DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ABSTRAK Moch. Ridlo Darajat. H24102105. Mempelajari Rasionalitas Penetapan Nisbah Bagi Hasil Produk Pembiayaan Mudharabah (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Bogor). Di bawah bimbingan Pramono D.Fewidarto dan M.Abduh Khalid M. Produk pembiayaan mudharabah sebagai core product bank syariah merupakan tulang punggung bank syariah dalam melaksanakan fungsi intermediasinya. Produk pembiayaan mudharabah memiliki ciri pokok yang berbeda dengan produk kredit bank konvensional, yaitu dalam hal pemberian imbalan kepada mudharib (debitur) berupa nisbah bagi hasil yang disepakati kedua belah pihak. Nisbah bagi hasil dikatakan rasional bagi kedua belah pihak jika pertimbangan mudharib mengakomodasi pertimbangan bank (kreditur) dalam penetapan besarnya nisbah bagi hasil. Penelitian yang dilakukan di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) cabang Bogor ini bertujuan untuk: (1) Mempelajari kriteria atau pertimbangan yang digunakan BMI dalam menetapkan nisbah bagi hasil produk pembiayaan mudharabah, (2) Menganalisis tingkat signifikansi perbedaan pertimbangan bank dan mudharib dalam menetapkan besarnya nisbah bagi hasil produk pembiayaan mudharabah berdasarkan kriteria yang tersedia, (3) Mengidentifikasi karakteristik mudharib dikaitkan dengan kriteria atau pertimbangan yang digunakannya dalam menetapkan nisbah bagi hasil. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada mudharib, kru (staf) BMI cabang Bogor, serta kru BMI yang berada di kantor pusat. Data sekunder diperoleh dari beberapa literatur, penelitian terdahulu, artikel pada beberapa publikasi elektronik, serta data perusahaan yang dipublikasikan. Fokus dari penelitian ini ialah menganalisis perbedaan pertimbangan yang digunakan oleh pihak bank dan mudharib dalam menentukan besaran nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah. Metode yang digunakan di dalamnya adalah Pairwise Comparison, Bayes, dan Uji Mann-Whitney. Variabel analisis yang akan digunakan merupakan kriteria umum bank syariah dalam menetapkan besarnya nisbah bagi hasil produk pembiyaan mudharabah yang terdiri dari: (1) Tingkat marjin bagi hasil perbankan syariah, (2) Tingkat suku bunga perbankan konvensional, (3) Bagi hasil yang diharapkan untuk investor atau penabung, (4) Perkiraan marjin keuntungan usaha mudharib, (5) Jangka waktu pembiayaan. Hasil analisis yang diperoleh menyimpulkan bahwa: (1) BMI menggunakan kriteria penetapan nisbah bagi hasil yang sesuai dengan variabel analisis. (2) Tidak terdapat perbedaan pertimbangan yang signifikan antara mudharib dengan pihak bank dalam hal menentukan besarnya nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah. Hal ini berarti bahwa mudharib menerima pertimbangan bank dalam menetapkan besarnya nisbah bagi hasil. (3) Sebagian besar mudharib memiliki karakter rasional. Artinya, mudharib masih memperhitungkan fluktuasi suku bunga bank konvensional di samping tingkat marjin bagi hasil bank syariah.
MEMPELAJARI RASIONALITAS PENETAPAN NISBAH BAGI HASIL PRODUK PEMBIAYAAN MUDHARABAH (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Bogor)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
MEMPELAJARI RASIONALITAS PENETAPAN NISBAH BAGI HASIL PRODUK PEMBIAYAAN MUDHARABAH (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Bogor)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis yang merupakan anak sulung dari tiga bersaudara pasangan D.Sudrajat, SE dengan Tintin Nuraeni dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 7 Januari 1985. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Arrahmah Bogor pada tahun 1990. Lalu penulis melanjutkan pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pengadilan V Bogor. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya pada tahun 1996, penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Insan Kamil Bogor. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Umum (SMU) Insan Kamil Bogor segera setelah penulis menyelesaikan pendidikan SLTP pada tahun 1999. Penulis menyelesaikan pendidikan SMU program IPA pada tahun 2002 dan pada tahun itu pula penulis diterima di Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Departemen Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selain menempuh pendidikan formal, penulis pun telah menjalani pendidikan non-formal berupa pendidikan pesantren pada tahun 1996 sampai dengan tahun 2005 di Majelis Al-Ihya Bogor. Selama menjalani pendidikannya, penulis pernah dipercaya sebagai Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SLTP Insan Kamil Bogor masa bakti 1997-1998. Selain itu, penulis juga pernah menjabat sebagai Ketua Divisi Pendidikan OSIS SMU Insan Kamil Bogor masa bakti 2001-2002. Di lingkungan Majelis Al-Ihya Bogor, penulis juga dipercaya sebagai Ketua Pelaksana Harian Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada masa bakti 2004-2005. Selama menjalani perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan Himpunan Profesi (Himpro) Depertemen Manajemen, Centre of Management (Com@), sebagai Staf Eksekutif Direktorat Information and Technologi (IT) masa bakti 2004-2005.
iii
KATA PENGANTAR Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah pada suri tauladan manusia, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Salah satu trend perekonomian yang sedang muncul ke permukaan saat ini adalah tumbuh suburnya penerapan sistem ekonomi Islam di masyarakat Indonesia. Salah satu elemen yang paling dominan dalam implementasi sistem ekonomi Islam adalah perbankan syariah. Tumbuhnya perbankan syariah secara fantastis di tanah air menyita banyak perhatian para peneliti akademis, praktisi, masyarakat umum, pemerintah, dan juga dunia internasional. Oleh karena itu, skripsi dengan judul Mempelajari Rasionalitas Penetapan Nisbah Bagi Hasil Produk Pembiayaan Mudharabah (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Bogor) merupakan usaha penulis dalam menggali informasi lebih dalam berkenaan dengan perkembangan perbankan syariah di tanah air. Tiada kata yang layak penulis haturkan selain mengucap rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala kesempatan dan kemudahan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya. Tidak lupa penulis haturkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Ir. Pramono D. Fewidarto, MS yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam menyusun skripsi ini. 2. Bapak Drs. M. Abduh Khalid M, M.Si yang telah sudi untuk membantu penulis dalam menjelaskan permasalahan-permasalahan seputar perbankan syariah di sela-sela kesibukannya sebagai praktisi perbankan syariah. 3. Ibunda, ayahanda, dan adik-adik yang selalu memberikan motivasi dan curahan kasih sayang yang tak terhingga. Tanpa kehadiran mereka, semua ini tidak ada artinya bagi diri penulis secara pribadi. 4. Kerabat-kerabat penulis yang selalu mengharapkan kebaikan dan keberkahan bagi penulis. 5. Sahabat karib yang selalu setia mambantu menyingkap keluh kesah yang dirasakan peneliti, sabar dalam memberikan motivasi yang tak kunjung habis, serta selalu optimis akan apapun yang akan terjadi di masa depan.
iv
6. Kru Bank Muamalat Indonesia Cabang Bogor (Bpk. Ishak Herdiman, Ibu Leni, Ibu Dina, Ibu Titi, Ibu Dani, Ibu Yuda, Bpk. Reza, Mas Buntoro, Bpk. Risdianto, Bpk. Ade Kostia, Bpk. Wir, Ibu Dewi, Ibu Neni, Riski, Bang Irvan, Bang Umar, Pak Heri, serta kru lainnya) yang telah meluangkan waktu di selasela kesibukannya masing-masing untuk memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. 7. Semua teman-teman seperjuangan, yang telah bersama-sama merasakan suka duka selama + 4 tahun, khususnya untuk: Joko, Dadan, Fachri, Hananto, Husnul, Dilla, Arya, Ferdi, dan yang lainnya yang bersedia membantu penulis dalam memecahkan masalah-masalah tertentu. 8. Bapak Iwan Setiawan (Mang Iwan) yang dengan cuma-cuma, hanya mengharapkan keridhoan-Nya, memberikan beberapa referensi yang dibutuhkan penulis. 9. Seluruh asatidz-asatidzah dari Majelis Al-Ihya Bogor, khusushan untuk KH Muhammad Husni Thamrin (Abi), KH. Chaerul Shaleh, dan Ust. Abd. Qodir Nur Hasan yang telah mendidik dengan sebenar-benar pendidikan serta mendoakan penulis atas semua kebaikan dan keberkahan yang telah, sedang, atau akan diraih penulis. 10. Para santri dan teman-teman seperjuangan di Majelis Al-Ihya Bogor yang selalu mendapatkan suka duka bersama dengan penulis selama berada di pondok pesantren. Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik konstruktif serta saran dari berbagai kalangan guna mendorong penulis dalam menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemashlahatan umat dan bernilai positif di hadapan Allah SWT. Amiin Bogor, Januari 2007 Penulis
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 1.4. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 1 1 4 4 4 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 6 2.1. Bank ........................................................................................................ 6 2.1.1. Definisi dan Fungsi Bank ........................................................... 6 2.1.2. Jenis Jenis Bank ........................................................................ 6 2.2. Bank Syariah ........................................................................................... 8 2.2.1. Definisi dan Fungsi Bank Syariah .............................................. 8 2.2.2. Falsafah Operasional Bank Syariah ........................................... 9 2.2.3. Produk-Produk Bank Syariah ..................................................... 9 2.3. Sistem Bagi Hasil (Profit and Loss Sharing) .......................................... 14 2.3.1. Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil ..................................... 15 2.4. Konsep Mudharabah ............................................................................... 16 2.4.1. Definisi Mudharabah .................................................................. 16 2.4.2. Persyaratan Dalam Akad Mudharabah ....................................... 17 2.4.3. Rasionalitas Dalam Kontrak Mudharabah ................................. 19 2.5. Nisbah Bagi Hasil ................................................................................... 19 2.5.1. Karakteristik Nisbah Bagi Hasil ................................................. 20 2.5.2. Kriteria Penetapan Nisbah Bagi Hasil ........................................ 21 2.5.3. Penentuan Nisbah Bagi Hasil ..................................................... 23 2.6. Multi Criteria Decision Making (MCDM) ............................................. 25 2.6.1. Metode Bayes ............................................................................. 26 2.6.2. Pairwise Comparison ................................................................. 26 2.7. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ...................................... 29 2.8. Metode Statistik Non-Parametrik ............................................................ 29 III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 31 3.1. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 31 3.2. Lokasi dan Waktu ................................................................................... 32 3.3. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 32
vi
3.4. Metode Pengambilan Sampel ................................................................. 34 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 36 3.5.1. Uji Reliabilitas Kuesioner .......................................................... 37 3.5.2. Uji Validitas Kuesioner .............................................................. 38 3.5.3. Pembobotan Kriteria dan Atribut ............................................... 39 3.5.4. Perhitungan Nilai keputusan ....................................................... 39 3.5.5. Uji Mann-Whitney ...................................................................... 40 3.6. Tahapan Penelitian .................................................................................. 42 IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................................... 43 4.1. PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) ............................................ 43 4.1.1. Sejarah Singkat ........................................................................... 43 4.1.2. Visi, Misi, dan Strategi ................................................................ 45 4.1.3. Produk dan Jasa ........................................................................... 46 4.1.4. Prosedur Pemberian Pembiayaan Mudharabah .......................... 46 4.1.5. Prosedur Penanganan Pembiayaan Mudharabah ....................... 47 4.1.6. Perhitungan Distribusi Bagi Hasil .............................................. 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 49 5.1. Kriteria Penetapan Nisbah Bagi Hasil BMI ............................................. 49 5.2. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner .............................................................. 52 5.3. Hasil Uji Validitas Kuesioner ................................................................. 53 5.4. Hasil Pembobotan Kriteria dan Atribut ................................................... 54 5.4.1. Mudharib BMI Cabang Bogor .................................................... 54 5.4.2. Kru BMI Cabang Bogor ............................................................. 60 5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Kriteria dan Atribut ................... 65 5.5.1. Mudharib BMI Cabang Bogor .................................................... 65 5.5.2. Kru BMI Cabang Bogor ............................................................. 73 5.5.3. Rata-Rata Responden .................................................................. 82 5.6. Nilai Keputusan Responden .................................................................... 84 5.6.1. Nilai Keputusan Mudharib ......................................................... 85 5.6.2. Nilai Keputusan Kru BMI .......................................................... 85 5.7. Hasil Uji Mann-Whitney ......................................................................... 86 5.8. Karakter Mudharib .................................................................................. 87 5.8.1. Karakter Mudharib pada Organisasi Pemerintah ....................... 89 5.8.2. Karakter Mudharib pada Organisasi Swasta .............................. 89 5.8.3. Karakter Rata-Rata Mudharib .................................................... 90 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 91 1. Kesimpulan .................................................................................................... 91 2. Saran ............................................................................................................... 92 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93 LAMPIRAN......................................................................................................... 96
vii
Pangsa Perbankan Syariah Terhadap Total Bank (Posisi Mei 2006).............. 1 Komposisi Pembiayaan yang Disalurkan (Posisi Desember 2005) ............... 2 Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional ..................................10 Perbedaan Sistem Bunga Dengan Sistem Bagi Hasil ....................................15 Skala Saaty dalam Pairwise Comparison ......................................................27 Matriks Kerangka Penelitian ..........................................................................33 Jumlah Responden dalam Penelitian ..............................................................36 Klasifikasi Nilai Alpha ...................................................................................38 Komponen Kriteria Penetapan Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah ...................................................................................................51 10. Hasil Uji Validitas Kuesioner ........................................................................53 11. Penyebaran Responden Mudharib yang Telah Memberikan Bobot pada Kriteria dan Atribut Penetapan Nisbah Bagi Hasil ........................................56 12. Bobot Kriteria Berdasarkan Gabungan Pendapat Mudharib Pada Organisasi Pemerintah ...........................................................................57 13. Bobot Kriteria Berdasarkan Gabungan Pendapat Mudharib Pada Organisasi Swasta .................................................................................58 14. Bobot Kriteria Berdasarkan Gabungan Pendapat Kru Di Kantor Cabang Bogor ..............................................................................................................62 15. Bobot Kriteria Berdasarkan Gabungan Pendapat Kru Di Kantor Pusat ........64 16. Bobot Atribut TBBS Berdasarkan Gabungan Pendapat selruruh Mudharib .........................................................................................................66 17. Bobot Atribut TBBK Berdasarkan Gabungan Pendapat selruruh Mudharib ........................................................................................................68 18. Bobot Atribut PMKU Berdasarkan Gabungan Pendapat selruruh Mudharib ........................................................................................................69 19. Bobot Atribut JWP Berdasarkan Gabungan Pendapat selruruh Mudharib ........................................................................................................71 20. Bobot Atribut BHI Berdasarkan Gabungan Pendapat selruruh Mudharib ........................................................................................................73 21. Bobot Atribut TBBS Berdasarkan Gabungan Pendapat selruruh Kru BMI .........................................................................................................74 22. Bobot Atribut TBBK Berdasarkan Gabungan Pendapat selruruh Kru BMI ..........................................................................................................76 23. Bobot Atribut PMKU Berdasarkan Gabungan Pendapat selruruh Kru BMI .........................................................................................................77 24. Bobot Atribut JWP Berdasarkan Gabungan Pendapat selruruh Kru BMI .........................................................................................................79 25. Bobot Atribut BHI Berdasarkan Gabungan Pendapat selruruh Kru BMI .........................................................................................................81 26. Bobot Kriteria Gabungan Pendapat Responden..............................................83 27. Nilai Keputusan Mudharib..............................................................................85 28. Nilai Keputusan Kru BMI...............................................................................85 29. Peringkat Data Nilai Keputusan Responden ..................................................86
viii
DAFTAR GAMBAR No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Halaman Skema Pembiayaan Mudharabah ................................................................ 17 Penentuan Nisbah Bagi Hasil Keuntungan ................................................... 23 Penentuan Nisbah Bagi Hasil Pendapatan ................................................... 24 Penentuan Nisbah Bagi Hasil Penjualan ...................................................... 24 Grafik Permintaan dan Penawaran Nisbah Bagi Hasil Antara Bank Dengan Mudharib ........................................................................................ 25 Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 34 Diagram Alir Tahap Penelitian .................................................................... 42 Alur Kepentingan Kru Di Cabang Bogor .................................................... 61 Alur Kepentingan Kru FSG dan Kru Treasury ............................................. 61
ix
1. Kuesioner Penelitian .................................................................................... 97 2. Bobot Kriteria dan Atribut dari Gabungan Pendapat Mudharib .................. 109 3. Bobot Kriteria dan Atribut dari Gabungan Pendapat Kru BMI ................... 110 4. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner .................................................................. 111 5. Hasil Uji Validitas Parsial Kuesioner .......................................................... 112 6. Hasil Perhitungan Bayes Untuk Kru BMI ................................................... 113 7. Hasil Perhitungan Bayes Untuk Mudharib .................................................. 114 8. Produk-Produk PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ................................... 115 9. Elemen Penetapan Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah ............... 116 10. Perhitungan Bagi Hasil Sisi Pembiayaan Dengan Sistem Rata-Rata ........... 117
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Industri perbankan syariah di Indonesia berkembang sangat pesat dimulai dengan beroperasinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tanggal 27 Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Pertumbuhan volume usaha perbankan syariah dalam kurun waktu lima tahun secara rata-rata mencapai lebih dari 60 persen per tahun (Bank Indonesia, 2005). Sampai dengan bulan Juni 2006, total aset perbankan syariah nasional mencapai Rp 21,9 triliun, yaitu sekitar 1,45 persen dari total aset perbankan nasional (Tabel 1). Tabel 1. Pangsa Perbankan Syariah Terhadap Total Bank (Posisi Mei 2006)
Islamic Banks Nominal Share (triliun) 21,90 1,45% 15,83 1,36% 17,37 2,46% 109,68% 4,19% Total Banks (triliun) 1514,92 1160,61 705,11 60,75% 8,1%
Perbankan syariah telah menampilkan kinerja pembiayaan yang cukup baik sebagai lembaga yang memiliki fungsi intermediasi. Hal itu dibuktikan dengan kegiatan penyaluran dana melalui pembiayaan pada tahun 2005 yang menunjukkan peningkatan sebesar Rp 3,7 triliun (32,6 %) dari tahun sebelumnya menjadi Rp 15,2 triliun. Peningkatan tersebut terutama dialami pada kelompok pembiayaan berbasis bagi hasil yang terdiri atas pembiayaan mudharabah dan musyarakah yaitu masing-masing sebesar Rp 1,1 triliun (51,5 %) dan Rp 600 juta (49,4 %). Peningkatan kelompok pembiayaan tersebut melebihi peningkatan kelompok pembiayaan berbasis jual beli dan piutang seperti murabahah, istishna dan qard sehingga pangsa pembiayaan
berbasis bagi hasil meningkat dari 29 persen pada tahun 2004 menjadi 33 persen pada akhir tahun 2005 (Tabel 2). Tabel 2. Komposisi Pembiayaan yang Diberikan (Posisi Desember 2005)
Jenis Pembiayaan Musyarakah Mudharabah Piutang Murabahah Piutang Istishna Qard Ijarah TOTAL Outstanding (juta) 2004 1.270.868 2.062.202 7.640.299 312.962 98.928 104.674 11.489.933 2005 1.898.389 3.123.759 9.487.318 281.676 124.862 315.938 15.231.942 Pertumbuhan (y-o-y)* (%) 2004 2005 315,3% 49,4% 159,6% 51,5% 93,1% 5,7% Na Na 95,09% 24,2% -10% 26,2% 201,8% 32,6% Pangsa (%) 2004 11,1% 17,9% 66,5% 2,7% 0,9% 0,9% 100% 2005 12,5% 20,5% 62,3% 1,8% 0,8% 2,1% 100%
Produk pembiayaan dengan skema bagi hasil merupakan jenis produk pembiayaan yang cenderung memiliki return (tingkat keuntungan) yang beresiko (Risk-Return Mode). Hal ini disebabkan karena pembiayaan ini diberikan kepada usaha pada sektor riil yang cenderung memiliki return yang bergantung pada kondisi internal (seperti keuntungan atau kerugian bisnis) dan eksternal (seperti kondisi ekonomi dan politik negara) dari usaha atau proyek tersebut. PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) merupakan salah satu bank syariah yang memiliki komitmen yang kuat untuk memajukan sektor riil di Indonesia. Komitmen tersebut dibuktikan dengan besarnya pembiayaan yang disalurkan kepada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada tahun 2005 yang mencapai 67,40 persen dari total pembiayaan. Berdasarkan sektor ekonomi (listrik, air, gas, perdagangan, transportasi, pertambangan, sosial, pertanian, dan jasa lainnya), total pembiayaan bagi hasil mudharabah dan musyarakah BMI pada tahun 2005 masing-masing meningkat sebesar 35,2 persen dan 27,8 persen dari tahun sebelumnya (BMI, 2005). Pembiayaan mudharabah merupakan produk pembiayaan yang memiliki peranan penting dalam memajukan sektor riil. Hal itu tercermin
dari prinsipnya yaitu memfasilitasi seluruh kebutuhan modal mudharib (debitur) yang memiliki skill untuk mengelola usaha tertentu dalam rangka memperoleh keuntungan. Artinya, masyarakat diberikan kemudahan untuk berusaha memenuhi kebutuhan perekonomiannya yang selanjutnya akan berimbas pada peningkatan perekonomian negara. Keuntungan hasil usaha yang akan diperoleh bank dan mudharib pada pembiayaan mudharabah tercermin dari besarnya nisbah bagi hasil yang disepakati pada awal kontrak. Kesepakatan ini diperkirakan akan terjadi jika kriteria khusus yang telah ditetapkan bank syariah dalam menentukan besarnya tersebut. Pertimbangan yang digunakan kedua pihak dalam menetapkan besarnya nisbah bagi hasil didasari oleh tingkat informasi yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Dengan kata lain, informasi yang simetris (symetric information) dibutuhkan pada proses ijab qabul (serah terima) dalam suatu kontrak. Ketidaksimetrisan informasi (asymetric information) dalam hal ini mengakibatkan kontrak yang dilakukan menjadi berat sebelah, merugikan salah satu pihak pada masa yang akan datang, atau bahkan dapat mengakibatkan batalnya kontrak tersebut secara syariah. Oleh karena itu, kesesuaian pertimbangan antara bank dan mudharib ini diperkirakan akan menghasilkan besaran nisbah bagi hasil yang rasional bagi kedua belah pihak. Besaran nisbah bagi hasil yang rasional hendaknya kompetitif dan ditetapkan secara win-win solution, sehingga manfaatnya dapat dirasakan tidak hanya oleh nasabah pihak ketiga sebagai investor dan bank sebagai mediator tetapi juga para mudharib sebagai pengelola dana. Sehingga, tingkat kepuasan mudharib terhadap produk pembiayaan mudharabah sebagai core product perbankan syariah akan lebih meningkat. nisbah bagi hasil mengakomodasi (bersesuaian dengan) pertimbangan mudharib dalam menentukan besarnya nisbah bagi hasil
1.2. Rumusan Masalah Penetapan nisbah bagi hasil produk pembiayaan berskema mudharabah dengan segala kondisi yang ada di dalamnya menimbulkan sejumlah permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Kriteria apakah yang digunakan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dalam menetapkan nisbah bagi hasil produk pembiayaan mudharabah? 2. Apakah terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara pertimbangan bank dan mudharib dalam rangka mencapai kesetaraan pada proses kesepakatan di dalam penetapan nisbah bagi hasil? 3. Bagaimanakah karakter mudharib dikaitkan dengan kriteria yang digunakannya dalam penetapan nisbah bagi hasil?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1. Mempelajari kriteria yang digunakan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dalam menetapkan nisbah bagi hasil produk pembiayaan mudharabah. 2. Menganalisis perbedaan pertimbangan antara bank dan mudharib dalam rangka mencapai kesetaraan pada proses kesepakatan di dalam penetapan nisbah bagi hasil. 3. Mengidentifikasi karakter mudharib dikaitkan dengan kriteria yang digunakannya dalam penetapan nisbah bagi hasil.
1.4. Kegunaan Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Bank Syariah Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan rekomendasi atau pertimbangan bank dalam menentukan besaran nisbah bagi hasil pada produk pembiayaan mudharabah.
2. Bagi Masyarakat (Nasabah) Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan negosiasi penentuan nisbah bagi hasil yang diharapkan dalam transaksi pembiayaan mudharabah. 3. Bagi Penulis Penilitian ini berguna untuk menambah pengalaman dan wawasan penulis. Serta diharapkan agar penulis dapat mengaplikasikannya dalam memasuki dunia kerja di masa yang akan datang.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada analisis kriteria penetapan nisbah bagi hasil produk pembiayaan mudharabah di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) Cabang Bogor dengan melibatkan responden yang terdiri dari nasabah pembiayaan mudharabah (mudharib) yang berdomisili di Kota dan Kabupaten Bogor, kru BMI yang berada di kantor cabang Bogor (Divisi Marketing dan Divisi Legal & Support Pembiayaan), serta kru BMI yang berada di kantor pusat (Divisi Financing & Settlement Group (FSG) dan Divisi Treasury).
2.1. Bank 2.1.1. Definisi dan Fungsi Bank Bank secara etimologi berarti meja atau tempat untuk menukarkan uang. Secara lembaga keuangan, bank adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya baik menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana, atau keduaduanya, menghimpun dan menyalurkan (Kasmir, 2000). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan definisi bank tersebut, maka fungsi bank secara umum adalah mengimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya kepada masyarakat (Kasmir, 2000). Fungsi bank saat ini telah mengalami banyak perubahan karena adanya kompetisi antar lembaga keuangan dalam rangka memberikan layanan kepada masyarakat. Perubahan fungsi bank tersebut mengakibatkan definisi bank menjadi meluas. Rose dalam Supraptiwiningsih (1999) mendefinisikan bank sebagai salah satu lembaga keuangan yang memberikan pelayanan keuangan dalam skala yang luas, terutama kredit, simpanan, jasa layanan, serta menyediakan fungsi keuangan terbesar dalam berbagai bidang usaha dalam sebuah sistem perekonomian. 2.1.2. Jenis-Jenis Bank Perbedaan jenis bank dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan, status, dan cara menentukan harga (Kasmir, 2000).
1). Segi Fungsi Berdasarkan Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 terdapat dua jenis bank berdasarkan fungsinya, yaitu: 1. Bank Umum Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2). Segi Kepemilikan Berdasarkan kepemilikan, bank terbagi ke dalam: 1. Bank Milik Pemerintah Bank yang akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah. 2. Bank Milik Swasta Nasional Bank yang akte pendirian serta seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional. 3. Bank Milik Asing Bank yang merupakan cabang dari bank swasta ataupun pemerintah asing yang ada di luar negeri. 4. Bank Milik Campuran Bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan swasta nasional. 3). Segi Status Dilihat dari kemampuan suatu bank dalam melayani masyarakat dalam hal jumlah produk, modal, dan kualitas pelayanannya, bank terbagi menjadi:
1.
Bank Devisa Bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
2.
Bank Non Devisa Bank yang tidak dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing.
4). Segi Menentukan Harga Berdasarkan segi menentukan harga, bank terbagi menjadi: 1. Bank Konvensional Bank yang dalam menetapkan harga jual kepada nasabahnya dan harga beli kepada debiturnya berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. 2. Bank Syariah Bank yang menetapkan harga dengan cara menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak penyimpan maupun pengguna dana. 2.2. Bank Syariah 2.2.1. Definisi dan Fungsi Bank Syariah Menurut Perwataatmadja dan Antonio dalam Muhammad (1997), bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam atau bank yang tata cara beropersinya mengacu pada ketentuan Al-Quran dan Hadits. Bank syariah merupakan suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan, memberikan pinjaman dan memberikan pelayanan jasa yang berlandaskan pada prinsip syariah Islam (Karim, 2004). Baraba (1999) menambahkan satu fungsi bank syariah, yaitu sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta penyaluran dana kebajikan (fungsi optional).
2.2.2. Falasafah Operasional Bank Syariah Menurut Muhammad (2003), hal-hal yang harus dilakukan bank syariah dalam menjalankan operasionalnya adalah dengan cara menjauhkan diri dari praktik-praktik yang memiliki unsur riba serta menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan. Unsur riba tersebut dihindari dengan cara: 1). Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan keberhasilan suatu usaha di muka secara pasti. 2). Menghindari penggunaan sistem persentasi untuk pembebanan biaya terhadap utang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipatgandakan secara otomatis utang atau simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu. 3). Menghindari penggunaan sistem perdagangan atau penyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas. 4). Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka tambahan atas utang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai utang secara sukarela. Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional dapat dilihat dalam Tabel 3. 2.2.3. Produk-Produk Bank Syariah Menurut Antonio (2001), produk-produk bank syariah terdiri dari lima prinsip: (1) Prinsip Simpanan atau Titipan, (2) Prinsip Bagi Hasil, (3) Prinsip Jual Beli, (4) Prinsip Sewa, (5) Prinsip Pengambilan Fee. Muhammad (2003) menambahkan prinsip-prinsip tersebut dengan Prinsip Biaya Administrasi. 1) Prinsip Simpanan atau Titipan Prinsip simpanan dalam fikih Islam dikenal dengan nama Al-Wadiah yang dapat didefinisikan sebagai titipan murni dari satu pihak (muwaddi) ke pihak lain (mustawda), baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Antonio, 2001). Produk
10
berdasarkan prinsip ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu: Wadiah Yad Al-Amanah, yaitu titipan murni dari pihak penitip, dan Wadiah Yad Al-Dhomanah yaitu titipan yang dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan dengan syarat memeperoleh kembali asetnya kapan pun dibutuhkan. Tabel 3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Perihal Bank Syariah Uang sebagai alat ukur bukan komoditi. Bunga dalam berbagai bentuknya dilarang. Menggunakan prinsip bagi hasil dan keuntungan atas transaksi riil. Tidak bebas nilai, melainkan berdasarkan Al-Quran dan Hadits. Lembaga intermediari Agen/manajer investasi Investor Penyedia jasa lalu lintas pembayaran Pengelola dana kebajikan Zakat Infak Shadaqah (ZIS) Hubungan dengan nasabah sebagai mitra Dihadapi bersama dengan prinsip keadilan dan kejujuran. Tidak mengenal kemungkinan adanya selisih negatif (negative spread) Bank Konvensional Uang sebagai komoditi yang dipertahankan. Bunga sebagai instrumen imbalan terhadap pemilik uang yang ditetapkan di muka. Bebas nilai (berdasarkan prinsip materialistis) Lembaga intermediari Penghimpun dana dan meminjamkannya kembali kepada masyarakat dengan imbalan berupa bunga. Penyedia jasa lalu lintas pembayaran. Hubungan dengan nasabah adalah hubungan debiturkreditur. Risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur, begitu pula sebaliknya. Kemungkinan terdapat selisih negatif antara pendapatan bunga dengan beban bunga. Aspek moralitas seringkali terlanggar karena tidak adanya nilai religius yang mendasari operasional bank.
Landasan Operasional
Risiko Usaha
Adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas Sistem untuk memastikan Pengawasan operasional bank tidak menyimpang dari syariah Sumber : Supraptiwiningsih, 2004
11
2) Prinsip Bagi Hasil Antonio (2001) menyatakan bahawa prinsip Bagi Hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu: 1. Al-Mudharabah (Trust Financing/Trust Investment) Akad kerja sama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh modal usaha, sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola (mudharib). 2. Al-Musyarakah Participation) Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau keahlian. 3. Al-Muzaraah (Harvest-Yield Profit Sharing) Akad kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. 4. Al-Musaqah (Plantation Management Fee Based on Certain Portion of Yield) Bentuk kerja sama pengolahan pertanian di mana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. 3) Prinsip Jual Beli/Pengembalian Keuntungan Menurut Antonio (2001), prinsip jual beli terdiri dari Bai Al-Murabahah, Bai As-Salam, dan Bai Al-Istishna. Muhammad (2003) menambahkan Bai Bithaman Ajil, Bai AlMusawamah, Bai At-Tauliah, Bai Al-Muwadhaah, Bai AlMuqayadhah, Bai Al-Mutlaq, dan Bai Ash-Sharf. (Partnership/Project Financing
12
1.
Bai Al-Murabahah (Deferred Payment Sale) Jual beli barang pada harga asal ditambah dengan keuntungan yang disepakati.
2.
Bai As-Salam (In-Front Payment Sale) Pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka.
3.
Bai Al-Istishna (Purchase by Order or Manufacture) Kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang di mana pembuat barang menerima pesanan dari pembeli kemudian pembuat barang berusaha malalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya pada pembeli akhir.
4.
Bai Bithaman Ajil (Letter of Credit) Konsep jual beli dimana penjual menjual dengan harga asal ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati dan dibayar secara berangsur.
5.
Bai Al-Musawamah Jual beli biasa di mana penjual memasang harga tanpa memberitahu si pembeli tentang margin keuntungan yang diambilnya.
6.
Bai At-Tauliah Menjual dengan harga beli tanpa mengambil keuntungan sedikit pun.
7. 8.
Bai Al-Muwadhaah Menjual dengan harga yang lebih rendah dari harga beli. Bai Al-Muqayadhah Bentuk awal dari transaksi di mana barang ditukar dengan barang (barter).
9.
Bai Al-Mutlaq Bentuk jual-beli biasa di mana barang ditukar dengan uang.
13
10. Bai Ash-Sharf Jual beli valuta asing di mana uang ditukar dengan barang (Money Exchange). Menurut penpadat sebagian ahli, produk ini tidak termasuk ke dalam akad jual-beli melainkan akad tukar menukar. 4) Prinsip Sewa Menurut Antonio (2001), prinsip sewa yang dalam istilah perbankan syariah dikenal sebagai Al-Ijarah (Operational Lease) terdiri dari Al-Ijarah Al-Mutlaqah dan Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik. Muhammad (2003) menambahkannya dengan Bai At-Tajiri dan Musyarakah Mutanaqisah. Karim (2004) menambahkannya dengan Al-Jualah, sedangkan Muhammad (2003) meletakkan Al-Jualah pada prinsip Pengambilan Fee. 1. Al-Ijarah Al-Mutlaqah (Operational Lease) Akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. 2. Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik (Financial Lease With Purchase Option) Perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa. 3. 4. 5. Bai At-Tajiri (Hire Purchase) Kontrak sewa yang diakhiri dengan penjualan. Musyarakah Mutanaqisah (Decreasing Participation) Kombinasi antara musyarakah dengan ijarah. Al-Jualah (Special Service) Akad Al-Ijarah yang pembayarannya didasarkan atas kinerja objek yang disewa/diupah. 5) Prinsip Pengmbilan Fee Menurut Antonio (2001), produk-produk perbankan syariah dengan menggunakan prinsip pengambilan fee (FeeBased Service) terdiri dari Al-Wakalah, Al-Kafalah, Al-
14
Hawalah, Ar-Rahn, dan Al-Qardh. Sedangkan Muhammad (2003) memasukkan Al-Qardh pada prinsip Biaya Administrasi. 1. 2. Al-Wakalah (Deputyship) Penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat. Al-Kafalah (Guaranty) Jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. 3. Al-Hawalah (Transfer Service) Pengalihan beban utang dari orang yang berutang (muhil) kepada orang lain yang wajib menanggungnya (muhal alaih). 4. Ar-Rahn (Mortgage) Menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. 6) Prinsip Biaya Administrasi Muhammad (2003) menempatkan produk Al-Qardh dalam prinsip Biaya Administrasi, sedangkan Antonio (2001) menempatkannya pada prinsip Pengambilan Fee. Al-Qardh (Soft and Benevolent Loan) adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Akad ini merupakan akad saling bantu membantu (Aqd-Tathowwuii) bukan akad komersial.
2.3. Sistem Bagi Hasil (Profit and Loss Sharing) Prinsip bagi hasil merupakan landasan operasional utama bagi produkproduk pembiayaan mudharabah dan musyarakah dalam perbankan syariah. Prinsip dasar inilah yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional (Tabel 4). Prinsip bagi hasil di Indonesia diterapkan dengan dua metode, yaitu profit sharing dan revenue sharing. Profit sharing menggunakan basis perhitungan berupa laba yang diperoleh mudharib dalam
15
mengelola usahanya, sedangkan revenue sharing menggunakan basis berupa pendapatan yang diperoleh mudharib. Tabel 4. Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil
BUNGA BAGI HASIL
a) Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung b) Besarnya persentasi berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang diinginkan c) Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi. d) Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat, sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang booming. e) Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama, termasuk Islam Sumber : Antonio, 2001
a)
b) c)
d)
Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil ditetapkan pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. Tidak ada yang meragukan keabsahan sistem bagi hasil.
e)
2.3.1. Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil Menurut Antonio (2001), faktor yang mempengaruhi bagi hasil terdiri dari faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung terdiri dari investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio). Adapun faktor tidak langsung terdiri dari penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah serta kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting). 1). Faktor Langsung 1. Investment Rate Persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana.
16
2.
Jumlah Dana yang Tersedia Jumlah dana yang berasal dari berbagai sumber dan tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan metode rata-rata saldo minimum bulanan atau rata-rata total saldo harian.
3.
Nisbah Bagi Hasil (Profit Sharing Ratio) Salah satu ciri dari pembiayaan mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.
2). Faktor Tidak Langsung 1. Penentuan Butir-Butir Pendapatan dan Biaya Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya. Bagi hasil yang berasal dari pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya disebut dengan Profit Sharing. Sedangkan jika bagi hasil hanya dari pendapatan dan semua biaya ditanggung oleh bank disebut dengan Revenue Sharing. 2. Kebijakan Akunting Bagi hasil tidak secara langsung dipengaruhi oleh prinsip dan metode akunting yang diterapkan oleh bank, terutama yang berhubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.
2.4. Konsep Mudharabah 2.4.1. Definisi Mudharabah Kata mudharabah secara etimologi berasal dari kata dharb. Dalam bahasa Arab, kata ini termasuk ke dalam kata yang memiliki banyak arti. Namun dibalik keluwesan kata ini, dapat ditarik benang merah yang dapat mencerminkan keragaman makna yang ditimbulkannya, yaitu bergeraknya sesuatu kepada sesuatu yang lain (Muhammad, 2003). Akad mudharabah merupakan akad antara dua pihak di mana satu pihak berperan sebagai pemilik modal (shahibul mal) dan
17
mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni pengelola (mudharib), dengan tujuan mendapatkan keuntungan (Karim, 2004). Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak berupa besarnya nisbah bagi hasil. Kerugian ditanggung oleh shahibul mal selama kerugian itu bukan diakibatkan kelalaian mudharib. Seandainya memang akibat kecurangan atau kelalaian mudharib, maka ia harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
PERJANJIAN BAGI HASIL Keahlian/ Keterampilan Nasabah (Mudharib) PROYEK/ USAHA Modal 100% Bank (Shahibul Mal)
Nisbah (X %)
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
MODAL
2.4.2. Persyaratan Dalam Akad Mudharabah Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/46/PBI/2005 Bab II Pasal 6, persyaratan pembiayaan mudharabah sekurangkurangnya sebagai berikut: 1) Bank bertindak sebagai shahibul mal yang menyediakan dana secara penuh dan nasabah bertindak sebagai mudharib yang mengelola dana dalam kegiatan usaha. 2) Jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana, dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan bank dan nasabah.
18
3)
Bank tidak ikut serta dalam pengelolaan usaha nasabah tetapi memiliki hak dalam pengawasan dan pembinaan usaha nasabah.
4) 5) 6)
Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai dan atau barang. Dalam hal pembiayaan yang diberikan dalam bentuk tunai harus dinyatakan jumlahnya. Dalam hal pembiayaan yang diberikan dalam bentuk barang, maka barang yang diserahkan harus dinilai berdasarkan harga perolehan atau harga pasar wajar.
7) 8)
Pembagian keuntungan dari pengelolaaan dana dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakati. Bank menanggung seluruh risiko kerugian usaha yang dibiayai kecuali jika nasabah melakukan kecurangan, lalai, atau menyalahi perjanjian yang mengakibatkan kerugian usaha.
9)
Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak dan tidak berlaku surut.
10) Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara berjenjang (tiering) yang besarnya berbeda-beda berdasarkan kesepakatan pada awal akad. 11) Pembagian keuntungan dilakukan dengan menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing). 12) Pembagian keuntungan berdasarkan hasil usaha dari mudharib sesuai dengan laporan hasil usaha mudharib. 13) Dalam hal nasabah ikut menyertakan modal dalam kegiatan usaha yang dibiayai bank, maka berlaku ketentuan berikut: (i) Nasabah bertindak sebagai mitra usaha dan mudharib. (ii) Atas keuntungan yang dihasilkan dari kegiatan usaha yang dibiayai tersebut, maka nasabah mengambil bagian keuntungan dari porsi modalnya. Sisa keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara bank dan nasabah
19
14) Pengembalian pembiayaan dilakukan pada akhir periode akad untuk pembiayaan dengan jangka waktu sampai dengan satu tahun atau dilakukan secara angsuran berdasarkan aliran kas masuk (cash in flow) usaha nasabah. 15) Bank dapat meminta jaminan atau agunan untuk mengantisipasi risiko apabila nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban sebagaimana dimuat dalam akad karena kelalaian dan atau kecurangan. 2.4.3. Rasionalitas dalam Kontrak Mudharabah Kontrak mudharabah pada prinsipnya memberikan keleluasaan bagi mudharib untuk menentukan level optimal usaha yang akan dilakukannya (Muljawan, 2001). Berdasarkan prinsip di atas, maka sesungguhnya mudharib berhak mempertimbangkan keuntungan yang diharapkannya ketika dia menentukan nisbah bagi hasil. Sehingga, menurut Muljawan (2001), rasionalitas kontrak mudharabah terjadi jika bagian profit atau benefit untuk mudharib memenuhi tingkat kepuasan minimum dari shahibul mal dan juga bagian profit atau benefit untuk shahibul mal memenuhi tingkat kepuasan minimum dari mudharib. Keadaan ini mengimplikasikan bahwa kontrak mudharabah akan menjadi rasional jika masing-masing pihak berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan akses terhadap informasi secara lengkap (Muljawan, 2001). Dengan kata lain, tingkat kepuasan minimum dalam menerima profit atau benefit dari masing-masing pihak akan terpenuhi jika kedua pihak mendapatkan akses informasi yang dibutuhkannya secara lengkap. 2.5. Nisbah Bagi Hasil Nisbah bagi hasil merupakan persentase keuntungan yang akan diperoleh shahibul mal dan mudharib yang ditentukan berdasarkan kesepakatan antara keduanya. Jika usaha tersebut merugi akibat resiko bisnis, bukan akibat kelalaian mudharib, maka pembagian kerugiannya
20
berdasarkan porsi modal yang disetor oleh masing-masing pihak. Karena seluruh modal yang ditanam dalam usaha mudharib milik shahibul mal, maka kerugian dari usaha tersebut ditanggung sepenuhnya oleh shahibul mal. Oleh karena itu, nisbah bagi hasil disebut juga dengan nisbah keuntungan. 2.5.1. Karakteristik Nisbah Bagi Hasil Menurut Karim (2004), terdapat lima karakteristik nisbah bagi hasil yang terdiri dari: 1. Persentase Nisbah bagi hasil harus dinyatakan dalam persentase (%), bukan dalam nominal uang tertentu (Rp). 2. Bagi Untung dan Bagi Rugi Pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan porsi modal masingmasing pihak. 3. Jaminan Jaminan yang akan diminta terkait dengan carachter risk yang dimiliki oleh mudharib karena jika kerugian diakibatkan oleh keburukan karakter mudharib, maka yang menanggungnya adalah mudharib. Akan tetapi, jika kerugian diakibatkan oleh business risk, maka shahibul mal tidak diperbolehkan untuk meminta jaminan pada mudharib. 4. Besaran Nisbah Angka besaran nisbah bagi hasil muncul sebagai hasil tawarmenawar yang dilandasi oleh kata sepakat dari pihak shahibul mal dan mudharib. 5. Cara Menyelesaikan Kerugian Kerugian akan ditanggung dari keuntungan terlebih dahulu karena keuntungan adalah pelindung modal. Jika kerugian melebihi keuntungan, maka akan diambil dari pokok modal.
21
2.5.2. Kriteria Penetapan Nisbah Bagi Hasil Karim (2004) menyatakan bahwa, bank syariah menerapkan nisbah bagi hasil terhadap produk-produk pembiayaan yang berbasis Natural Uncertainty Contracts (NUC), yakni akad bisnis yang tidak memberikan kepastian return seperti mudharabah dan musyarakah, dengan mempertimbangkan dua hal, yaitu referensi marjin keuntungan dan perkiraan keuntungan usaha yang dibiayai bank. 1). Referensi Marjin Keuntungan Referensi tingkat marjin keuntungan adalah penetapan marjin bagi hasil pembiayaan berdasarkan usul, rekomendasi, dan saran dari Tim Asset and Liabilities Committee (ALCO) dengan mempertimbangkan kriteria berikut: 1. Direct Competitor Market Rate (DCMR) Tingkat marjin keuntungan rata-rata perbankan syariah, atau tingkat marjin keuntungan rata-rata beberapa bank syariah yang ditetapkan ALCO sebagai pesaing langsung, atau tingkat marjin keuntungan bank syariah tertentu yang ditetapkan sebagai pesaing langsung terdekat. 2. Indirect Competitor Market Rate (ICMR) Tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat suku bunga rata-rata beberapa bank konvensional yang ditetapkan ALCO sebagai pesaing tidak langsung, tingkat suku bunga bank konvensional tertentu yang ditetapkan sebagai pesaing tidak langsung terdekat. 3. Expected Competitive Return for Investor (ECRI) Target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada nasabah pihak ketiga (investor). 4. Acquiring Cost Biaya yang dikeluarkan oleh bank dan langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
22
5. Overhead Cost Biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga. 2). Perkiraan Tingkat Keuntungan Usaha yang Dibiayai Perkiraan tingkat keuntungan usaha dihitung dengan mempertimbangkan kriteria berikut ini: 1. Perkiraan Penjualan Terdiri dari perkiraan volume penjualan setiap bulan atau transaksi, frekuensi penjualan setiap bulan, fluktuasi harga penjualan, rentang harga penjualan yang dapat dinegosiasikan, dan marjin keuntungan setiap transaksi 2. Lama Cash to Cash Cycle Merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan cash kembali atau jumlah hari antara arus kas keluar pertama dengan arus kas masuk berikutnya yang melibatkan antara lain: lamanya persediaan, lamanya proses barang, dan lamanya piutang dagang. Cash to Cash Cycle disebut juga dengan Cash Conversion Cycle. 3. Perkiraan Biaya Langsung Merupakan perkiraan biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan kegiatan penjualan, seperti biaya pengangkutan, biaya pengemasan, dan biaya lain yang termasuk ke dalam Cost of Goods Sold (COGS). 4. Perkiraan Biaya Tidak Langsung Merupakan perkiraan biaya-biaya yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan penjualan, seperti biaya sewa kantor, biaya gaji karyawan, dan biaya-biaya lain yang termasuk ke dalam Overhead Cost (OHC). 5. Delayed Factor Delayed factor adalah waktu yang ditambahkan pada cash to cash cycle untuk mengantisipasi timbulnya keterlambatan pembayaran dari mudharib kepada bank.
23
2.5.3. Penentuan Nisbah Bagi Hasil Berdasarkan pertimbangan referensi tingkat marjin keuntungan dan perkiraan usaha mudharib, Karim (2004) membagi metode penentuan nisbah bagi hasil pembiayaan menjadi tiga bagian, yaitu Penentuan Nisbah Bagi Hasil Keuntungan, Penentuan Nisbah Bagi Hasil Pendapatan, dan Penentuan Nisbah Bagi Hasil Penjualan. Selain metode di atas, menurut Siagian (2004), nisbah bagi hasil dapat dihitung berdasarkan pendekatan Tawar-Menawar. 1) Penentuan Nisbah Bagi Hasil Keuntungan Menurut Karim (2004), nisbah bagi hasil pembiayaan untuk bank ditentukan dengan cara membagi perkiraan keuntungan usaha mudharib dengan referensi tingkat marjin keuntungan. Maka, nisbah bagi hasil untuk mudharib adalah seratus persen dikurangi dengan nisbah bagi hasil bagi bank (Gambar 2).