Anda di halaman 1dari 7

Latihan untuk Penderita Hemofilia

Hemofilia merupakan penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembekuan darah yang diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pada kromosom X (Xh). Penderita hemofilia sering mengalami perdarahan yang dapat timbul secara spontan maupun akibat trauma ringan hingga sedang ataupun saat bayi baru mulai belajar merangkak. Dengan kondisi tersebut, para penderita maupun tenaga medis, sering mempertanyakan latihan apa yang harus diberikan untuk penderita hemofilia. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan untuk menentukan bentuk latihan yang tepat untuk masingmasing penderita hemofilia antara lain: Apakah tujuan dari latihan yang akan dikerjakan (meningkatkan mobilitas, kekuatan, koordinasi, olah raga, dll)? Apakah terdapat perdarahan saat akan dilakukan latihan? Dimana target sendi nya? Apakah terdapat deformitas atau kerusakan sendi lain yang kronis? Apakah terdapat nyeri saat istirahat? Apakah terdapat nyeri atau krepitasi saat bergerak? Apakah terdapat aktifitas yang sulit untuk dikerjakan (karena menimbulkan nyeri), misal berdiri dari posisi duduk, duduk di kursi, naik tangga, atau berlutut? Apakah sudah pernah menjalani latihan rehabilitasi sebelumnya? Apakah ide untuk berlatih adalah ide sendiri atau ide orang lain? Apakah penderita mampu untuk memahami dan mengikuti instruksi secara detail? Apakah terdapat cukup profilaksis apabila terjadi cedera? Pada dasarnya, sebagian besar penderita hemofilia takut untuk melakukan latihan fisik karena takut menimbulkan cedera dan perdarahan, tetapi latihan biasa, sebenarnya justru membantu penderita untuk menghindari cedera dan perdarahan. Latihan fisik ini dapat meningkatkan kekuatan sendi, otot, dan tulang.

I. Pengaruh Hemofilia terhadap Sendi dan Otot Lutut, ankle, dan siku adalah persendian yang paling sering dipengaruhi oleh hemofilia, karena: Sendi lutut, ankle, dan siku merupakan sendi engsel, yang hanya dapat bergerak fleksi dan ekstensi, sehingga sangat mudah dipengaruhi oleh perdarahan daripada sendi yang memiliki arah penrgerakan yang lebih banyak (bahu, pelvis). Sendi lutut, ankle, dan siku tidak di bungkus oleh otot pelindung. Otot pada sendisendi tersebut terletak pada bagian atas dan bawah sendi, hanya tendon dari otototot tersebut yang menyilang dan melingkari sendi, sedangkan pada bahu dan pelvis, dilingkari oleh otot-otot yang kuat sehingga sendi lebih terlindung.

Ankle

Gambar 1. Sendi yang Dipengaruhi oleh Perdarahan akibat Hemofilia

Otot-otot di tubuh manusia memiliki fungsi untuk stabilisasi dan mobilisasi tubuh. Otot penstabil tubuh terletak profunda di dekat sendi. Saat terjadi cedera, otot yang terdapat di daerah tersebut akan melemah, sedangkan otot yang ada disekitar otot yang lemah, akan mengkompensasi dengan kontraksi (untuk menambah kekuatan stabilisasi dan mobilisasi). Karena kelemahan otot yang terjadi akibat cedera terjadi secara mendadak, maka kontraksi otot penguat juga terjadi secara mendadak, sehingga terjadi spasme dan menimbulkan nyeri. Perdarahan tersebut juga dapat mengakibatkan beberapa posisi deformitas fleksi.

Gambar 2. Otot yang Dipengaruhi oleh Perdarahan akibat Hemofilia

Gambar 3. Kemungkinan Posisi Deformitas Fleksi akibat Perdarahan pada Hemofilia

II. Latihan untuk Penderita Hemofilia Latihan untuk penderita hemofilia harus dimulai perlahan dan meningkat intensitasnya secara progresif serta dilakukan secara berkesinambungan. Latihan yang biasa dikerjakan sebagai permulaan terhadap otot yang lemah adalah latihan isometrik. A. Latihan untuk Lutut Sendi patellofemoral merupakan sendi yang sering terpengaruh pada perdarahan akibat hemofilia. Sendi ini banyak mendapatkan tekanan saat beraktivitas sehari-hari. Akibat cedera yang terjadi, besar sudut yang dapat dicapai saat ekstensi lutut akan berkurang karena kontraksi dari musculus quadricep femoris atau kontraksi dari hamstring. Perdarahan berulang dapat menyebabkan cairan sinovial mengental yang juga akan membatasi gerakan ekstensi lutut. Berikut adalah latihan untuk memperbaiki dan meningkatkan ROM, kekuatan, dan propioseptif.

1. Range of Motion (ROM)

2.

Level 1

Level 2

3.

Level 3

2. Kekuatan

3.

Level 1

4.

Level 2

5.

Level 3

Level 4

6.

Level 5

7.

Level 6

Level 7

8.

Level 8

9.

Level 9

3. Propioseptif

4.

Level 1

Level 2

B. Latihan untuk Ankle

Anda mungkin juga menyukai