Iyyad: "Birrul walidain adalah wajib pada selain perkara yang haram." (Ghdzaul Al
Baab 1/382)
Dalil-dalil Shahih dan Sharih (jelas) yang mereka gunakan banyak sekali , diantaranya:
1. Firman Allah Subhanahu Wa Taala (artinya): "Sembahlah Allah dan jangan kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua Ibu
Bapak". (An Nisa : 36).
Dalam ayat ini (berbuat baik kepada Ibu Bapak) merupakan perintah, dan perintah disini
menunjukkan kewajiban, khususnya, karena terletak setelah perintah untuk beribadah dan
meng-Esa-kan (tidak mempersekutukan) Allah, serta tidak didapatinya perubahan (kalimat
dalam ayat tersebut) dari perintah ini. (Al Adaabusy Syariyyah 1/434).
2. Firman Allah Subhanahu Wa Taala (artinya): "Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya". (QS. Al Isra: 23).
50

Adapun makna ( qadhoo ) = Berkata Ibnu Katsir : yakni, mewasiatkan. Berkata Al


Qurthubiy : yakni, memerintahkan, menetapkan dan mewajibkan. Berkata Asy Syaukaniy:
"Allah memerintahkan untuk berbuat baik pada kedua orang tua seiring dengan perintah
untuk mentauhidkan dan beribadah kepada-Nya, ini pemberitahuan tentang betapa besar haq
mereka berdua, sedangkan membantu urusan-urusan (pekerjaan) mereka, maka ini adalah
perkara yang tidak bersembunyi lagi (perintahnya). (Fathul Qodiir 3/218).
3. Firman Allah Subhanahu Wa Taala (artinya): "Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang Ibu Bapanya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Maka bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu." (QS.
Luqman : 14).
Berkata Ibnu Abbas mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua "Tiga ayat dalam Al
Quran yang saling berkaitan dimana tidak diterima salah satu tanpa yang lainnya, kemudian
Allah menyebutkan diantaranya firman Allah Subhanahu Wa Taala (artinya) :
"Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang Ibu Bapakmu", Berkata beliau. "Maka,
barangsiapa yang bersyukur kepada Allah akan tetapi dia tidak bersyukur pada kedua Ibu
Bapaknya, tidak akan diterima (rasa syukurnya) dengan sebab itu." (Al Kabaair milik Imam
Adz Dzahabi hal 40).
Berkaitan dengan ini, Rasulullah ShalallahuAlaihi Wassallam bersabda (artinya) :
"Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada
pada kemurkaan orang tua" (Riwayat Tirmidzi dalam Jaminya (1/ 346), Hadits ini Shohih,
lihat Silsilah Al Hadits Ash Shahiihah No. 516).
4. Hadits Al Mughirah bin Syubah - mudah-mudahan Allah meridhainya, dari Nabi
Shalallahu Alaihi Wasallam beliau bersabda (artinya): "Sesungguhnya Allah mengharamkan
atas kalian mendurhakai para Ibu, mengubur hidup-hidup anak perempuan, dan tidak mau
memberi tetapi meminta-minta (bakhil) dan Allah membenci atas kalian (mengatakan)
katanya si fulan begini si fulan berkata begitu (tanpa diteliti terlebih dahulu), banyak
bertanya (yang tidak bermanfaat), dan membuang-buang harta". (Diriwayatkan oleh Imam
Muslim dalam Shahihnya No. 1757).
KEUTAMAAN BIRRUL WALIDAIN
Pertama : Termasuk Amalan Yang Paling Mulia
Dari Abdullah bin Masud mudah-mudahan Allah meridhoinya dia berkata : Saya bertanya
kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam: Apakah amalan yang paling dicintai oleh
Allah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam: "Sholat tepat pada waktunya",
Saya bertanya : Kemudian apa lagi?, Bersabada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam
"Berbuat baik kepada kedua orang tua". Saya bertanya lagi : Lalu apa lagi?, Maka
51

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda : "Berjihad di jalan Allah". (Diriwayatkan


oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya).
Kedua : Merupakan Salah Satu Sebab-Sebab Diampuninya Dosa
Allah Subhanahu Wa Taala berfirman (artinya): "Kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya.", hingga akhir ayat berikutnya : "Mereka
itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka
kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga.
Sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka." (QS. Al Ahqaf 15-16)
Diriwayatkan oleh ibnu Umar mudah-mudahan Allah meridhoi keduanya bahwasannya
seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam dan berkata :
Wahai Rasulullah sesungguhnya telah menimpa kepadaku dosa yang besar, apakah masih
ada pintu taubat bagi saya?, Maka bersabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam :
"Apakah Ibumu masih hidup?", berkata dia : tidak. Bersabda beliau Shalallahu Alaihi
Wasallam : "Kalau bibimu masih ada?", dia berkata : "Ya" . Bersabda Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wasallam : "Berbuat baiklah padanya". (Diriwayatkan oleh Tirmidzi
didalam Jaminya dan berkata Al Arnauth : Perawi-perawinya tsiqoh. Dishahihkan oleh Ibnu
Hibban dan Al Hakim. Lihat Jaamiul Ushul (1/ 406).
Ketiga : Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga
Dari Abu Hurairah, mudah-mudahan Allah meridhoinya, dia berkata : Saya mendengar
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Celakalah dia, celakalah dia",
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam ditanya : Siapa wahai Rasulullah?, Bersabda
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam : "Orang yang menjumpai salah satu atau kedua
orang tuanya dalam usia lanjut kemudian dia tidak masuk surga". (Diriwayatkan oleh Imam
Muslim dalam Shahihnya No. 1758, ringkasan).
Dari Muawiyah bin Jaahimah mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua,
Bahwasannya Jaahimah datang kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam kemudian
berkata : "Wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk berperang, dan saya datang (ke
sini) untuk minta nasehat pada anda. Maka Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam
bersabda : "Apakah kamu masih memiliki Ibu?". Berkata dia : "Ya". Bersabda Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wasallam : "Tetaplah dengannya karena sesungguhnya surga itu
dibawah telapak kakinya". (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Nasai dalam Sunannya dan
Ahmad dalam Musnadnya, Hadits ini Shohih. (Lihat Shahihul Jaami No. 1248)

Keempat : Merupakan Sebab keridhoan Allah


Sebagaiman hadits yang terdahulu "Keridhoan Allah ada pada keridhoan kedua orang tua
52

dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua orang tua".


Kelima : Merupakan Sebab Bertambahnya Umur
Diantarnya hadit yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik mudah-mudahan Allah
meridhoinya, dia berkata, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda : "Barangsiapa
yang suka Allah besarkan rizkinya dan Allah panjangkan umurnya, maka hendaklah dia
menyambung silaturrahim".

Keenam : Merupakan Sebab Barokahnya Rizki


Dalilnya, sebagaimana hadits sebelumnya.
(Sumber:http://sofyan.phpnet.us/index.php/adab/738--adab-birrul-waalidain-berbakti-kepadakedua-orang-tua.html)

ADAB BIRRUL WAALIDAIN


Kedua orang tua adalah manusia yang paling berjasa dan utama bagi diri seseorang. Allah
Subhanahu wa Ta'ala telah memerintahkan dalam berbagai tempat di dalam Al-Qur'an agar
berbakti kepada kedua orang tua. Allah menyebutkannya berbarengan dengan pentauhidanNya Azza wa Jalla dan memerintahkan para hamba-Nya untuk melaksanakannya
sebagaimana akan disebutkan kemudian.
Hak kedua orang tua merupakan hak terbesar yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim. Di
sini akan dicantumkan beberapa adab yang berkaitan dengan masalah ini. Antara lain hak
yang wajib dilakukan semasa kedua orang tua hidup dan setelah meninggal. Dengan
pertolongan Allah saya akan sebutkan beberapa adab tersebut, antara lain:

HAK-HAK YANG WAJIB DILAKSANAKAN SEMASA ORANG TUA MASIH


HIDUP
Di antara hak orang tua ketika masih hidup adalah:
1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah
Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib atas setiap Muslim. Haram hukumnya
mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai mereka berdua kecuali
apabila mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya.
53

Allah Subhanahu wa TA'ala berfirman:


"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya..." (QS. Luqman:
15)
Tidak boleh mentaati makhluk untuk mendurhakai Allah, Penciptanya, sebagaimana sabda
Rasululah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam
melakukan kebaikan." (HR. Bukhari no. 4340, 7145, 7257, dan Muslim no. 1840, dari Ali
radhiyallahu 'anhu)
Adapun jika bukan dalam perkara yang mendurhakai Allah, wajib mentaati kedua orang tua
selamanya dan ini termasuk perkara yang paling diwajibkan. Oleh karena itu, seorang
Muslim tidak boleh mendurhakai apa saja yang diperintahkan oleh kedua orang tua.
2. Berbakti dan Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang Tua
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ibu
bapaknya..." (QS. Al-Ahqaaf: 15)
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapak..." (QS. An-Nisaa': 36)
Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua semakin tua dan lanjut
hingga kondisi mereka melemah dan sangat membutuhkan bantuan dan perhatian dari
anaknya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kami jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: 'Wahai, Rabbku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.'" (QS.
Al-Israa': 23-24)
Di dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua
orang tuanya yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat
memasukkannya ke dalam Surga." (HR. Muslim no. 2551, dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu)
Di antara bakti terhadap kedua orang tua adalah menjauhkan ucapan dan perbuatan yang
dapat menyakiti kedua orang tua, walaupun dengan isyarat atau dengan ucapan 'ah'.
54

Termasuk berbakti kepada keduanya ialah senantiasa membuat mereka ridha dengan
melakukan apa yang mereka inginkan, selama hal itu tidak mendurhakai Allah Subhanahu wa
Ta'ala, sebagaimana yang telah disebutkan.
3. Merendahkan Diri Di Hadapan Keduanya
Tidak boleh mengeraskan suara melebihi suara kedua orang tua atau di hadapan mereka
berdua. Tidak boleh juga berjalan di depan mereka, masuk dan keluar mendahului mereka,
atau mendahului urusan mereka berdua. Rendahkanlah diri di hadapan mereka berdua dengan
cara mendahulukan segala urusan mereka, membentangkan dipan untuk mereka,
mempersilakan mereka duduk di tempat yang empuk, menyodorkan bantal, janganlah
mendului makan dan minum, dan lain sebagainya.
4. Berbicara Dengan Lembut Di Hadapan Mereka
Berbicara dengan lembut merupakan kesempurnaan bakti kepada kedua orang tua dan
merendahkan diri di hadapan mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"...Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia."
(QS. Al-Israa': 23)
Oleh karena itu, berbicaralah kepada mereka berdua dengan ucapan yang lemah lembut dan
baik serta dengan lafazh yang bagus.
5. Menyediakan Makanan Untuk Mereka
Menyediakan makanan juga termasuk bakti kepada kedua orang tua, terutama jika ia
memberi mereka makan dari hasil jerih payah sendiri. Jadi, sepantasnya disediakan untuk
mereka makanan dan minuman terbaik dan lebih mendahulukan mereka berdua daripada
dirinya, anaknya, dan istrinya.
6. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan. Seorang laki-laki
datang menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan bertanya: "Ya, Raslullah,
apakah aku boleh ikut berjihad?" Beliau balik bertanya: "Apakah kamu masih mempunyai
kedua orang tua?" Laki-laki itu menjawab: "Masih." Beliau bersabda: "Berjihadlah (dengan
cara berbakti) kepada keduanya." (HR. Bukhari no. 3004, 5972, dan Muslim no. 2549, dari
Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu)
Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: "Aku
datang membai'atmu untuk hijrah dan tinggalkan kedua orang tuaku menangisi
(kepergianku). Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Pulanglah dan buatlah
mereka tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis." (HR. Abu Dawud no.
55

2528, an-Nasa-i, VII/143, Ibnu Majah no. 2782, dari Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu. Lihat
kitab Shahiih Abi Dawud no. 2205)
Seorang laki-laki hijrah dari negeri Yaman lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya
kepadanya: "Apakah kamu masih mempunyai kerabat di Yaman?" Laki-laki itu menjawab:
"Masih, yaitu kedua orang tuaku." Beliau kembali bertanya: "Apakah mereka berdua
mengizinkanmu?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak." Lantas, Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: "Kembalilah kamu kepada mereka dan mintalah izin dari mereka. Jika
mereka mengizinkan, maka kamu boleh ikut berjihad, namun jika tidak, maka berbaktilah
kepada keduanya." (HR. Ahmad, III/76; Abu Dawud no. 2530; al-Hakim, II/103, 103, dan ia
menshahihkannya serta disetujui oleh Adz-Dzahabi dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu. Lihat
kitab Shahihh Abu Dawud no. 2207)
Seorang laki-laki berkata kepada beliau: "Aku membai'at anda untuk berhijrah dan berjihad
semata-mata hanya mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala." Beliau bersabda
kepada laki-laki tersebut: "Apakah salah satu kedua orang tuamu masih hidup?" Laki-laki itu
menjawab: "Masih, bahkan keduanya masih hidup." Beliau kembali bersabda: "Apakah kamu
ingin mendapatkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala?" Laki-laki itu menjawab: "Ya."
Kemudian, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kembalilah kamu kepada kedua
orang tuamu dan berbaktilah kepada keduanya." (HR. Muslim no. 2549, dari Ibnu 'Amr
radhiyallahu 'anhu)
7. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka Inginkan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia
berkata: "Ayahku ingin mengambil hartaku." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Kamu dan hartamu milik ayahmu." (HR. Ahmad, II/204, Abu Dawud no. 3530, dan Ibnu
Majah no. 2292, dari Ibnu 'AMr radhiyallahu 'anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul
Jaami no. 1486)
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang
menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat
baik kepadanya.
8. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai
Mereka
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat baik kepada para
saudara, karib kerabat, teman-teman, dan selain mereka. Yakni, dengan memuliakan mereka,
menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada
mereka. Akan disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.
9. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua
56

Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara tertentu yang di
dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi
sumpah keduanya karena itu termasuk hak mereka.

10. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa
besar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya." Para Sahabat bertanya: "Ya,
Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya?" Beliau menjawab: "Ada. Ia mencela
ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang
lain lalu orang itu membalas mencela ibunya." (HR. Bukhari no. 5973 dan Muslim no. 90,
dari Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu)
Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa yang paling buruk.
Orang-orang sering bergurau dan bercanda dengan melakukan perbuatan yang sangat tercela
ini. Biasanya perbuatan ini muncul dari orang-orang rendahan dan hina. Perbuatan seperti ini
termasuk dosa besar sebagaimana yang telah disebutkan.
11. Mendahulukan Berbakti Kepada Ibu Daripada Ayah
Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Siapa
yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?" Beliau menjawab: "Ibumu." Lakilaki itu bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi?" Beliau kembali menjawab: "Ibumu." Laki-laki
itu kembali bertanya: "Lalu siapa lagi?" Beliau kembali menjawab: "Ibumu." Lalu siapa
lagi?" tanyanya. "Ayahmu," jawab beliau." (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Hadits di atas tidak bermaksud lebih mentaati ibu daripada ayah. Sebab, mentaati ayah lebih
didahulukan jika keduanya menyuruh pada waktu yang sama dan dibolehkan dalam syari'at.
Alasannya, ibu sendiri diwajibkan untuk taat pada suaminya, yaitu ayah anaknya. Hanya saja,
jika salah seorang dari mereka menyuruh berbuat taat dan yang lain menyuruh berbuat
maksiat, maka wajib untuk mentaati yang pertama.
Maksud lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu, yaitu lebih bersikap lemah-lembut,
lebih berperilaku baik, dan memberikan sikap yang lebih halus daripada ayah. Hal ini apabila
keduanya berada di atas kebenaran.
Sebagian salaf berkata: "Hak ayah lebih besar dan hak ibu patut untuk dipenuhi."
Demikian penjelasan umum hak-hak orang tua semasa mereka masih hidup.
57

HAK-HAK ORANG TUA SETELAH MEREKA MENINGGAL DUNIA


Di antara hak orang tua setelah mereka meninggal adalah:
1. Menshalati Keduanya
Maksud menshalati di sini adalah mendo'akan keduanya. Yakni, setelah keduanya meninggal
dunia, karena ini termasuk bakti kepada mereka. Oleh karena itu, seorang anak hendaknya
lebih sering mendo'akan kedua orang tuanya setelah mereka meninggal daripada ketika masih
hidup. Apabila anak itu mendo'akan keduanya, niscaya kebaikan mereka berdua akan
semakin bertambah, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah
jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo'akan dirinya." (HR. Muslim no.
1631 dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)
2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua
Orang tua adalah orang yang paling utama bagi seorang Muslim untuk dido'akan agar Allah
mengampuni mereka karena kebaikan mereka karena kebaikan mereka yang besar. Allah
Subhanahu wa TA'ala menceritakan kisah Ibrahim Alaihissalam dalam Al-Qur'an:
"Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku..." (QS. Ibrahim: 41)
3. Menunaikan Janji Kedua Orang TUa
Hendaknya seseorang menunaikan wasiat kedua orang tua dan melanjutkan secara
berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang dahulu pernah dilakukan keduanya. Sebab,
pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amalan kebaikan yang dulu pernah
dilakukan dilanjutkan oleh anak mereka.
4. Memuliakan Teman Kedua Orang Tua
Memuliakan teman kedua orang tua juga termasuk berbuat baik pada orang tua, sebagaimana
yang telah disebutkan. Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu pernah berpapasan dengan seorang
Arab Badui di jalan menuju Makkah. Kemudian, Ibnu Umar mengucapkan salam kepadanya
dan mempersilakannya naik ke atas keledai yang ia tunggangi. Selanjutnya, ia juga
memberikan sorbannya yang ia pakai. Ibnu Dinar berkata: "Semoga Allah memuliakanmu.
Mereka itu orang Arab Badui dan mereka sudah biasa berjalan." Ibnu Umar berkata:
"Sungguh dulu ayahnya teman Umar bin al-Khaththab dan aku pernah mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah seorang
anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya
tersebut meninggal." (HR. Muslin no. 2552 dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu)
58

5. Menyambung Tali Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah


Hendaknya seseorang menyambung tali silaturahim dengan semua kerabat yang silsilah
keturunannya bersambung dengan ayah dan ibu, seperti paman dari pihak ayah dan ibu, bibi
dari pihak ayah dan ibu, kakek, nenek, dan anak-anak mereka semua. Bagi yang
melakukannya, berarti ia telah menyambung tali silaturahim kedua orang tuanya dan telah
berbakti kepada mereka. Hal ini berdasarkan hadits yang telah disebutkan dan sabda beliau
shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di kuburannya, maka
sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal." (HR.
Ibnu Hibban no. 433 dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu. Hadits ini tertera dalam kitab
Shahiihul Jaami' no. 5960)

59

DAFTAR PUSTAKA
1. Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher
Boston, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, EGC
2. Diakses dari : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/sPalsy.pdf/sPalsy.html
3. Diakses dari : http://www.scribd.com/doc/43595347/Bell-s-Palsy-sudibio
4. Diakses dari : :http://sofyan.phpnet.us/index.php/adab/738--adab-birrul-waalidainberbakti-kepada-kedua-orang-tua.html
5. Ganong, 1995, Review of Medical Physiology, Philadelphia
6. Gibson, 1995, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, Jakarta, EGC
7. Guyton, 1995, Tex Book of Medical Physiology, Philadelphia
8. Landan, 1980, Essential Human Anatomy and Physiology, Scott Foresman and
Company Gienview
9. Mahar Mardjono.1978. Neurologi Klinik Dasar Cetakan ke-4 Jakarta; PT. Dian
Rakyat
10. Martini, 2001, Fundamentals of Anatomy and Physiology, Prentice Hall, New Jersey
11. Pearce, 1999, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta, Gramedia
12. Verralis, Sylvia, 1997, Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan, Jakarta,
EGC

60

Anda mungkin juga menyukai