Blok Saraf Skenario 2 Lumpuh Separuh Badan2
Blok Saraf Skenario 2 Lumpuh Separuh Badan2
Sasaran Belajar :
L.O.1: Memahami dan Menjelaskan Anatomi Fisiologi Nervus Kranialis
1.1: Jaras Nervus Kranialis
1.2: Persyarafan
1.3: Susunan Syaraf Pusat
L.O.2: Memahami dan Menjelaskan Penurunan Kesadaran
2.1: Pemeriksaan Penurunan Kesadaran
2.2: Derajat Kesadaran
L.O.3: Memahami dan Menjelaskan Stroke
3.1: Definisi
3.2: Klasifikasi
3.3: Etiologi
3.4: Patofisiologi
3.5: Manifestasi Klinis
3.6: Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
3.7: Diagnosis Banding
3.8: Penatalaksanaan
3.9: Komplikasi
3.10: Prognosis
3.11: Pencegahan
L.O.4: Memahami dan Menjelaskan Bells Palsy
L.O.5: Memahami dan Menjelaskan Birrul Walidain
Nomor
Nama
Olfaktorius
Jenis
Sensori
Fungsi
II
Optik
Sensori
III
Okulomotor
Motorik
IV
Troklearis
Motorik
Trigeminus
VI
Abdusen
Motorik
VII
VIII
Fasialis
Abduksi mata
Vestibulokoklearis Sensori
IX
Glosofaringeus
Vagus
Gabungan
XI
Aksesorius
Motorik
XII
Hipoglossus
Motorik
Macam Saraf
1. Saraf sensoris adalah saraf yang membawa impuls dari reseptor ke SSP (Sistem Saraf
Pusat)
2. Saraf konektor adalah saraf menghubungkan saraf sensoris dan saraf motoris di
medula spinalis pada gerak reflek
3. Saraf motoris adalah saraf yang membawa impuls dari SSP ke efektor
Macam Saraf
Sistem Lokomotorius
Gerak Reflek
Gerak reflek adalah gerak (respon terhadap impuls sensoris) yang tidak disadari
Jarasnya: reseptor saraf sensoris saraf konektor (medulla spinalis) saraf
motorik efektor
Reseptor Sensoris
Reseptor sensorik adalah organ/sel yang berfungsi menerima rangsang/stimulasi
lingkungan menjadi impuls saraf
Reseptor dibagi berdasarkan:
5
Macam Reseptor
o Eksteroseptor: reseptor yang menerima rangsang dari luar tubuh. (sentuhan, tekanan,
nyeri, suhu, penciuman, penglihatan, pendengaran)
o Propioseptor: reseptor yang menerima rangsang dari dalam tubuh. (otot, tendon,
persendian, keseimbangan)
o Interoseptor/viseroseptor: reseptor yang terletak di organ visera dan pembuluh darah
yang diinervasi oleh SSO. (digesti, ekskresi dan sirkulasi)
o Mekanoreseptor: reseptor untuk rangsangan mekanik. (vibrasi, tekanan, propriosepsi,
pendengaran, keseimbangan, tekanan darah)
o Termoreseptor: reseptor untuk suhu
o Reseptor nyeri/nosiseptor: reseptor untuk kerusakan jaringan
o Fotoreseptor: reseptor untuk cahaya
o Kemoreseptor: reseptor untuk zat kimia
Sistem Saraf
a) Sistem Saraf Pusat (SSP) terdiri dari cerebrum dan medulla spinalis
b) Sistem Saraf Tepi (SST) adalah saraf yang keluar dari SSP yang terdiri dari nervi
cranialis dan nervi spinalis
c) Sistem Saraf Otonom (SSO) adalah saraf SST yang sifatnya tidak sadar (involunter)
terdiri dari nervi simpatis dan nervi parasimpatis
Jaras Saraf Sensoris
Jaras mulai dari reseptor cortex sensoris cerebri membawa impuls dari reseptor
ke SSP
Badan sel saraf sensoris ada di ganglion radik posterior dekat medulla spinalis
Kerusakan pada jaras sensoris menyebabkan anestesia
Ada dua jalur:
1. Untuk Sentuhan/posisi saraf berjalan mulai ganglion radix posterior kemudian melalui
serabut sentralis naik didalam kolumna dorsalis lalu menyilang di medulla oblongata
dan berakhir di cortex sensoris cerebri
2. Untuk Nyeri/suhu saraf berjalan mulai ganglion radix posterior kemudian memotong
medulla spinalis lalu naik pada traktus antero lateral sisi yang berlawanan menuju
cortex sensoris cerebri
Jaras Motoris
Jaras motoris adalah jaras saraf mulai dari cortex motorik cerebri sampai ke efektor
(otot, kelenjar)
Jaras menyilang di medulla oblongata
Dibagi dua yaitu:
1. UMN
2. LMN
6
Asetilkolin,
selanjutnya disebut Ach, dapat mengeksitasi atau menginhibisi saraf
pascasinaps.Prekursornya adalah Asetil CoA dan kolin, dan diubah
menjadi asetilkolin melalui enzim kolin asetiltransferase. Ach dimetabolime
oleh enzim asetilkolinesterase (AchE). Dilepaskan terutama dihubungan saraf-saraf,
saraf-otot, dan sistem saraf otonom.
Glisin dan Glutamat, terutama terdapat di interkoneksi SSP dan medulla spinalis.
Norepinefrin (atau noradrenalin) dihasilkan dari zat prekursor tirosin, yang kemudian
diolah melaluienzim dopaminebeta hidroksilase. Dilepaskan oleh neuron pascaganglion simpatis sistem s
araf otonom.
7
2. Jaras Kortikospinal
Kegunaan: Menghantarkan impuls terutama untuk gerakan disadari (voluntary) dan
gerakan dilatih(skilled movements). Jaras ini bermula dari akson sel-sel piramidal
yang terletak di lapis kelima korteks serebri. Sekitar dua pertiga total serabut
yang membentuk jaras kortikospinal berasal dari girus presentral, sementara
itusisanya berasal dari girus postsentral.
Serabut ini berkumpul di korona radiata, lalu diteruskan ke bagian posterior
kapsula interna, dan bergerak menuju crus serebri, dan pada akhirnya masuk ke pons. Jaras
ini terus melalui batang otak, dan di daerah ventral medulla oblongata membentuk
tonjolan yang disebut piramid. Atas dasar inilah jaras ini juga dinamai jaras piramidal.
Sekitar 85% hingga 90% akson akan membentuk dekusasi (bersilangan)
di daerah kaudal medullaoblongata, membentuk struktur dekusasi piramidal. Aksonakson yang berdekusasi ini memasuki medullaspinalis melalui daerah lateral kortikospinal,
dan kebanyakan berakhir di medulla spinalis dengan ketinggians e r v i k a l , l u m b a l , a t a u
sakral. Sementara itu 10% hingga 15% sisa akson yang tidak
b e r d e k u s a s i a k a n memasuki medulla spinalis melalui daerah anterior
kortikospinal dan berakhir di ketinggian servikal dan torakal atas medulla spinalis.
Kebanyakan jaras kortikospinal bersinaps dengan neuron perantara (internuncial
neuron) , y a n g kemudian bersinaps dengan alfa motor neuron dan beberapa gamma motor
neuron.
Jaras kortikospinal juga membentuk percabangan dengan nukelus kaudatus dan
lentiformis (basal nuclei), nukleus ruber, nukleus olivari, dan formasi retikuler.
Percabangan ini menginformasikan daerah subkorteks akan gerakan-gerakan disadari dan
disengaja (gerakan kortikal). Selain sebagai sarana informasi, percabangan
ini juga dapat mengirimkan impuls pengaturan terhadap motor neuron, khususnya alfa
motor neuron.
turun melalui batang otak dan terletak dekat dengan fasikulus medial longitudinal. Jaras
tektospinal kemudian menuruni kornu anterior substansia alba medulla spinalis, dekat dengan
fisura anterior median.
5. Jaras Rubrospinal
Kegunaan: Memfasilitasi aktivitas fleksi otot dan menghambat aktivitas
e k s t e n s i o t o t u n t u k m e n j a g a keseimbangan tubuh. Jaras ini bermula dari nukleus
ruber yang terletak di tegmentum mesensefalon melalui potongan
setinggi kolikulus superior. Nukelus ruber berhubungan dengan jaras aferen
dari korteks serebri danserebelum. Nukelus ini mengeluarkan akson yang
bersilangan di garis tengah masih di ketinggian yangsama, lalu menuruni pons dan
medulla oblongata melalui jaraas rubrospinal, dan memasuki kolumna lateralsubstansia alba
medulla spinalis. Pada akhirnya, akson bersinaps dengan neuron penghubung di kolumna
anterior substansia grisea, dan mengatur aktivitas alfa dan gamma motor neuron.
6. Jaras Vestibulospina
Kegunaan: Memfasilitasi aktivitas ekstensi otot dan menghambat
a k t i v i t a s f l e k s i o t o t u n t u k m e n j a g a keseimbangan tubuh. Nukelus vestibular
terletak di pons dan medulla oblongata. Nukelus ini menerima saraf aferen dari telinga bagian
dalam (saraf vestibuli), serta informasi dari serebelum. Nukelus ini menghasilkan akson yang
keluar membentuk jaras vestibulospinal yang tidak bersilangan ketika melalui medulla
oblongata, dan terus menuju kornu anterior substansia alba medulla spinalis.
7. Jaras Desenden Otonom
10
Rupanya korteks serebri, hipotalamus, amygdala, formasi retikuler, serta batang otak
mengintervensi persarafan otonom melalui jaras desenden otonom yang memengaruhi saraf
praganglion simpatis di daerah torakolumbal medulla spinalis, serta
persarafan praganglion parasimpatis di daerah sakral (tidak untuk persarafan
parasimpatis kranial, karena memiliki mekanisme tersendiri). Beberapa sumber juga
mengatakan bahwa jaras ini tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari jaras
retikulospinal.
Persarafan Motorik Saraf Kranial: Jaras Kortikonuklear
Jaras piramidal, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, merupakan
j a r a s y a n g m e m b a w a informasi motorik dari korteks bagian motorik, melalui korona
radiata, kapsula interna, dan pada akhirnyamenuju ke medulla spinalis.
Namun demikian, informasi ini tidak
hanya dibawa menuju medulla spinalis,melainkan juga dibawa menuju daerahdaerah nukelus yang letaknya terkonsentrasi di batang otak ( brainstem), dan
berfungsi sebagai nukleus-nukleus bagi persarafan perifer kranial.
Jaras ini merupakan jaraskortikonuklear, yang merupakan percabangan di daerah
setinggi mesensefalon. Saudaranya, jaraskortikospinal turun ke bawah, sementara
jaras kortikonuklear menuju ke nukelus saraf kranial. Ada yang berdekusasi ke sisi
kontralateral, dan ada pula yang tetap berada sesisi ipsilateral.Jaras kortikonuklear juga
disebut sebagai jaras kortikobulbar.
Nukelus Kranial Motorik
Nukelus kranial motorik, atau nukelus branchiomotor terdiri atas nukelus
motorik saraf kranial III(okulomotor); IV (trokelar); trimgeinal (V); abdusens
(VI); fasial (VII); glosofaringeal (IX); vagus (X); aksesori (XI); dan hipoglosus
(XII).Hampir semua nukelus kranial motorik ini dipersarafi secara bilateral (dari kedua
korteks serebrum,dengan kata lain dari kedua jaras kortikonuklear), Kecuali untuk
motor nukelus N. VII dan N. XII yang hanya dipersarafi secara kontralateral.
Nukleus fasialis (nukelus milik nervus kranialis VII) merupakan tempat
terjadinya sinaps antaraUMN (Upper Motor Neuron ) dari bagian motor korteks serebri
yang mengirimkan akson ke nukelus fasialis,dan dihubungkan dengan LMN (Lower Motor
Neuron) yang kemudian mempersarafi daerah perwajahan. Nukelus fasialis terbagi atas
daerah dorsal, yang mendapatkan persarafan UMN secara bilateral, dan mempersarafi daerah
wajah bagian atas mata. Daerah ventral mendapatkan persarafan secara kontralateral,sehingga
nukelus fasialis sinister aspek ventral mendapat persarafan dari korteks serebrum dexter,
demikianjuga sebaliknya. Pemahaman ini penting untuk memahami lesi-lesi, baik
di tingkat nuklear, infranuklear, maupun supranuklear
11
Gambar 4 Jaras
kortikonuklear (kortikobulbar)
dan nukleus
yang berkorespondensi
1.2: Persarafan
12
13
3.SARAF OKULOMOTORIUS
(N. III)
14
mencakup daerah kulit, dahi, wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan
mandibula, dura dalam fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga luar dan kanalis
auditorius serta bagian membran timpani.
16
antara otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi mukosa
faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.
18
Saraf Kranial
N. I
: Fila olfaktoria
N. II
: N. Opticus
N. III
: N. Oculomotorius
N. IV
: N.Trochlearis
N. V
: N. Trigeminus
-N. opthalmicus [V/1]
N. XII
: N. Hypoglossus
otak (arteriol) untuk menguncup bila tekanan darah sistemik naik dan berdilatasi bila
tekanan darah sistemik menurun. Daya akomodasi sistem arteriol otak ini disebut
daya otoregulasi pembuluh darah otak yang berfungsi normal bila tekanan sistolik
antara 50150 mmHg. Faktor darah, selain viskositas darah dan daya membekunya,
juga diantaranya seperti kadar/tekanan parsial CO2 dan O2 berpengaruh terhadap
diameter arteriol. Kadar/tekanan parsial CO2 yang naik, PO2 yang turun, serta
suasana jaringan yang asam ( pH rendah ), menyebabkan vasodilatasi, sebaiknya bila
tekanan parsial CO2 turun, PO2 naik, atau suasana pH tinggi, maka terjadi
vasokontriksi.
Viskositas/kekentalan darah yang tinggi mengurangi ADO. Sedangkan koagulobilitas
yang besar juga memudahkan terjadinya trombosis dan aliran darah lambat, akibat
ADO yang menurun. .( Harsono, 1996 : 82-83).
neuropeptida juga berperan pada kondisi ini. Faktor lokal ini menggantikan hal
yang sebelumnya dikenal dengan respon miogenik pembuluh serebral terhadap
perubahan CBF.
c. Teori Metabolik dan Metabolisme Otak
Banyak studi yang menunjukkan peningkatan aliran darah ke area tertentu dari
otak sehubungan dengan peningkatan aktivitas dari area tersebut. Neuron sangatr
tergantung pada oksigen dan glukosa. Jaringan neuronal hanya mampu
menggunakan energi dari metabolisme aerobik dari glukosa.keton akan
dimetabolisme dalam bentuk terbatas pada kondisi kelaparan sedangkan lipid
tidak dapat digunakan. Simpanan glikogen dalam otak normal tidak ada, sehingga
jaringan saraf tergantung pada aliran kontinyu dari pembuluh darah otak.
Metabolisme anaerob menghasilkan peningkatan cepat jumlah laktat yang
menurunkan pH dan meningkatkan ketersediaan ion H+ lokal. Parameter yang
digunakan untuk menentukan aktivitas metabolik dinamakan CMRO2, atau
metabolisme lokal otak dari O2. Diasumsikan bahwa penggunaan O2
merefleksikan metabolisme glukosa lokal dan hal ini dikonfirmasi dengan
penggunaan scanning positron emission tomography (PET).
Efek dari variasi kondisi metabolik yang normal dan yang berubah yang
mempengaruhi CMRO2 dan dapat diukur, dapat membantu memecahkan masalah
seputar peran dari mekanisme sentral dan umpan balik neurogenik dalam
mengontrol CBF, sehingga bermanfaat untuk panduan terapi di masa yang akan
datang.
2) Faktor Lokal yang Mempengaruhi Autoregulasi
Kondisi lokal lain tampaknya juga berperan dalam autoregulasi. Faktor ini meliputi pO2,
pCO2, konsentrasi H+ dan pH lokal serta suhu. Efek individual dari faktor-faktor ini dapat
diidentifikasi dengan segera, namun interaksi diantara faktor-faktor tersebut masih tetap
kompleks.
a. Oksigen
Oksigen tidak akan mempengaruhi CBF hingga pO2 turun sampai dibawah 50 mmHg
dimana CBF akan meningkat dengan cepat. Ketika pO2 sebesar 30 mmHg, CBF
menjadi dua kali lipatnya. Hal ini kemungkinan bervariasi sesuai hematokrit.
Peningkatan pO2 menginduksi sedikit penurunan CBF, ketika subyek normal bernafas
dengan oksigen 100 % maka CBF berkurang 10 hingga 13%. Oksigen hiperbarik
diberikan pada 2 atm akan menurunkan CBF sebesar 22 % tanpa merubah konsumsi
oksigen otak. Penurunan ini tetap terjadi bahkan bila terjadi hiperkapnea. Terdapat
sejumlah bukti bahwa pasien NS mengalami perbaikan outcome jika pO2
dipertahankan sedikitnya 80 mmHg.
b. Karbondioksida
Konsentrasi ion H+ dan pCO2 mempengaruhi CBF. Telah diketahui bahwa dengan
konsentrasi pCO2 antara 20 60 mmHg, hubungan antara pCO2 dan CBF terlihat
dengan peningkatan CBF 2 3 % setiap peningkatan pCO2 sebesar 1 mmHg.
22
Penyebabnya masih belum jelas dan mungkin terkait dengan perubahan pH sistemik
dan atau tekanan darah sistemik.
c. Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah terapi yang penting pada pasien dengan peningkatan TIK,
terutama dengan sindroma herniasi akut. Prinsip klinis doktrin Monroe-Kelly dimana
dalam rongga intrakranial yang tetap maka volume muatannya juga tetap. Volume ini,
totalnya mencapai 1600 cc, normalnya terdiri dari jaringan otak (84%), darah (4%)
dan cairan sererospinal (12%). Diamati oleh Cushing bahwa bila ditambahkan suatu
komponen (lesi massa dengan sebab apapun, baik hematoma, tumor ataupun swelling)
maka volumenya akan terlampaui sehingga menghasilkan respon fisiologis (refleks
Cushing).
Mekanisme kompensasi awal meliputi penurunan jumlah darah dan cairan
serebrospinal. Penurunan jumlah darah melalui penurunan CBF akan membantu
menghambat hipertensi intrakranial. Hiperventilasi, dengan pCO2 yang menurun,
akan bermanfaat. Sayangnya, saat SSP cepat menyesuaikan diri terhada perubahan
ini, sukar untuk mengetahui berapa lama reaksi ini bertahan. Bahkan tampaknya
pembuluh darah serebral juga menyesuaikan diri dalam 24 -36 jam. Hiperventilasi
yang berkepanjangan memiliki efek yang buruk dengan menyebabkan iskemia.
Peneliti yang lain memperoleh data dari manipulasi pCO2 secara langsung terhadap
perubahan MAP dimana CBF akan bervariasi secara langsung dengan MAP pada area
yang rusak dan tidak dipengaruhi oleh pCO2.
d. Kalsium
Saat ini peran ion Ca++ pada metabolisme dan aliran darah otak sedang diteliti secara
intensif. Bukti-bukti yang mendukung mengenai peran aktif Ca++ dalam CBF
mencakup peran Ca++pada kontraksi otot dan peningkatan penggunaan Ca++ channel
blocker dalam pengelolaan hipertensi dan penyakit arteri koroner. Lebih jauh lagi,
influks dari Ca++ dianggap sebagai .. Konsentrasi ion Ca ++ ekstraseluler adalah sekitar
4-5 mEq/L dan konsentrasi Ca++ intraseluler adalah 10-7 mEq/L.
C.
Menentukan aliran darah sesungguhnya ke suatu bagian tertentu dari otak. Adolfo Fick
menyatakan bahwa jumlahh substansi yang diserap oleh suatu organ tertentu berhubungan
dengan perbedaan konsentrasi dari substansi tersebut dan aliran darah ( yang membawa
substansi tersebut) antara arteri dan vena. Penggunaan Nitrous Oksida, suatu substansi yang
tidak diserap maupun disekresi oleh otak, dan dengan menerapkan teori dari Fick, Kety dan
Schmidt menerbitkan.
Anamesis
23
Perlu dicatat dari siapa anamesis itu di dapat,biaanya anamesis terbik didapatkan dari
orang yangselalu bersamanya. Perlu adanya riwayat perjalanan penyakit,riwayat
trauma,riwayat penyakit,riwayat penggunaan obat-obatan,riwayat kelainan kejiwaan.
Dari anamesis merupakan kunci utama dari diagnosis.
Pemeriksaan fisik umum
o Tanda vital
Perhatikan jalan nafas,tipe pernafasan,dan perhatikan denyut nadi,tekanan
darah dan ada tidaknya aritmea.
o Bau nafas
Mengidentifikasi factor breath hepatic yang disebabkan oleh penyakit
hati,urino smell yang disebabkan oleh penyakit ginjal,fruity smell yang
disebabkan oleh ketoasidosis.
o Pemeriksaan kulit
Perlu diamati tanda-tanda trauma,stigmata kelainan hati,dan juga stigmata
kelainan lainnya. Pada pasien trauma kepala pemeriksaan leher harus
dilakukan secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika di duga adanya
fraktur servicalis.Jika tidak ada lakukan pemeriksaan kaku kudu dan lakukan
auskultasi karotis untuk mengetahui ada tidaknya bruit.
o Kepala
Perhatikan ada tidaknya hematom,laserasi, dan fraktur.
o Leher
Perhatikan kaku kuduk dan jangan manipulasi bila terdapat fraktur servical.
o Toraks/abdomen dan ekstremitas
Ada tidaknya fratur
Pemeriksaan fisik neurologis
Pemeriksaan fisik neurologist bertujuan menentukan kedalaman koma secara
kualitatif dan kuantitatif serta mengetahui lokasi proses koma. Pemeriksaan
neurologist meliputi derajat kesadaran dan pemeriksaan motorik.
o Umum
Buka kelopak mata menentuan dalamnya koma
Deviasi kepala dan lirikan menunjukan lesi hemisfer ipsilateral
Perhatikan mioklonus (proses metabolic), twitching otot berirama
(aktivitas seizure), atau tetani (spontan,spasmus otot lama)
o Level kesadaran
Ditentukan secara kulitatif dan kuantitatif
o Pupil
24
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk perubahan
dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya
aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.
Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem
aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan
peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).
Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat kesadaran
ini bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign.
2) Secara Kuantitatif
Menentukan penurunan kesadaran secara kuantitatif. Secara kuantitatif, kesadaan
dapat pula dinilai dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) yang meliputi
pemeriksaan untuk penglihatan/ mata (E), pemeriksaan motorik (M) dan verbal
(V).Pemeriksaan ini mempunyai nilai terendah 3dan nilai tertinggi 15.
4
3
2
1
26
Respon verbal
Orientasi baik
Bingung ( bias membentuk kalimat tapi kacau)
Bisa bentuk kata tapi tidak mampu ucap kalimat
Mengeluarkan suara tapi tidak berarti
Tidak ada suara sama sekali
5
4
3
2
1
Respon motorik
Menurut perintah
Dapat melokalisir ransanga setempat
Menolak ransangan nyeri anggota gera jauh
Menjauhi ransangan nyeri dngan fleksi
Ekstensi spontan
Tidak ada gerakan sama sekali
6
5
4
3
2
1
3.2: Klasifikasi
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Stroke Hemoragik
Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng
disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan
aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun
dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
2. Stroke Non Hemoragik
Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak.
Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi
27
perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena
hipoksia jaringan otak.
Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
penyakitnya, yaitu :
TIAS (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan
gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)
Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam
waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu..
stroke in Volution
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul
semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam
beberapa jam atau beberapa hari.
Stroke Komplit
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.
3.3: Etiologi
STROKE biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian yaitu :
1. Trombosis serebral
3.4: Patofisiologi
Patofisiologi Umum
Secara umum, apabila aliraj darah ke jaringan otak terputus selama 15 20 menit, akan
terjadi infak atau kematian jaringan. Gangguan pasokan aliran darah ini bisa terjadi di mana
saja di dalam arteri-arteri yang membentuk sirkulus Willisi; arteri karotis interna, sistem
bvertebrobasilaris, dan cabang-cabangnya. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak
32
selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya
adalah mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut. Proses yang
mendasari mungkin terdiri dari beberapa proses yang terjadi pada pembuluh darah yang
memperdarahi otak; (1) keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri, seperti aterosklerosis,
trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau peradangan. (2) berkurangnya perfusi akibat
gangguan status aliran darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah. (3)gangguan aliran
darah akibat bekuan atau embolus infeksi, yang berasal dari jantung atau pembuluh
ekstracranium. (4)ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subarachnoid.
Stroke Iskemik
Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara bertahap (Sjahrir,2003)
(1) Tahap 1 :
(a) Penurunan aliran darah
(b) Pengurangan O2
(c) Kegagalan energi
(d) Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion
(2) Tahap 2 :
(a) Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion
(b) Spreading depression
(3) Tahap 3 : Inflamasi
(4) Tahap 4 : Apoptosis
Proses patofisiologi pada cedera SSP akut sangat kompleks dan melibatkan permeabilitas
patologis dari sawar darah otak, kegagalan energi, hilangnya homeostasis ion sel, asidosis,
peningkatan kalsium ekstraseluler, eksitotoksisitas dan toksisitas yang diperantarai oleh
radikal bebas. (Sherki dkk,2002)
33
pasien, peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan rupturnya penetrating arteri
yang kecil. Keluarnya darah dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada
arteriole dan pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini
mengakibatkan volume perdarahan semakin besar (Caplan, 2000).
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya
tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di dearah yang terkena darah dan sekitarnya
lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang
menyebabkan nekrosis (Caplan, 2000).
Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan otak
pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid. Perdarahan subarachnoid
umumnya disebabkan oleh rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous
malformation (AVM).
35
penyebab
arteri,
terserang kelumpuhan tubuh sesisi secara serentak, biasanya adanya emosi (marah marah)
yang mendahului sebelum serangan.
Pada tumor otak dengan gejala defisit neurologi sangat lambat bahkan sampai berbulan
bulan, pasien mengalami nyeri kepala yang hebat pada saat beraktifitas yang menyebabkan
peninggian liquor cerebrospinalis intracranial, seperti membungkuk, mengejan, atau
excercaise dan nyeri kepala menurun apabila tidak beraktifitas, keadaan mudah lesu,
gangguan daya ingat dan penurunan kesadaran. Tentunya pemeriksaan dengan CT-scan akan
lebih mudah diketahui adakah infark pada otak, adanya trombosis, emboli maupun tumor,
disamping itu pemeriksaan sekunder lain, seperti pemeriksaan laboratorium juga mendukung.
3.8: Penatalaksanaan
Tissue plasminogen activator (TPA)
Suatu obat penghancur bekuan atau gumpalan untuk memecahkan bekuan darah
yang menyebabkan stroke.Ada suatu jendela yang sempit dari kesempatan untuk
menggunakan obat ini. Lebih awal ia diberikan, lebih baik hasilnya dan lebih
kurang berpotensi untk komplikasi perdarahan kedalam otak.
Heparin dan aspirin
Obat-obat untuk pengencer darah (anticoagulation; contohnya, heparin) juga
adakalanya digunakan dalam merawat pasien-pasien stroke dalam harapan untuk
memperbaiki kesembuhan atau kepulihan pasien.
Mengendalikan Persoalan-Persoalan Medis Lain
Kontrol tekanan darah dan Kolestrol
Kontol gula darah (pasien DM)
Rehabilitasi
terapi kemampuan berbicara
terapi pekerjaan
terapi fisik
pendidikan keluarga untuk mengorientasikan mereka pada perawatan untuk
orang yang dicintai mereka di rumah dan tantangan-tantangan yang akan
mereka hadapi.
3.9: Komplikasi
Stroke Non Hemoragik
Pneumonia
Salah satu masalah yang paling serius dari stroke adalah radang paru-paru/
pneumonia. Itu dibuktikan pada penelitian yang telah menemukan bahwa dari 58 %
kematian pasien stroke penyebab utamanya adalah radang paru-paru
41
Ketidakseimbangan cairan
Stroke Hemoragik
Perdarahan Intraserebral
1. Hidrosefalus
2. Coning/herniasi
Perdarahan Subarakhnoid
Hidrosefalus : Akibat obstruksi aliran cairan serebrospinal oleh bekuan darah
3.10: Prognosis
Stroke Non Hemoragik
Indikator prognosis adalah : lokasi dan luas area lesi, umur, tipe stroke, cepat
lambatnya penanganan serta kerjasama tim medis dengan pasien dan keluarga.
Hanya 1/3 pasien bisa kembali pulih setelah serangan stroke iskemik
Umumnya, 1/3-nya lagi adalah fatal, dan 1/3- nya mengalami kecacatan jangka
panjang
Jika pasien mendapat terapi dengan tepat dalam waktu 3 jam setelah serangan, 33%
diantaranya mungkin akan pulih dalam waktu 3 bulan
Stroke Hemoragik
3.11: Pencegahan
Siapapun tidak akan pernah tahu kapan stroke datang. Tapi, langkah-langkah pencegahan di
bawah ini mungkin bisa menjadi angin segar bagi semua orang :
42
Tingkat tekanan darah adalah faktor paling dominan pada semua jenis stroke. Makin
tinggi tekanan darah makin besar risiko terkena stroke. Jika tekanan darah meningkat,
segera konsultasikan dengan seorang dokter. Tekanan darah yang harus diwaspadai
adalah jika angka tertinggi di atas 135 dan angka terbawah adalah 85.
Detak jantung tidak wajar menunjukkan perubahan fungsi yang mengakibatkan darah
terkumpul dan menggumpal di dalam jantung. Detak jantung yang mampu
menggerakkan gumpalan darah sehingga masuk pada aliran darah itu mengakibatkan
stroke. Gangguan irama jantung dapat dideteksi dengan menilai detak nadi.
Olabraga teratur
jalan cepat minimal 30 menit sehari bisa menurunkan risiko stroke. Anda juga bisa
melakukan olahraga renang, sepeda, dansa, golf, atau tenis. Pilih olahraga yang Anda
sukai dan lakukan secara teratur tiga kali seminggu.
43
Stroke berkaitan dengan jantung, pembuluh arteri dan vena. Tiga bagian ini penting
bagi sirkulasi darah ke seluruh tubuh, termasuk dan jantung ke otak. Ketika terdapat
tumpukan lemak yang menghambat aliran, maka risiko stroke meningkat. Masalah ini
dapat diobati. Operasi pula mampu mengatasi tumpukan lemak yang menghambat
pembuluh arteri.
4.2: Epidemiologi
Bells palsy menempati urutan ketiga penyebab terbanyak dari paralysis fasial akut. Di dunia,
insiden tertinggi ditemukan di Seckori, Jepang tahun 1986 dan insiden terendah ditemukan
di Swedia tahun 1997. Di Amerika Serikat, insiden Bells palsy setiap tahun sekitar 23
kasus per 100.000 orang, 63% mengenai wajah sisi kanan. Insiden Bells palsy rata-rata 1530 kasus per 100.000 populasi. Penderita diabetes mempunyai resiko 29% lebih tinggi,
dibanding non-diabetes. Bells palsy mengenai laki-laki dan wanita dengan perbandingan
yang sama. Akan tetapi, wanita muda yang berumur 10-19 tahun lebih rentan terkena
daripada laki-laki pada kelompok umur yang sama. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur, namun lebih sering terjadi pada umur 15-50 tahun. Pada kehamilan trisemester ketiga
dan 2 minggu pasca persalinan kemungkinan timbulnya Bells palsy lebih tinggi daripada
wanita tidak hamil, bahkan bisa mencapai 10 kali lipat.
4.3: Etiologi
Diperkirakan, penyebab Bells palsy adalah edema dan iskemia akibat penekanan (kompresi)
pada nervus fasialis. Penyebab edema dan iskemia ini sampai saat ini masih diperdebatkan.
Dulu, paparan suasana/suhu dingin (misalnya hawa dingin, AC, atau menyetir mobil dengan
jendela yang terbuka) dianggap sebagai satu-satunya pemicu Bells palsy. Akan tetapi,
sekarang mulai diyakini HSV sebagai penyebab Bells palsy, karena telah diidentifikasi HSV
pada ganglion geniculata pada beberapa penelitian otopsi. Murakami et all juga melakukan
tes PCR (Polymerase-Chain Reaction) pada cairan endoneural N.VII penderita Bells palsy
berat yang menjalani pembedahan dan menemukan HSV dalam cairan endoneural. Virus ini
diperkirakan dapat berpindah secara axonal dari saraf sensori dan menempati sel ganglion,
pada saat adanya stress, akan terjadi reaktivasi virus yang akan menyebabkan kerusakan local
pada myelin.
4.4: Patofisiologi
Para ahli menyebutkan bahwa pada Bells palsy terjadi proses inflamasi akut pada nervus
fasialis di daerah tulang temporal, di sekitar foramen stilomastoideus. Bells palsy hampir
44
selalu terjadi secara unilateral. Patofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori
menyebutkan terjadinya proses inflamasi pada nervus fasialis yang menyebabkan
peningkatan diameter nervus fasialis sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat
melalui tulang temporal. Perjalanan nervus fasialis keluar dari tulang temporal melalui
kanalis fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar
sebagai foramen mental. Dengan bentukan kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi,
demyelinisasi atau iskemik dapat menyebabkan gangguan dari konduksi. Impuls motorik
yang dihantarkan oleh nervus fasialis bisa mendapat gangguan di lintasan supranuklear,
nuklear dan infranuklear. Lesi supranuklear bisa terletak di daerah wajah korteks motorik
primer atau di jaras kortikobulbar ataupun di lintasan asosiasi yang berhubungan dengan
daerah somatotropik wajah di korteks motorik primer.
Paparan udara dingin seperti angin kencang, AC, atau mengemudi dengan kaca jendela yang
terbuka diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya Bells palsy. Karena itu nervus fasialis
bisa sembab, ia terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan
fasialis LMN. Pada lesi LMN bias terletak di pons, di sudut serebelo-pontin, di os petrosum
atau kavum timpani, di foramen stilomastoideus dan pada cabang-cabang tepi nervus fasialis.
Lesi di pons yang terletak di daerah sekitar inti nervus abdusens dan fasikulus longitudinalis
medialis. Karena itu paralisis fasialis LMN tersebut akan disertai kelumpuhan muskulus
rektus lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi. Selain itu, paralisis nervus fasialis LMN
akan timbul bersamaan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia (tidak bisa mengecap
dengan 2/3 bagian depan lidah). Berdasarkan beberapa penelitian bahwa penyebab utama
Bells palsy adalah reaktivasi virus herpes (HSV tipe 1 dan virus herpes zoster) yang
menyerang saraf kranialis. Terutama virus herpes zoster karena virus ini menyebar ke saraf
melalui sel satelit. Pada radang herpes zoster di ganglion genikulatum, nervus fasialis bisa
ikut terlibat sehingga menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN.
45
Kelumpuhan pada Bells palsy akan terjadi bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya
lumpuh. Dahi tidak dapat dikerutkan, fisura palpebra tidak dapat ditutup dan pada usaha
untuk memejam mata terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa
diangkat. Bibir tidak bisa dicucurkan dan platisma tidak bisa digerakkan. Karena lagoftalmos,
maka air mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun. Gejala-gejala pengiring
seperti ageusia dan hiperakusis tidak ada karena bagian nervus fasialis yang terjepit di
foramen stilomastoideum sudah tidak mengandung lagi serabut korda timpani dan serabut
yang mensyarafi muskulus stapedius.
b. Lesi setinggi diantara khorda tympani dengan n.stapedeus (didalam kanalis fasialis)
Gejala seperti (a) ditambah dengan gangguan pengecapan 2/3 depan lidah dan
gangguan salivasi
c. Lesi setinggi diantara n.stapedeus dengan ganglion genikulatum
Gejala seperti (b) ditambah dengan gangguan pendengaran yaitu hiperakusis
d. Lesi setinggi ganglion genikulatum
Gejala seperti (c) ditambah dengan gangguan sekresi kelenjar hidung dan gangguan
kelenjar air mata (lakrimasi)
e. Lesi di porus akustikus internus
Gangguan seperti (d) ditambah dengan gangguan pada N.VIII.
Yang paling sering ditemui ialah kerusakan pada tempat setinggi foramen stilomastoideus
dan pada setinggi ganglion genikulatum. Adapun penyebab yang sering pada kerusakan
setinggi genikulatum adalah : Herpes Zoster, otitis media perforata dan mastoiditis.
4.6: Diagnosis
Diagnosis Bells palsy dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Pada pemeriksaan nervus kranialis akan didapatkan adanya parese dari nervus fasialis yang
menyebabkan bibir mencong, tidak dapat memejamkan mata dan adanya rasa nyeri pada
telinga. Hiperakusis dan augesia juga dapat ditemukan. Harus dibedakan antara lesi UMN
dan LMN. Pada Bells palsy lesinya bersifat LMN.
Pemeriksaan Fisik
Kelumpuhan nervus fasialis mudah terlihat hanya dengan pemeriksaan fisik tetapi yang harus
diteliti lebih lanjut adalah apakah ada penyebab lain yang menyebabkan kelumpuhan nervus
fasialis. Pada lesi supranuklear, dimana lokasi lesi di atas nukleus fasialis di pons, maka
lesinya bersifat UMN. Pada kelainan tersebut, sepertiga atas nervus fasialis normal,
sedangkan dua pertiga di bawahnya mengalami paralisis. Pemeriksaan nervus kranialis yang
lain dalam batas normal.
Pemeriksaan Laboratorium
47
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk menegakkan diagnosis Bells palsy.
Namun pemeriksaan kadar gula darah atau HbA1c dapat dipertimbangkan untuk mengetahui
apakah pasien tersebut menderita diabetes atau tidak. Pemeriksaan kadar serum HSV juga
bisa dilakukan namun ini biasanya tidak dapat menentukan dari mana virus tersebut berasal.
Pemeriksaan Radiologi
Bila dari anamneses dan pemeriksaan fisik telah mengarahkan ke diagnose Berlls palsy
maka pemeriksaan radiologi tidak dip[erlukan lagi, karena pasien-pasien dengan Bells palsy
umumnya akan mengalami perbaikan dalam 8-10 minggu. Bila tidak ada perbaikan ataupun
mengalami perburukan, pencitraan mungkin akan membantu. MRI mungkin dapat
menunjukkan adanya tumor (misalnya Schwannoma, hemangioma, meningioma). Bila pasien
ada riwayat trauma CT Scan harus dilakukan.
4.8: Penatalaksanaan
Melindungi mata pada saat tidur dan pemberian tetes mata metilselulosa, memijat otot-otot
yang lemah dan mencegah kendornya otot-otot di bagian bawah wajah merupakan kondisi
yang dapat dikelola secara umum
Belum ada bukti yang mendukung bahwa tindakan pembedahan efektif terhadap nervus
fasialis, bahkan kemungkinan besar dapat membahayakan.
Pemberian kortikosteroid (prednison dengan dosis 40 -60 mg/hari per oral atau 1
mg/kgBB/hari selama 3 hari, diturunkan perlahan-lahan selama 7 hari kemudian), dimana
pemberiannya dimulai pada hari kelima setelah onset penyakit, gunanya untuk meningkatkan
peluang kesembuhan pasien.
Dasar dari pengobatan ini adalah untuk menurunkan kemungkinan terjadinya kelumpuhan
yang sifatnya permanen yang disebabkan oleh pembengkakan nervus fasialis di dalam kanal
fasialis yang sempit.
Penemuan genom virus disekitar nervus fasialis memungkinkan digunakannya agen-agen
antivirus pada penatalaksanaan Bells palsy. Acyclovir (400 mg selama 10 hari) dapat
digunakan dalam penatalaksanaan Bells palsy yang dikombinasikan dengan prednison atau
dapat juga diberikan sebagai dosis tunggal untuk penderita yang tidak dapat mengkonsumsi
prednison. Penggunaan Acyclovir akan berguna jika diberikan pada 3 hari pertama dari onset
penyakit untuk mencegah replikasi virus.
4.9: Komplikasi
48
Kira-kira 30% pasien Bells palsy yang sembuh dengan gejala sisa seperti fungsi motorik dan
sensorik yang tidak sempurna, serta kelemahan saraf parasimpatik. Komplikasi yang paling
banyak terjadi yaitu disgeusia atau ageusia, spasme nervus fasialis yang kronik dan
kelemahan saraf parasimpatik yang menyebabkan kelenjar lakrimalis tidak berfungsi dengan
baik sehingga tampak seperti air mata buaya (crocodile tears).
4.10: Prognosis
Penderita Bells palsy dapat sembuh total atau meninggalkan gejala sisa. Faktor resiko yang
memperburuk prognosis Bells palsy adalah:
(1) Usia di atas 60 tahun
(2) Paralisis komplit
(3) Menurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada sisi yang lumpuh,
(4) Nyeri pada bagian belakang telinga dan
(5) Berkurangnya air mata.
Pada umumnya prognosis Bells palsy baik: sekitar 80-90 % penderita sembuh dalam waktu 6
minggu sampai tiga bulan tanpa ada kecacatan. Penderita yang berumur 60 tahun atau lebih,
mempunyai peluang 40% sembuh total dan beresiko tinggi meninggalkan gejala sisa.
Penderita yang berusia 30 tahun atau kurang, hanya punya perbedaan peluang 10-15 persen
antara sembuh total dengan meninggalkan gejala sisa. Jika tidak sembuh dalam waktu 4
bulan, maka penderita cenderung meninggalkan gejala sisa, yaitu sinkinesis, crocodile tears
dan kadang spasme hemifasial.
Penderita diabetes 30% lebih sering sembuh secara parsial dibanding penderita nondiabetik
dan penderita DM lebih sering kambuh dibanding yang non DM. Hanya 23 % kasus Bells
palsy yang mengenai kedua sisi wajah. Bells palsy kambuh pada 10-15 % penderita. Sekitar
30 % penderita yang kambuh ipsilateral menderita tumor N. VII atau tumor kelenjar parotis.
49
Berkata Urwah bin Zubair mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua tentang firman
Allah Subhanahu Wa Taala (artinya): "Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan." (QS. Al Isra : 24). Yaitu: "Jangan sampai mereka berdua tidak
ditaati sedikitpun". (Ad Darul Mantsur 5/259)
Berkata Imam Al Qurtubi mudah-mudahan Allah merahmatinya: "Termasuk Uquuq
(durhaka) kepada orang tua adalah menyelisihi/ menentang keinginan-keinginan mereka dari
(perkara-perkara) yang mubah, sebagaimana Al Birr (berbakti) kepada keduanya adalah
memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka. Oleh karena itu, apabila salah satu atau
keduanya memerintahkan sesuatu, wajib engkau mentaatinya selama hal itu bukan perkara
maksiat, walaupun apa yang mereka perintahkan bukan perkara wajib tapi mubah pada
asalnya, demikian pula apabila apa yang mereka perintahkan adalah perkara yang mandub
(disukai/ disunnahkan). (Al Jami Li Ahkamil Quran Jil 6 hal 238).
Berkata Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah mudah-mudahan Allah merahmatinya: Berkata Abu
Bakr di dalam kitab Zaadul Musaafir "Barangsiapa yang menyebabkan kedua orang tuanya
marah dan menangis, maka dia harus mengembalikan keduanya agar dia bisa tertawa
(senang) kembali". (Ghadzaul Al Baab 1/382).
HUKUM BIRRUL WALIDAIN
Para Ulama Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada kedua orang tua
hukumnya adalah wajib, hanya saja mereka berselisih tentang ibarat-ibarat (contoh
pengamalan) nya.
Berkata Ibnu Hazm, mudah-mudahan Allah merahmatinya: "Birul Walidain adalah fardhu
(wajib bagi masing-masing individu). Berkat beliau dalam kitab Al Adabul Kubra: Berkata
Al Qodli Iyyad: "Birrul walidain adalah wajib pada selain perkara yang haram." (Ghdzaul Al
Baab 1/382)
Dalil-dalil Shahih dan Sharih (jelas) yang mereka gunakan banyak sekali , diantaranya:
1. Firman Allah Subhanahu Wa Taala (artinya): "Sembahlah Allah dan jangan kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua Ibu
Bapak". (An Nisa : 36).
Dalam ayat ini (berbuat baik kepada Ibu Bapak) merupakan perintah, dan perintah disini
menunjukkan kewajiban, khususnya, karena terletak setelah perintah untuk beribadah dan
meng-Esa-kan (tidak mempersekutukan) Allah, serta tidak didapatinya perubahan (kalimat
dalam ayat tersebut) dari perintah ini. (Al Adaabusy Syariyyah 1/434).
2. Firman Allah Subhanahu Wa Taala (artinya): "Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya". (QS. Al Isra: 23).
50
Termasuk berbakti kepada keduanya ialah senantiasa membuat mereka ridha dengan
melakukan apa yang mereka inginkan, selama hal itu tidak mendurhakai Allah Subhanahu wa
Ta'ala, sebagaimana yang telah disebutkan.
3. Merendahkan Diri Di Hadapan Keduanya
Tidak boleh mengeraskan suara melebihi suara kedua orang tua atau di hadapan mereka
berdua. Tidak boleh juga berjalan di depan mereka, masuk dan keluar mendahului mereka,
atau mendahului urusan mereka berdua. Rendahkanlah diri di hadapan mereka berdua dengan
cara mendahulukan segala urusan mereka, membentangkan dipan untuk mereka,
mempersilakan mereka duduk di tempat yang empuk, menyodorkan bantal, janganlah
mendului makan dan minum, dan lain sebagainya.
4. Berbicara Dengan Lembut Di Hadapan Mereka
Berbicara dengan lembut merupakan kesempurnaan bakti kepada kedua orang tua dan
merendahkan diri di hadapan mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"...Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia."
(QS. Al-Israa': 23)
Oleh karena itu, berbicaralah kepada mereka berdua dengan ucapan yang lemah lembut dan
baik serta dengan lafazh yang bagus.
5. Menyediakan Makanan Untuk Mereka
Menyediakan makanan juga termasuk bakti kepada kedua orang tua, terutama jika ia
memberi mereka makan dari hasil jerih payah sendiri. Jadi, sepantasnya disediakan untuk
mereka makanan dan minuman terbaik dan lebih mendahulukan mereka berdua daripada
dirinya, anaknya, dan istrinya.
6. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan. Seorang laki-laki
datang menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan bertanya: "Ya, Raslullah,
apakah aku boleh ikut berjihad?" Beliau balik bertanya: "Apakah kamu masih mempunyai
kedua orang tua?" Laki-laki itu menjawab: "Masih." Beliau bersabda: "Berjihadlah (dengan
cara berbakti) kepada keduanya." (HR. Bukhari no. 3004, 5972, dan Muslim no. 2549, dari
Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu)
Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: "Aku
datang membai'atmu untuk hijrah dan tinggalkan kedua orang tuaku menangisi
(kepergianku). Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Pulanglah dan buatlah
mereka tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis." (HR. Abu Dawud no.
55
2528, an-Nasa-i, VII/143, Ibnu Majah no. 2782, dari Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu. Lihat
kitab Shahiih Abi Dawud no. 2205)
Seorang laki-laki hijrah dari negeri Yaman lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya
kepadanya: "Apakah kamu masih mempunyai kerabat di Yaman?" Laki-laki itu menjawab:
"Masih, yaitu kedua orang tuaku." Beliau kembali bertanya: "Apakah mereka berdua
mengizinkanmu?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak." Lantas, Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: "Kembalilah kamu kepada mereka dan mintalah izin dari mereka. Jika
mereka mengizinkan, maka kamu boleh ikut berjihad, namun jika tidak, maka berbaktilah
kepada keduanya." (HR. Ahmad, III/76; Abu Dawud no. 2530; al-Hakim, II/103, 103, dan ia
menshahihkannya serta disetujui oleh Adz-Dzahabi dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu. Lihat
kitab Shahihh Abu Dawud no. 2207)
Seorang laki-laki berkata kepada beliau: "Aku membai'at anda untuk berhijrah dan berjihad
semata-mata hanya mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala." Beliau bersabda
kepada laki-laki tersebut: "Apakah salah satu kedua orang tuamu masih hidup?" Laki-laki itu
menjawab: "Masih, bahkan keduanya masih hidup." Beliau kembali bersabda: "Apakah kamu
ingin mendapatkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala?" Laki-laki itu menjawab: "Ya."
Kemudian, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kembalilah kamu kepada kedua
orang tuamu dan berbaktilah kepada keduanya." (HR. Muslim no. 2549, dari Ibnu 'Amr
radhiyallahu 'anhu)
7. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka Inginkan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia
berkata: "Ayahku ingin mengambil hartaku." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Kamu dan hartamu milik ayahmu." (HR. Ahmad, II/204, Abu Dawud no. 3530, dan Ibnu
Majah no. 2292, dari Ibnu 'AMr radhiyallahu 'anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul
Jaami no. 1486)
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang
menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat
baik kepadanya.
8. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai
Mereka
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat baik kepada para
saudara, karib kerabat, teman-teman, dan selain mereka. Yakni, dengan memuliakan mereka,
menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada
mereka. Akan disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.
9. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua
56
Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara tertentu yang di
dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi
sumpah keduanya karena itu termasuk hak mereka.
10. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa
besar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya." Para Sahabat bertanya: "Ya,
Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya?" Beliau menjawab: "Ada. Ia mencela
ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang
lain lalu orang itu membalas mencela ibunya." (HR. Bukhari no. 5973 dan Muslim no. 90,
dari Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu)
Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa yang paling buruk.
Orang-orang sering bergurau dan bercanda dengan melakukan perbuatan yang sangat tercela
ini. Biasanya perbuatan ini muncul dari orang-orang rendahan dan hina. Perbuatan seperti ini
termasuk dosa besar sebagaimana yang telah disebutkan.
11. Mendahulukan Berbakti Kepada Ibu Daripada Ayah
Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Siapa
yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?" Beliau menjawab: "Ibumu." Lakilaki itu bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi?" Beliau kembali menjawab: "Ibumu." Laki-laki
itu kembali bertanya: "Lalu siapa lagi?" Beliau kembali menjawab: "Ibumu." Lalu siapa
lagi?" tanyanya. "Ayahmu," jawab beliau." (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Hadits di atas tidak bermaksud lebih mentaati ibu daripada ayah. Sebab, mentaati ayah lebih
didahulukan jika keduanya menyuruh pada waktu yang sama dan dibolehkan dalam syari'at.
Alasannya, ibu sendiri diwajibkan untuk taat pada suaminya, yaitu ayah anaknya. Hanya saja,
jika salah seorang dari mereka menyuruh berbuat taat dan yang lain menyuruh berbuat
maksiat, maka wajib untuk mentaati yang pertama.
Maksud lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu, yaitu lebih bersikap lemah-lembut,
lebih berperilaku baik, dan memberikan sikap yang lebih halus daripada ayah. Hal ini apabila
keduanya berada di atas kebenaran.
Sebagian salaf berkata: "Hak ayah lebih besar dan hak ibu patut untuk dipenuhi."
Demikian penjelasan umum hak-hak orang tua semasa mereka masih hidup.
57
59
DAFTAR PUSTAKA
1. Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher
Boston, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, EGC
2. Diakses dari : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/sPalsy.pdf/sPalsy.html
3. Diakses dari : http://www.scribd.com/doc/43595347/Bell-s-Palsy-sudibio
4. Diakses dari : :http://sofyan.phpnet.us/index.php/adab/738--adab-birrul-waalidainberbakti-kepada-kedua-orang-tua.html
5. Ganong, 1995, Review of Medical Physiology, Philadelphia
6. Gibson, 1995, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, Jakarta, EGC
7. Guyton, 1995, Tex Book of Medical Physiology, Philadelphia
8. Landan, 1980, Essential Human Anatomy and Physiology, Scott Foresman and
Company Gienview
9. Mahar Mardjono.1978. Neurologi Klinik Dasar Cetakan ke-4 Jakarta; PT. Dian
Rakyat
10. Martini, 2001, Fundamentals of Anatomy and Physiology, Prentice Hall, New Jersey
11. Pearce, 1999, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta, Gramedia
12. Verralis, Sylvia, 1997, Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan, Jakarta,
EGC
60